Anda di halaman 1dari 22

PT.

TATA GUNA PATRIA


E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

BAB V
APRESIASI INOVASI

5.1 LATAR BELAKANG

Sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya dari usaha di


bidang pertanian. Demikian juga dengan penduduk yang ada di wilayah Propinsi
Nusa Tenggara Timur khususnya di Kabupaten Manggarai Barat. Oleh karena itu
pembangunan pada sektor pertanian merupakan usaha yang memberikan
manfaat sangat besar bagi penduduk.

Pembangunan sektor pertanian yang dilaksanakan pemerintah secara berkesi-


nambungan sejak Pelita I hingga saat ini merupakan salah satu usaha yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia khususnya Propinsi Nusa Tenggara
Timur untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan, sebagai akibat dari
pertambahan penduduk dan peningkatan indeks konsumsi perkapita pertahun.
Kondisi ini secara terus menerus.

Sejalan dengan pesatnya pembangunan sektor lain seperti industri, permukiman


dan prasarana transportasi, mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian
/persawahan akibat alih fungsi lahan. Untuk mempertahankan status
swasembada pangan, pemerintah memandang perlu untuk melakukan program
intensifikasi dan ekstensifikasi lahan irigasi baru yang potensial serta
diversifikasi pangan.

Kabupaten Manggarai sangat potensial untuk pengembangan tanaman pangan


dan perkebunan bahkan menjadi salah satu andalan Lumbung Pangan Propinsi
Nusa Tenggara Timur. Mempunyai areal pertanian potensial + 32.829 Ha terdiri
dari 13 (tiga belas) merupakan saerah irigasi teknis, 10 ( sepuluh) daerah irigasi
semi teknis dan 30 (tiga puluh) irigasi sederhana (jumlah ini belum termasuk
irigasi desa).

Pada areal di Kabupaten Manggarai Barat Propinsi Nusa Tenggara Timur


mempunyai lahan potensial yang dapat dikembangkan menjadi lahan
pertanian/persawahan. Salah satu lahan pertanian yang berpotensi dapat

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V-1
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

dikembangkan adalah D.I Wae Leba. Keadaan lahan secara umumberupa sawah,
lading, perkampungan penduduk dan hutan ringan.

Kondisi sosial ekonomi penduduk dilokasi proyek yang mata pencahariaannya


sebagian besar terdiri dari petani, petani penggarap, buruh tani, dan buruh
tambang dengan penghasilan rata-rata dapat digolongkan kepada kelompok
menengah ke bawah.

5.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud pekerjaan Detai Desain D.I Wae Leba ( 550 Ha ) di Kabupaten Manggarai
Barat adalah untuk melakukan usaha pembangunan daerah irigasi pada areal
yang potensial untuk irigasi teknis dan semi teknis melalui kegiatan Detail
Desain sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam implementasi fisik
di lokasi kegiatan.

Tujuan yang hendak dicapai dari pekerjaan ini adalah :


a. Untuk merencenakan bendung, saluran drainase, jaringan utama dan
jaringan tersier sesuai dengan kondisi yang ada sehingga dapat membawa air
ke areal potensial untuk usaha pertanian, peternakan dan usaha lainnya yang
dapat dikembangkan masyarakat untuk memnuhi kebutuhannya.
b. Mempersiapkan implemetasi program pelaksanaan berupa program jangka
panjang dan jangka pendek dengan estimasi biaya yang dibutuhkan.

5.3 SASARAN PEKERJAAN

Sasaran yang hendak dicapai pada pekerjaan Detail Desain D.I Wae Leba ( 550
Ha ) di Kabupaten Manggarai Barat, secara garis besar adalah sebagai berikut :
Tercapainya suatu hasil desainlengkap meliputi Desain Bendung, jaringan
utama, jaringan tersier yang lengkap dan perhitungan biaya konstruksi secara
rinci, teliti dan cermat untuk pembangunan sebuah daerah irigasi.

5.4 LINGKUP KEGIATAN

Lingkup kegiatan pada pelaksanaan pekerjaan Detail Desain D.I Wae Leba (550
Ha) di Kabupaten Manggarai Barat meliputi :
1. Pengumpulan data sekunder, data primer dan Pemetaan situasi areal irigasi
seluas 550 ha dengan skala 1 : 2000.

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V-2
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

2. Inventarisasi Jaringan irigasi yang ada serta pengukuran trase saluran yang
ada.
3. Survey rencana lokasi bendung serta pemetaan situasi rencana bendung
dengan skala 1 : 500
4. Penyusunan Sistem Planning D.I Wae Leba seluas 550 ha, Inventarisasi dan
Investigasi Geologi serta pengukuran trase saluran rencana.
5. Pembuatan detail desain Bangunan yang meliputi desain jaringan utama dan
jaringan tersier, desain bendung, saluran primer, sekunder dan tersier dan
kuarter, bangunan pelengkap lainnya, serta penyusunan volume pekerjaan,
Rencana Anggaran Biaya, penyusunan Dokumen tender konstruksi serta
Penyusunan Pedoman OP
6. Dalam pelaksanaan kegiatan menggunakan pendekatan perencanaan yang
mengikutsertakan warga ( Participatory Planning Approach ).

5.5 LOKASI KEGIATAN


Lokasi areal D.I Wae Leba ( 550 Ha ) terletak di Kecamatan Satarmese Kabupaten
Manggarai Barat Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Lokasi kegiatan dapat dilihat pada Peta Terlampir

5.6 APRESIASI INOVASI

5.6.1 UMUM

Strategi pembangunan daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) dilakukan


berdasarkan pertumbuhan melalui pemerataan dengan prinsip membangun dari
apa yang dimiliki rakyat dan apa yang ada pada rakyat, dengan titik berat
pembangunan yang berlandaskan pada pembangunan ekonomi rakyat,
pendidikan rakyat, dan kesehatan rakyat. Strategi pembangunan yang menjadi
pilihan tersebut memerlukan langkah-langkah operasional yang terukur dan
disesuaikan dengan paradigma baru pembangunan.

Salah satu tujuan pembangunan ekonomi daerah Nusa Tenggara Timur adalah
meningkatkan standar hidup layak yang diukur dengan indikator pendapatan
per kapita riil masyarakat. Pendapatan per kapita dan pengeluaran per kapita
dapat dijadikan sebagai indikator kemajuan pembangunan ekonomi di Nusa
Tenggara Timur.

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V-3
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

Strategi pembangunan daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) dilakukan


berdasarkan pertumbuhan melalui pemerataan dengan prinsip membangun dari
apa yang dimiliki rakyat dan apa yang ada pada rakyat, dengan titik berat
pembangunan yang berlandaskan pada pembangunan ekonomi rakyat,
pendidikan rakyat, dan kesehatan rakyat. Strategi pembangunan yang menjadi
pilihan tersebut memerlukan langkah-langkah operasional yang terukur dan
disesuaikan dengan paradigma baru pembangunan.

