Anda di halaman 1dari 9

KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA

HIPERTENSI YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN


YAYASAN PELAYANAN KASIH A DAN A RAHMAT
WAINGAPU

Ivonsiani Natalia Mbakurawang*, Uly Agustine**


ivonsiani2015@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Hipertensi adalah suatu penyakit atau gangguan pada sistem peredaran darah yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas dari nilai normal. Kepatuhan berasal dari kata dasar
patuh yang berarti disiplin dan taat. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi
hubungan antar beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan diantaranya umur, jenis
kelamin, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, persepsi jarak, tingkat keparahan serta rentang
pemberian obat. Metode:Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pengambilan
sampel secara nonrandom sampling jenis purposive sampling. Instrument yang digunakan dalam
penelitian ini berupa kuesioner dan lembar observasi yang melibatkan 30 orang responden penderita
hipertensi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden yang diteliti terdapat 17
orang responden (57%) yang tidak patuh minum obat dan terdapat 13 responden (43%) yang patuh
minum obat antihipertensi. Berdasarkan hasil analisis Chi-square dengan tingkat signifikansinya 5%
di dapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, pendidikan,
pengetahuan, pekerjaan, persepsi jarak, tingkat keparahan, serta rentang pemberian obat dengan
tingkat kepatuhan minum obat antihipertensi. Saran: Disarankankepada petugas kesehatan di BP
YPK A dan A Rahmat Waingapu agar memberikan pendidikan kesehatan dalam bentuk penyuluhan
tentang hipertensi dan pengobatannya secara berkala.
Kata Kunci: Hipertensi, Kepatuhan minum obat

ABSTRACT
Introduction: Hypertension is a disease or disorder of the circulatory system that causes a rise in
blood pressure above the normal value. Obedience comes from obedient basic words which means
discipline and obedience. The purpose of this study is to identify the relationship between several
variables that affect the level of adherence such as age, gender, education, knowledge, occupation,
distance perception, severity and range of drug delivery. Method: This research is a quantitative
research with nonrandom sampling of sam-pling type purposive sampling. Instrument used in this
research in the form of questionnaires and observation sheets involving 30 people respondents
suffering from hypertension. Results: Result: The results showed that of 30 respondents studied
there were 17 respondents (57%) who did not adhere to taking medicine and there were 13
respondents (43%) who obediently took antihypertensive drugs. Based on Chi-square analysis with
5% significance level found that there is no meaningful relationship between age, sex, education,
knowledge, occupation, distance perception, severity, and drug delivery range with medication
adherence level Antihypertensive. Suggestion: It is recommended to health officers at BP YPK A
and A Rahmat Waingapu to provide health education in the form of counseling about hypertension
and its treatment periodically.
Keywords: Hypertension, Drug compliance

* Instruktur pada Program Studi Keperawatan Waingapu, Politeknik Kesehatan Kemenkes


