BAB V
APRESIASI INOVASI
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V-1
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
dikembangkan adalah D.I Wae Leba. Keadaan lahan secara umumberupa sawah,
lading, perkampungan penduduk dan hutan ringan.
Maksud pekerjaan Detai Desain D.I Wae Leba ( 550 Ha ) di Kabupaten Manggarai
Barat adalah untuk melakukan usaha pembangunan daerah irigasi pada areal
yang potensial untuk irigasi teknis dan semi teknis melalui kegiatan Detail
Desain sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam implementasi fisik
di lokasi kegiatan.
Sasaran yang hendak dicapai pada pekerjaan Detail Desain D.I Wae Leba ( 550
Ha ) di Kabupaten Manggarai Barat, secara garis besar adalah sebagai berikut :
Tercapainya suatu hasil desainlengkap meliputi Desain Bendung, jaringan
utama, jaringan tersier yang lengkap dan perhitungan biaya konstruksi secara
rinci, teliti dan cermat untuk pembangunan sebuah daerah irigasi.
Lingkup kegiatan pada pelaksanaan pekerjaan Detail Desain D.I Wae Leba (550
Ha) di Kabupaten Manggarai Barat meliputi :
1. Pengumpulan data sekunder, data primer dan Pemetaan situasi areal irigasi
seluas 550 ha dengan skala 1 : 2000.
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V-2
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
2. Inventarisasi Jaringan irigasi yang ada serta pengukuran trase saluran yang
ada.
3. Survey rencana lokasi bendung serta pemetaan situasi rencana bendung
dengan skala 1 : 500
4. Penyusunan Sistem Planning D.I Wae Leba seluas 550 ha, Inventarisasi dan
Investigasi Geologi serta pengukuran trase saluran rencana.
5. Pembuatan detail desain Bangunan yang meliputi desain jaringan utama dan
jaringan tersier, desain bendung, saluran primer, sekunder dan tersier dan
kuarter, bangunan pelengkap lainnya, serta penyusunan volume pekerjaan,
Rencana Anggaran Biaya, penyusunan Dokumen tender konstruksi serta
Penyusunan Pedoman OP
6. Dalam pelaksanaan kegiatan menggunakan pendekatan perencanaan yang
mengikutsertakan warga ( Participatory Planning Approach ).
5.6.1 UMUM
Salah satu tujuan pembangunan ekonomi daerah Nusa Tenggara Timur adalah
meningkatkan standar hidup layak yang diukur dengan indikator pendapatan
per kapita riil masyarakat. Pendapatan per kapita dan pengeluaran per kapita
dapat dijadikan sebagai indikator kemajuan pembangunan ekonomi di Nusa
Tenggara Timur.
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V-3
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
Salah satu tujuan pembangunan ekonomi daerah Nusa Tenggara Timur adalah
meningkatkan standar hidup layak yang diukur dengan indikator pendapatan
per kapita riil masyarakat. Pendapatan per kapita dan pengeluaran per kapita
dapat dijadikan sebagai indikator kemajuan pembangunan ekonomi di Nusa
Tenggara Timur.
Kinerja pendapatan per kapita penduduk diukur berdasarkan PDRB atas dasar
harga konstan tahun 1993 dibagi dengan jumlah penduduk tengah tahun.
Pendapatan per kapita dari Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan harga
konstan 1993 pada tahun 2001 adalah sebesar Rp 732.100 per tahun atau Rp
61.008 per bulan atau berdasarkan harga yang berlaku pada tahun 2001 adalah
sebesar Rp 1.811.696 per tahun atau Rp 150.975 per bulan (NTT dalam Angka
Tahun 2001, hlm. 469). Jika menggunakan nilai kurs $US 1 = Rp 9000-an (rata-
rata nilai kurs pada tahun 2001), maka pendapatan per kapita NTT pada tahun
2001 atas dasar harga yang berlaku adalah setara dengan $US 200-an.