Salah satu tujuan pembangunan ekonomi daerah Nusa Tenggara Timur adalah
meningkatkan standar hidup layak yang diukur dengan indikator pendapatan
per kapita riil masyarakat. Pendapatan per kapita dan pengeluaran per kapita
dapat dijadikan sebagai indikator kemajuan pembangunan ekonomi di Nusa
Tenggara Timur.

Kinerja pendapatan per kapita penduduk diukur berdasarkan PDRB atas dasar
harga konstan tahun 1993 dibagi dengan jumlah penduduk tengah tahun.
Pendapatan per kapita dari Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan harga
konstan 1993 pada tahun 2001 adalah sebesar Rp 732.100 per tahun atau Rp
61.008 per bulan atau berdasarkan harga yang berlaku pada tahun 2001 adalah
sebesar Rp 1.811.696 per tahun atau Rp 150.975 per bulan (NTT dalam Angka
Tahun 2001, hlm. 469). Jika menggunakan nilai kurs $US 1 = Rp 9000-an (rata-
rata nilai kurs pada tahun 2001), maka pendapatan per kapita NTT pada tahun
2001 atas dasar harga yang berlaku adalah setara dengan $US 200-an.

Berdasarkan studi dari Laporan Pembangunan Manusia Global 2002 (UNDP


2002) terhadap 173 negara di dunia, diketahui bahwa kinerja pendapatan per
kapita tertinggi adalah dari negara Luxembourg yaitu sekitar $US 50 ribu ($US
50,061) dan terrendah (pendapatan per kapita terrendah) adalah dari negara
Sierra Leone yaitu $US 490. Hal ini berarti secara kasar dapat disimpulkan
bahwa pendapatan per kapita penduduk NTT yang sebesar $US 200-an—
katakanlah berkisar $US 200 - $US 300, masih lebih rendah daripada
pendapatan per kapita penduduk negara termiskin di dunia (Sierra Leone) yang
sebesar $US 490.

Berdasarkan studi dari Laporan Pembangunan Manusia Indonesia 2001 (BPS,


BAPPENAS, dan UNDP 2001) diketahui bahwa kinerja pendapatan per kapita
tertinggi (PDRB real per kapita—tanpa minyak dan gas) pada lingkup provinsi di

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V-4
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

Indonesia adalah dari Provinsi DKI Jakarta yaitu Rp 5.943.000 per tahun atau
Rp 495.250 per bulan dan terrendah adalah dari Provinsi Nusa Tenggara Timur
yaitu Rp 712.000 per tahun atau Rp 59.333 per bulan, atau hanya sekitar 12
persen daripada pendapatan per kapita penduduk DKI Jakarta. Kinerja
pendapatan per kapita di Nusa Tenggara Timur adalah yang paling rendah
(paling buruk) di Indonesia. Kinerja pendapatan per kapita lingkup
kabupaten/kota tertinggi (PDRB real per kapita—tanpa minyak dan gas) adalah
dari Kota Madya Jakarta Pusat (Provinsi DKI Jakarta) yaitu Rp 15.820.000 per
tahun atau Rp 1.318.333 per bulan dan terrendah adalah dari Kabupaten Timor
Tengah Selatan (Provinsi Nusa Tenggara Timur) yaitu Rp 497.000 per tahun atau
Rp 41.417 per bulan, atau hanya sekitar 3,14 persen daripada pendapatan per
kapita penduduk Jakarta Pusat. Terdapat dua kabupaten di NTT yang memiliki
kinerja pendapatan per kapita terrendah di Indonesia (ranking 293 dan 294 dari
294 kabupaten yang dipelajari), yaitu Kabupaten Timor Tengah Selatan
(pendapatan per kapita Rp 497.000 per tahun—ranking 294 dari 294 kabupaten
di Indonesia) dan Kabupaten Sumba Barat (pendapatan per kapita Rp 501.000
per tahun—ranking 293 dari 294 kabupaten di Indonesia).

Kinerja pendapatan per kapita dari kabupaten-kabupaten di Nusa Tenggara


Timur pada tahun 2001 atas dasar harga konstan 1993 adalah terdapat tujuh
kabupaten di NTT yang memiliki kinerja pendapatan per kapita per tahun lebih
rendah daripada rata-rata Provinsi NTT (Rp 732.100), diurutkan dari yang
terrendah adalah: (1) Sumba Barat (Rp 474.053), (2) Manggarai (Rp 521.105),
(3) Timor Tengah Selatan (Rp 550.057), (4) Timor Tengah Utara (Rp 650.591), (5)
Alor (Rp 706.009), (6) Sikka (Rp 717.262), dan (7) Ngada (Rp 761.149).
Sedangkan enam kabupaten di NTT memiliki kinerja pendapatan per kapita lebih
tinggi daripada rata-rata Provinsi NTT (Rp 732.100), diurutkan dari yang tertinggi
adalah: (1) Kota Madya Kupang (Rp 1.985.951), (2) Kabupaten Kupang (Rp
852.857), (3) Sumba Timur (Rp 840.636), (4) Ende (Rp 812.039), (5) Flores Timur
(Rp 778.680), dan (6) Ngada (Rp 761.149).

Kinerja pengeluaran per kapita penduduk secara rata-rata dapat juga digunakan
sebagai variabel proxy (mewakili) dalam mengkaji kinerja tingkat pendapatan
ekonomi penduduk dan distribusi pendapatan penduduk. Pengeluaran per kapita
pada tahun 2001 dari penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur atas dasar harga
yang berlaku adalah sebesar Rp 1.125.240 per tahun atau Rp 93.770 per bulan
(NTT dalam Angka Tahun 2001, hlm. 129). Pengeluaran per kapita dari

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V-5
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

penduduk perkotaan di NTT adalah sebesar Rp 1.728.408 per tahun atau Rp


144.034 per bulan, sedangkan pengeluaran per kapita dari penduduk pedesaan
di NTT adalah sebesar Rp 1.015.380 per tahun atau Rp 84.615 per bulan. Hal ini
berarti pengeluaran per kapita per tahun dari penduduk perkotaan di NTT lebih
tinggi sekitar Rp 713.028 (70,22%) daripada pengeluaran per kapita per tahun
dari penduduk pedesaan di NTT. Pada tahun 2001 atas dasar harga yang
berlaku terdapat sekitar 90,15% penduduk NTT (3.493.298 orang) yang memiliki
tingkat pengeluaran per kapita kurang dari Rp 150.000 per bulan atau kurang
dari Rp 5.000 per hari. Kelompok penduduk yang memiliki tingkat pengeluaran
per kapita kurang dari Rp 150.000 per bulan atau kurang dari Rp 5.000 per hari
ini terbanyak berada di daerah pedesaan NTT yaitu sebanyak 3.104.959 orang
(94,72%), sedangkan yang berada di daerah perkotaan NTT adalah sebanyak
388.339 orang (65,04%). Sangat sulit membayangkan betapa parahnya tingkat
kemiskinan masyarakat di Nusa Tenggara Timur, terutama di daerah pedesaan
NTT di mana mayoritas penduduknya (94,72% dari total penduduk pedesaan)
hanya memiliki tingkat pengeluaran per kapita kurang dari Rp 5.000 per hari
pada tahun 2001 atas dasar harga yang berlaku pada saat itu. Berdasarkan
studi ini dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pemerataan kemiskinan di Nusa
Tenggara Timur yang ditunjukkan melalui rendahnya tingkat pengeluaran per
kapita dari mayoritas penduduk di NTT.

