TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Koersivitas
Induksi suatu bahan dapat dikurangi hingga mencapai nol dengan
memberikan medan magnet luar yang berlawanan sebesar Hc pada bahan itu.
Medan magnet Hc itu disebut koersifitas. Koersifitas sangat tergantung pada
keadaan sampel, yaitu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti perlakuan panas
maupun deformasi. Seperti halnya dengan remanen, perbedaan pengertian dibuat
antara medan koersif dan koersifitas. Medan koersif adalah kuat medan magnet
yang diperlukan untuk mengurangi magnetisasi atau induksi magnetik sampai
mencapai nol dari nilai sembarang. Sedangkan koersifitas adalah kuat medan
magnetik yang diperlukan untuk menurunkan magnetisasi atau induksi magnetik
sampai nol dari keadaan magnetisasi jenuh. Koersifitas intrinsik dilambangkan
dengan Hci adalah kuat medan magnet pada saat magnetisasi dikurangi sampai
nol. Pada bahan soft magnetic Hc dan Hci bernilai hampir sama, dan biasanya
tidak perlu ada pembedaan diantara keduanya. Sedang pada bahan hard magnetic
terdapat perbedaan nyata antara Hc dan Hci. Koersifitas (Hc) adalah kuat medan
magnet eksternal yang diperlukan untuk membuat induksi magnetic sampel
menjadi nol sedangkan koersifitas intrinsik (Hci) adalah kuat medan magnetic
eksternal yang diperlukan untuk membuat magnetisasi bahan menjadi nol (Ahmad
Y, 2006).
Perbedaan pengertian koersifitas dan koersifitas intrinsik ditunjukkan oleh gambar
2.1.
2.2.2 Remanen
Magnetisasi remanen adalah magnetisasi yang masih tersisa ketika medan
magnet luar dikurangi hingga nol atau remanensi terjadi pada saat intensitas
medan magnetik H berharga nol dan medan magnet B menunjukkan harga
tertentu. Dalam penggunaannya, istilah remanen (remanence) dibedakan dengan
remanent . Istilah remanen digunakan untuk menggambarkan keadaan
magnetisasi atau induksi yang tersisa setelah bahan mencapai kejenuhan
Bahan ini jika diberi medan magnet dari luar, maka domain-domain ini akan
mensejajarkan diri searah dengan medan magnet dari luar. Semakin kuat medan
magnetnya semakin banyak domain-domain yang mensejajarkan dirinya.
Akibatnya medan magnet dalam bahan ferromagnetik akan semakin kuat. Setelah
seluruh domain terarahkan, penambahan medan magnet luar tidak memberi
pengaruh apa-apa karena tidak ada lagi domain yang disearahkan. Keadaan ini
dinamakan jenuh atau keadaan saturasi.
Permeabilitas bahan ferromagnetik adalah μ >>> μ0 dan suseptibilitas
bahannya χm >>> 0. contoh bahan ferromagnetik : besi, baja, besi silicon dan lain-
lain. Sifat kemagnetan bahan ferromagnetik ini akan hilang pada temperature yang
0
disebut Temperatur Currie. Temperatur Curie untuk besi lemah adalah 770 C,
0
dan untuk baja adalah 1043 C (Kraus. J. D, 1970).
Pada gambar di atas tampak bahwa kurva tidak berbentuk garis lurus sehingga
dapat dikatakan bahwa hubungan antara B dan H tidak linier. Dengan kenaikan
harga H, mula-mula B turut naik dengan lancar, tetapi mulai dari satu titik tertentu
harga H hanya menghasilkan sedikit kenaikan B dan makin lama B hampir
konstan. Keadaan ini disebut dengan kedaan saturasi, yaitu keadaan di mana
medan magnet B tidak banyak berubah. Harga medan magnet untuk keadaan
saturasi disebut dengan Bs atau medan magnet saturasi. Bahan yang mencapai
saturasi untuk harga H rendah disebut magnet lunak seperti yang ditunjukkan
kurva (a). Sedangkan bahan yang saturasinya terjadi pada harga H tinggi disebut
magnet keras seperti yang ditunjukkan kurva (c).
tetapi, NdFeB memiliki kerugian, yaitu memiliki temperatur Curie yang rendah
dan sangat rentan terhadap korosi. Temperatur Curie yang rendah (312ᵒC) ini
menyebabkan magnet NdFeB tidak mungkin diaplikasikan pada suhu yang tinggi
(Matthew, 2013).
yttrium (Yt) dan logam berat lainnya sebesar 10 %. Monazite dan jenis mineral
lainnya mengandung unsur - unsur lantanida dengan tingkat oksidasi ±3 dan
sedikit unsur europium yang umumnya memiliki tingkat oksidasi ±2. Pada tabel
2.2 adalah susunan elektron dan tingkat oksidasi unsur - unsur lantanida. Terlihat
bahwa semua unsur - unsur lantanida membentuk ion - ion 3+.
f0, f7, f14 menjadi salah satu faktor thermodinamik dan kinetik yang sama atau
sangat penting untuk menentukan kestabilan tingkat oksidasi.
2.5.2 Besi (Fe)
Besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi ini yang
membentuk 5% dari pada kerak bumi. Karakter endapan besi ini berupa endapan
yang berdiri sendiri namun seringkali ditemukan berasosiasi dengan mineral
logam lainya. Kadang besi sebagai kandungan logam tanah (residual), namun
jarang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kebanyakkan besi ini hadir dalam
berbagai jenis senyawa oksida, endapan besi yang ekonomis umumnya berupa
Magnetite, Hematite, Limonite, dan Siderite. Dari mineral-mineral bijih besi
magnetite adalah mineral dengan kandungan Fe paling tinggi, tetapi terdapat
dalam jumlah kecil. Sementara hematite merupakan mineral bijih utama yang
dibutuhkan dalam industri besi.