Kupang
** Dosen Program Studi Keperawatan Waingapu, Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
114
PENDAHULUAN Klien yang patuh terhadap
pengobatan memiliki prognosis yang jauh
Hipertensi merupakan penyakit lebih baik dari pada klien yang tidak
yang bisa menyerang siapa saja. patuh terhadap pengobatan. Klien yang
Hipertensi kini menjadi masalah global tidak patuh terhadap pengobatan akan
karena prevalensi yang terus meningkat memperburuk kondisi kesehatannya
sejalan dengan perubahan gaya hidup (WHO,2003). Hal ini sangat berbahaya
(Wijoyo,2011). Gaya hidup modern yang karena dapat lebih meningkatkan tekanan
melupakan kesehatan karena kesuksesan, darah sebelumnya dan dapat
kerja keras dalam situasi penuh tekanan, meningkatkan resiko komplikasi akibat
stres yang berkepanjangan, kurang hipertensi bahkan menyebabkan
olahraga dan berusaha mengatasi stresnya kematian. Berdasarkan data WHO bulan
dengan merokok, meminum minuman September 2011, disebutkan bahwa
beralkohol atau kopi, selain itu juga hipertensi menyebabkan 8 juta kematian
mengkonsumsi makanan yang diawetkan pertahun diseluruh dunia dan 1,5 juta
dan garam dapur serta bumbu penyedap kematian pertahun di wilayah Asia
dalam jumlah berlebih merupakan Tenggara. Melihat fenomena tersebut,
penyebab dari hipertensi (Muhammadun, maka dibutuhkan penatalaksanaan yang
2010). tepat dan cepat untuk mengurangi
Jumlah penderita hipertensi peningkatan jumlah penderita hipertensi.
diseluruh dunia terus mengalami Kepatuhan minum obat adalah
peningkatan dari tahun ke tahun. Pada faktor terbesar yang mempengaruhi
tahun 2000 terdapat sekitar 972 juta jiwa kontrol tekanan darah. Diperkirakan rata-
penderita hipertensi dari seluruh dunia rata rentang kepatuhan minum obat
dan diperkirakan akan meningkat menjadi antihipertensi yaitu 50-70% (WHO,2003).
1,6 milyar pada tahun 2025. Menurut Setiap tahunnya, ketidakpatuhan
Badan Kesehatan Dunia, dari 50% mengakibatkan sekitar 125.000 kematian
penderita hipertensi yang terdeteksi hanya dari penyakit kardiovaskular (Office of
25% yang mendapat pengobatan dan US Inpector General,2009). Berdasarkan
hanya 12,5% yang bisa diobati dengan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
baik. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan 2007, sebesar 37,1% dari 76,1% angka
Dasar Depkes (Riskesdas) tahun 2007, kejadian hipertensi di Indonesia
angka kejadian hipertensi di Indonesia disebabkan karena ketidakpatuhan
mencapai 31,7%. Dari jumlah tersebut meminum obat. Akibatnya, tingkat
hanya sekitar 7,2% yang mengetahui keberhasilan dalam menurunkan jumlah
memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) penderita hiperteni sangatlah rendah.
dan hanya sekitar 0,4% yang sadar dan
patuh dalam menjalani pengobatan.

115
Berdasarkan data yang diperoleh Adapun faktor-faktor tersebut yaitu
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba pemahaman tentang instruksi, tingkat
Timur, didapatkan jumlah penderita pendidikan, kesakitan dan pengobatan,
kejadian penyakit hipertensi pada tahun keyakinan, sikap dan kepribadian,
2011 sebanyak 2093 kasus, tahun 2012 dukungan keluarga, dan tingkat ekonomi.
sebanyak 2263 kasus dan tahun 2013
sebanyak 2050 kasus. METODE PENELITIAN
Berdasarkan data yang diperoleh
dari Balai Pengobatan Yayasan Pelayanan Penelitian ini menggunakan metode
Kasih A dan A Rahmat Waingapu, kuantitatif dengan pendekatan cross
didapatkan jumlah penderita hipertensi sectional yang bertujuan untuk meneliti
pada tahun 2012-2013 sebanyak 145 hubungan antara variabel independen
pasien penderita hipertensi. Dari studi yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepatuhan minum obat seperti usia, jenis
dengan metode wawancara pada tanggal kelamin, pendidikan, pengetahuan,
11 Februari 2014 di Balai Pengobatan pekerjaan, persepsi jarak, tingkat
Yayasan Pelayanan Kasih A dan A keparahan dan rentang pemberian obat,
Rahmat Waingapu, didapatkan 3 dari 5 dengan variabel dependen yaitu
orang penderita hipertensi mengatakan kepatuhan minum obat pada penderita
tidak mengkonsumsi obat antihipertensi hipertensi.
secara teratur karena merasa kondisinya Penelitian ini melibatkan 30 orang
sudah lebih baik. Selain itu, kesibukan responden yang terdiri 10 orang
juga menjadi salah satu alasan sehingga responden dengan rentang pemberian obat
mereka lupa untuk meminum obatnya. 1 minggu, 10 orang responden dengan
Berdasarkan uraian diatas, rentang pemberian obat 2 minggu serta 10
menunjukkan bahwa ada berbagai macam orang responden dengan rentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian obat 1 bulan. Penelitian ini
kepatuhan minum obat pada pasien dilakukan pada bulan Maret-April 2014.
hipertensi. Carpenito (2000) berpendapat Data dikumpulkan melalui kuesioner dan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi observasi. Analisis data yang digunakan
tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu dalam penelitian ini adalah univariat,
yang dapat mempengaruhi penderita bivariat menggunakan chi square.
sehingga penderita tidak mampu lagi
mempertahankan kepatuhannya, sampai
menjadi kurang patuh dan tidak patuh.