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V-4
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
Indonesia adalah dari Provinsi DKI Jakarta yaitu Rp 5.943.000 per tahun atau
Rp 495.250 per bulan dan terrendah adalah dari Provinsi Nusa Tenggara Timur
yaitu Rp 712.000 per tahun atau Rp 59.333 per bulan, atau hanya sekitar 12
persen daripada pendapatan per kapita penduduk DKI Jakarta. Kinerja
pendapatan per kapita di Nusa Tenggara Timur adalah yang paling rendah
(paling buruk) di Indonesia. Kinerja pendapatan per kapita lingkup
kabupaten/kota tertinggi (PDRB real per kapita—tanpa minyak dan gas) adalah
dari Kota Madya Jakarta Pusat (Provinsi DKI Jakarta) yaitu Rp 15.820.000 per
tahun atau Rp 1.318.333 per bulan dan terrendah adalah dari Kabupaten Timor
Tengah Selatan (Provinsi Nusa Tenggara Timur) yaitu Rp 497.000 per tahun atau
Rp 41.417 per bulan, atau hanya sekitar 3,14 persen daripada pendapatan per
kapita penduduk Jakarta Pusat. Terdapat dua kabupaten di NTT yang memiliki
kinerja pendapatan per kapita terrendah di Indonesia (ranking 293 dan 294 dari
294 kabupaten yang dipelajari), yaitu Kabupaten Timor Tengah Selatan
(pendapatan per kapita Rp 497.000 per tahun—ranking 294 dari 294 kabupaten
di Indonesia) dan Kabupaten Sumba Barat (pendapatan per kapita Rp 501.000
per tahun—ranking 293 dari 294 kabupaten di Indonesia).
Kinerja pengeluaran per kapita penduduk secara rata-rata dapat juga digunakan
sebagai variabel proxy (mewakili) dalam mengkaji kinerja tingkat pendapatan
ekonomi penduduk dan distribusi pendapatan penduduk. Pengeluaran per kapita
pada tahun 2001 dari penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur atas dasar harga
yang berlaku adalah sebesar Rp 1.125.240 per tahun atau Rp 93.770 per bulan
(NTT dalam Angka Tahun 2001, hlm. 129). Pengeluaran per kapita dari
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V-5
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V-6
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
pengeluaran per kapita lebih tinggi daripada rata-rata Provinsi NTT (Rp 576.900),
diurutkan dari yang tertinggi adalah: (1) Kota Madya Kupang (Rp 1.202.180) dan
(2) Manggarai (Rp 579.380).
Apabila ukuran keberhasilan produksi hanya memandang dari sisi output, maka
produktivitas memandang dari dua sisi sekaligus, yaitu: sisi input dan sisi
output. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan
efisiensi penggunaan input dalam memproduksi output (barang dan/atau jasa).
Kinerja produktivitas tenaga kerja di Nusa Tenggara Timur pada tahun 2001 atas
dasar harga konstan 1993 adalah sebesar Rp 1.717.650. Kinerja produktivitas
tenaga kerja dari kabupaten-kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah
terdapat 10 kabupaten yang memiliki kinerja produktivitas tenaga kerja regional
lebih rendah daripada rata-rata produktivitas tenaga kerja tingkat Provinsi NTT
(Rp 1.717.650), diurutkan berdasarkan produktivitas tenaga kerja terrendah,
adalah: (1) Sumba Barat (Rp 1.017.750), (2) Manggarai (Rp 1.148.580), (3) Timor
Tengah Utara (Rp 1.281.730), (4) Belu (Rp 1.406.250), (5) Ngada (Rp 1.523.980),
(6) Timor Tengah Selatan (Rp 1.534.660), (7) Flores Timur (Rp 1.575.030), (8)
Sikka (Rp 1.597.360), (9) Alor (Rp 1.652.970), dan (10) Ende (Rp 1.703.280).
Hanya terdapat tiga kabupaten yang memiliki kinerja produktivitas tenaga kerja
regional lebih tinggi daripada rata-rata produktivitas tenaga kerja tingkat Provinsi
NTT (Rp 1.717.650), diurutkan berdasarkan produktivitas tenaga kerja tertinggi,
adalah: (1) Kota Madya Kupang (Rp 7.367.030), (2) Kabupaten Kupang (Rp
1.962.140), dan (3) Sumba Timur (Rp 1.942.080).
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V-7
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
kerja tertinggi berada dalam sektor lembaga keuangan bukan bank yaitu sebesar
Rp 35.187.590 (atas dasar harga yang berlaku tahun 2001), sedangkan
produktivitas tenaga kerja terrendah berada dalam sektor industri pupuk, kimia
dan barang dari karet yaitu sebesar Rp 469.710 (atas dasar harga yang berlaku
tahun 2001). Hal ini berarti bahwa tingkat ketimpangan antara produktivitas
tenaga kerja sektoral tertinggi (sektor lembaga keuangan bukan bank—Rp
35.187.590) dan produktivitas tenaga kerja sektoral terrendah (sektor industri
pupuk, kimia dan barang dari karet—Rp 469.710) di Nusa Tenggara Timur
adalah sekitar 75 kali atau 7.500 persen, yang berarti tingkat produktivitas
tenaga kerja tertinggi dari sektor lembaga keuangan bukan bank adalah 75 kali
lipat (7500%) daripada tingkat produktivitas tenaga kerja terrendah dari sektor
industri pupuk, kimia dan barang dari karet.