Kimia boron (boron hidrida) dimulai dengan riset oleh A. Stock yang dilaporkan
pada periode 1912-1936. Walaupun boron terletak sebelum karbon dalam sistem
periodik, hidrida boron sangat berbeda dari hidrokarbon. Struktur boron hidrida
khususnya sangat tidak sesuai dengan harapan dan hanya dapat dijelaskan dengan
konsep baru dalam ikatan kimia. Untuk kontribusinya dalam kimia anorganik
boron hidrida, W. N. Lipscomb mendapatkan hadiah Nobel Kimia tahun 1976.
Hadiah Nobel lain (1979) dianugerahkan ke H. C. Brown untuk penemuan dan
pengembangan reaksi dalam sintesis yang disebut hidroborasi.
Karena berbagai kesukaran sehubungan dengan titik didih boron yang
rendah, dan juga karena aktivitas, toksisitas, dan kesensitifannya pada udara,
Stock mengembangkan metoda eksperimen baru untuk menangani senyawa ini
dalam vakum. Dengan menggunakan teknik ini, ia mempreparasi enam boron
B2H6, B4H10, B5H9, B5H11, B6H10, dan B10H14 dengan reaksi magnesium borida,
MgB2, dengan asam anorganik, dan menentukan komposisinya. Namun, riset
lanjutan ternyata diperlukan untuk menentukan strukturnya. Kini metoda sintesis
Struktur ini juga telah dielusidasi dengan difraksi elektron, analisis struktur kristal
tunggal sinar-X, spektroskopi inframerah, dan memang boron terbukti
mengandung ikatan 3c-2e B-H-B dan B-B-B seperti pada gambar 2.7 berikut ini :
Boron diklasifikasikan menjadi tiga yaitu : Closo, Nido dan Arachno sesuai
dengan struktur kerangka atom boron. Closo-boron [BnHn]2- memiliki struktur
polihedral tertutup, n atom boron terikat pada n atom hidrogen, misalnya dalam
oktahedral regular [B6H6]2- dan ikosahedral [B12H12]2-. Boron deret ini tidak
mengandung ikatan B-H-B. Boron BnHn+4, seperti B5H9, membentuk struktur
dengan ikatan B-B, B-B-B, dan B-H-B dan kehilangan sudut polihedral closo
boron, dan disebut dengan jenis boron nido. Boron BnHn+6, seperti B4H9,
memiliki struktur yang kehilangan dua sudut dari tipe closo dan membentuk
struktur yang lebih terbuka. Kerangka juga dibangun oleh ikatan B-B, BB-B, dan
B-H-B, dan jenis ini disebut boron jenis arachno. Sruktur-strukturnya diberikan
pada Gambar 2.8 berikut ini :
= Atom Boron
= Atom Hidrogen
Gambar 2.8 Struktur Boron
Boron yang lebih tinggi juga merupakan senyawa yang tuna elektron yang sukar
dijelaskan dengan struktur Lewis yang berbasiskan ikatan kovalen 2c -2e (Nurul
A, 2011).
Pada gambar diatas menunjukkan bahwa atom dari Boron (B) yang bulat
putih berikatan dengan Atom Hidrogen (H) yang bulat kecil hitam sehingga
terjadi ikatan kimia (ikatan hidrogen) dengan atom B dan H.
Bonded magnet dengan campuran logam transisi tanah jarang mempunyai sifat
magnet unggul dibandingkan sifat magnetik bonded ferrit. Hal tersebut terlihat
secara signifikan, karena magnet bonded ferrit mempunyai koefisien temperatur
positif terhadap Hc yang berarti koersifitas meningkat dengan peningkatan
temperatur. Pada serbuk magnet NdFeB memiliki nilai koersifitas dan remanensi
yang tinggi dibandingkan dengan serbuk magnet lain, sehingga sangat cocok
digunakan untuk pembuatan bonded magnet (Marlina H.A, 2013).
Kekhususan lain dari mikroskop elektron ini adalah pengamatan obyek dalam
kondisi hampa udara (vacum). Hal ini dilakukan karena sinar elektron akan
terhambat alirannya bilamenumbuk molekul-molekul yang ada di udara normal.
Dengan membuat ruang pengamatan obyek berkondisi vacum, tumbukan
elektron-molekul bisa terhindarkan (Oktaviana, 2009).
Scanning Electron Microscopy (SEM) merupakan sejenis mikroskop yang
menggunakan elektron sebagai pengganti cahaya untuk melihat benda dengan
resolusi tinggi. Analisis SEM bermanfaat untuk mengetahui mikrostruktur
(termasuk porositas dan bentuk retakan) benda padat. Berkas sinar elektron
dihasilkan dari filamen yang dipanaskan, disebut electron gun.Sebuah ruang
vakum diperlukan untuk preparasi cuplikan. SEM terdiri dari sebuah senapan
elektron yang memproduksi berkas elektron pada tegangan dipercepat sebesar 2 –
30 kV. Berkas elektron tersebut dilewatkan pada beberapa lensa elektromagnetik
untuk menghasilkan image berukuran <~10nm pada sampel yang ditampilkan
dalam bentuk film fotografi atau ke dalam tabung layar (Tucker, 1988).