116
HASIL PENELITIAN Berdasarkan tingkat keparahan,
penderita Hipertensi Grade I berjumlah
Analisis hasil penelitian dilakukan 12 orang (40%), responden dengan
secara univariat terhadap distribusi Hipertensi Grade III berjumlah 10 orang
responden berdasarkan usia, jenis (33%) dan responden dengan Hipertensi
kelamin, pendidikan, pengetahuan, Grade II berjumlah 8 orang (27%).
pekerjaan, persepsi jarak, tingkat Berdasarkan rentang pemberian obat,
keparahan serta rentang pemberian obat terdapat sebanyak 10 orang responden
sedangkan analisi bivariat dilakukan dengan rentang pemberian obat 1 minggu,
untuk mengetahui hubungan antar 2 minggu dan 1 bulan.
variabel. Tabel 2 menunjukkan hasil analisis
Tabel 3.1 menunjukkan hasil bivariat yang dilakukan untuk mengetahui
analisis univariat yaitu berupa distribusi hubungan satu variabel bebas dengan satu
responden berdasarkan faktor-faktor yang variabel terikat, dalam hal ini yaitu
mempengaruhi tingkat kepatuhan. Tabel faktor-faktor yang berhubungan dengan
tersebut menunjukkan bahwa responden tingkat kepatuhan seperti faktor umur,
yang berusia < 44 tahun sebanyak 12 jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan,
orang (40%), 45-59 tahun sebanyak 33 pekerjaan, persepsi jarak, tingkat
orang (33%) dan usia 60-70 tahun keparahan serta rentang pemberian obat
sebanyak 8 orang (27%). Berdasarkan dengan tingkat kepatuhan minum obat
jenis kelamin, dapat dilihat bahwa antihipertensi.
responden yang berjenis kelamin
perempuan memiliki jumlah yang lebih Tabel 1
banyak yaitu 16 orang (53%) sedangkan Distribusi responden berdasarkan faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat
responden berjenis kelamin laki-laki
kepatuhan.
sebanyak 14 orang (47%). Responden
berpendidikan SD sebanyak 15 responden Distribusi
(50%), berpendidikan SMP sebanyak 6 Variabel
F %
responden (20%), berpendidikan SMA
sebanyak 9 responden (30%). Responden Umur < 44 tahun 12 40
bepengetahuan kurang sebanyak 17 orang 45-59 tahun 10 33
(57%), berpengetahuan cukup sebanyak
60-74 tahun 8 27
10 orang (33%) dan berpengetahuan baik
sebanyak 3 orang (10%). Responden yang Jenis Laki-laki 14 47
Kelamin
bekerja sebanyak 18 orang (60%) dan Perempuan 16 53
yang tidak bekerja sebanyak 12 orang Pendidikan SD 15 50
(40%). Berdasarkan persepsi jarak,
SMP 6 20
terlihat bahwa sebagian besar responden
berpersepsi jarak rumah ke Puskesmas SMA 9 30
dekat lebih banyak (57%) dibandingkan Pengetahuan 3 10
Baik
dengan persepsi jarak rumah ke
Cukup 10 33
Puskesmas jauh (43%).

