Anda di halaman 1dari 226

Bahasa Inggris KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

REPUBLIK INDONESIA
2017

Buku ini disusun dengan tujuan membangun sikap, pengetahuan, dan


keterampilan berkomunikasi siswa melalui pengalaman belajar yang
berbentuk beragam kegiatan berkomunikasi aktif. Isi dan pengalaman
belajar yang dikembangkan dalam buku ini telah diupayakan agar dapat
membantu siswa mencapai empat kompetensi inti (KI) dalam Kurikulum
2013.

Ketercapaian KI 1 disisipkan secara tersirat, namun demikian dalam


beberapa bab dituangkan secara tersurat, dalam bentuk aktivitas
pembelajaran yang menggugah kesadaran siswa akan eksistensi dirinya
sebagai makhluk yang bertuhan dan memiliki tugas untuk berbuat baik
bagi alam dan sesamanya. Untuk KI 2, pengalaman belajar disajikan dalam

Bahasa Inggris • Kelas X SMA/MA/SMK/MAK


bentuk kegiatan mandiri, berpasangan, dan berkelompok. Kegiatan ini
diharapkan dapat membangun kemandirian belajar siswa, rasa toleransi,
dan kebersamaan dengan sesama, serta kompetensi sosial lainnya yang
diperlukan dalam kehidupan. Ketercapaian KI 3 dan KI 4 dilakukan secara
terpadu melalui bahan dan kegiatan pembelajaran menyimak, membaca,
berbicara, dan menulis yang telah dikembangkan dengan merujuk pada
langkah-langkah pembelajaran pendekatan saintifik.

Prinsip umum yang dirujuk dalam pengembangan buku ini adalah bahwa
belajar bahasa asing memerlukan input bahasa berupa kosakata dan
tatabahasa, memerlukan latihan dan pengulangan untuk retensi kosakata
dan tatabahasa, serta memerlukan penyediaan kesempatan sebanyak
mungkin untuk menggunakan bahasa tersebut secara aktif. Hanya dengan
terlibat aktif dalam kegiatan berkomunikasi, siswa dapat membangun sikap,
pengetahuan, dan keterampilan berkomunikasi.

ZONA 1 ZONA 2 ZONA 3 ZONA 4 ZONA 5


HET
Rp16.100 Rp16.800 Rp17.400 Rp18.800 Rp24.100
SMA/MA/
ISBN: SMK/MAK
978-602-427-106-0 (jilid lengkap)
KELAS

X
978-602-427-107-7 (jilid 1)
Matematika

SMA/MA/
SMK/MAK
KELAS

X
Hak Cipta © 2017 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Dilindungi Undang-Undang

Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka
implementasi Kurikulum 2013. Buku siswa ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di
bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap
awal penerapan Kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa
diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan
perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis dan
laman http://buku.kemdikbud.go.id atau melalui email buku@kemdikbud.go.id diharapkan
dapat meningkatkan kualitas buku ini.

Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Matematika/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- . Edisi Revisi Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
viii, 216 hlm. : ilus. ; 25 cm.

Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X


ISBN 978-602-427-114-5 (jilid lengkap)
ISBN 978-602-427-115-2 (jilid 1)

1. Matematika -- Studi dan Pengajaran I. Judul


II. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

510

Penulis : Bornok Sinaga, Pardomuan N.J.M Sinambela, Andri Kristianto


Sitanggang, Tri Andri Hutapea, Sudianto Manulang, Lasker
Pengarapan Sinaga, dan Mangara Simanjorang
Penelaah : Agung Lukito, Turmudi, Yudi Satria, Muhammad Darwis M, dan
Widowati
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Cetakan Ke-1, 2013 ISBN 978-602-282-104-5 (jilid 1)


Cetakan Ke-2, 2014 ISBN 978-602-282-492-3 (jilid 1a) Edisi Revisi
ISBN 978-602-282-493-0 (jilid 1b) Edisi Revisi
Cetakan Ke-3, 2016 (Edisi Revisi)
Cetakan Ke-4, 2017 (Edisi Revisi)
Disusun dengan huruf Minion Pro, 12 pt.
Kata Pengantar

Anak-anak kami, Generasi Muda harapan bangsa ...


Sesungguhnya, kami gurumu punya cita-cita dan harapan dari hasil
belajar kamu. Kami berkeinginan membelajarkan Kamu pada setiap ruang
dan waktu. Akan tetapi itu tidak mungkin, karena ruang dan waktu membatasi
pertemuan kita. Namun demikian ruang dan waktu bukan penghambat bagi
kita mendalami ilmu pengetahuan. Pakailah buku ini sebagai salah satu sumber
belajarmu. Apa yang ada dalam buku ini cukup bermanfaat untuk mempelajari
matematika dan untuk keberhasilan kamu menuju jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
Matematika adalah hasil abstraksi (pemikiran) manusia terhadap objek-
objek di sekitar kita dan menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan,
sehingga dalam mempelajarinya kamu harus memikirkannya kembali,
bagaimana pemikiran para penciptanya terdahulu. Belajar matematika sangat
berguna bagi kehidupan. Cobalah membaca dan pahami materinya serta
terapkan untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan di lingkunganmu.
Kamu punya kemampuan, kami yakin kamu pasti bisa melakukannya.
Buku ini diawali dengan pengajuan masalah yang bersumber dari fakta dan
lingkungan budaya siswa terkait dengan materi yang akan diajarkan. Tujuannya
agar kamu mampu menemukan konsep dan prinsip matematika melalui
pemecahan masalah yang diajukan dan mendalami sifat-sifat yang terkandung
di dalamnya yang sangat berguna untuk memecahkan masalah kehidupan.
Tentu, penemuan konsep dan prinsip matematika tersebut dilakukan oleh
kamu dan teman-teman dalam kelompok belajar dengan bimbingan guru.
Coba lakukan tugasmu, mulailah berpikir, bertanya, berdiskusi, berdebat
dengan orang/teman yang lebih memahami masalah. Ingat …!!!, tidak ada
hasil tanpa usaha dan perbuatan.

Matematika
iii
Asahlah pemahaman kamu dengan memecahkan masalah dan tugas yang
tersedia. Di sana ada masalah otentik/nyata dan teka-teki untuk memampukan
kamu berpikir logis, cermat, jujur dan tangguh menghadapi masalah.
Terapkan pengetahuan yang telah kamu miliki, cermati apa yang diketahui,
apa yang ditanyakan, konsep dan rumus mana yang akan digunakan untuk
menyelesaikan. Semuanya sangat berguna bagi kamu.
Selamat belajar, semoga buku ini bermanfaat dan dapat membantu kamu
kompeten bermatematika dan memecahkan masalah kehidupan.

Jakarta, Nopember 2015


Tim Penulis

iv
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Daftar Isi

Kata Pengantar...................................................................................... iii


Daftar Isi................................................................................................ v
Diagram Alir......................................................................................... viii
Bab 1 Persamaan dan Pertidaksamaan Nilai Mutlak Linear Satu
Variabel..................................................................................... 1
A. Kompetensi Dasar dan Pengalaman Belajar......................................... 1
B. Diagram Alir............................................................................................. 2
C. Materi Pembelajaran................................................................................ 3
1.1 Konsep Nilai Mutlak....................................................................... 3
1.2 Persamaan Nilai Mutlak Linear Satu Variabel............................. 7
Uji Kompetensi 1.1.................................................................................. 17
1.3 Pertidaksamaan Nilai Mutlak Linear Satu Variabel.................... 19
Uji Kompetensi 1.2.................................................................................. 29
Rangkuman............................................................................................... 31

Bab 2 Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel.................................... 33


A. Kompetensi Dasar dan Pengalaman Belajar......................................... 33
B. Diagram Alir............................................................................................. 34
C. Materi Pembelajaran................................................................................ 35
2.1 Menyusun dan Menemukan Konsep Sistem Persamaan Linear
Tiga Variabel.................................................................................... 35
Uji Kompetensi 2.1.................................................................................. 47

Matematika
v
2.2 Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel................ 50
Uji Kompetensi 2.2.................................................................................. 57
Rangkuman............................................................................................... 61

BAB 3 Fungsi........................................................................................ 63
A. Kompetensi Dasar dan Pengalaman Belajar......................................... 63
B. Diagram Alir............................................................................................. 65
C. Materi Pembelajaran................................................................................ 66
3.1 Memahami Notasi, Domain, Range, dan Grafik Suatu
Fungsi................................................................................................ 66
3.2 Operasi Aljabar pada Fungsi.......................................................... 70
3.3 Menemukan Konsep Fungsi Komposisi....................................... 74
3.4 Sifat-Sifat Operasi Fungsi Komposisi........................................... 83
Uji Kompetensi 3.1.................................................................................. 89
3.5 Fungsi Invers.................................................................................... 91
3.6 Menemukan Rumus Fungsi Invers................................................ 96
Uji Kompetensi 3.2.................................................................................. 105
Rangkuman............................................................................................... 107
.
BAB 4 Trigonometri............................................................................. 109
A. Kompetensi Dasar dan Pengalaman Belajar......................................... 109
B. Diagram Alir............................................................................................. 111
C. Materi Pembelajaran .............................................................................. 112
4.1 Ukuran Sudut (Derajat dan Radian)............................................. 112
Uji Kompetensi 4.1.................................................................................. 118
4.2 Perbandingan Trigonometri pada Segitiga Siku-Siku................ 121
Uji Kompetensi 4.2 ................................................................................. 131

vi
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
4.3 Nilai Perbandingan Trigonometri untuk 0o, 30o, 45o, 60o,
dan 90o............................................................................................... 133
Uji Kompetensi 4.3.................................................................................. 143
4.4 Relasi Sudut...................................................................................... 146
4.5 Identitas Trigonometri.................................................................... 168
Uji Kompetensi 4.4.................................................................................. 173
4.6 Aturan Sinus dan Cosinus.............................................................. 176
4.7 Grafik Fungsi Trigonometri........................................................... 185
Uji Kompetensi 4.5.................................................................................. 193
Rangkuman............................................................................................... 196

Glosarium.............................................................................................. 197
Daftar Pustaka....................................................................................... 200
Profil Penulis......................................................................................... 202
Profil Penelaah....................................................................................... 208
Profil Editor........................................................................................... 215
Profil Ilustrator..................................................................................... 216

Matematika
vii
Diagram Alir

Masalah Abstraksi
Matematika
Otentik Pikiran

Geometri

Trigonometri Kalkulus Matematika

Aljabar

Operasi Objek Matematika Fakta

Prosedur Konsep Prinsip

Himpunan

Relasi

Persamaan dan
Pertidaksamaan Fungsi Trigonometri

Operasi
Sistem Persamaan dan
Persamaan Pertidaksamaan
Linear Tiga Linear Nilai
Variabel Mutlak

Keterangan
adalah materi prasyarat yang dipelajari adalah objek matematika yang dikaji
di SD dan SMP pada setiap bahasan matematika

adalah pokok bahasan yang dipelajari


adalah bidang kajian matematika
adalah keterkaitan secara hirarkis matematika

viii
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
BAB
1
Persamaan dan Pertidaksamaan
Nilai Mutlak Linear Satu Variabel

A. Kompetensi Dasar dan Pengalaman Belajar

Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar


Setelah mengikuti pembelajaran ini siswa Melalui pembelajaran materi persamaan
mampu: dan pertidaksamaan nilai mutlak linear satu
3.1 Mengintepretasi persamaan dan variabel, siswa memperoleh pengalaman belajar
pertidaksamaan nilai mutlak dari bentuk berikut.
linear satu variabel dengan persamaan  Mampu berpikir kreatif.
dan pertidaksamaan linear Aljabar  Mampu menghadapi permasalahan pada
lainnya. kasus linear dikehidupan sehari-hari.
4.1 Menyelesaikan masalah yang berkaitan  Mampu berpikir kritis dalam mengamati
dengan persamaan dan pertidaksamaan permasalahan.
nilai mutlak dari bentuk linear satu
 Mengajak untuk melakukan penelitian
variabel.
dasar dalam membangun konsep.
 Mengajak kerjasama tim dalam
menemukan penyelesaian permasalahan.
 Mengajak siswa untuk menerapkan
matematika dalam kehidupan sehari-
hari.
 Siswa mampu memodelkan
permasalahan.

Istilah-Istilah

• Linear • Persamaan • Pertidaksamaan • Nilai mutlak


B. Diagram Alir

Masalah Kalimat Terbuka


Otentik

Nilai Mutlak

Pertidaksamaan Persamaan

Pertidaksamaan Nilai Persamaan Nilai


Mutlak Linear Mutlak Linear
Satu Variabel Satu Variabel

Tidak Ada Penyelesaian

Penyelesaian Tepat Satu Penyelesaian

Banyak Penyelesaian
C. Materi Pembelajaran

Pada bab ini, kita akan mempelajari persamaan dan pertidaksamaan nilai
mutlak yang sederhana, yaitu persamaan dan pertidaksamaan yang memuat
nilai mutlak bentuk linear satu variabel.