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V-8
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V-9
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
Jenis Tanah
Kabupaten Manggarai mempunyai kondisi tanah datar sampai bergunung.
Adapun jenis tektur tanah yang banyak dijumpai di Kabupaten Manggarai
antara lain Jenis tanah Mediteran yang diperkirakan seluas 284.185 Ha ( 39.82
% ), Litosol ( 300.837 Ha, atau 42.16 % ) serta Tanalah Latosol yang
diperkirakan seluas 128.621 Ha ( 18.02 % ) .
Geologi
Geologi Kabupaten Manggarai mmepunyai kondisi yang kompleks. Satuan
Geologi yang dijumpai dalam wilayah ini dibagi dalam 4 (empat ) jenis yaitu
Intermediate basic (basah Menengah), Neogen, Alluvium Terrace Deposite and
Coral Reef ( Alluvium undak dan Terumbu Coral ), Silific Efusives ( Efisiva
berasam Kersik ).
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 10
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
basic), neogen, trumbu koral, silicic evusives. Jenis batuan terdiri dari batuan
intrusi granodiorit, batuan marl dan tuff, batuan andesit, dan batuan pasir dan
karang pantai. Potensi tambang yang terdapat di kabupaten Manggarai yang
belum dieksploitasi seperti gibs, marmer, tembaga, emas, silika, barit, mangan,
belerang, besi, batu apung, dan batu kapur tersebar dibeberapa kecamatan.
HIDROLOGI
Secara umum Propinsi Nusa Tenggara, pada bulan Juni sampai september arus
angin berasal dari Australian, dan tidak banyak mengandung uap air sehingga
mengakibatkan musim kemarau di wilayah Nusa Tenggara Timur. Sebaliknya
pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak mengandung upa
air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik, dan pada bulan-bulan tersebut
di Nusa Tenggara Timur biasanya terjadi musim Hujan. Kondisi seperti ini
berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April
– Mei dan Oktober – November. Arus angin yang banyak mengandung uap air
yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik sampai di wilayah NTT kandungan
uap airnya sudah berkurang mengakibatkan hari hujan di NTT berkurang.
Untuk Kabupaten Manggarai umumnya mempunyai iklim dan curah hujan yan
tidak merata. Besarnya curah hujan rahunan rata-rata di atas 2000 mm, dengan
jumlah hari hujan rata-rata tahunan 118 hari hujan. Curah hujan tertinggi
terdapat pada daerah dengan kondisi dataran di atas 1000 m di atas permukaan
air laut. Sedangkan curah hujan pada daerah-daerah lain relatif lebih rendah.
Curah hujan rata-rata tahunan pada daerah pesisir dibawah 2000 mm.
Kondisi iklim yang sejuk dan ketersediaan hujan yang relatif besar sangat cocok
bagi pengembangan ternak sapi. Dengan curah hujan yang relatif tinggi sangat
menunjang pengembangan sektor pertanian. Kecepatan angin rata-rata 9
km/jam dan dapat mencapai 20 km/jam pada musim hujan. Kelembaban
0 0
udara mencapai 82,5 %, suhu udara maksimum 25,4 C dan minimum 14,1 C,
0
suhu udra rata-rata 19,0 C.
PENGGUNAAN LAHAN
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 11
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
Tabel 4.2
Penggunaan Lahan di Kabupaten Manggarai
No Jenis Penggunaan Lahan Luas ( Ha ) %
KARAKTERISTIK KEPENDUDUKAN
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 12
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
PEREKONOMIAN
Struktur Perekonomian
Pertumbuhan Ekonomi
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 13
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
Industri
Kegiatan industri yang ada di Kabupaten Manggarai terdiri dari kegiatan aneka
industri dan kerajinan rakyat atau industri kecil dengan pemasaran masih
berskala lokal. Untuk mengatasi hal ini diperlukan campur tangan pemerintah
dalam membimbing industri kecil menengah berupa modal dan pelatihan agar
dapat ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitas hasil industri, sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan pengusaha kecil dan dapat meningkatkan
pendapatan asli daerah.
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 14
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
industri batu akik, industri pengolahan kayu, tenun ikat, tahu, tempe dan
minyak kelapa.