Berdasarkan studi dari Laporan Pembangunan Manusia Indonesia 2001 (BPS,


BAPPENAS, dan UNDP 2001) diketahui bahwa rasio Gini (indeks Gini) dari
pengeluaran rumahtangga di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 1999
adalah rendah yaitu 0,28, yang menunjukkan telah terjadi pemerataan
pengeluaran rumahtangga pada tingkat pengeluaran yang rendah seperti
diungkapkan di atas.

Kinerja pengeluaran per kapita dari kabupaten-kabupaten di Nusa Tenggara


Timur pada tahun 1999 atas dasar harga konstan 1993 adalah terdapat sebelas
kabupaten di NTT yang memiliki kinerja pengeluaran per kapita lebih rendah
daripada rata-rata Provinsi NTT (Rp 576.900), diurutkan dari yang terrendah
adalah: (1) Sumba Barat (Rp 437.640), (2) Sikka (Rp 440.010), (3) Timor Tengah
Selatan (Rp 472.900), (4) Alor (Rp 485.960), (5) Timor Tengah Utara (Rp 487.560),
(6) Belu (Rp 494.650), (7) Ende (Rp 501.270), (8) Flores Timur (Rp 528.820), (9)
Kabupaten Kupang (Rp 557.710), (10) Sumba Timur (Rp 566.540), dan (11)
Ngada (Rp 566.540). Hanya terdapat dua kabupaten di NTT yang memiliki kinerja

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V-6
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

pengeluaran per kapita lebih tinggi daripada rata-rata Provinsi NTT (Rp 576.900),
diurutkan dari yang tertinggi adalah: (1) Kota Madya Kupang (Rp 1.202.180) dan
(2) Manggarai (Rp 579.380).

Berdasarkan kenyataan di atas, maka pembangunan ekonomi kerakyatan di


masa mendatang seyogianya memprioritaskan pada beberapa kabupaten di NTT
yang masih menunjukkan kinerja rendah dalam indikator pendapatan ekonomi
masyarakat yaitu: Timor Tengah Selatan, Sumba Barat, Timor Tengah Utara,
Manggarai, Belu, Alor, dan Kabupaten Kupang.

Apabila ukuran keberhasilan produksi hanya memandang dari sisi output, maka
produktivitas memandang dari dua sisi sekaligus, yaitu: sisi input dan sisi
output. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan
efisiensi penggunaan input dalam memproduksi output (barang dan/atau jasa).

Kinerja produktivitas tenaga kerja regional di Nusa Tenggara Timur diukur


berdasarkan rasio produk domestik regional bruto (PDRB) kabupaten tahun
2001 atas dasar harga konstan 1993 dengan jumlah tenaga kerja yang ada di
kabupaten itu pada tahun 2001.

Kinerja produktivitas tenaga kerja di Nusa Tenggara Timur pada tahun 2001 atas
dasar harga konstan 1993 adalah sebesar Rp 1.717.650. Kinerja produktivitas
tenaga kerja dari kabupaten-kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah
terdapat 10 kabupaten yang memiliki kinerja produktivitas tenaga kerja regional
lebih rendah daripada rata-rata produktivitas tenaga kerja tingkat Provinsi NTT
(Rp 1.717.650), diurutkan berdasarkan produktivitas tenaga kerja terrendah,
adalah: (1) Sumba Barat (Rp 1.017.750), (2) Manggarai (Rp 1.148.580), (3) Timor
Tengah Utara (Rp 1.281.730), (4) Belu (Rp 1.406.250), (5) Ngada (Rp 1.523.980),
(6) Timor Tengah Selatan (Rp 1.534.660), (7) Flores Timur (Rp 1.575.030), (8)
Sikka (Rp 1.597.360), (9) Alor (Rp 1.652.970), dan (10) Ende (Rp 1.703.280).
Hanya terdapat tiga kabupaten yang memiliki kinerja produktivitas tenaga kerja
regional lebih tinggi daripada rata-rata produktivitas tenaga kerja tingkat Provinsi
NTT (Rp 1.717.650), diurutkan berdasarkan produktivitas tenaga kerja tertinggi,
adalah: (1) Kota Madya Kupang (Rp 7.367.030), (2) Kabupaten Kupang (Rp
1.962.140), dan (3) Sumba Timur (Rp 1.942.080).

Dari 34 sektor produksi yang didefinisikan dalam Tabel Input-Output Nusa


Tenggara Timur 2001 (BPS NTT, 2002) diketahui bahwa produktivitas tenaga

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V-7
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

kerja tertinggi berada dalam sektor lembaga keuangan bukan bank yaitu sebesar
Rp 35.187.590 (atas dasar harga yang berlaku tahun 2001), sedangkan
produktivitas tenaga kerja terrendah berada dalam sektor industri pupuk, kimia
dan barang dari karet yaitu sebesar Rp 469.710 (atas dasar harga yang berlaku
tahun 2001). Hal ini berarti bahwa tingkat ketimpangan antara produktivitas
tenaga kerja sektoral tertinggi (sektor lembaga keuangan bukan bank—Rp
35.187.590) dan produktivitas tenaga kerja sektoral terrendah (sektor industri
pupuk, kimia dan barang dari karet—Rp 469.710) di Nusa Tenggara Timur
adalah sekitar 75 kali atau 7.500 persen, yang berarti tingkat produktivitas
tenaga kerja tertinggi dari sektor lembaga keuangan bukan bank adalah 75 kali
lipat (7500%) daripada tingkat produktivitas tenaga kerja terrendah dari sektor
industri pupuk, kimia dan barang dari karet.