1.1 Konsep Nilai Mutlak


Untuk memahami konsep nilai mutlak, mari kita perhatikan kedua
ilustrasi berikut ini.
Cerita Pertama
Perhatikan Gambar 1.1. Kegiatan
pramuka merupakan salah satu kegiatan
ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah.
Suatu pasukan pramuka sedang belajar
baris berbaris di lapangan sekolah pada
hari Sabtu. Sebuah perintah dari pimpinan
regu, yaitu “Maju 4 langkah, jalan!”, hal ini
berarti jarak pergerakan barisan adalah 4
langkah kedepan. Jika perintah pimpinan
pasukan adalah “Mundur 3 langkah, jalan!”, Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 1.1 Pramuka


hal ini berarti bahwa pasukan akan bergerak
ke belakang sejauh 3 langkah. Demikian
seterusnya.
Besar pergerakan langkah pasukan tersebut merupakan nilai mutlak,
tidak ditentukan arah. Contoh, “maju 4 langkah”, berarti mutlak 4 langkah
dari posisi diam dan “mundur 3 langkah”, berarti mutlak 3 langkah dari posisi
diam. Dalam hal ini, yang dilihat adalah nilainya, bukan arahnya.
Cerita Kedua
Seorang anak bermain lompat-lompatan di lapangan. Dari posisi diam,
si anak melompat ke depan 2 langkah, kemudian 3 langkah ke belakang,
dilanjutkan 2 langkah ke depan, kemudian 1 langkah ke belakang, dan akhirnya
1 langkah lagi ke belakang. Secara matematis, ilustrasi ini dapat dinyatakan
sebagai berikut.

Matematika
11
Kita definisikan lompatan ke depan adalah searah dengan sumbu x
positif. Dengan demikian, lompatan ke belakang adalah searah dengan sumbu
x negatif.
Perhatikan sketsa berikut.

Ke belakang 1 langkah
Ke belakang 1 langkah
Ke depan 2 langkah
Ke belakang 3 langkah
Ke depan 2 langkah
Posisi diam si anak
x– –4 –3 –2 –1 0 1 2 3 4 x+

Gambar 1.2 Sketsa lompatan

Dari gambar di atas, kita misalkan bahwa x = 0 adalah posisi diam si


anak. Anak panah yang pertama di atas garis bilangan menunjukkan langkah
pertama si anak sejauh 2 langkah ke depan (mengarah ke sumbu x positif
atau +2). Anak panah kedua menunjukkan 3 langkah si anak ke belakang
(mengarah ke sumbu x negatif atau –3) dari posisi akhir langkah pertama.
Demikian seterusnya sampai akhirnya si anak berhenti pada langkah kelima.
Jadi, kita dapat melihat pergerakan akhir si anak dari posisi awal adalah 1
langkah saja ke belakang (x = –1 atau x = (+2) + (–3) + (+2) + (–1) + (–1) = –1),
tetapi banyak langkah yang dijalani si anak merupakan konsep nilai mutlak. Kita
hanya menghitung banyak langkah, bukan arahnya, sehingga banyak langkahnya
adalah |2| + |–3| + |2| + |–1| + |–1| = 9 (atau 9 langkah).
Perhatikan tabel berikut.
Tabel 1.1 Nilai Mutlak

Bilangan Non Negatif Nilai Mutlak Bilangan Negatif Nilai Mutlak


0 0 –2 2
2 2 –3 3
3 3 –4 4
5 5 –5 5

12
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Berdasarkan kedua cerita dan tabel di atas, dapatkah kamu menarik suatu
kesimpulan tentang pengertian nilai mutlak? Jika x adalah variabel pengganti
sebarang bilangan real, dapatkah kamu menentukan nilai mutlak dari x
tersebut?
Perhatikan bahwa x anggota himpunan bilangan real (ditulis x∈R).
Berdasarkan tabel, kita melihat bahwa nilai mutlak dari x akan bernilai
positif atau nol (non negatif). Secara geometris, nilai mutlak suatu bilangan
adalah jarak antara bilangan itu dengan nol pada garis bilangan real. Dengan
demikian, tidak mungkin nilai mutlak suatu bilangan bernilai negatif, tetapi
mungkin saja bernilai nol.
Ada beberapa contoh percobaan perpindahan posisi pada garis bilangan,
yaitu sebagai berikut.

1. |3| = 3
(–) –3 –2 –1 0 1 2 3 4 (+)

2. 3 3
=
4 4 (–) –3 –2 –1 0 3
4
1 2 3 4 (+)

3. |0| = 0
(–) –3 –2 –1 0 1 2 3 4 (+)

4. 5 5
− =
2 2 (-) –3 -
5
2
–2 –1 0 1 2 3 4 (+)

5. |-3| = 3
(-) –3 –2 –1 0 1 2 3 4 (+)

Gambar 1.3 Cara menentukan nilai mutlak suatu bilangan pada garis bilangan

Catatan:
• Garis bilangan digunakan sebagai media untuk menunjukkan nilai mutlak.
• Tanda panah digunakan untuk menentukan besar nilai mutlak, dimana
arah ke kiri menandakan nilai mutlak dari bilangan negatif, dan begitu

Matematika
13
juga sebaliknya. Arah ke kanan menandakan nilai mutlak dari bilangan
positif.
• Besar nilai mutlak dilihat dari panjang tanda panah dan dihitung dari
bilangan nol.

Penjelasan
Garis bilangan 1: Tanda panah bergerak ke arah kanan berawal dari bilangan
0 menuju bilangan 3, dan besar langkah yang dilalui tanda
panah adalah 3. Hal ini berarti nilai |3| = 3 atau berjarak 3
satuan dari bilangan 0.
Garis bilangan 5: Tanda panah bergerak ke arah kiri berawal dari bilangan 0
menuju bilangan –3, dan besar langkah yang dilalui tanda
panah adalah 3. Hal ini berarti bahwa nilai |–3| = 3 atau
berjarak 3 satuan dari bilangan 0.

Dari kedua penjelasan di atas, dapat dituliskan konsep nilai mutlak,


sebagai berikut.

Definisi 1.1

Misalkan x bilangan real, |x| dibaca nilai mutlak x, dan didefinisikan

x jika x ≥ 0
x =
− x jika x < 0

Definisi di atas dapat diungkapkan dengan kalimat sehari-hari seperti


berikut ini. Nilai mutlak suatu bilangan positif atau nol adalah bilangan itu
sendiri, sedangkan nilai mutlak dari suatu bilangan negatif adalah lawan dari
bilangan negatif itu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa:

a) 1 1 , karena 1 > 0 ( 1 adalah bilangan positif).


=
2 2 2 2
b) |5| = 5, karena 5 > 0 (5 adalah bilangan positif).
c) |–3| = –(–3) = 3, karena –3 < 0 (–3 adalah bilangan negatif).

14
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Latihan 1.1

Gunakan Definisi 1.1 untuk menentukan nilai mutlak berikut.


a. Tentukan |x + 2| untuk x bilangan real.
b. Tentukan |x – 3|untuk x bilangan real.
c. Tentukan |2 x + 3| untuk x bilangan real.
d. Tentukan |–2 x + 5| untuk x bilangan real.
1 2
e. Tentukan x − untuk x bilangan real.
2 3

1.2 Persamaan Nilai Mutlak Linear Satu Variabel


Pada sub-bab ini, kita akan mengkaji bentuk persamaan nilai mutlak
linear satu variabel dan strategi menyelesaikannya. Untuk memulainya, mari
kita cermati pembahasan masalah berikut ini.

Masalah 1.1

Tentukan nilai x (jika ada) yang memenuhi setiap persamaan berikut ini.
1. |2x – 1| = 7 4. –5|3x – 7| + 4 = 14
2. |x + 5| = –6 5. |2x – 1| = |x + 3|
3. |(4x –8)| = 0

Alternatif Penyelesaian

Pertama, kita akan mengubah bentuk |2x – 1| seperti pada Latihan 1.1.
 1
 2 x − 1 jika x ≥
2
1. 2 x − 1 = 
−(2 x − 1) jika x < 1
 2
Akibatnya diperoleh 2 persamaan, yaitu sebagai berikut.
1
Untuk x ≥ , 2x – 1 = 7, 2x = 7 + 1, 2x = 8 atau x = 4
2

Matematika
15
1
Untuk x < , (2x – 1) = 7, –2x + 1 = 7, –2x = 7 – 1, –2x = 6 atau x = –3
2
Jadi, nilai x = 4 atau x = –3 memenuhi persamaan nilai mutlak |2x – 1| = 7.
2. Tidak ada x∈R yang memenuhi persamaan |x + 5| = –6, mengapa?
3. Persamaan |(4x – 8)| = 0 berlaku untuk 4x – 8 = 0 atau 4x = 8.
Jadi, x = 2 memenuhi persamaan |4x – 8| = 0.
4. Persamaan –5|3x – 7| + 4 = 14 ⇔ |3x – 7| = –2 .
Bentuk |3x – 7| = –2 bukan suatu persamaan, karena tidak ada x bilangan
real, sehingga |3x – 7| = –2.
5. Ubah bentuk |2x – 1| dan |x + 3| dengan menggunakan Definisi 1.1,
sehingga diperoleh:

 1
 2 x − 1 jika x ≥
2 1.1
2x − 1 = 
−2 x +1 jika x < 1
 2

 x + 3 jika x ≥ −3
x +3 =  1.2
− x − 3 jika x < −3

Berdasarkan sifat persamaan, bentuk |2x – 1| = |x + 3|, dapat dinyatakan


menjadi |2x –1| – |x + 3| = 0. Artinya, sesuai dengan konsep dasar “mengurang”,
kita dapat mengurang |2x – 1| dengan |x + 3| jika syarat x sama. Sekarang, kita
harus memikirkan strategi agar |2x – 1| dan |x + 3| memiliki syarat yang sama.
Syarat tersebut kita peroleh berdasarkan garis bilangan berikut.

|2x –1| = 2x – 1
|2x –1| = –2x + 1

–3  0 1 3
x ∈ R : x ≥ 
 2
|x +3| = –x – 3
|x +3| = x + 3

Gambar 1.4 Nilai |2x – 1| dan |x + 3| sesuai dengan Definisi 1.1

16
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Oleh karena itu, bentuk (1.1) dan (1.2) dapat disederhanakan menjadi:
 1
 2 x − 1 jika x≥
 1 2

 2 x − 1 jika x ≥ 2  1
2x − 1 =  = −2 x +1 jika −3 ≤ x < 1.3
−2 x +1 jika x < 1  2
 2  −2 x +1 jika x < −3


 1
 x + 3 jika x≥
2
 x + 3 jika x ≥ −3  1
x +3 =  =  x + 3 jika −3 ≤ x < 1.4
 − x − 3 jika x < −3 2

− x − 3 jika x < −3

Akibatnya, untuk menyelesaikan persamaan |2x – 1| – |x + 3| = 0, kita


1 1
fokus pada tiga kemungkinan syarat x, yaitu x ≥ -3 ≤ x < atau x < –3.
atau –3
2 2
1
➢ Kemungkinan 1, untuk x ≥ .
2
Persamaan |2x – 1| – |x + 3| = 0 menjadi (2x – 1) – (x + 3) = 0 atau x = 4.
1
Karena x ≥ , maka x = 4 memenuhi persamaan.
2
1
➢ -3 ≤ x <
Kemungkinan 2, untuk –3
2
2
Persamaan |2x – 1| – |x + 3| = 0 menjadi –2x + 1 – (x + 3) = 0 atau x = – .
3
1 2
Karena –3 ≤ x < maka x = – memenuhi persamaan.
2 3
➢ Kemungkinan 3, x < –3
Persamaan |2x – 1| – |x + 3| = 0 menjadi –2x + 1 – (–x – 3) = 0 atau x = 4.
Karena x < –3, maka tidak ada nilai x yang memenuhi persamaan.
Jadi, nilai x yang memenuhi persamaan |2x – 1| = |x + 3| adalah x = 4 atau
2
x=– .
3

Matematika
17
Sifat 1.1

Untuk setiap a, b, c, dan x bilangan real dengan a ≠ 0.


1. Jika |ax + b| = c dengan c ≥ 0, maka salah satu sifat berikut ini berlaku.
b
i. |ax + b| = c, untuk x ≥ –
a
b
ii. –(ax + b) = c, untuk x < –
a
2. Jika |ax + b| = c dengan c < 0, maka tidak ada bilangan real x yang
memenuhi persamaan |ax + b| = c.

Latihan 1.2

Manfaatkan Sifat 1.1 untuk mengubah bentuk nilai mutlak berikut.


a. |x – 1|
b. |2x – 6|
c. |2x – 6| + |x – 1|
d. |2x – 6| – |x – 1|

Masalah 1.2

Perhatikan Gambar 1.5 di sungai ini.


Sungai pada keadaan tertentu mempunyai
sifat cepat meluap di musim hujan dan cepat
kering di musim kemarau. Diketahui debit air
sungai tersebut adalah p liter/detik pada cuaca
normal dan mengalami perubahan debit
sebesar q liter/detik di cuaca tidak normal.
Tunjukkan nilai penurunan minimum
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas
dan peningkatan maksimum debit air sungai
Gambar 1.5 Sungai
tersebut.