117
Kurang 17 57 Hasil analisis bivariat pada,
Pekerjaan 18 60 kedelapan variabel faktor-faktor yang
Bekerja
mempengaruhi kepatuhan minum obat
Tidak bekerja 12 40
tidak menunjukkan hubungan yang
Persepsi Jauh 13 43 bermakna dengan tingkat kepatuhan
Jarak
17 57 minum obat antihipertensi.
Dekat
Tingkat HT Grade I 12 40
Keparahan PEMBAHASAN
HT Grade II 8 27

HT Grade III 10 33 a. Usia


Hasil penelitian ini menolak
Rentang 1 minggu 10 33
Pemberian hipotesis sejalan dengan hasil penelitian
Obat 2 minggu 10 33 yang dilakukan oleh Hilda tahun 2007
1 bulan 10 33 dengan sampel yang diteliti berjumlah 94
orang menunjukan tidak ada hubungan
Tingkat Patuh 13 43
Kepatuhan antara usia dengan status kepatuhan diit
Tidak Patuh 17 57
hipertensi pada lansia p value = 0,357 dan
penelitian yang dilakukan oleh Yuliarti
Tabel 2 tahun 2007 dengan jumlah sampel 104
Distribusi hasil analisis bivariat orang, menunjukan tidak ada hubungan
faktor-faktor yang mempengaruhi antara usia dengan hipertensi pada usia
dengan tingkat kepatuhan. lanjut p value = 1,000.
Hal ini disebabkan karena pada
Variabel Bivariat umur ini kedewasaan seseorang mulai
bertambah yang ditunjukkan dengan
Usia Tidak bermakna kematangannya dalam berpikir,
( p value : 0,858) kematangan emosi, bertanggung jawab,
Jenis Kelamin Tidak bermakna lebih disiplin, lebih memperhatikan
( p value : 0,676) kesehatan, dan lain-lain sehingga Ia dapat
Pendidikan Tidak bermakna menentukan apa yang terbaik untuk
( p value : 0,531) dirinya sendiri dan orang lain.
Pengetahuan Tidak bermakna
( p value : 0,476) b. Jenis Kelamin
Pekerjaan Hasil penelitian ini menolak
Tidak bermakna
hipotesis sejalan dengan penelitian yang
( p value : 0,821)
dilakukan oleh Nandang (2009) yang
Persepsi Jarak Tidak bermakna menyatakan tidak ada hubungan antara
( p value : 1,000)
jenis kelamin dengan kepatuhaan minum
Tingkat Keparahan Tidak bermakna obat antihipertensi dengan sampel yang
( p value : 0,581) diteliti berjumlah 92 orang dengan nilai P
Rentang Pemberian Tidak bermakna value 1,000.
Obat ( p value : 0,387)

118
Dari hasil analisis bivariat dengan p d. Pengetahuan
value 0,676 menunjukkan bahwa tidak Hasil penelitian ini menolak
terdapat hubungan yang bermakna antara hipotesis sejalan dengan penelitian yang
umur dengan tingkat kepatuhan. Hal ini dilakukan oleh Nandang (2009) yang
dapat dikaitkan dengan ketersediaan menyatakan tidak ada hubungan antara
waktu dan kesempatan bagi perempuan pengetahuan dengan kepatuhaan minum
untuk datang berobat ke Puskesmas lebih obat antihipertensi dengan sampel yang
banyak dibandingkan laki-laki. Selain itu diteliti berjumlah 92 orang dengan nilai P
wanita lebih taat untuk minum obat sesuai value 0,773.
petunjuk yang diberikan mengingat
ketersediaan waktu di rumah lebih banyak
di bandingkan laki-laki.
Pernyataan di atas diperkuat dan Menurut Notoatmodjo (2003),
dibenarkan dengan penelitian yang pengetahuan merupakan hasil dari tahu
dilakukan dari Shea et al (1992) dalam dan terjadi melalui panca indera
Kyngas (1999) bahwa kepatuhan pasien seseorang (penginderaan) terhadap suatu
laki-laki lebih buruk dibandingkan obyek tertentu, yaitu melalui indera
perempuan. penglihatan, pendengaran, penciuman,
c. Pendidikan rasa, dan raba. Sebagian besar
Hasil penelitian ini menolak pengetahuan manusia diperoleh melalui
hipotesis sejalan dengan penelitian yang mata dan telinga.
dilakukan oleh Nandang tahun 2009
dengan sampel yang diteliti berjumlah 92 Hasil analisis bivariat dengan p
orang yang menunjukan tidak ada value 0,476 menunjukkan tidak ada
hubungan yang bermakna antara hubungan yang bermakna antara
pendidikan rendah dan menengah atas pengetahuan dengan tingkat kepatuhan.
dengan kepatuhaan minum obat Hal ini disebabkan karena tingkat
antihipertensi dengan nilai P value 0,515. kepatuhan seseorang dalam pengobatan
Hasil analisis bivariat dengan p value atau minum obat bukan hanya
0,531 menunjukkan tidak ada hubungan dipengaruhi oleh pengetahuan saja tetapi
yang bermakna antara pendidikan dengan faktor lain seperti sikap, keyakinan,
tingkat kepatuhan. kehendak dan motivasi.
Hal ini disebabkan karena
kepatuhan pasien dalam pengobatan atau e. Pekerjaan
minum obat bukan hanya dipengaruhi Hasil penelitian ini menolak
oleh tingkat pendidikan saja tetapi faktor hipotesis sejalan dengan penelitian
lain juga turut mempengaruhi seperti Nandang tahun 2009 yang menyatakan
sikap, keyakinan, motivasi dan lain-lain. tidak ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan kepatuhaan minum
obat antihipertensi dengan sampel yang
diteliti berjumlah 92 orang dengan nilai P
value 0,171.