Dari 13 kabupaten/kota yang dipelajari, diketahui bahwa produktivitas tenaga


kerja tertinggi berada dalam Kota Madya Kupang sebesar Rp 7.367.030 (atas
dasar harga konstan 1993), sedangkan produktivitas tenaga kerja terrendah
berada dalam Kabupaten Sumba Barat yaitu sebesar Rp 1.017.750 (atas dasar
harga konstan 1993). Hal ini berarti bahwa tingkat ketimpangan antara
produktivitas tenaga kerja regional tertinggi (Kota Madya Kupang—Rp 7.367.030)
dan produktivitas tenaga kerja regional terrendah (Kabupaten Sumba Barat—Rp
1.017.750) di Nusa Tenggara Timur adalah sekitar 7,24 kali atau 724 persen,
yang berarti tingkat produktivitas tenaga kerja tertinggi dari Kota Madya Kupang
adalah 7,24 kali lipat (724%) daripada tingkat produktivitas tenaga kerja
terrendah dari Kabupaten Sumba Barat.

Berdasarkan hasil studi ini direkomendasikan untuk meningkatkan


produktivitas tenaga kerja dari kabupaten-kabupaten di NTT melalui melakukan
transformasi struktur produksi atau menurunkan tingkat kontribusi dari sektor-
sektor primer terhadap PDRB kabupaten itu. Hal yang paling memungkinkan
adalah mengembangkan sektor-sektor agribisnis yang mampu mengaitkan secara
terpadu dan terintegrasi dari agribisnis hulu, “on-farm”, dan hilir. Dengan
demikian telah jelas bahwa strategi perubahan struktur produksi dari sektor-
sektor produksi yang memberikan kontribusi terhadap PDRB, melalui
mengembangkan sektor agribisnis dari hulu, “on-farm”, sampai hilir, di masa
mendatang akan mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja regional.

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V-8
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

Peningkatan produktivitas tenaga kerja melalui perubahan struktur produksi


terhadap PDRB, akan memberikan konsekuensi lebih lanjut berupa peningkatan
pendapatan ekonomi masyarakat, yang pada akhirnya akan mampu
mewujudkan kemandirian masyarakat membiayai kebutuhan-kebutuhan hidup
mereka. Hal ini akan mampu mewujudkan cita-cita jangka panjang berupa
mewujudkan masyarakat Nusa Tenggara Timur yang mandiri, maju, dan
sejahtera, sesuai dengan visi dari pembangunan daerah Nusa Tenggara Timur.

5.6.2 KABUPATEN MANGGARAI

Luas Wilayah Kabupaten Manggarai 7.136,43 Km 2 yang terdiri dari daratan


Pulau Flores dan beberapa pulau besar seperti Pulau Komodo, Rinca, Mules,
Longos serta sekitar 40 ( empat puluh ) buah kecil lainya.
Secara geografis Kabupaten Manggarai terletak antara 8 o LU – 8o 30o LS dan
119 o 30o – 120 o 30o BT, dengan batas-batas wilayah :
Sebelah Timur : Kabupaten Ngada
Sebelah Barat : Selat Sape
Sebelah Utara : Laut Flores
Sebelah Selatan : Laut Sawu

Berdasarkan data tahun 2001, secara administratif pemerintahan Kabupaten


Manggarai terdiri atas 17 Buah Kecamatan/perwakilan Kecamatan, Dengan Luas
Kecamatan terbesar adalah Kecamatan Komodo ( 121.980 Ha ). Untuk lebih
jelasnya wilayah administrasi Kabupaten Manggarai dapat dilihat pada tabel 3.1
berikut ini.
Tabel 4.1
Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Manggarai
No Kecamatan Ibukota Luas wilayah (Ha)

1 Komodo Labuan Bajo 121.980


2 Sano Ngoang Werang 55.518
3 Lembor Wae Nakeng 69.499
4 Satar Mese Iteng 57.204
5 Borong Borong 49.026
6 Kota Komba Wae Lengga 49.194
7 Elar Lengko Elar 56.759
8 Sambi Rampas Pota 40.009
9 Lamba Leda Benteng jawa 36.043
10 Poco Ranaka Mano 20.924
11 Langke Rembong Ruteng 6.054
12 Ruteng Cancar 17.661
13 Wae Ri’I Watu Alo 7.665
14 Cibal Pagal 18.827

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V-9
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

15 Reok Reo 59.541


16 Kuwus Golo Welu 20.844
17 Macang Pacar Bari 26.905

Manggarai Ruteng 713.643


Sumber : Manggarai Dalam Angka 2001

 KONDISI FISIK DASAR


 Topografi
Sebagian besar wilayah Kabupaten Manggarai terletak di atas 100 meter dari
Permukaan air laut. Luas Wilayah dan persentase menurut ketinggian dari
permukaan air laut diperkirakan ; 0 – 100 m , seluas 127.451 Ha (17,86 %), 100
– 500 m, seluas 311,524 Ha (43,65 %), 500 – 1000 m, seluas 212,036 Ha
(29,71 %), >1000 m, seluas 62.632 Ha (8,78 %).
Kawasan yang berada di bawah 100 m sebagian besar merupakan daerah pantai
dan sebagain besar masu dalam wilayah Kecamatan Komodo (6.77%) dan
Kecamatan Satar Mese ( 3,2 % )

 Jenis Tanah
Kabupaten Manggarai mempunyai kondisi tanah datar sampai bergunung.
Adapun jenis tektur tanah yang banyak dijumpai di Kabupaten Manggarai
antara lain Jenis tanah Mediteran yang diperkirakan seluas 284.185 Ha ( 39.82
% ), Litosol ( 300.837 Ha, atau 42.16 % ) serta Tanalah Latosol yang
diperkirakan seluas 128.621 Ha ( 18.02 % ) .

 Geologi
Geologi Kabupaten Manggarai mmepunyai kondisi yang kompleks. Satuan
Geologi yang dijumpai dalam wilayah ini dibagi dalam 4 (empat ) jenis yaitu
Intermediate basic (basah Menengah), Neogen, Alluvium Terrace Deposite and
Coral Reef ( Alluvium undak dan Terumbu Coral ), Silific Efusives ( Efisiva
berasam Kersik ).

Wilayah Kabupaten Manggarai bagian selatan sepanjang arah barat – timur


banyak ditemukan jenis Intermediate basic (basah Menengah), sedangkan pada
bagian utara bayak ditemukan batuan kapur pada formasi Neogen.
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Manggarai antara lain jenis tanah
mediteran seluas 284.185 Ha (39,52%), tanah latosol seluas 128.621 Ha (18,02
%), tanah litosol seluas 300.837 Ha (42,16 %), basah menengah (intermediate

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 10
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

basic), neogen, trumbu koral, silicic evusives. Jenis batuan terdiri dari batuan
intrusi granodiorit, batuan marl dan tuff, batuan andesit, dan batuan pasir dan
karang pantai. Potensi tambang yang terdapat di kabupaten Manggarai yang
belum dieksploitasi seperti gibs, marmer, tembaga, emas, silika, barit, mangan,
belerang, besi, batu apung, dan batu kapur tersebar dibeberapa kecamatan.