18
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Alternatif Penyelesaian

Nilai mutlak peningkatan dan penurunan debit air tersebut dengan perubahan
q liter/detik dapat ditunjukkan dengan persamaan
|x – p| = q, x adalah debit air sungai.
 x − p jika x ≥ p
Dengan Definisi 1.1, maka x − p =  1.5
− x + p jika x < p
Akibatnya, |x – p| = q berubah menjadi
a) Untuk x ≥ p, x – p = q atau x = p + q
Hal ini berarti peningkatan maksimum debit air sungai adalah (p + q)
b) Untuk x < p, –x + p = q atau x = p – q
Hal ini berarti penurunan minimum debit air adalah (p – q)
Dengan pemahaman yang telah dimiliki, maka kita dapat menggambar-
kannya sebagai berikut.
q
q

p–q ... p–2 p–1 p p+1 p+2 ... p+q

Gambar 1.6 Nilai maksimum p + q dan nilai minimum p – q

Dari grafik di atas, dapat dinyatakan penurunan minimum debit air adalah
(p – q) liter/detik dan peningkatan maksimum debit air adalah (p + q) liter/detik.

Contoh 1.1

Tentukan nilai x yang memenuhi persamaan |x – 3| + |2x – 8| = 5.

Alternatif Penyelesaian

Berdasarkan Definisi 1.1 diperoleh

 x − 3 jika x ≥ 3
x −3 =  1.6
− x + 3 jika x < 3

Matematika
19
 2 x − 8 jika x ≥ 4
2x − 8 = 
1.7
−2 x + 8 jika x < 4

➢ Untuk x < 3, maka bentuk |x – 3| + |2x – 8| = 5 menjadi –x + 3 – 2x + 8 = 5


atau x = 2
Karena x < 3, maka nilai x = 2 memenuhi persamaan.
➢ Untuk 3 ≤ x < 4, maka |x – 3| + |2x – 8| = 5 menjadi x – 3 – 2x + 8 = 5 atau
x=0
Karena 3 ≤ x < 4, maka tidak ada nilai x yang memenuhi persamaan.
➢ Untuk x ≥ 4, maka |x – 3| + |2x – 8| = 5 menjadi x – 3 + 2x – 8 = 5 atau
16
x= .
3
16
Karena x ≥ 4, maka x = memenuhi persamaan.
3
16
Jadi, penyelesaian |x – 3| + |2x – 8| = 5 adalah x = 2 atau x = .
3
Contoh 1.2

Gambarlah grafik y = |x| untuk setiap x bilangan real.

Alternatif Penyelesaian

Dengan menggunakan Definisi 1.1, berarti

 x , jika x ≥ 0
x =
− x , jika x < 0

Kita dapat menggambar dengan menggunakan beberapa titik bantu pada


tabel berikut.
Tabel 1.2 Koordinat titik yang memenuhi y = |x|, untuk x ≥ 0

x ... 0 1 2 3 4 5 ...
y ... 0 1 2 3 4 5 ...
(x, y) ... (0, 0) (1, 1) (2, 2) (3, 3) (4, 4) (5, 5) ...

20
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Tabel 1.3 Koordinat titik yang memenuhi y = |x|, untuk x < 0

x ... –1 –2 –3 –4 –5 ...

y ... 1 2 3 4 5 ...

(x, y) ... (–1, 1) (–2, 2) (–3, 3) (–4, 4) (–5, 5) ...

Titik-titik yang kita peroleh pada tabel, kemudian disajikan dalam sistem
koordinat kartesius sebagai berikut.
(+)
y
f(x) = |x|, x < 0 f(x) = |x|, x ≥ 0
E(–5, 5) 5 T(5, 5)

D(–4, 4) 4 S(4, 4)

C(–3, 3) 3 R(3, 3)

B(–2, 2) 2 Q(2, 2)

A(–1, 1) 1 P(1, 1)

x– –7 –6 –5 –4 –3 –2 –1 0 1 2 3 4 5 6 7 x+

Gambar 1.7 Grafik y = |x|

Latihan 1.3

Gambarkan grafik bentuk nilai mutlak berikut dengan memanfaatkan


Definisi 1.1.
a. y = |x – 2|
b. y = |x + 2|
c. y = |2x – 1|

Matematika
21
Alternatif Penyelesaian

Langkah-langkah penyelesaian untuk bagian a sebagai berikut. Selanjutnya


dengan proses yang sama, kerjakan bagian b dan c.
Langkah 1. Buatlah tabel untuk menunjukkan pasangan titik-titik yang
mewakili y = |x – 2|. Tentukan pertama sekali nilai x yang membuat nilai y
menjadi nol. Tentu, x = 2, bukan? Jadi, koordinat awalnya adalah (2, 0).
Tabel 1.4 Grafik y = |x – 2|

x y (x, y) x y (x, y)

–5 … … 0 2 (0,2)

–4 … … 1 … …

–3 5 (-3, 5) 2 … …

–2 … … 3 … …

–1 … … 4 2 (4, 2)

Lengkapilah tabel di atas dan kita akan menemukan beberapa pasangan titik
yang memenuhi y = |x – 2| tersebut.
Langkah 2. Letakkan titik-titik yang kita peroleh pada tabel di atas pada sistem
koordinat kartesius.
y

(–3, 5) 5
4
3

2 (0, 2) (4, 2)

1
(2, 0)
x
–5 –4 –3 –2 –1 0 1 2 3 4

Gambar 1.8 Titik pada kurva y = |x – 2|

22
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Langkah 3. Buatlah garis lurus yang menghubungkan titik-titik yang
sudah diletakkan di bidang koordinat tersebut sesuai dengan urutan nilai
x. Kamu akan mendapat grafik y = |x – 2|.
Dapatkah kamu memberikan pendapatmu tentang hubungan |x| dengan

x 2 ? Sebelum kamu menjawab, kamu coba lakukan pengamatan pada tabel


berikut dan ikuti langkah-langkahnya.
Langkah 1. Lengkapi Tabel 1.5. Tentukan hubungan antara |x| dengan x2
dengan melakukan pengamatan pada tabel yang telah dilengkapi.
Tabel 1.5 Hubungan x 2 dan |x|

x –6 –5 –4 –3 –2 –1 0 1 2 3 4 5 6

x2 … … … … … … … … … … … … …

x2 … … … … … … … … … … … … …

|x| … … … … … … … … … … … … …

Langkah 2. Lakukan pengamatan pada nilai di tabel. Nilai baris manakah


yang sama nilainya?
Langkah 3. Ambillah kesimpulanmu tentang hubungan antara x 2 dan |x|.
Selain menggunakan Definisi 1.1, persamaan dan pertidaksamaan nilai
mutlak linear satu variabel dapat juga diselesaikan dengan menggunakan
sifat |x| = x 2 . Hanya saja, bentuk ini tidak linear. Untuk itu, penyelesaian
persamaan dan pertidaksamaan nilai mutlak linear satu variabel dengan
menggunakan |x| = x 2 merupakan alternatif penyelesaian saja. Perhatikan
contoh berikut.

Contoh 1.3

Berdasarkan sifat |x| = x 2 , maka selesaikan persoalan pada Masalah 1.1

Matematika
23
1. |2x – 1| = 7

Alternatif Penyelesaian

(2 x − 1)2 = 72

4x2 – 4x + 1 = 49
4x2 – 4x + 1 – 49 = 0
4x2 – 4x – 48 = 0
x2 – x – 12 = 0
(x – 4)(x +3) = 0
x = 4 atau x = -3
2. |2x – 1| = |x + 3|
(Dikerjakan sebagai latihan)

24
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Uji Kompetensi 1.1

1. Tentukanlah nilai mutlak untuk setiap bentuk berikut ini.


a) |–8n|, n bilangan asli e) |25 – 33|
1 3
b) 2 3 − 3 f) 12 2 − 24 2

3 2
− g)
c) |(3n)2n – 1|, n bilangan asli
7 5

1
d) |12 × (–3) : (2 – 5)| h) 2n − , n bilangan asli
n +1

2. Manakah pernyataan berikut ini yang merupakan pernyataan bernilai


benar? Berikan alasanmu.
a) |k| = k, untuk setiap k bilangan asli.
b) |x| = x, untuk setiap x bilangan bulat.
c) Jika |x| = –2, maka x = –2.
d) Jika 2t – 2 > 0, maka |2t – 2| = 2t – 2.
e) Jika |x + a| = b, dengan a, b, x bilangan real, maka nilai x yang
memenuhi hanya x = b – a.
f) Jika |x| = 0, maka tidak ada x bilangan real yang memenuhi persamaan.
g) Nilai mutlak semua bilangan real adalah bilangan non negatif.

3. Hitunglah nilai x (jika ada) yang memenuhi persamaan nilai mutlak


berikut. Jika tidak ada nilai x yang memenuhi, berikan alasanmu.
a) |4 – 3x| = |–4|
b) 2|3x – 8| = 10
c) 2x + |3x – 8| = –4

Matematika
25
d) 5|2x – 3| = 2|3 – 5x|
e) 2x + |8 – 3x| = |x – 4|
x
f) = |–10|,
-10 x ≠ 2
x −2

x −5
g) = -4
–4, x ≠ 0
2x
h) |–4|

4. Suatu grup musik merilis album, penjualan per minggu (dalam ribuan)
dinyatakan dengan model s(t) = –2|t – 22| + 44, t waktu (dalam minggu).
a) Gambarkan grafik fungsi penjualan s(t).
b) Hitunglah total penjualan album selama 44 minggu pertama.
c) Dinyatakan Album Emas jika penjualan lebih dari 500.000 copy.
Hitunglah t agar dinyatakan Album Emas.

5. Selesaikan setiap persamaan nilai mutlak berikut ini.


a) |2y + 5| = |7 – 2y|
b) |x – 1| + |2x| + |3x + 1| = 6
c) |4x – 3| = –|2x – 1|

d)

e) –|3 – 6y| = |8 – 2y|


f) |3,5x – 1,2| = |8,5x + 6|

6. Selidiki kebenaran setiap pernyataan berikut ini dan berikan alasan untuk
setiap pernyataanmu tersebut.
a) Untuk setiap x, y bilangan real, |xy| = |x|.|y|

b) Untuk setiap x, y bilangan real, ,y≠0

c) Untuk setiap x, y bilangan real, |x – y| = |y – x|

26
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
1.3 Pertidaksamaan Nilai Mutlak Linear Satu Variabel
Berdasarkan konsep nilai mutlak dan persamaan nilai mutlak, kita akan
mempelajari bagaimana konsep pertidaksamaan nilai mutlak linear satu variabel.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kita jumpai kasus yang melibatkan
pembatasan suatu hal. Seperti lowongan kerja mensyaratkan pelamar dengan
batas usia tertentu, batas nilai cukup seorang pelajar agar dinyatakan lulus dari
ujian, dan batas berat bersih suatu kendaraan yang diperbolehkan oleh dinas
perhubungan.
Selanjutnya, kita akan mengaplikasikan konsep nilai mutlak ke dalam
pertidaksamaan linear dengan memahami dan meneliti kasus-kasus berikut.

Masalah 1.3

Seorang bayi lahir prematur di sebuah


Rumah Sakit Ibu dan Anak. Untuk mengatur
suhu tubuh bayi tetap stabil di suhu 34oC,
maka harus dimasukkan ke inkubator selama
2 hari. Suhu inkubator harus dipertahankan
berkisar antara 32oC hingga 35oC.
Bayi tersebut lahir dengan BB seberat
2.100-2.500 gram. Jika pengaruh suhu ruangan
membuat suhu inkubator menyimpang sebe-
sar 0,2oC, tentukan interval perubahan suhu Sumber: http://www.indotekken.com

Gambar 1.9 Inkubator


inkubator.

Alternatif Penyelesaian

Cara I (Dihitung dengan Nilai Mutlak)


Pada kasus tersebut di atas, kita sudah mendapatkan data dan suhu inkubator
yang harus dipertahankan selama 1-2 hari semenjak kelahiran, yaitu 34oC.
Misalkan t adalah segala kemungkinan perubahan suhu inkubator akibat
pengaruh suhu ruang, dengan perubahan yang diharapkan sebesar 0,2oC,
Nilai mutlak suhu tersebut dapat dimodelkan, yaitu sebagai berikut.
|t – 34| ≤ 0,2

Matematika
27
Dengan menggunakan Definisi 1.1, |t – 34| ditulis menjadi
 t − 34 jika t ≥ 34
t − 34 = 
− ( t − 34 ) jika t < 34

Akibatnya, |t – 34| ≤ 0,2 berubah menjadi


t – 34 ≤ 0,2 dan –(t – 34) ≤ 0,2 atau
t – 34 ≤ 0,2 dan (t – 34) ≥ -0,2
atau dituliskan menjadi
|t – 34| ≤ 0,2 ⇔ –0,2 ≤ t – 34 ≤ 0,2
⇔ 33,8 ≤ t ≤ 34,2
Dengan demikian, interval perubahan suhu inkubator adalah {t|33,8 ≤ t ≤ 34,2}.
Jadi, perubahan suhu inkubator itu bergerak dari 33,8oC sampai dengan 34,2oC.

Cara II (Mengamati Melalui Garis Bilangan)
Perhatikan garis bilangan di bawah ini.

0,2oC
0,2oC

33,8oC ... 33,9oC 34oC 34,1oC ... 34,2oC


Gambar 1.10 Interval perubahan suhu

Berdasarkan gambar, interval perubahan suhu inkubator adalah


{t|33,8 ≤ t ≤ 34,2}. Jadi, perubahan suhu inkubator itu bergerak dari 33,8oC
sampai dengan 34,2oC.