119
Hal ini tidak sesuai dengan teori Hal ini disebabkan karena tingkat
yang menyatakan bahwa pekerjaan kepatuhan seseorang dalam pengobatan
merupakan salah satu faktor yang atau minum obat bukan hanya
mempengaruhi tingkat kepatuhan minum dipengaruhi oleh jarak saja tetapi faktor
obat. Kesibukan menjadi salah satu alasan lain seperti sikap, keyakinan, kehendak
sehingga pasien seringkali lupa dalam dan motivasi, sehingga jarak bukanlah
meminum obatnya. menjadi masalah dalam menjalani
Dari hasil analisis bivariat dengan p pengobatan.
value 0,821 menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara g. Tingkat Keparahan
pekerjaan dengan tingkat kepatuhan Hasil analisi bivariat menunjukan
minum obat antihipertensi. Hal ini bahwa sebagian besar responden yang
disebabkan karena pekerjaan bukan patuh minum obat antihipertensi adalah
penghalang seseorang untuk datang dan responden dengan tingkat keparahan
memeriksakan kesehatan ke pelayanan hipertensi grade I sebanyak 50%,
kesehatan. responden dengan tingkat keparahan
Hal ini sesuai dengan yang hipertensi grade II sebanyak 50%
dikemukakan Shea (1997) dalam Kyngas dibandingkan dengan responden dengan
(1999) bahwa pasien yang tidak bekerja tingkat keparahan hipertensi grade III
kepatuhannya lebih buruk dari yang sebanyak 30%.
bekerja. Responden dengan tingkat
keparahan HT grade I jauh lebih patuh
f. Persepsi Jarak dibandingkan responden dengan tingkat
Hasil penelitian ini sejalan dengan keparahan HT grade II dan III, tetapi hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nandang analisis bivariat dengan p value 0,581
(2009) yang menyatakan bahwa tidak menunjukkan tidak ada hubungan yang
terdapat hubungan yang bermakna antara bermakna antara tingkat keparahan
persepsi jarak dari rumah ke tempat dengan tingkat kepatuhan.
pelayanan kesehatan dengan tingkat Hal ini dapat disebabkan karena
kepatuhan minum obat antihipertensi pola berpikir masyarakat yang belum
dengan sampel yang diteliti berjumlah 92 terarah. Sebagian besar masyarakat
orang dengan nilai P value 0,409. beranggapan bahwa apabila penyakitnya
Responden dengan persepsi jarak jauh sudah masuk kedalam tingkatan yang
lebih patuh dibandingkan responden lebih serius, maka pengobatan tidaklah
dengan persepsi jarak dekat dari rumah ke begitu penting karena mereka berpikir
balai pengobatan, tetapi hasil analisis bahwa penyakitnya sudah tidak bisa
bivariat dengan p value 1.000 disembuhkan sekalipun dengan
menunjukkan tidak ada hubungan yang pengobatan yang teratur.
bermakna antara persepsi jarak dengan
tingkat kepatuhan.