 HIDROLOGI
Secara umum Propinsi Nusa Tenggara, pada bulan Juni sampai september arus
angin berasal dari Australian, dan tidak banyak mengandung uap air sehingga
mengakibatkan musim kemarau di wilayah Nusa Tenggara Timur. Sebaliknya
pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak mengandung upa
air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik, dan pada bulan-bulan tersebut
di Nusa Tenggara Timur biasanya terjadi musim Hujan. Kondisi seperti ini
berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April
– Mei dan Oktober – November. Arus angin yang banyak mengandung uap air
yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik sampai di wilayah NTT kandungan
uap airnya sudah berkurang mengakibatkan hari hujan di NTT berkurang.

Untuk Kabupaten Manggarai umumnya mempunyai iklim dan curah hujan yan
tidak merata. Besarnya curah hujan rahunan rata-rata di atas 2000 mm, dengan
jumlah hari hujan rata-rata tahunan 118 hari hujan. Curah hujan tertinggi
terdapat pada daerah dengan kondisi dataran di atas 1000 m di atas permukaan
air laut. Sedangkan curah hujan pada daerah-daerah lain relatif lebih rendah.
Curah hujan rata-rata tahunan pada daerah pesisir dibawah 2000 mm.

Kondisi iklim yang sejuk dan ketersediaan hujan yang relatif besar sangat cocok
bagi pengembangan ternak sapi. Dengan curah hujan yang relatif tinggi sangat
menunjang pengembangan sektor pertanian. Kecepatan angin rata-rata 9
km/jam dan dapat mencapai 20 km/jam pada musim hujan. Kelembaban
0 0
udara mencapai 82,5 %, suhu udara maksimum 25,4 C dan minimum 14,1 C,
0
suhu udra rata-rata 19,0 C.

 PENGGUNAAN LAHAN

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 11
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

Penggunaan lahan di Kabupaten Manggarai dengan kontribusi terbesar terdiri


dari semak/alang alang serta padang rumput ( 280.401 Ha atau 39.29 % ), serta
dilanjutkan dengan Hutan belukar ( 22.17 %) dari keseluruhan wilayah yang
ada.

Untuk lebih jelasnya penggunaan lahan di Kabupaten Manggarai secara


keseluruhan dapat dilihat padatabel dibawah ini.

Tabel 4.2
Penggunaan Lahan di Kabupaten Manggarai
No Jenis Penggunaan Lahan Luas ( Ha ) %

1 Perkampungan 2.921 0,41


2 Sawah
- 2 Kali panen 10.196 1,43
- 1 Kali panen 13.207 1,85
3 Tegalan/ladang 76.328 10,70
4 Perkebunan 4.355 0,61

5 Kebun Campur 54.325 7,51


6 Hutan
- Lebat 95.084 13,32
- Belukar 158.214 22,17
- Sejenis 16.849 2,36
7 Semak/Alang-alang/padang rumput 280.401 39,29
8 Danau/Kolam/Rawa 1.646 0,23
9 Tanah rusak/tandus 15 0,00
10 Lainnya 102 0,02

Jumlah 713.643 100


Sumber : Bappeda dan BPN Manggarai Tahun 2000

 KARAKTERISTIK KEPENDUDUKAN

 Jumlah dan Kepadatan Penduduk


Jumlah penduduk Kabupaten Manggarai sampai dengan tahun 2001 berjumlah
621.989 jiwa dengan kepadatan penduduk geografis sebanyak 87 jiwa per Km 2.
Dengan kepadatan penduduk tertinggi terdapat pada Kecamatan Langke
Rembong yaitu 764 jiwa/Km 2 dan kecamatan yang kepadatan penduduknya
terendah adalah Kecamatan Komodo yaitu 31 jiwa/Km 2. Persebaran penduduk di
17 kecamatan masih belum merata.

Jumlah penduduk Kabupaten Manggarai menurut jenis kelamin yaitu 314.299


jiwa perempuan dan 307.690 jiwa laki-laki. Jumlah penduduk Kabupaten

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 12
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

Manggarai menurut agama yaitu Kristen Katolik dengan jumlah penganut


sebanyak 559.026 jiwa, Kristen Protestan sebanyak 2.746 jiwa, Agama Islam
sebanyak 57.878 jiwa, Hindu 361 jiwa, Budha sebanyak 77 jiwa.

Jumlah penduduk Kabupaten Manggarai menurut golongan umur didominasi


oleh golongan umur 0 – 4 tahun yaitu 88.590 jiwa, kemudian golongan umur 5
– 9 tahun yaitu 83.771 jiwa, dan golongan umur yang paling sedikit jumlahnya
yaitu golongan umur 60 – 64 tahun yaitu 12.097 jiwa.

Jumlah penduduk menurut mata pencahariannya didominasi oleh sektor


pertanian dengan jumlah 257.760 jiwa, pertambangan dan penggalian sebanyak
1.566 jiwa, industri pengolahan sebanyak 6.942 jiwa, bangunan dan konstruksi
sebanyak 3.198 jiwa, perdagangan 10.941 jiwa, angkutan, pergudangan dan
komunikasi sebanyak 3.138 jiwa, keuangan 1.296 dan jasa 14.034 jiwa..

Komposisi penduduk ditinjau dari tingkat pendidikan; penduduk umur 10 tahun


ke atas yang tidak/belum pernah sekolah yaitu 46.800 jiwa (10,81 %); yang
tamat SD sebanyak 53.466 (12,35 %); SMTP sebanyak 16.443 jiwa (3,80 %) ;
SMTA sebanyak 8.934 jiwa (2,06 %); Diploma/ Perguruan Tinggi sebanyak 171
jiwa (0,04 %); dan yang tidak bersekolah lagi sebanyak 307.188 jiwa (70,94 %).

 PEREKONOMIAN
 Struktur Perekonomian

Produk Domestik regional Bruto ( PDRB ) Kabupaten Manggarai tahun 1999


berdasarkan harga konstan tahun 1993 adalah sebesar Rp. 334.108.843.000,- .
Komposisi PDRB terbesar berasal dari sektor agraris/pertanian sebesar 53,11 %,
sedangkan terkecil berasal dari sektor listrik, gas dan air minum sebesar 0,94 %.

 Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan hasil analisa statistik Kabupaten Manggarai Tahun 1995 – 2000,


pertumbuhan PDRB Kabupaten Manggarai berdasarkan harga konstan tahun
1993 adalah rata-rata 4,19% per tahun. Dimana sektor perekonomian yang
pertumbuhannya paling pesat di kabupaten Manggarai adalah sektor listrik, gas
dan air bersih. Pertumbuhan sektor ini dalam kurun waktu 5 tahun mengalami

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 13
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

peningkatan sebesar 22.06 % Per tahun. Sedangkan pertumbuhan terkecil


adalah sektor industri pegelohan sebesar 0,70 %.