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 15
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
b. Fasilias Kesehatan
Untuk fasilitas kesehatan muai dari Puskesmas, Puskesmas Pembantu (PUSTU ),
Balai Pengobatan, Poindes telah ada hampir di semua Kecamatan. Untuk Rumah
Sakit Umum hanya terdapat pada Ibu Kota Kabupaten.
c. Utilitas
1. Prasarana Jalan
Keadaan prasarana jalan yang ada di Kabupaten Manggarai cukup baik,
sehingga mampu menunjang perekonomian daerah. Panjang jalan di Kabupaten
Manggarai adalah sampai akhir tahun 2002 telah dibangun jalan sepanjang +
325.00 Km. Dilihat dari aspek kualitas bentuk permukaan jalan maka dari
panjang keseluruhan yang berkatagori jalan aspal, kerikil / diperkeras dan jalan
tanah . Walaupun kondisi jalan tanah masih cukup tinggi namun hampir semua
desa tersebar dapat dijangkau dengan kendaraan umum.
Untuk memperlancar sistem transportasi disediakan pangkalan kendaraan
umum baik yang bermusim maupun tidak yaitu; terminal bis sebanyak 1 buah
terdapat di Kota Ruteng, terminal angkutan kota/pedesaan dan pangkalan ojek.
Terdapat pula fasilitas perhubungan udara yang dilayani oleh Bandara Satar
Tacik, untuk perhubungan laut Kabupaten Manggarai memiliki sebuah
pelabuhan laut (dermaga) yang berfungsi sebagai pelabuhan penumpang dan
barang (bongkar muat ternak dan hasil-hasil bumi lainnya) tersedia prasarana
peribadatan, kesehatan, pendidikan dan perdagangan.
2. Pengelolaan dan Penyediaan Air Bersih
Pada tahun 2002 BPAM mempunyai pelanggan air bersih sebanyak 7.460
konsumen dengan penggunaan air 1.933.340 M 3. Pemenuhan kebutuhan sehari-
hari terhadap air bersih bagi penduduk Kabupaten Manggarai pada umumnya
masih dipenuhi oleh sistem penggunaan air tanah dan mata air.
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 16
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
Sumber sampah yang ada berasal dari rumah tangga, tempat umum,
perdagangan/pasar. Pada umumnya sebagian besar penduduk dalam membuang
sampah dilakukan dengan cara pembakaran, penimbunan dan dibuang langsung
ke sungai atau lahan yang masih kosong. Di tempat kegiatan perumahan,
perkantoran, perdagangan telah disediakan tempat sampah, bak sampah,
kemudian diangkut oleh gerobak sampak dan truk sampah untuk selanjutnya
dibuang ke TPA.
Pelapisan Sosial
Pada masa sebelum kemerdekaan, ketika raja masih berkuasa, susunan
masyarakat Manggarai dibedakan atas 3 ( tiga ) golongan besar. Golongan
pertama ( kelas atas ) disebut Kraeng ( Bangsawan, Raja ), golongan kedua
disebut Gelarang ( Kelas Menengah ) dan golongan ketiga disebut Ata Lengge
( kelas bawah, rakyat biasa ). Pasca Kemerdekaan, pelapisan sosial ini juga turut
berubah seiring dengan berubahnya sistem pemerintahan kerajaan menjadi
pemerintahan yang formal sebagaimana yang kita kenal dewasa ini pada tingkat
kelurahan atau desa. Walaupun demikian , secara informal di akmpung-
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 17
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
kampung atau desa, adat masih diakui adanya penguasa atau mungkin lebih
tepat disebut pemangku adat yaitu Tu’a Golo sebagai pejabat tertinggi yang juga
sekaligus sebagai pemimpin spritual ( sehubungan dengan kepercayaan
mereka ).
Selain itu juga terdapat Tu’a Teno yang berkuasa atas tanah-tanah yang dimiliki
oleh warga kampung dan berhak untuk membagi tanah. Dan terakhir ialah Tu’a
Panga-Tu’a Panga yang membawahi Ame yang merupakan kesatuan Kilo-Kilo
( keluarha-keluarga inti ).
Lokasi kegiatan Pekerjaan Detai Desain D.I Wae Leba ( 550 Ha ) terletak di
Kabupaten Manggaai Barat , Kecamatan Satar Mese.
secara administratif pemerintahan Kecamatan Satar Mese terdiri atas 38
( tiga puluh delapan) Buah Desa, Dengan Luas wilayah 572 Km 2, luas desa
terbesar adalah Desa Satar Lenda ( 44,11 Km 2 atau 7,71% terhadap luas
kecamatan). Sedangkan Luas Desa Terkecil adalah Desa Todo ( 4.65 Km 2 atau
0,81% terhadap luas kecamatan ).