Cara III. Alternatif Penyelesaian (Menggunakan t = t 2 )


|t – 34| ≤ 0,2 ⇔ (t − 34)2 ≤ 0, 2 (kuadratkan)
⇔ (t – 34)2 ≤ (0,2)2
⇔ (t – 34)2 – (0,2)2 ≤ 0

28
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
⇔ [(t – 34) – (0,2)][(t – 34) + (0,2)] ≤ 0
⇔ [(t – 34,2)][t – 33,8] ≤ 0.
Nilai pembuat nol adalah t = 34,2 atau t = 33,8

33,8oC 34,2oC
{t|33,8 ≤ t ≤ 34,2}

.
Masalah 1.4

Tentara melakukan latihan menembak


di sebuah daerah yang bebas dari warga
sipil. Dia berencana menembak objek yang
telah ditentukan dengan jarak tertentu. Jika
x = 0 adalah posisi diam tentara tersebut,
maka pola lintasan peluru yang mengarah
ke objek dan diperkirakan memenuhi persa-
maan 0,480x – y + 0,33 = 0.
Kecepatan angin dan hentakan senjata
Sumber: www.tniad.mil.ad
akan mempengaruhi pergerakan peluru se- Gambar 1.11 Tentara sedang lati-
hingga kemungkinan lintasan peluru dapat han menembak
berubah menjadi y – 0,475x – 0,35 = 0.
Pada jarak berapakah lintasan peluru akan
menyimpang sejauh 0,05 m akibat pengaruh
perubahan arah tersebut?

Alternatif Penyelesaian 1

(Mengggunakan Definisi 1.1)


|(0,480x + 0,33) – (0,475x + 0,35)| ≤ 0,05
|0,05x – 0,02| ≤ 0,05

 0, 005x − 0, 02 jika x≥4


0, 005x − 0, 02 = 
−0, 005x + 0, 02 jika x<4

Matematika
29
Kasus 1
Untuk x ≥ 4, maka 0,05x – 0,02 ≤ 0,05 atau x ≤ 14
Irisan x ≥ 4 dan x ≤ 14 adalah 4 ≤ x ≤ 14
Kasus 2
Untuk x < 4, maka –0,005x + 0,02 ≤ 0,05 atau x ≥ –6
Irisan x < 4 dan x ≥ –6 adalah –6 ≤ x < 14
Gabungan kasus 1 dan kasus 2 adalah –6 ≤ x < 14

Akan tetapi, karena x = 0 adalah posisi awal maka x ≥ 0 diiris dengan –6 ≤ x < 14
sehingga 0 ≤ x ≤ 14
Jadi, penyimpangan lintasan peluru akibat pengaruh kecepatan angin dan
hentakan senjata sebesar 0,05 m terjadi hanya sejauh 14 m.

Alternatif Penyelesaian 2

(Menggunakan y = y 2 )
Dengan mengingat bahwa y bilangan real, y = y 2 , maka
|(0,480x + 0,33) – (0,475x + 0,35)| ≤ 0,05
⇒ |0,005x – 0,02| ≤ 0,05

( 0, 005x − 0, 02 )
2
⇒ ≤ 0, 05 (Kedua ruas dikuadratkan)
⇒ (0,05x – 0,02)2 ≤ (0,05)2
⇒ (0,005x – 0,02)2 ≤ (0,05)2 atau (0,5x – 2)2 – 25 ≤ 0
⇒ 0,25x2 – 2x – 21 ≤ 0
⇒ (0,5x + 3)(0,5x – 7) ≤ 0 (1.7)
Bentuk pertidaksamaan (1.7), memiliki makna bahwa dua bilangan, yaitu
(0,5x + 3) dan (0,5x – 7) jika dikalikan hasilnya sama dengan nol atau kurang
dari nol (negatif). Artinya terdapat dua kemungkinan yang memenuhi kondisi
(1.7), yaitu (0,5x + 3) dan (0,5x – 7) atau (0,5x + 3) ≤ 0 dan (0,5x – 7) ≥ 0.

30
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
■ Kemungkinan 1 adalah (0,5x + 3) ≥ 0 dan (0,5x – 7) ≤ 0
diperoleh x ≥ –6 dan x ≤ 14, sehingga dapat ditulis –6 ≤ x ≤ 14
■ Kemungkinan 2 adalah (0,5x + 3) ≤ 0 dan (0,5x – 7) ≥ 0
diperoleh x ≤ –6 dan x ≥ 14 atau tidak ada nilai x yang memenuhi kedua
pertidaksamaan.
Jadi, himpunan penyelesaian untuk pertidaksamaan (1.7) adalah
{x∈R: –6 ≤ x ≤ 14} ∪ ∅ = {x∈R: –6 ≤ x ≤ 14}
Karena x = 0 adalah posisi diam tentara atau posisi awal peluru, maka
lintasan peluru haruslah pada interval x ≥ 0. Dengan demikian, interval
–6 ≤ x ≤ 14 akan diiriskan kembali dengan x ≥ 0 seperti berikut.

-6 0 14
{x | 0 ≤ x ≤ 14}

Jadi, penyimpangan lintasan peluru akibat pengaruh kecepatan angin dan


hentakan senjata sebesar 0,05 m terjadi hanya sejauh 14 m.
Perhatikan grafik berikut.

4 y

3 f(x) = 0,480x + 0,33

2
f(x) = 0,475x + 0,35
1
x
–6 –4 –2 2 4 6
–1

–2

–3

–4
Gambar 1.12 Lintasan peluru

Matematika
31
Dari Gambar 1.12, jelas akan terlihat bahwa grafik lintasan peluru yang
diprediksi mengalami penyimpangan (garis putus-putus). Penyimpangan
sejauh 0,05 m akan terjadi hingga x = 14 m.

Masalah 1.5

Secara umum, untuk setiap x, a∈R, pertidaksamaan nilai mutlak linear


satu variabel dapat disajikan dalam bentuk berikut ini.
|x| ≤ a untuk a ≥ 0
|x| ≥ a untuk a ≥ 0
Ingat pada teori sebelumnya bahwa nilai mutlak tidak pernah bernilai
negatif. Jika demikian, menurut pendapatmu apa yang akan terjadi pada
bentuk umum di atas jika a < 0?
Berikutnya, mari kita temukan penyelesaian dari bentuk umum
pertidaksamaan nilai mutlak linear |x| ≤ a dan |x| ≥ a untuk a ≥ 0, a∈R.

Alternatif Penyelesaian

Kasus 1, |x| ≤ a untuk a ≥ 0, a∈R


Dengan menggunakan Definisi 1.1, maka
untuk x ≥ 0, maka |x| = x sehingga x ≤ a
untuk x < 0, maka |x| = –x sehingga –x ≤ a atau x ≥ –a
Dengan demikian, penyelesaian dari |x| ≤ a untuk a ≥ 0, a∈R adalah x ≤ a dan
x ≥ –a (atau sering dituliskan dengan –a ≤ x ≤ a).
Jadi, menyelesaikan |x| ≤ a setara dengan menyelesaikan –a ≤ x ≤ a.

Kasus 2, |x| ≥ a untuk a ≥ 0, a∈R


Dengan menggunakan Definisi 1.1, maka
untuk x ≥ 0, maka |x| = x sehingga x ≥ a
untuk x < 0, maka |x| = –x sehingga –x ≥ a atau x ≤ –a

32
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Dengan demikian, penyelesaian dari |x| ≥ a untuk a ≥ 0, a∈R, adalah x ≤ –a
atau x ≥ a.
Jadi, menyelesaikan |x| ≥ a setara dengan menyelesaikan x ≥ a atau x ≤ -a.
Dari masalah-masalah dan penyelesaian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
sifat pertidaksamaan nilai mutlak linear satu variabel.

Sifat 1.2

Untuk setiap a, x bilangan real.


1. Jika a ≥ 0 dan |x| ≤ a, maka –a ≤ x ≤ a.
2. Jika a < 0 dan |x| ≤ a, maka tidak ada bilangan real x yang memenuhi
pertidaksamaan.
3. Jika |x| ≥ a, dan a > 0 maka x ≥ a atau x ≤ –a.

Kasus 1 dan kasus 2 dapat juga diselesaikan dengan memanfaatkan


hubungan x = x 2 (lihat kembali latihan sebelumnya). Tentu saja, kamu
diminta mengingat kembali konsep-konsep persamaan kuadrat. Untuk lebih
jelasnya, langkah-langkah menyelesaikan kasus pertidaksamaan linear nilai
mutlak dengan menggunakan hubungan x = x 2 dapat dilihat pada Contoh
1.4 di bawah ini.

Contoh 1.4

Buktikan |x + y| ≤ |x| + |y|


Bukti
Untuk x, y bilangan real, |x| ≤ |y| ⇔ –|y| ≤ x ≤ |y|
Untuk x, y bilangan real, |y| ≤ |x| ⇔ –|x| ≤ y ≤ |x|
Dari kedua pernyataan di atas, maka diperoleh
–(|x| + |y|) < x + y ≤ (|x| + |y|) ⇔ |x + y| ≤ |x| + |y|

Matematika
33
Latihan 1.4

Diskusikan dengan teman-temanmu. Jika a, b∈R dengan a > b > 0,


maka tentukan penyelesaian umum untuk pertidaksamaan nilai mutlak
linear satu variabel dengan bentuk |ax + b| ≤ |bx + a|

Contoh 1.5

Selesaikanlah pertidaksamaan |2x +1| ≥ |x – 3|.

Alternatif Penyelesaian 1

Gunakan Definisi 1.1


(Buatlah sebagai latihan)

Alternatif Penyelesaian 2

Gunakan |x| = x2
Bentuk ini bukan linear, tetapi disajikan sebagai alternatif penyelesaian.

Langkah 1
Ingat bahwa x = x 2 , sehingga

( 2x +1) ( x − 3)
2 2
|2x + 1| ≥ |x – 3| ⇔ ≥

⇔ (2x + 1)2 ≥ (x – 3)2



⇔ 4x2 + 4x + 1 ≥ x2 – 6x + 9
⇔ 3x2 + 10x – 8 ≥ 0 (bentuk kuadrat)
⇔ (3x – 2)(x + 4) ≥ 0

34
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Langkah 2
Menentukan pembuat nol

x= atau x = –4

Langkah 3
Letakkan pembuat nol dan tanda pada garis bilangan

+ – +
–4

Langkah 4
Menentukan interval penyelesaian
Dalam hal ini, interval penyelesaian merupakan selang nilai x yang membuat
pertidaksamaan bernilai non-negatif, sesuai dengan tanda pertidaksamaan
pada soal di atas. Dengan demikian, arsiran pada interval di bawah ini adalah
penyelesaian pertidaksamaan tersebut.

–4

Langkah 5: Menuliskan kembali interval penyelesaian


 2
Himpunan penyelesaian (Hp) =  x x ≤ − 4 atau x ≥ 
 3
Perhatikan grafik berikut. Kita akan menggambarkan grafik y = |2x + 1|
dan grafik y = |x – 3|, untuk setiap x∈R.

Matematika
35
y
y = |2x + 1|
4

3 y = |x – 3|

–2 0 2 4 x

–1

–2

–3
Gambar 1.13 Grafik y = |2x + 1| dan y = |x – 3|

Pertidaksamaan |2x + 1| ≥ |x – 3| dapat dibaca menjadi nilai y = |2x + 1|


lebih besar y = |x – 3| dan berdasarkan grafik dapat dilihat pada interval

 2 
 x | x ≤ −4 atau x ≥ , x ∈ R  .
 3 

36
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Uji Kompetensi 1.2

Selesaikanlah soal-soal berikut dengan tepat.


1. Manakah dari pernyataan di bawah yang benar? Berikan alasanmu.
a) Untuk setiap x bilangan real, berlaku bahwa |x| ≥ 0.
b) Tidak terdapat bilangan real x, sehingga |x| < –8.
c) |n| ≥ |m|, untuk setiap n bilangan asli dan m bilangan bulat.

2. Selesaikan pertidaksamaan nilai mutlak berikut.


a) |3 – 2x| < 4
x
b) + 5 ≥ 9
2
c) |3x + 2| ≤ 5
x
d) 2 < 2 − ≤3
2
e) |x + 5| ≤ |1 – 9x|

3. Maria memiliki nilai ujian matematika: 79, 67, 83, dan 90. Jika dia harus
ujian sekali lagi dan berharap mempunyai nilai rata-rata 81, berapa nilai
yang harus dia raih sehingga nilai rata-rata yang diperoleh paling rendah
menyimpang 2 poin?

4. Sketsa grafik y = |3x – 2| – 1, untuk –2 ≤ x ≤ 5, dan x bilangan real.

5. Sketsa grafik y = |x – 2| – |2x – 1|, untuk x bilangan real.

6. Hitung semua nilai x yang memenuhi kondisi berikut ini.


a) Semua bilangan real yang jaraknya ke nol adalah 10.
b) Semua bilangan real yang jaraknya dari 4 adalah kurang dari 6.

Matematika
37
7. Level hemoglobin normal pada darah laki-laki dewasa adalah antara
13 dan 16 gram per desiliter (g/dL).
a) Nyatakan dalam suatu pertidaksamaan nilai mutlak yang merep-
resentasikan level hemoglobin normal untuk laki-laki dewasa.
b) Tentukan level hemoglobin yang merepresentasikan level hemoglobin
tidak normal untuk laki-laki dewasa.