120
h. Rentang Pemberian Obat dengan tingkat kepatuhan minum obat
Hasil analisis univariat antihipertensi.Hasil analisis bivariat pada,
menunjukkan bahwa responden dengan kedelapan variabel faktor-faktor yang
rentang pemberian obat 1 minggu mempengaruhi kepatuhan minum obat
berjumlah 10 orang, rentang pemberian tidak menunjukkan hubungan yang
obat 2 minggu berjumlah 10 orang dan bermakna dengan tingkat kepatuhan
responden dengan tingkat pemberian obat minum obat antihipertensi.
1 bulan berjumlah 10 orang.
Hasil analisis bivariat dengan DAFTAR PUSTAKA
menggunakan uji statistic Chi square
menunjukkan bahwa 60% responden Alwi, Hasan (2001). Kamus Besar
dengan rentang pemberian obat 1 minggu Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
jauh lebih patuh dibandingkan responden Jakarta: Balai Pustaka
dengan rentang pemberian obat 2 minggu
40% dan rentang pemberian obat 1 bulan Ekarini, Diyah (2011). Faktor-Faktor
30%. Yang Berhubungan Dengan Tingkat
Responden dengan rentang Kepatuhan Klien Hipertensi Dalam
pemberian obat 1 minggu jauh lebih patuh Menjalani Pengobatan.
dibandingkan 2 minggu dan 1 bulan, akan http://download.portalgaruda.org/do
tetapi hasil analisis bivariat dengan p wnload.article.php?farticle/Diyah.pd
value 0,387 menunjukkan tidak ada f, Diakses tanggal 18 Januari 2014
hubungan yang bermakna antara rentang
pemberian obat dengan tingkat Hastono, S.P. (2007). Analisis Data
kepatuhan. Kesehatan. Depok: FKM-UI
Hal ini disebabkan karena tingkat
kepatuhan seseorang dalam pengobatan Kusuma Hardhi dan N.H.(2012). Aplikasi
atau minum obat bukan hanya Asuhan Keperawatan Berdasarkan
dipengaruhi oleh rentang pemberian obat NANDA NIC-NOC Edisi Revisi.
saja tetapi faktor lain seperti sikap, Yogyakarta: Media Hardy.
keyakinan, kehendak dan motivasi.
Mansjoer, Arif, dkk (2001). Kapita
KESIMPULAN Selekta Kedokteran Jilid I Edisi
Ketiga.
Analisis univariat dilakukan untuk Penerbit: Media Aesculapius.
mengetahui distribusi responden. Analisis
bivariat dilakukan untuk mengetahui Niven, Neil (2002). Psikologi Kesehatan
hubungan satu variabel bebas dengan satu Pengantar Untuk Perawat Dan
variabel terikat, dalam hal ini yaitu Professional Kesehatan Lain.
faktor-faktor yang berhubungan dengan Jakarta: EGC
tingkat kepatuhan seperti faktor umur, Nursalam (2011). Metodologi Penelitian
jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, Ilmu Keperawatan Edisi Kedua.
pekerjaan, persepsi jarak, tingkat Jakarta: Salemba Medika.
keparahan serta rentang pemberian obat
121
Smeltzer S dan Bare B (2001). Buku ajar
keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth edisi 8 Volume 1.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Indonesia EGC.

Soekidjo, Notoadmodjo (2005).


Metodologi Penelitian Kesehatan
Edisi Revisi Cetakan Ketiga. Jakarta:
Rineka Cipta

Syakira, Ghana (2009). Konsep


Kepatuhan.
http://syakirablogspot.com/2009/01/
Konsep-Kepatuhan.html. Diakses
tanggal 18 Januari 2014.

Sudoyo, Aru, dkk (2006). Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Tisna, Nandang (2009). Faktor-Faktor


Yang Berhubungan Dengan Tingkat
Kepatuhan Pasien Dalam Minum
Obat Antihipertensi.
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/filedow
nload/Nandang%20Tisna.pdf.
Diakses tanggal 26 Januari 2014.

122

Anda mungkin juga menyukai