Tabel 4.3
Luas Desa dan Persentase Luas Desa Terhadap Luas Kecamatan dan Kabupaten
Tahun 2001
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 18
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
Kondisi Pertanian
Penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Satar Mese terbagi menjadi lahan
sawah dan lahan kering. Lahan sawah dirinci menjadi 3 (tiga) jenis yaitu sawah
yang dapat ditanami dua kali ( 2x )setahun, dapat ditanami padi satu kali ( 1x )
setahun dan sementara tidak ditanami. Menurut jenis peningkatan luas lahan
sawah di Kecamatan satar Mese dirinci menjadi ; irigasi teknis seluas 1.465 Ha,
irigasi setengah teknis 1.674 Ha, irigasi sederhana non PU seluas 661 Ha. Total
Luas Jenis lahan sawah yang dapat ditanami dua kali (2x) panen 3.139 Ha dan
satu kali panen (1 x) seluas 661 Ha.
Selain mngandalkan hasil pertanian (sawah), kecamatan Satar Mese juga
mengandalkan hasil perikanan laut, dimana produksi perikanan laut dan darat
tahun 2001 telah mencapai 353,1 ton ikan segar dan 3.820 ton Nener.
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 19
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
Topogarfi
Sebagian besar wilayah Satar Mese ini berbukit – bukit (+ 90%), hanya sedikit
yang berupa dataran rendah (+ 10%), Topogarfi desa yang relatif datar hanya
terdiri dari 5 desa antara Desa Hilihintir,Tal, Paka, Bea Kondo dan Pongkor
selebihnya adalah berbukit. Rata –rata kemiringan tanah berkisar antara 5 – 75
%, sedangkan ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 0 – 900 .
Jenis Tanah
Kecamatan Satar Mese mempunyai kondisi tanah datar sampai bergunung.
Adapun jenis tektur tanah yang banyak dijumpai antara lain Jenis tanah
Mediteran yang diperkirakan seluas 38.400 Ha ( 67.13 % ), serta Tanah Latosol
yang diperkirakan seluas 18.800 Ha ( 32,86 % ).
Kondisi Hidrologi
Kondisi iklim yang sejuk dan ketersediaan hujan yang relatif besar sangat cocok
bagi pengembangan pertanian serta peternakan. Tinggi curah hujan tahun rata-
rata sebesar 78 mm/tahun . Kecepatan angin rata-rata 9 km/jam dan dapat
mencapai 20 km/jam pada musim hujan. Kelembaban udara mencapai 82,5 %,
0 0
suhu udara maksimum 25,4 C dan minimum 14,1 C, suhu udara rata-rata
0
19,0 C.
Fasilitas Sosial
a. Fasilitas Pendidikan
Hampir di semua desa di Kecamatan Satar Mese telah tersedia fasilitas
pendidikan terutama Pendidikan Sekolah Dasar, sedangkan untuk
Pendidikan Menengah hanya terdapat pada ibu kota Kecamatan.
Pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam pengembangan
Sumber Daya Manusia di Kecamatan satar mese
b. Fasilias Kesehatan
Untuk fasilitas kesehatan muai dari Puskesmas, Puskesmas Pembantu
(PUSTU ), Balai Pengobatan, Polindes telah ada hampir di semua Kecamatan.
Untuk Rumah Sakit Umum hanya terdapat pada Ibu Kota Kabupaten.
Industri
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 20
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
Kegiatan industri yang ada di Kecamatan satar Mese terdiri dari kegiatan aneka
industri dan kerajinan rakyat atau industri kecil dengan pemasaran masih
berskala lokal. Untuk mengatasi hal ini diperlukan campur tangan pemerintah
dalam membimbing industri kecil menengah berupa modal dan pelatihan agar
dapat ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitas hasil industri, sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan pengusaha kecil dan dapat meningkatkan
pendapatan asli daerah.
Industri kerajinan lebih banyak menyerap tenaga kerja lokal, Hingga tahun 2001
jumlah tenaga Kerja yang terserap dengan adanya industri kerjainan ini
sebanyak 601 Tenaga kerja dengan jumlah perushanaan sebanayak 407 unit.
Struktur Perekonomian
Produk Domestik regional Bruto ( PDRB ) Kecamatan Satar Mese tahun 1999-
2000 berdasarkan atas dasar harga konstan 1993 adalah sebesar Rp.
23.190.982.000,- . Komposisi PDRB terbesar berasal dari sektor
agraris/pertanian sebesar 72,27 %, sedangkan terkecil berasal dari
pengangkutan dan Komunikasi sebesar 0,57 %.
Tabel 4.4
PDRB Kecamatan Satar Mese Tahun 2000
Atas dasar Harga Konstan 1993
( x 1.000 Rp)
No Lapangan usaha PDRB (Rp) PDRB (%)
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 21
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=
Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 22