8. Berdasarkan definisi atau sifat, buktikan |a – b| ≤ |a + b|


9. Gambarkan himpunan penyelesaian pertidaksamaan linear berikut ini
dengan memanfaatkan garis bilangan.
a) 4 < |x + 2| + |x – 1| < 5
b) |x – 2| ≤ |x + 1|
c) |x| + | x + 1| < 2

10. Diketahui fungsi f(x) = 5 – 2x, 2 ≤ x ≤ 6. Tentukan nilai M sehingga


|f(x)| ≤ M. Hitunglah P untuk |f(x)| ≥ P.

38
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Rangkuman

Setelah membahas materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu


variabel yang melibatkan konsep nilai mutlak, maka dapat diambil berbagai
kesimpulan sebagai acuan untuk mendalami materi yang sama pada jenjang
yang lebih tinggi dan mempelajari bahasan berikutnya. Beberapa rangkuman
disajikan sebagai berikut.
1. Nilai mutlak dari sebuah bilangan real adalah tidak negatif. Hal ini sama
dengan akar dari sebuah bilangan selalu positif atau nol. Misalnya x∈R, maka
.
2. Persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel dapat diperoleh
dari persamaan atau fungsi nilai mutlak yang diberikan. Misalnya, jika
diketahui |ax + b| = c, untuk a, b, c∈R, maka menurut definisi nilai mutlak
diperoleh persamaan ax + b = c atau ax + b = –c. Hal ini berlaku juga
untuk pertidaksamaan linear.
3. Penyelesaian persamaan nilai mutlak |ax + b| = c ada, jika c ≥ 0.
4. Penyelesaian pertidaksamaan |ax + b| ≤ c ada, jika c ≥ 0.

Konsep persamaan dan pertidaksamaan nilai mutlak linear satu variabel
telah ditemukan dan diterapkan dalam penyelesaian masalah kehidupan dan
masalah matematika. Penguasaanmu terhadap berbagai konsep dan sifat-sifat
persamaan dan pertidaksamaan linear adalah syarat perlu untuk mempelajari
bahasan sistem persamaan linear dua variabel dan tiga variabel serta sistem
pertidaksamaan linear dengan dua variabel. Kita akan menemukan konsep
dan berbagai sifat sistem persamaan linear dua dan tiga variabel melalui
penyelesaian masalah nyata yang sangat bermanfaat bagi dunia kerja dan
kehidupan kita. Persamaan dan pertidaksamaan linear memiliki himpunan
penyelesaian, demikian juga sistem persamaan dan pertidaksamaan linear.

Matematika
39
Pada bahasan sistem persamaan linear dua dan tiga variabel, akan dipelajari
dengan berbagai metode penyelesainnya untuk menentukan himpunan
penyelesaian sistem persamaan dan pertidaksamaan tersebut. Seluruh konsep
dan aturan-aturan yang ditemukan akan diaplikasikan dalam penyelesaian
masalah yang menuntut kamu berpikir kreatif, tangguh menghadapi masalah,
mengajukan ide-ide secara bebas dan terbuka, baik terhadap teman maupun
terhadap guru.

40
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
BAB
2
Sistem Persamaan Linear
Tiga Variabel

A. Kompetensi Dasar dan Pengalaman Belajar

Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar


Setelah mengikuti pembelajaran ini siswa Melalui pembelajaran materi sistem persamaan
mampu: linear tiga variabel, siswa memperoleh
3.3 Menyusun sistem persamaan linear tiga pengalaman belajar sebagai berikut.
variabel dari masalah kontekstual  Menjelaskan karakteristik masalah
4.3 Menyelesaikan masalah kontekstual otentik yang penyelesaiannya terkait
yang berkaitan dengan sistem persamaan dengan model Matematika sebagai
linear tiga variabel sistem persamaan linear tiga variabel
(SPLTV).
 Merancang model matematika dari
sebuah permasalahan otentik yang
merupakan SPLTV.
 Menyelesaikan model matematika untuk
memperoleh solusi permasalahan yang
diberikan.
 Menginterpretasikan hasil penyelesaian
masalah yang diberikan.
 Menemukan ciri-ciri SPLTV dari model
matematika.
 Menuliskan konsep SPLTV berdasarkan
ciri-ciri yang ditemukan dengan
bahasanya sendiri.

Istilah-Istilah

• SPLTV • Eliminasi • Substitusi


• Homogen • Trivial
B. Diagram Alir

Masalah Autentik

Persamaan

Persamaan Linear

Sistem Persamaan Linear

Sistem Persamaan Linear


Tiga Variabel (SPLTV)

Menentukan Himpunan Penyelesaian (HP)

Eliminasi Substitusi Eliminasi & Substitusi

Himpunan Penyelesaian SPLTV


C. Materi Pembelajaran

2.1 Menyusun dan Menemukan Konsep Sistem Persamaan Linear


Tiga Variabel
Persamaan dan sistem persamaan linear dua variabel sudah kamu pelajari
saat duduk di SMP. Saat ini kita akan perdalam kajian, pemahaman, dan
jangkauan pemikiran tentang konsep sistem persamaan linear dari apa yang
kamu sudah pelajari sebelumnya. Pola pikir dan cara belajar yang dituntut
dalam mempelajari materi ini adalah upayamu untuk menemukan ide-ide,
berpikir kritis dan kreatif dalam mencari strategi penyelesaian masalah dan
mengungkapkannya, serta berdiskusi dengan teman, mengajukan pertanyaan
kepada guru dan teman kelompok.
Banyak permasalahan dalam kehidupan nyata yang menyatu dengan
fakta dan lingkungan budaya kita terkait dengan sistem persamaan linear.
Permasalahan-permasalahan tersebut akan menjadi bahan inspirasi menyusun
model-model matematika yang ditemukan dari proses penyelesaiannya. Model
matematika tersebut, akan dijadikan bahan abstraksi untuk membangun
konsep sistem persamaan linear dan konsep sistem persamaan linear tiga
variabel.

Masalah 2.1

Cermatilah masalah berikut!


Petani di Daerah Tapanuli (Sumatera Utara)
Mata pencaharian rakyat di Daerah Tapanuli pada umumnya bekerja
sebagai petani padi dan palawija, karyawan perkebunan sawit, karet, dan
cokelat. Walaupun ada juga yang bekerja sebagai pedagang (khususnya yang
tinggal di daerah wisata Danau Toba).
Namun sekarang, ada permasalahan yang dihadapi para petani padi di
Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir. Hal ini terkait pemakaian pupuk
yang harganya cukup mahal. Contoh permasalahannya adalah sebagai berikut.

Matematika
43
Sumber: https://upload.wikimedia.org

Gambar 2.1 Persawahan padi

Pak Panjaitan memiliki dua hektar sawah yang ditanami padi dan sudah
saatnya diberi pupuk. Ada tiga (3) jenis pupuk yang harus disediakan, yaitu
Urea, SS, TSP. Ketiga jenis pupuk inilah yang harus digunakan para petani
agar hasil panen padi maksimal. Harga tiap-tiap karung pupuk berturut-
turut adalah Rp75.000,00; Rp120.000,00; dan Rp150.000,00. Pak Panjaitan
membutuhkan sebanyak 40 karung untuk sawah yang ditanami padi.
Pemakaian pupuk Urea 2 kali banyaknya dari pupuk SS. Sementara dana
yang disediakan Pak Panjaitan untuk membeli pupuk adalah Rp4.020.000,00.
Berapa karung untuk setiap jenis pupuk yang harus dibeli Pak Panjaitan?
Menurut kamu, kira-kira apa tujuan masalah ini dipecahkan? Strategi
apa yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut? Jika
kamu mengalami kesulitan silakan berdiskusi dengan teman atau bertanya
kepada guru. Sebagai arahan/petunjuk pengerjaan masalah, ikuti pertanyaan-
pertanyaan berikut.
1) Bagaimana kamu menggunakan variabel untuk menyatakan banyak
pupuk yang digunakan untuk setiap jenisnya dan hubungan pemakaian
antarjenis pupuk?
2) Bagaimana kamu menggunakan variabel untuk menyatakan hubungan
harga setiap jenis pupuk dengan dana yang tersedia?

44
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
3) Apa yang kamu temukan dari hubungan-hubungan tersebut? Adakah
kaitannya dengan pengetahuan yang kamu miliki dengan melakukan
manipulasi aljabar?
4) Adakah kesulitan yang harus kamu diskusikan dengan teman atau
bertanya kepada guru untuk menentukan hubungan antarvariabel,
melakukan manipulasi aljabar, dan kepastian strategi yang kamu pilih?
5) Adakah variabel yang harus kamu tentukan nilainya? Bagaimana caranya,
apakah prinsip analogi (cara yang mirip) dapat digunakan ketika kamu
menentukan nilai variabel pada sistem persamaan dua variabel?
6) Berapa karung pupuk yang harus dibeli Pak Panjaitan untuk setiap
jenisnya?

Alternatif Penyelesaian

Diketahui: - Tiga jenis pupuk yaitu Urea, SS, TSP. Harga per karung setiap
jenis pupuk Rp75.000,00; Rp120.000,00; dan Rp150.000,00.
- Banyak pupuk yang dibutuhkan 40 karung.
- Pemakaian pupuk Urea 2 kali lebih banyak dari pupuk SS.
- Dana yang tersedia Rp4.020.000,00.
Ditanyakan:
Banyaknya pupuk (karung) yang diperlukan untuk tiap-tiap jenis pupuk yang
harus dibeli Pak Panjaitan.
Misalkan: x adalah banyak jenis pupuk Urea yang dibutuhkan (karung)
y adalah banyak jenis pupuk SS yang dibutuhkan (karung)
z adalah banyak jenis pupuk TSP yang dibutuhkan (karung)
Berdasarkan informasi di atas diperoleh hubungan-hubungan sebagai berikut.
x + y + z = 40 (2.1)
x = 2y (2.2)
75.000x + 120.000y + 150.000z = 4.020.000 (2.3)

Matematika
45
Langkah 1
Substitusikan Persamaan (2.2) ke dalam Persamaan (2.1), ribuan (000)
dieliminasi lebih dahulu sehingga diperoleh
x = 2y dan x + y + z = 40 ⇒ 2y + y + z = 40
⇒ 3y + z = 40
3y + z = 40 (2.4)
Langkah 2
Substitusikan Persamaan (2.2) ke dalam Persamaan (2.3), sehingga diperoleh
x = 2y dan 75x + 120y + 150z = 4.020 ⇒ 75(2y) + 120y + 150z = 4.020
⇒ 270y + 150z = 4.020
27y + 15z = 402 (2.5)
Gunakan metode eliminasi terhadap Persamaan (2.4) dan Persamaan (2.5).
3y + z = 40 × 15 45y + 15z = 600

27y + 15z = 402 ×1 27y + 15z = 402
18y = 198
Jadi, 18y = 198 atau y = 11 dan diperoleh x = 2y = 2(11) = 22
maka x + y + z = 40
22 + 11 + z = 40
z = 40 – 33 = 7
Dengan mensubstitusi x = 22 dan y = 11 ke Persamaan (2.1) jadi, diperoleh z = 7.
Jadi, nilai x = 22, y = 11, dan z = 7 atau banyak pupuk yang harus dibeli Pak
Panjaitan dengan uang yang tersedia adalah 22 karung Urea, 11 karung SS, dan
7 karung pupuk TSP.

Masalah 2.2

Nenek moyang kita memiliki keahlian seni ukir (seni pahat). Mereka
dapat membuat berbagai jenis patung dan ornamen-ornamen yang memiliki

46
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
nilai estetika yang cukup tinggi. Pak Wayan memiliki keterampilan memahat
patung yang diwarisi dari kakeknya. Ia selalu bekerja dengan dibantu dua
anaknya, yaitu I Gede dan Putu yang sedang duduk di bangku sekolah SMK
Jurusan Teknik Bangunan. Berbagai hasil ukirannya dapat dilihat dan dibeli di
daerah wisata, terutama di daerah wisata Bali.

Sumber: http://e-kuta.com

Gambar 2.2 Ukiran, patung, dan ornamen

Suatu ketika Pak Wayan mendapat pesanan untuk membuat 3 ukiran


patung dan 1 ornamen rumah dari seorang turis asal Belanda dengan batas
waktu pembuatan diberikan selama 5 hari. Pak Wayan dan Putu dapat
menyelesaikan pesanan di atas dalam waktu 7 hari. Jika Pak Wayan bekerja
bersama I Gede, mereka dapat menyelesaikan pesanan dalam waktu 6 hari.
Karena Putu dan I Gede bekerja setelah pulang sekolah, mereka berdua
membutuhkan waktu 8 hari untuk menyelesaikan pesanan ukiran tersebut.
Dapatkah pesanan ukiran diselesaikan/terpenuhi, jika Pak Wayan dibantu
kedua anaknya dengan batas waktu yang diberikan?
Sebelum kamu menyelesaikan masalah, koordinasi pengetahuan dan
keterampilan yang sudah kamu miliki untuk menemukan aturan-aturan,
hubungan-hubungan dan struktur-struktur yang belum diketahui. Dalam
menyelesaikan masalah di atas, langkah-langkah penyelesaiannya dapat dilihat
dalam beberapa pertanyaan berikut.