 Pendapatan Per Kapita

Salah satu indikator untuk mengetahui tingkat kesejahteraan penduduk adalah


dengan mengetahui besarnya pendapatan per kapita penduduk. Dibandingka
dengan Propinsi Nusa Tenggara Timur, pendapatan per kapita Kabupaten
Manggarai lebih rendah. Pada Tahun 2000 untuk Propinsi Nusa Tenggara Timur
mencapai Rp. 1.396.805,- sedangkan untuk Kabupaten Manggarai Sendiri baru
mencapai Rp. 1.107.070,-.

Pertumbuhan pendapatan per kapita Kabupaten Manggarai pada Tahun 1993 –


2000, termasuk cukup tinggi, yaitu rata-rata 13,77 % per tahun ( berdasarkan
harga berlaku ). Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
pendapat per kapita Propinsi Nusa tenggara Timur yang telah mencapai 15,82 %
per tahun.
Sejak tahun 1997 pertumbuhan pendapatan perkapita Kabupaten Manggarai
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Propinsi Nusa tenggara Timur. Hal ini
menunjukkan bahwa perekonomian Kabupaten Manggarai relatif lebih mapan
dalam mengatasi dampak krisis ekonomi yang berlaku secara Nasional sejak
tahun 1998.

 Industri

Kegiatan industri yang ada di Kabupaten Manggarai terdiri dari kegiatan aneka
industri dan kerajinan rakyat atau industri kecil dengan pemasaran masih
berskala lokal. Untuk mengatasi hal ini diperlukan campur tangan pemerintah
dalam membimbing industri kecil menengah berupa modal dan pelatihan agar
dapat ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitas hasil industri, sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan pengusaha kecil dan dapat meningkatkan
pendapatan asli daerah.

Industri yang ada di Kabupaten Manggarai berupa industri pengolahan meliputi


industri pengolahan tanah liat, barang-barang dari semen, anyaman inke dari
lidi), industri pengupasan/pembersihan kopi, sutera alam, hasil pertanian/agro
industri, usaha pande besi, industri furniture dari kayu, rotan dan bambu,

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 14
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

industri batu akik, industri pengolahan kayu, tenun ikat, tahu, tempe dan
minyak kelapa.

 KONDISI SARANA DAN PRASARANA WILAYAH


 Perumahan dan Permukiman

Sebagian besar rumah tangga di kabupaten Manggarai menempati luas lantai


antara 40 – 49 M2 (59,85 %). Dan jenis dinding yang banyak digunakan adalah
bambu (70,03 %), tembok (23,78 %), kayu (4,30 %), dan lainnya sebanyak 1,89
%. Letak kawasan perumahan dan permukiman dapat digolongkan dalam 2
bagian, yaitu perumahan di kawasan perkotaan (khususnya sekitar Kota Ruteng
dan ibukota kecamatan dan perumahan di kawasan pedesaan (pedalaman).

Untuk perumahan di kawasan perkotaan, kondisi perumahan padat dikatakan


sudah cukup baik, dimana jenis konstruksinya adalah permanen dan semi
permanen. Dilihat dari bentuk rumah sudah cukup memenuhi syarat kesehatan
sebagai tempat tinggal. Selain itu pola penyebarannya berkelompok dengan
jumlah rata-rata 10 – 20 rumah khususnya di daerah pedesaan. Sedangkan pola
penyebaran penduduk terbentuk oleh kegiatan-kegiatan perkotaaan (kegiatan
jasa perdagangan) yang juga mengikuti pola jaringan jalan yang ada, serta
mendekati pusat-pusat pelayanan terutama disektor jasa dan perdagangan.

Untuk perumahan di pedalaman, kondisi perumahan penduduk sangat


buruk. Jenis konstruksinya adalah tradisional (temporer) dengan jenis lantai
umumnya terbuat dari tanah dan atapnya dari daun-daunan. Terdapat pula
lokasi tansmigrasi lokal yang berada di Desa Gunung Kecamatan Kota Komba
berjarak sekitar 130 Km dari Kota Ruteng ke arah timur.

 Fasilitas Sosial dan Umum


a. Fasilitas Pendidikan
Hampir di semua Kecamatan yang ada di Kabupaten Manggarai, fasilitas
pendidikan terutama Pendidikan Dasar Menengah ( TK, SD, SMP dan SMA ) telah
ada. Fasilitas Pendidikan ( SD ), setiap Kecamatan berkisar antara 30 – 50 Unit,
SMP berkisar antara 4 – 12 Unit, SMA berkisar 1 – 2 Unit. Pendidikan
merupakan salah satu prioritas utama dalam pengembangan Sumber Daya
Manusia di Kabupaten Manggarai.

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 15
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

b. Fasilias Kesehatan
Untuk fasilitas kesehatan muai dari Puskesmas, Puskesmas Pembantu (PUSTU ),
Balai Pengobatan, Poindes telah ada hampir di semua Kecamatan. Untuk Rumah
Sakit Umum hanya terdapat pada Ibu Kota Kabupaten.

c. Utilitas
1. Prasarana Jalan
Keadaan prasarana jalan yang ada di Kabupaten Manggarai cukup baik,
sehingga mampu menunjang perekonomian daerah. Panjang jalan di Kabupaten
Manggarai adalah sampai akhir tahun 2002 telah dibangun jalan sepanjang +
325.00 Km. Dilihat dari aspek kualitas bentuk permukaan jalan maka dari
panjang keseluruhan yang berkatagori jalan aspal, kerikil / diperkeras dan jalan
tanah . Walaupun kondisi jalan tanah masih cukup tinggi namun hampir semua
desa tersebar dapat dijangkau dengan kendaraan umum.
Untuk memperlancar sistem transportasi disediakan pangkalan kendaraan
umum baik yang bermusim maupun tidak yaitu; terminal bis sebanyak 1 buah
terdapat di Kota Ruteng, terminal angkutan kota/pedesaan dan pangkalan ojek.
Terdapat pula fasilitas perhubungan udara yang dilayani oleh Bandara Satar
Tacik, untuk perhubungan laut Kabupaten Manggarai memiliki sebuah
pelabuhan laut (dermaga) yang berfungsi sebagai pelabuhan penumpang dan
barang (bongkar muat ternak dan hasil-hasil bumi lainnya) tersedia prasarana
peribadatan, kesehatan, pendidikan dan perdagangan.
2. Pengelolaan dan Penyediaan Air Bersih
Pada tahun 2002 BPAM mempunyai pelanggan air bersih sebanyak 7.460
konsumen dengan penggunaan air 1.933.340 M 3. Pemenuhan kebutuhan sehari-
hari terhadap air bersih bagi penduduk Kabupaten Manggarai pada umumnya
masih dipenuhi oleh sistem penggunaan air tanah dan mata air.