Matematika
47
1) Bagaimana kamu menentukan kecepatan Pak Wayan, Putu, dan I Gede
bekerja menyelesaikan satu jenis pesanan ukiran tersebut?
2) Dapatkah kamu menentukan hubungan tiap-tiap kecepatan untuk
menyelesaikan pekerjaan dalam bentuk persamaan?
3) Apa yang kamu temukan dari hubungan-hubungan tersebut? Adakah
kaitannya dengan pengetahuan yang kamu miliki dengan melakukan
manipulasi aljabar?
4) Adakah variabel yang harus kamu tentukan nilainya? Bagaimana caranya,
apakah prinsip analogi (cara yang mirip) dapat digunakan ketika kamu
menentukan nilai variabel pada sistem persamaan dua variabel?
5) Bagaimana hubungan antara konsep jarak dan kecepatan dalam
menentukan lama waktu yang digunakan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan?
6) Adakah jawaban permasalahan yang kamu temukan?

Alternatif Penyelesaian

Diketahui: Pesanan pembuatan ukiran patung dan ornamen rumah dengan


batas waktu 5 hari.
Waktu yang dibutuhkan membuat patung dan ornamen adalah
Pak Wayan dan Putu selama 7 hari
Pak Wayan dan I Gede selama 6 hari
Putu dan I Gede selama 8 hari
Misalkan: Waktu yang dibutuhkan (satuan hari) Pak Wayan adalah x
Waktu yang dibutuhkan (satuan hari) Putu adalah y
Waktu yang dibutuhkan (satuan hari) I Gede adalah z
Berarti waktu yang diperlukan Pak Wayan, Putu, dan I Gede untuk menyelesaikan
1 1 1
satu set pesanan, masing-masing adalah , , dan .
x y z

48
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
• Pak Wayan dan Putu membutuhkan waktu 7 hari untuk menyelesaikan 1
unit pesanan ukiran. Hal ini dapat dimaknai dengan
1 1 1 1 1
7 +7 =1⇒ + = (2.6)
x y x y 7
• Pak Wayan dan I Gede membutuhkan waktu 6 hari untuk menyelesaikan
1 unit pesanan ukiran. Hal ini dapat dimaknai dengan
1 1 1 1 1
6 +6 =1⇒ + = (2.7)
x y x z 6
• Putu dan I Gede membutuhkan waktu 8 hari untuk menyelesaikan 1 unit
pesanan ukiran. Hal ini dapat dimaknai dengan
1 1 1 1 1
8 +8 =1⇒ + = (2.8)
y z y z 8

• Kemudian carilah tiga persamaan linear yang saling terkait dari


1
Persamaan (2.6), (2.7), dan (2.8) di atas dengan memisalkan p = ,
1 x
1
q = , dan r = .
y z
• Carilah nilai p, q, dan r dengan memilih salah satu metode yang telah
dipelajari sebelumnya. Sebagai alternatif pilihan gunakan metode
campuran eliminasi dan substitusi.
Dengan menerapkan metode eliminasi pada Persamaan (2.6) dan (2.7) diperoleh
7p + 7q = 1 × 6 42p + 42q = 6
6p + 6r = 1 × 7 42p + 42r = 7
42q – 42r = –1
42q – 42r = –1 (2.9)
Dengan menerapkan metode eliminasi pada Persamaan (2.8) dan (2.9) diperoleh
8q + 8r = 1 × 42 336q + 336r = 42
42q – 42r = –1 × 8 336q – 336r = –8
672r = 50
50
672r = 50, sehingga diperoleh r =
672

Matematika
49
50
r= disubtitusikan ke persamaan 8q + 8r = 1, sehingga
672
 50 
8q +  8 ×  =1
 672 
400
8q + =1
672
400
8q = 1 –
672
672 400
8q = −
672 672
272
8q = ⇒q
672
272 272 1
:8⇒ ×
672 672 8
34
diperoleh q =
672
34
q= disubtitusikan ke persamaan 7p + 7q = 1 diperoleh
672
 34  238
7 p 7×  =7 p + =1
 672  672
 238 
p=  1 −  :7
 672 

434 1 62
= × =
672 7 672
62
p= .
672
Sebelumnya telah dimisalkan bahwa
1 62 672
p= dan p = ⇒x= = 10,84.
x 672 62

50
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
1 34 672
q= dan q = ⇒y= = 19,76.
y 672 34
1 50 672
r= dan r = ⇒z= = 13,44.
z 672 50

Karena x, y, dan z berturut-turut menyatakan waktu yang dibutuhkan


Pak Wayan, Putu, dan Gede untuk menyelesaikan 1 set pesanan ukiran. Jika
bekerja secara individual, maka Pak Wayan dapat menyelesaikan sendiri
pesanan dalam waktu 10,84 hari, Putu dapat menyelesaikan sendiri pesanan
dalam waktu 19,76 hari, dan I Gede dapat menyelesaikan sendiri pesanan
dalam waktu 13,44 hari. Jadi, waktu yang diperlukan Pak Wayan dan kedua
anaknya untuk menyelesaikan 1 set pesanan ukiran patung dan ornamen, jika
mereka bekerja secara bersama-sama adalah
1
t =  62 34 50 
 + + 
 672 672 672 
672
=
146
t = 4,6
Waktu yang diberikan turis adalah 5 hari. Berdasarkan perhitungan waktu
untuk menyelesaikan keempat ukiran tersebut adalah 4,6 hari, maka pekerjaan
(pesanan) tersebut dapat diterima dan dipenuhi.
• Ingat kembali pengertian sistem persamaan linear dua variabel yang telah
kamu pelajari sebelumnya dan cermati pula persamaan (2.1), (2.2), dan
(2.3) pada langkah penyelesaian Masalah 2.1 dan Masalah 2.2. Temukan
sistem persamaan linear tiga variabel pada langkah penyelesaian Masalah
2.1 dan Masalah 2.2.
• Dari penyelesaian Masalah 2.1diperoleh sistem persamaan linear
7p + 7q = 1
6p + 6r = 1

8q + 8r = 1 (2.10)

Matematika
51
• Dari penyelesaian Masalah 2.2 diperoleh sistem persamaan linear
x+y+z=1
x = 2y

75.000x + 120.000y = 150.000z = 4.020.000 (2.11)

Dengan demikian, dapat didefinisikan sebagai berikut.

Definisi 2.1

Sistem persamaan linear tiga variabel adalah suatu sistem persamaan linear
dengan tiga variabel.

Notasi
Perhatikan persamaan linear
a1x + b1y + c1z = d1 (2.12)
a2x + b2y + c2z = d2 (2.13)
a3x + b3y + c3z = d3 (2.14)

Bentuk umum sistem persamaan linear dengan tiga variabel x, y, dan z adalah
a1x + b1y + c1z = d1
a2x + b2y + c2z = d2
a3x + b3y + c3z = d3 (2.15)

dengan a1, a2, a3, b1, b2, b3, c1, c2, c3, d1, d2, d3, x, y, dan z∈R, dan a1, b1, dan c1
tidak sekaligus ketiganya 0 dan a2, b2, dan c2 tidak sekaligus ketiganya 0, dan
a3, b3, dan c3 tidak sekaligus ketiganya 0.
x, y, dan z adalah variabel
a1, a2, a3 adalah koefisien variabel x.
b1, b2, b3 adalah koefisien variabel y.
c1, c2, c3 adalah koefisien variabel z.
d1, d2, d1, d1 adalah konstanta persamaan.

52
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Untuk lebih memahami definisi di atas, pahami contoh dan bukan
contoh berikut ini. Berikan alasan, apakah sistem persamaan yang diberikan
termasuk contoh atau bukan contoh sistem persamaan linear dua variabel atau
tiga variabel?

Contoh 2.1

1 1 1
Diketahui tiga persamaan + + = 2, 2p + 3q – r = 6, dan p + 3q = 3.
x y z
Ketiga persamaan ini tidak membentuk sistem persamaan linear tiga variabel,
1 1 1
sebab persamaan + + = 2 bukan persamaan linear. Jika persamaan
x y z
1 1 1
+ + = 2 diselesaikan, diperoleh persamaan z(x + y) + xy = 2xyz yang
x y z
tidak linear. Alasan kedua adalah variabel-variabelnya tidak saling terkait.

Contoh 2.2

Diketahui dua persamaan x = –2; y = 5; dan 2x – 3y – z = 8. Ketiga persamaan


linear tersebut membentuk sistem persamaan linear tiga variabel, karena
ketiga persamaan linear tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk
x + 0y + 0z = –2
0x + y + 0z = 5
2x – 3y – z = 8

dan variabel-variabelnya saling terkait.


Selanjutnya perhatikan beberapa sistem persamaan linear tiga variabel
(SPLTV) berikut.
1. Diberikan SPLTV 2x + 3y + 5z = 0 dan 4x + 6y + 10z = 0. Sistem persamaan
linear ini memiliki lebih dari satu penyelesaian. Misalnya, (3, –2, 0),
(–3, 2, 0), dan termasuk (0, 0, 0). Selain itu, kedua persamaan memiliki
suku konstan nol dan grafik kedua persamaan adalah berimpit. Apabila
penyelesaian suatu SPLTV tidak semuanya nol, maka SPLTV itu memiliki

Matematika
53
penyelesaian yang tidak trivial.
2. Diektahui SPLTV 3x + 5y + z = 0, 2x + 7y + z = 0, dan x – 2y + z = 0.
Sistem persamaan linear ini memiliki suku konstan nol dan mempunyai
penyelesaian tunggal, yaitu untuk x = y = z = 0. Apabila suatu SPLTV
memiliki himpunan penyelesaian (x, y, z) = (0, 0, 0), maka SPLTV tersebut
memiliki penyelesaian trivial (x = y = z = 0).
Dua sistem persamaan linear tiga variabel tersebut di atas merupakan
sistem persamaan linear tiga variabel. Sebuah SPLTV dengan semua konstanta
sama dengan nol disebut SPLTV homogen. Bila salah satu konstantanya tidak
nol, maka SPLTVtersebut tidak homogen. SPLTV yang homogen memiliki
dua kemungkinan, yaitu (1) hanya memiliki penyelesaian yang trivial atau
(2) memiliki penyelesaian nontrivial selain penyelesaian trivial. Coba tuliskan
definisi SPLTV yang homogen dan coba berikan contoh SPLTV yang homogen,
selain contoh tersebut di atas.

54
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Uji Kompetensi 2.1

A. Jawab soal-soal berikut dengan tepat.


1. Apakah persamaan-persamaan berikut ini membentuk sistem persamaan
linear tiga variabel? Berikan alasan atas jawabanmu.
a. 2x + 5y – 2z = 7 dan 2x – 4y + 3z = 3
b. x – 2y + 3z = 0 dan y = 1 dan x + 5z = 8

2. Diketahui tiga buah persamaan


1 1 3 1 3 1 7 3 1 1
+ + = 9 ; + + = ; dan + + = 7
x y z x y z 3 x y z
a. Apakah termasuk sistem persamaan linear tiga variabel? Berikan alasanmu.
b. Dapatkah kamu membentuk sistem persamaan linear dari ketiga
persamaan tersebut?

3. Keliling suatu segitiga adalah 19 cm. Jika panjang sisi terpanjang adalah
dua kali panjang sisi terpendek dan kurang 3 cm dari jumlah sisi lainnya.
Tentukan panjang setiap sisi-sisi segitiga tersebut.

4. Harga tiket suatu pertunjukkan adalah Rp60.000,00 untuk dewasa,


Rp35.000,00 untuk pelajar, dan Rp25.000,00 untuk anak di bawah 12 tahun.
Pada pertunjukkan seni dan budaya telah terjual 278 tiket dengan total
penerimaan Rp130.000.000,00. Jika banyak tiket untuk dewasa yang telah
terjual 10 tiket lebih sedikit dari dua kali banyak tiket pelajar yang terjual.
Hitung banyak tiket yang terjual untuk masing-masing tiket.

5. Seekor ikan mas memiliki ekor yang panjangnya sama dengan panjang
kepalanya ditambah tiga perlima panjang tubuhnya. Panjang tubuhnya
tiga perlima dari panjang keseluruhan ikan. Jika panjang kepala ikan mas
adalah 5 cm, berapa panjang keseluruhan ikan tersebut?

Matematika
55
6. Temukan bilangan-bilangan positif yang memenuhi persamaan x + y + z = 9
dan x + 5y + 10z = 44.

7. Diketahui sistem persamaan linear berikut.


x+y+z=4
x+y–z=2

(t2 – 4)z = t – 2

Berapakah nilai t agar sistem tersebut


(a) tidak memiliki penyelesaian,
(b) satu penyelesaian,
(c) tak berhingga banyak penyelesaian?

8. Untuk suatu alasan, tiga pelajar Anna, Bob, dan Chris mengukur berat
badan secara berpasangan. Berat badan Anna dan Bob 226 kg, Bob dan
Chris 210 kg, serta Anna dan Chris 200kg. Hitung berat badan setiap
pelajar tersebut.

9. Diketahui sistem persamaan sebagai berikut.


7a – 6b – 2c = 9
6a + 7b – 9c = –2

Carilah nilai dari a2+ b2 – c2.

10. Didefinisikan fungsi f(x) = ax2 + bx + c (dikenal sebagai parabola) melalui


titik (–1, –2), (1, 0), dan (2, 7).
a) Tentukan nilai a, b, dan c.
b) Pilih tiga titik (x1, y1), (x2, y2), dan (x3, y3) sedemikian sehingga
memenuhi persamaan fungsi f(x) = ax2 + bx + c. Mungkinkah ada
persamaan parabola yang lain dan melalui (x1, y1), (x2, y2), dan
(x3, y3)? Berikan alasan untuk jawaban yang kamu berikan.

56
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
B. Soal Tantangan
Seorang penjual beras mencampur
tiga jenis beras. Campuran beras
pertama terdiri atas 1 kg jenis A, 2 kg
jenis B, dan 3 kg jenis C dijual dengan
harga Rp 19.500,00. Campuran beras
kedua terdiri dari 2 kg jenis A dan
3 kg jenis B dijual dengan harga
Rp 19.000,00. Campuran beras ketiga
terdiri atas 1 kg jenis B dan 1 kg jenis Sumber: http://www.cirebontrust.com
C dijual dengan harga Rp 6,250,00.
Harga beras jenis manakah yang
paling mahal?

Projek

Cari sebuah SPLTV yang menyatakan model matematika dari masalah


nyata yang kamu temui di lingkungan sekitarmu. Uraikan proses penemuan
model matematika tersebut dan selesaikan sebagai pemecahan masalah
tersebut. Buat laporan hasil kerjamu dan hasilnya dipresentasikan di depan
kelas.

Matematika
57
2.2 Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
Perbedaan antara sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dengan
sistem persamaan linear tiga variabel (SPLTV) terletak pada banyak persamaan
dan variabel yang digunakan. Oleh karena itu, penentuan himpunan
penyelesaian SPLTV dilakukan dengan cara atau metode yang sama dengan
penentuan penyelesaian SPLDV, kecuali dengan metode grafik.
Umumnya penyelesaian sistem persamaan linear tiga variabel
diselesaikan dengan metode eliminasi dan substitusi. Berikut akan disajikan
contoh menyelesaikan sistem persamaan linear tiga variabel dengan metode
campuran eliminasi dan substitusi.

Contoh 2.3

Jumlah tiga bilangan sama dengan 45. Bilangan pertama ditambah 4 sama
dengan bilangan kedua, dan bilangan ketiga dikurangi 17 sama dengan
bilangan pertama. Tentukan masing-masing bilangan tersebut.

Alternatif Penyelesaian

Misalkan
x = bilangan pertama
y = bilangan kedua
z = bilangan ketiga
Berdasarkan informasi pada soal diperoleh persamaan sebagai berikut.
x + y + z = 45 (2.16)
x + 4 = y (2.17)
z – 17 = x (2.18)
Ditanyakan:
Bilangan x, y, dan z.
Kamu dapat melakukan proses eliminasi pada persamaan (2.16) dan (2.17),
sehingga diperoleh

58
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
x + y + z = 45
x – y = –4
2x + z = 41
Diperoleh persamaan baru, 2x + z = 41 (2.19)
Lakukan proses eliminasi pada persamaan (2.18) dan (2.19), sehingga diperoleh
x–z = –17
2x + z = 41
3x = 24
24
Diperoleh 3x = 24 atau x = atau x = 8.
3
Lakukan proses substitusi nilai x = 8 ke persamaan (2.17) diperoleh
(8) + 4 = y ⇒ y = 12
Substitusikan x = 8 ke persamaan (2.18) diperoleh
z – 17 = (8) ⇒ z = 25
Dengan demikian, bilangan x = 8, bilangan y = 12, dan bilangan z = 25.
Selain metode eliminasi, substitusi, dan campuran antara eliminasi
dan substitusi (kamu dapat mencoba sendiri), terdapat cara lain untuk
menyelesaikan suatu SPLTV, yaitu dengan cara determinan dan menggunakan
invers matriks. Namun, pada bab ini metode ini tidak dikaji.
Sekarang kita akan menemukan penyelesaian SPLTV dengan metode
lain. Kita menententukan himpunan penyelesaian SPLTV secara umum
berdasarkan konsep dan bentuk umum SPLTV yang telah ditemukan dengan
mengikuti langkah penyelesaian metode eliminasi di atas untuk menemukan
cara baru.
Perhatikan bentuk umum sistem persamaan linear dengan tiga variabel x,
y, dan z adalah sebagai berikut.
Perhatikan persamaan linear berikut.
a1x + b1y + c1z = d1 (2.12)
a2x + b2y + c2z = d2 (2.13)
a3x + b3y + c3z = d3 (2.14)

Matematika
59
Bentuk umum sistem persamaan linear dengan tiga variabel x, y, dan z adalah
a1x + b1y + c1z = d1
a2x + b2y + c3z = d2
a3x + b3y + c3z = d3 (2.15)

dengan a1, a2, a3, b1, b2, b3, c1, c2, c3, d1, d2, d3, x, y, dan z∈R, dan a1, b1, dan c1
tidak ketiganya 0 dan a2, b2, dan c2 tidak ketiganya 0 dan a3, b3, dan c3 tidak
ketiganya 0.
Langkah 1
Eliminasi variabel x dari Persamaan (2.12) dan Persamaan (2.13) menjadi
a1x + b1y + c1z = d1 × a2 a1a2x + a2b1y + a2c1z = a2d1
a2x + b2y + c2z = d2 × a1 a1a2x + a1b2y + a1c2z = a1d2
(a2b1 – a1b2)y + (a2c1 – a1c2)z = a2d1 – a1d2
(a2b1 – a1b2)y + (a2c1 – a1c2)z = a2d1 – a1d2 (2.20)

Langkah 2
Eliminasi variabel x dari Persamaan (2.12) dan Persamaan (2.14) menjadi
a1x + b1y + c1z = d1 × a3 a1a3x + a3b1y + a3c1z = a3d1
a3x + b3y + c3z = d3 × a1 a1a3x + a1b3y + a1c3z = a1d3
(a3b1 – a1b3)y + (a3c1 – a1c3)z = a3d1 – a1d3
(a3b1 – a1b3)y + (a3c1 – a1c3)z = a3d1 – a1d3 (2.21)

Langkah 3
Eliminasi variabel y dari Persamaan (2.20) dan Persamaan (2.21)
(a2b1 – a1b2)y + (a2c1 – a1c2)z = a2d1 – a1d2 × (a3b1 – a1b3)
(a3b1 – a1b3)y + (a3c1 – a1c3)z = a3d1 – a1d3 × (a2b1 – a1b2)

Dari hasil perkalian koefisien variabel y pada (2.20) terhadap (2.21) dan hasil
perkalian koefisien variabel z pada (2.21) terhadap (2.20), maka diperoleh

60
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
((a2d1 – a1d2)(a3b1 – a1b3) – (a3d1 – a1d3)(a2b1 – a1b2))
z =
((a2c1 – a1c2)(a3b1 – a1b3) – (a3c1 – a1c3)(a2b1 – a1b2))

((a1a1b3d2 – a1a2b3d1 – a1a3b1d2) – (a1a1b2d3 – a1a3b2d1 – a1a2b1d3))


z =
((a1a1b3c1 – a1a2b3c1 – a1a1b1c2) – (a1a1b2c3 – a1a3b2c1 – a1a2b1c3))

((a1b3d2 – a2b3d1 – a3b1d2) – (a1b2d1 – a2b1d3))


z =
((a1b3c1 – a2b3c1 – a2b1c2) – (a1b2c3 – a3b2c1 – a2b1c3))

((a1b2d1 + a1b3d2 + a2b1d3) – (a1b2d3 + a3b1d2 + a2b3d1))


z =
((a3b2c1 + a1b3c2 + a2b1c3) – (a1b2c3 + a3b2c2 + a2b3c1

• Lakukan kegiatan matematisasi (mengkoordinasi pengetahuan dan


keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelumnya untuk menemukan
aturan-aturan, hubungan-hubungan, dan struktur-struktur yang belum
diketahui).

Nilai variabel z di atas dapat dinyatakan sebagai hasil perkalian koefisien-


koefisien variabel x, y, dan konstanta pada sistem persamaan linear yang diketahui.

Petunjuk
a1 b1 d1 a1 b1  Jumlahkan hasil perkalian bilangan-
a2 b2 d2 a2 b2 bilangan pada garis penuh dan hasilnya
a3 b3 d3 a3 b3
z = dikurangi dengan jumlahkan hasil per-
a1 b1 c1 a1 b1
kalian bilangan-bilangan pada garis putus-
a2 b2 c2 a2 b2
putus.
a3 b3 c3 a3 b3
 Lakukan pada pembilang dan penyebut.

Matematika
61
Dengan menggunakan cara menentukan nilai z, ditentukan nilai x dan y
dengan cara berikut.

d1 b1 c1 d1 b1 d1 b1 c1 d1 b1
d2 b2 c2 d2 b2 d2 b2 c2 d2 b2
d3 b3 c3 d3 b3 d3 b3 c3 d3 b3
x = y =
a1 b1 c1 a1 b1 a1 b1 c1 a1 b1
a2 b2 c2 a2 b2 a2 b2 c2 a2 b2
a3 b3 c3 a3 b3 a3 b3 c3 a3 b3

Diskusi

Perhatikan ciri penyelesaian untuk x, y, dan z di atas. Coba temukan pola


penentuan nilai x, y, dan z, sehingga akan memudahkan menentukan
penyelesaian SPLTV.

Pada langkah penyelesaian Masalah 2.1 halaman 35 diperoleh sebuah sistem


persamaan linear tiga variabel sebagai berikut.
x + y + z = 40
x = 2y
75x + 120y + 150z = 4.020
Dengan menerapkan cara yang ditemukan pada SPLTV di atas, tentunya kamu
dengan mudah memahami bahwa
a1 = 1 a2 = 1 a3 = 75
b1 = 1 b2 = –2 b3 = 120
c1 = 1 c2 = 0 c3 = 150
d1 = 40 d2 = 0 d3 = 4.020

62
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Oleh karena itu, nilai x, y, dan z ditentukan sebagai berikut.
40 1 1 40 1
0 −2 0 0 −2
4.020 120 150 4.020 120 (–8.040 + 0 + 0) – (–12.000 + 0 + 0)
x = =
1 1 1 1 1 (–150 + 0 + 150) – (–300 + 0 + 120)
1 −2 0 1 −2
75 120 150 75 120

–8.040 + 12.000 3.960


= = = 22
300 – 120 180

1 40 1 1 40
1 0 0 1 0
75 4.020 150 75 4.020 (0 + 0 + 6.000) – (0 + 0 + 4.020)
y = =
1 1 1 1 1 180
1 −2 0 1 −2
75 120 150 75 120

6.000 – 4.020 1.980


= = = 11
180 180

1 1 40 1 1
1 −2 0 1 −2
75 120 4.020 75 120 (–6.000 + 0 + 4.020) – (–8.040 + 4.800)
z = =
1 1 1 1 1 180
1 −2 0 1 −2
75 120 150 75 120

–1.980 + 3.240 1.260


= = =7
180 180

Matematika
63
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh himpunan penyelesaian
SPLTV tersebut adalah (22, 11, 7). Ternyata, hasilnya sama dengan himpunan
penyelesaian yang diperoleh dengan metode campuran eliminasi dan substitusi
sebelumnya.
Selanjutnya, dari semua penjelasan di atas dapat dituliskan definisi
himpunan penyelesaian sistem persamaan linear berikut ini.

Definisi 2.2

Himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dengan tiga variabel


adalah suatu himpunan semua triple terurut (x, y, z) yang memenuhi setiap
persamaan linear pada sistem persamaan tersebut.

64
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Uji Kompetensi 2.2

A. Jawab soal-soal berikut dengan tepat.


1. Tiga tukang cat, Joni, Deni dan Ari yang biasa bekerja secara bersama-
sama. Mereka dapat mengecat eksterior (bagian luar) sebuah rumah
dalam waktu 10 jam kerja. Pengalaman Deni dan Ari pernah bersama-
sama mengecat rumah yang serupa dalam waktu 15 jam kerja. Suatu hari,
ketiga tukang cat ini bekerja mengecat rumah serupa selama 4 jam kerja.
Setelah itu, Ari pergi karena ada suatu keperluan mendadak. Joni dan
Deni memerlukan tambahan waktu 8 jam kerja lagi untuk menyelesaikan
pengecatan rumah. Tentukan waktu yang dibutuhkan masing-masing
tukang cat, jika masing-masing bekerja sendirian.

2. Sebuah bilangan terdiri atas tiga angka yang jumlahnya 9. Angka satuannya tiga
lebih daripada angka puluhan. Jika angka ratusan dan angka puluhan ditukar
letaknya, maka diperoleh bilangan yang sama. Tentukan bilangan tersebut.

3. Sebuah pabrik lensa memiliki 3 buah mesin, yaitu A, B, dan C. Jika


ketiganya bekerja maka 5.700 lensa dapat dihasilkan dalam satu minggu.
Jika hanya mesin A dan B yang bekerja, maka 3.400 lensa dapat dihasilkan
dalam satu minggu. Jika hanya mesin A dan C yang bekerja, maka 4.200
lensa dapat dihasilkan dalam satu minggu. Berapa banyak lensa yang
dihasilkan tiap-tiap mesin dalam satu minggu?