Kebutuhan air minum penduduk Kabupaten Manggarai berasal dari


PDAM/BPAM, sumur terlindung, sumur tak terlindung, mata air terlindung,
mata air tak terlindung, air hujan, air sungai. Khusus untuk kebutuhan air yang
berasal dari PDAM baru sebagian yang menikmatinya, sedangkan penduduk
yang lain masih menggunakan sumur dan mata air sebagai sumber air bersih.

3. Pengelolaan Drainase dan Persampahan

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 16
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

Saluran drainase di Kabupaten Manggarai sebagian besar terdapat disepanjang


jalan regional, jalan kabupaten, dan jalan-jalan yang ada di perkotaan dengan
jenis saluran beton dan tanah.

Sumber sampah yang ada berasal dari rumah tangga, tempat umum,
perdagangan/pasar. Pada umumnya sebagian besar penduduk dalam membuang
sampah dilakukan dengan cara pembakaran, penimbunan dan dibuang langsung
ke sungai atau lahan yang masih kosong. Di tempat kegiatan perumahan,
perkantoran, perdagangan telah disediakan tempat sampah, bak sampah,
kemudian diangkut oleh gerobak sampak dan truk sampah untuk selanjutnya
dibuang ke TPA.

 KONDISI SOSIAL BUDAYA


 Sistem Kekerabatan
Masyarakat Manggarai menganut sistem Patrilokal atau Patrilinial, yakni garis
keturunan berasal dari pihak ayah. Selain itu, mereka juga memegang sistem
virilokal, yaitu pasangan yang telah menikah wajib tinggal dirumah orang tua
suami. Hal inilah yang menyebabkan pada satu rumah bisa terdiri dari beberapa
kepala keluarga ( Keluarga luas ).
Kesatuan kekerabatan yang terkecil dalam sistem inilah adalah keluarga inti
yang disebut Kilo. Kesatuan yang lebih luas atau lebih besar lagi setelah Kilo
disebut Ame. Jadi Ame merupakan kesatuan Kilo-Kilo ( keluarga inti ) sampai
dengan lapisan yang ke empat. Apabila kesatuan tersebut telah sampai pada
lapisan ke lima atau lebih maka kesatuan sosial itu disebut Panga ( sub klan ).
Akhirnya Panga-panga tersebut menjadi satu kesatuan yang lebih luas yang
disebut Wa’u ( klan/marga) yang mempunyai permukiman sendiri yang disebut
Ca Beo ( satu kampung ).

 Pelapisan Sosial
Pada masa sebelum kemerdekaan, ketika raja masih berkuasa, susunan
masyarakat Manggarai dibedakan atas 3 ( tiga ) golongan besar. Golongan
pertama ( kelas atas ) disebut Kraeng ( Bangsawan, Raja ), golongan kedua
disebut Gelarang ( Kelas Menengah ) dan golongan ketiga disebut Ata Lengge
( kelas bawah, rakyat biasa ). Pasca Kemerdekaan, pelapisan sosial ini juga turut
berubah seiring dengan berubahnya sistem pemerintahan kerajaan menjadi
pemerintahan yang formal sebagaimana yang kita kenal dewasa ini pada tingkat
kelurahan atau desa. Walaupun demikian , secara informal di akmpung-

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 17
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

kampung atau desa, adat masih diakui adanya penguasa atau mungkin lebih
tepat disebut pemangku adat yaitu Tu’a Golo sebagai pejabat tertinggi yang juga
sekaligus sebagai pemimpin spritual ( sehubungan dengan kepercayaan
mereka ).
Selain itu juga terdapat Tu’a Teno yang berkuasa atas tanah-tanah yang dimiliki
oleh warga kampung dan berhak untuk membagi tanah. Dan terakhir ialah Tu’a
Panga-Tu’a Panga yang membawahi Ame yang merupakan kesatuan Kilo-Kilo
( keluarha-keluarga inti ).

5.6.3 KECAMATAN SATARMESE

Lokasi kegiatan Pekerjaan Detai Desain D.I Wae Leba ( 550 Ha ) terletak di
Kabupaten Manggaai Barat , Kecamatan Satar Mese.
secara administratif pemerintahan Kecamatan Satar Mese terdiri atas 38
( tiga puluh delapan) Buah Desa, Dengan Luas wilayah 572 Km 2, luas desa
terbesar adalah Desa Satar Lenda ( 44,11 Km 2 atau 7,71% terhadap luas
kecamatan). Sedangkan Luas Desa Terkecil adalah Desa Todo ( 4.65 Km 2 atau
0,81% terhadap luas kecamatan ).
Tabel 4.3
Luas Desa dan Persentase Luas Desa Terhadap Luas Kecamatan dan Kabupaten
Tahun 2001

No Desa Luas Desa % Thd Luas % Thd Luas


(Km2) Kecamatan Kabupaten

1 Borik 17,99 3,14 0,25


2 Satar Ruwuk 17,98 3,14 0,25
3 Nuca Molas 16,00 2,80 0,22
4 Satar Lenda 44,11 7,71 0,61
5 Satar Luju 16,00 2,80 0,22
6 Ceka Luju 15,92 2,78 0,22
7 Terong 25,46 4,45 0,36
8 Hilihintir 22,62 3,95 0,32
9 Tal 12,03 2,10 0,17
10 Paka 12,13 2,10 0,17
11 Legu 7,25 1,28 0,10
12 Lambo 25,60 4,47 0,36
13 Tado 26,19 4,58 0,37
14 Koak 25,40 4,44 0,36
15 Lungar 16,17 2,83 0,23
16 Golomuntas 7,24 1,26 0,10
17 Gara 14,00 2,48 0,20
18 Wae Ajang 14,92 2,61 0,21
19 Wewo 11,72 2,04 0,16
20 Mocok 11,20 1,96 0,15
21 Umung 6,25 1,09 0,08
22 Ponggeok 6,77 1,10 0,09

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 18
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

23 Bea Kondo 8,92 1,55 0,12


24 Golo Ropong 8,93 1,56 0,12
25 Renda 8,92 1,55 0,12
26 Todo 4,65 0,81 0,07
27 Gulung 8,99 2,38 0,13
28 Papang 18,89 3,30 0,26
29 Pongkor 17,33 3,03 0,24
30 Popo 5,20 0,91 0,07
31 Lia 5,21 0,91 0,07
32 Kole 13,24 2,07 0,19
33 Ling 5,15 0,91 0,07
34 Ngkaer 20,09 3,51 0,28
35 Golo Lambo 9,05 1,58 0,13
36 Jaong 36,18 6,32 0,51
37 Nao 12,01 2,10 0,17
38 Cireng 16,17 2,84 0,23

Jumlah 572,00 100,00 100,00


Sumber : Kecamatan Satar Mese Dalam Angka 2001

 Kondisi Sosial Ekonomi


Jumlah penduduk Kecamatan Satar Mese berdasarkan registrasi penduduk
tahun 2001 tercatat sebanyak 52.011 jiwa, 10.098 Rumah Tangga, yang mana
terdiri dari 25.291 Jiwa laki-laki dan 26.720 jiwa perempuan. Dari Total jumlah
penduduk tersebut, dibandingkan jumlah penduduk terbesar di Desa Hilihintir
dengan jumlah 3.360 jiwa. Perbandingan antara luas daerah Kecamaran Satar
Mese dengan jumlah penduduk , didapat kepadatan rata-rata hanya lebih kurang
91 jiwa/km2. Kepadatan yang relatif cukup tinggi di Desa Legu sebesar 208
jiwa/km2.

 Kondisi Pertanian
Penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Satar Mese terbagi menjadi lahan
sawah dan lahan kering. Lahan sawah dirinci menjadi 3 (tiga) jenis yaitu sawah
yang dapat ditanami dua kali ( 2x )setahun, dapat ditanami padi satu kali ( 1x )
setahun dan sementara tidak ditanami. Menurut jenis peningkatan luas lahan
sawah di Kecamatan satar Mese dirinci menjadi ; irigasi teknis seluas 1.465 Ha,
irigasi setengah teknis 1.674 Ha, irigasi sederhana non PU seluas 661 Ha. Total
Luas Jenis lahan sawah yang dapat ditanami dua kali (2x) panen 3.139 Ha dan
satu kali panen (1 x) seluas 661 Ha.
Selain mngandalkan hasil pertanian (sawah), kecamatan Satar Mese juga
mengandalkan hasil perikanan laut, dimana produksi perikanan laut dan darat
tahun 2001 telah mencapai 353,1 ton ikan segar dan 3.820 ton Nener.

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 19
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

 Topogarfi
Sebagian besar wilayah Satar Mese ini berbukit – bukit (+ 90%), hanya sedikit
yang berupa dataran rendah (+ 10%), Topogarfi desa yang relatif datar hanya
terdiri dari 5 desa antara Desa Hilihintir,Tal, Paka, Bea Kondo dan Pongkor
selebihnya adalah berbukit. Rata –rata kemiringan tanah berkisar antara 5 – 75
%, sedangkan ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 0 – 900 .

 Jenis Tanah
Kecamatan Satar Mese mempunyai kondisi tanah datar sampai bergunung.
Adapun jenis tektur tanah yang banyak dijumpai antara lain Jenis tanah
Mediteran yang diperkirakan seluas 38.400 Ha ( 67.13 % ), serta Tanah Latosol
yang diperkirakan seluas 18.800 Ha ( 32,86 % ).

 Kondisi Hidrologi
Kondisi iklim yang sejuk dan ketersediaan hujan yang relatif besar sangat cocok
bagi pengembangan pertanian serta peternakan. Tinggi curah hujan tahun rata-
rata sebesar 78 mm/tahun . Kecepatan angin rata-rata 9 km/jam dan dapat
mencapai 20 km/jam pada musim hujan. Kelembaban udara mencapai 82,5 %,
0 0
suhu udara maksimum 25,4 C dan minimum 14,1 C, suhu udara rata-rata
0
19,0 C.

 Fasilitas Sosial
a. Fasilitas Pendidikan
Hampir di semua desa di Kecamatan Satar Mese telah tersedia fasilitas
pendidikan terutama Pendidikan Sekolah Dasar, sedangkan untuk
Pendidikan Menengah hanya terdapat pada ibu kota Kecamatan.
Pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam pengembangan
Sumber Daya Manusia di Kecamatan satar mese

b. Fasilias Kesehatan
Untuk fasilitas kesehatan muai dari Puskesmas, Puskesmas Pembantu
(PUSTU ), Balai Pengobatan, Polindes telah ada hampir di semua Kecamatan.
Untuk Rumah Sakit Umum hanya terdapat pada Ibu Kota Kabupaten.

 Industri

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 20
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

Kegiatan industri yang ada di Kecamatan satar Mese terdiri dari kegiatan aneka
industri dan kerajinan rakyat atau industri kecil dengan pemasaran masih
berskala lokal. Untuk mengatasi hal ini diperlukan campur tangan pemerintah
dalam membimbing industri kecil menengah berupa modal dan pelatihan agar
dapat ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitas hasil industri, sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan pengusaha kecil dan dapat meningkatkan
pendapatan asli daerah.
Industri kerajinan lebih banyak menyerap tenaga kerja lokal, Hingga tahun 2001
jumlah tenaga Kerja yang terserap dengan adanya industri kerjainan ini
sebanyak 601 Tenaga kerja dengan jumlah perushanaan sebanayak 407 unit.

 Struktur Perekonomian
Produk Domestik regional Bruto ( PDRB ) Kecamatan Satar Mese tahun 1999-
2000 berdasarkan atas dasar harga konstan 1993 adalah sebesar Rp.
23.190.982.000,- . Komposisi PDRB terbesar berasal dari sektor
agraris/pertanian sebesar 72,27 %, sedangkan terkecil berasal dari
pengangkutan dan Komunikasi sebesar 0,57 %.
Tabel 4.4
PDRB Kecamatan Satar Mese Tahun 2000
Atas dasar Harga Konstan 1993
( x 1.000 Rp)
No Lapangan usaha PDRB (Rp) PDRB (%)

1 Pertanian 15.243.141 72.27


2 Pertambangan dan Penggalian 727.017 2,55
3 Industri Pengolahan 432.993 1,19
4 Listrik, Gas dan Air Minum - -
5 Bangunan Konstruksi 2.482.317 8,72
6 Perdagangan, Resetoran dan hotel 2.120.255 9,26
7 Pengangkutan dan komunikasi 254.251 0,57
8 Keuangan, persewaan dan jasa 445.553 1,35
Perusahaan
9 Jasa-Jasa 1.485.455 4,09

Jumlah PDRB 23.190.982 100


Sumber : Kecamatan Satar Mese dala Angka 2001

5.7. TINDAK LANJUT KEGIATAN

Setelah selesainya Pekerjaan Detail Desain D.I. Wae Leba ( 550 Ha ) di


Kabupaten Manggarai Barat dan ini akan dilanjutkan pada pembangunan
konstruksi yang diharapkan memberikan manfaat :

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 21
PT. TATA GUNA PATRIA
E N G I N E E R I N G C O N S U L T A N T
=

 Menunjang Program Pemerintah dalam rangka peningkatan produksi pangan


serta menunjang penghematan sumber devisa non migas
 Peningkatan nilai/ produksi lahan
 Menciptakan lapangan kerja baru
 Meningkatkan taraf hidup masyarakat petani.

Detail Desain D.I. Wae Leba (550 Ha) di Kabupaten Manggarai Barat
V - 22

Anda mungkin juga menyukai