4. Selesaikan sistem persamaan yang diketahui dan tentukan nilai yang dicari.
a. x, y, dan z adalah penyelesaian dari sistem persamaan
3x + 4y – 5z = 12
2x + 5y – z = 17
6x + 2y – 3z = 17
Tentukan nilai x2 + y2 + z2

Matematika
65
b. x, y, dan z adalah penyelesaian dari sistem persamaan
x + 2y = –4
2x + z = 5
y – 3z = –6
Tentukan nilai x, y, z

5. Diketahui sistem persamaan linear tiga variabel sebagai berikut.


a1x + b1y + c1z = d1
a2x + b2y + c2z = d2
a3x + b3y + c3z = d3

Tentukan syarat yang harus dipenuhi sistem supaya memiliki penyelesaian


tunggal, memiliki banyak penyelesaian, dan tidak memiliki penyelesaian.

6.
131

159

148

162

159 148 ? 134

Setiap simbol pada gambar di atas mewakili sebuah bilangan. Jumlah


bilangan pada setiap baris terdapat di kolom kanan dan jumlah bilangan
setiap kolom terdapat di baris bawah. Tentukan bilangan pengganti tanda
tanya.

66
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
7. Trisna bersama ayahnya dan kakeknya sedang memanen tomat di ladang
mereka. Pekerjaan memanen tomat itu dapat diselesaikan mereka dalam
waktu 4 jam. Jika Trisna bersama kakeknya bekerja bersama-sama, hanya
dapat menyelesaikan pekerjaan itu dalam waktu 6 jam. Jika ayahnya
dan kakeknya menyelesaikan pekerjaan tersebut, maka akan selesai
dalam waktu 8 jam. Berapa waktu yang diperlukan Trisna, ayahnya, dan
kakeknya untuk menyelesaikan panenan tersebut, jika mereka bekerja
masing-masing?

Sumber: http://img2.bisnis.com

8. Diketahui dua bilangan, dimana bilangan kedua sama dengan enam


kali bilangan pertama setelah dikurangi satu. Bilangan kedua juga sama
dengan bilangan pertama dikuadratkan dan ditambah tiga. Carilah kedua
bilangan tersebut.

9. Seorang pengusaha memiliki modal sebesar Rp420.000.000,00 dan


membaginya dalam tiga bentuk investasi, yaitu tabungan dengan suku
bungan 5%, deposito berjangka dengan suku bunga 7%, dan surat
obligasi dengan pembayaran 9%. Adapun total pendapatan tahunan dari
ketiga investasi sebesar Rp26.000.000,00 dan pendapatan dari investasi
tabungan kurang Rp2.000.000,00 dari total pendapatan dua investasi
lainnya. Tentukan besar modal untuk setiap investasi tersebut.

Matematika
67
10. Suatu tempat parkir dipenuhi tiga jenis kendaraan yaitu, sepeda motor,
mobil, dan mobil van.

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Luas parkir mobil van adalah lima kali luas parkir sepeda motor,
sedangkan tiga kali luas parkir untuk mobil sama dengan luas parkir
untuk mobil van dan sepeda motor. Jika tempat parkir penuh dan banyak
kendaraan yang terparkir sebanyak 180, hitung banyak setiap kendaraan
yang parkir.

68
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Rangkuman

Beberapa hal penting yang perlu dirangkum terkait konsep dan sifat-sifat
sistem persamaan linear tiga variabel, yaitu sebagai berikut.

1. Model matematika dari permasalahan sehari-hari sering menjadi sebuah


model sistem persamaan linear. Konsep sistem persamaan linear tersebut
didasari oleh konsep persamaan dalam sistem bilangan real, sehingga
sifat-sifat persamaan linear dalam sistem bilangan real banyak digunakan
sebagai pedoman dalam menyelesaikan suatu sistem persamaan linear.

2. Dua persamaan linear atau lebih dikatakan membentuk sistem persamaan


linear jika dan hanya jika variabel-variabelnya saling terkait dan variabel
yang sama memiliki nilai yang sama sebagai penyelesaian setiap persamaan
linear pada sistem tersebut.

3. Himpunan penyelesaian sistem persamaan linear adalah suatu himpunan


semua pasangan terurut (x, y, z) yang memenuhi sistem tersebut.

4. Apabila penyelesaian sebuah sistem persamaan linear semuanya nilai


variabelnya adalah nol, maka penyelesaian tersebut dikatakan penyelesaian
trivial. Misalnya diketahui sistem persamaan linear 3x + 5y + z = 0;
2x + 7y + z = 0; dan x – 2y + z = 0. Sistem persamaan linear tersebut
memiliki suku konstan nol dan mempunyai penyelesaian yang tunggal,
yaitu untuk x = y = z = 0.

5. Sistem persamaan linear disebut homogen apabila suku konstan setiap


persamaannya adalah nol.
a. Sistem tersebut hanya mempunyai penyelesaian trivial.
b. Sistem tersebut mempunyai tak terhingga penyelesaian yang tak
trivial sebagai tambahan penyelesaian trivial.

Matematika
69
6. Sistem Persamaan linear (SPL) mempunyai tiga kemungkinan penyelesaian,
yaitu tidak mempunyai penyelesaian, mempunyai satu penyelesaian dan
mempunyai tak terhingga penyelesaian.

Penguasaan kamu tentang sistem persamaan linear tiga variabel adalah


prasyarat mutlak untuk mempelajari bahasan matriks dan program linear.
Selanjutnya, kita akan mempelajari konsep fungsi dan trigonometri.

70
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
BAB
3
Fungsi

A. Kompetensi Dasar dan Pengalaman Belajar

Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar


Setelah mengikuti pembelajaran ini siswa Melalui pembelajaran materi fungsi, siswa
mampu: memperoleh pengalaman belajar.
3.5 Menjelaskan dan Menentukan fungsi  Menjelaskan notasi,daerah asal, daerah
(terutama fungsi linear, fungsi kuadrat, hasil, dan ekspresi simbolik suatu fungsi
dan fungsi rasional) secara formal yang (terutama fungsi linear, fungsi kuadrat,
meliputi notasi, daerah asal, daerah dan fungsi rasional) .
hasil, dan ekspresi simbolik, serta sketsa  Menentukan daerah asal, daerah hasil
grafiknya. suatu fungsi (terutama fungsi linear,
3.6 Menjelaskan operasi komposisi fungsi kuadrat, dan fungsi rasional).
pada fungsi dan operasi invers pada  Menjelaskan konsep operasi aretmatika
fungsi invers serta sifat-sifatnya serta fungsi dan operasi komposisi fungsi.
menentukan eksistensinya.
 Menerapkan operasi fungsi dan
4.5 Menganalisa karakteristik masing – komposisi fungsi dalam menyelesaikan
masing grafik (titik potong dengan masalah.
sumbu, titik puncak, asimtot) dan
 Menemukan konsep invers fungsi dan
perubahan grafik fungsinya akibat
sifat-sifat invers fungsi untuk suatu
transformasi f2(x), 1/f(x), |f(x)|, dsb.
fungsi.
4.6 Menyelesaikan masalah yang berkaitan
 Menemukan syarat eksistensi invers
dengan operasi komposisi dan operasi
fungsi.
invers suatu fungsi.
 Menyelesaikan daerah asal dan daerah
hasil dari suatu masalah kontekstual.
Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran fungsi, siswa Melalui pembelajaran materi fungsi, siswa
mampu: memperoleh pengalaman belajar.
5. menyelesaikan masalah kontekstual  Menyelesaikan fungsi invers dari
yang berkaitan dengan daerah asal dan masalah kontekstual.
daerah hasil fungsi;
6. menyelesaikan masalah yang melibatkan
operasi aritmetika dan operasi komposisi
fungsi;
7. menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan fungsi invers suatu fungsi.

Istilah-Istilah

• Fungsi • Fungsi Linear • Fungsi Kuadrat


• Fungsi Rasional • Komposisi Fungsi • Fungsi Invers

72
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
B. Diagram Alir

Masalah Fungsi Penjumlahan


Otentik
Pengurangan
Operasi pada
Fungsi
Perkalian

Pembagian

Fungsi Fungsi
Komposisi Invers

Domain Fungsi Domain Fungsi


Komposisi Invers

Range Fungsi Range


Komposisi Fungsi Invers

Sifat Komposisi Sifat Invers


Fungsi Fungsi

Matematika
73
C. Materi Pembelajaran

3.1 Memahami Notasi, Domain, Range, dan Grafik Suatu Fungsi


Ingat kembali pelajaran relasi dan fungsi waktu saat kamu belajar di SMP.
Ilustrasi tentang bagaimana sebuah mesin bekerja, mulai dari masukan (input)
kemudian diproses dan menghasilkan luaran (output) adalah salah satu contoh
bagaimana fungsi dalam matematika bekerja.
Contoh

Gandakan masukan
dan kemudian
di tambah 5

2x + 5
Sumber: https://upload.wikimedia.org

Gambar 3.1 Cara kerja mesin

Berdasarkan Gambar 3.1 di atas, misalkan masukannya adalah x = 5,


maka mesin akan bekerja dan luarannya adalah 2(5) + 5 = 15. Mesin tersebut
telah diprogram untuk menunjukkan sebuah fungsi. Jika f adalah sebuah
fungsi, maka dikatakan bahwa f adalah fungsi yang akan mengubah x menjadi
2x + 5. Contoh, fungsi f akan mengubah 2 menjadi 2(2) + 5 = 9; fungsi f akan
mengubah 3 menjadi 2(3) + 5 = 11, dan lain sebagainya.
Fungsi tersebut dapat ditulis menjadi
f : x → 2x + 5, dibaca: fungsi f memetakan x ke 2x + 5
Bentuk penyebutan lain yang ekuivalen dengan ini adalah
f(x) = 2x + 5 atau y = 2x + 5

74
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Jadi, f(x) adalah nilai y untuk sebuah nilai x yang diberikan, sehingga dapat
ditulis y = f(x) yang berarti bahwa y adalah fungsi dari x. Dalam hal tersebut,
nilai dari y bergantung pada nilai x, maka dapat dikatakan bahwa y adalah
fungsi dari x.
Perhatikan Gambar 3.2 di bawah ini.
Berdasarkan Gambar 3.2 (i) diperoleh be-
y
berapa hal berikut.
1) Semua nilai x ≥ –2 memenuhi, sehingga
daerah asalnya adalah {x : x ≥ –2} atau x
x∈(–2, ∞). 0
(–2, –6)
2) Semua nilai y ≥ –6 memenuhi, sehingga
daerah hasilnya adalah {y : y ≥ –6} atau
y∈(–6, ∞). Gambar 3.2 (i)

Berdasarkan Gambar 3.2 (ii) diperoleh


beberapa hal berikut. y

(–2, 1)
1) Semua nilai x, sehingga daerah asalnya
adalah {x : x adalah bilangan real} atau x
0
x∈ .
2) Nilai y yang memenuhi adalah y ≤ 1
atau dengan kata lain, y tidak mungkin
bernilai lebih dari satu, sehingga Gambar 3.2 (ii)
daerah hasilnya adalah {y : y ≤ 1, y∈ }
atau y∈(–∞, 1).
y
Berdasarkan Gambar 3.2 (iii), diperoleh
beberapa hal sebagai berikut.
y=1
1) Semua nilai x memenuhi kecuali
x
x = 2, sehingga daerah asalnya adalah 0
{x : x ≠ 2}.
x=2
2) Semua nilai y memenuhi kecuali
y = 1, sehingga daerah asalnya adalah
Gambar 3.2 (iii)
{y : y ≠ 1}.

Matematika
75
Daerah asal dan daerah hasil sebuah fungsi sebaiknya digambarkan dengan
menggunakan interval fungsi.
Contoh

y
Daerah asal fungsi yang digambarkan
pada Gambar 3.2 adalah semua
Daerah hasil

bilangan real x pada interval x ≥ 2,


dapat ditulis {x : x ≥ 2} atau x∈(2, ∞).

1
Demikian halnya untuk nilai y, daerah
(2, 1) hasilnya adalah semua bilangan real
x
(0, 0) 2 y pada interval y ≥ 1, dapat ditulis
Daerah asal {y : y ≥ 1}atau y∈(1, ∞).

Gambar 3.2 (iv)

Daerah asal sebuah fungsi dapat juga ditetapkan secara jelas atau tegas
(eksplisit). Misalnya, jika ditulis seperti berikut.

f(x) = 2x2 0 ≤ x ≤ 3

Dengan demikian daerah asal fungsinya adalah semua bilangan real x yang
dibatasi dengan 0 ≤ x ≤ 3. Jika daerah asal sebuah fungsi tidak ditentukan
secara tegas/jelas, maka dengan kesepakatan bahwa daerah asal fungsi adalah
himpunan semua bilangan real x yang membuat fungsi f terdefinisi. Sebuah
fungsi f dikatakan terdefinisi pada bilangan real apabila f anggota himpunan
bilangan real. Perhatikan fungsi berikut.
1
f(x) = dan g(x) = 2x .
x −2
Fungsi f tidak terdefinisi untuk nilai x yang membuat penyebutnya
bernilai 0, dalam hal ini fungsi f tidak terdefinisi pada x = 2. Dengan demikian,
domain fungsi f adalah {x : x ≠ 2, x∈ }. Fungsi g tidak terdefinisi untuk x
negatif, sehingga domain fungsi g adalah {x : x ≥ 0, x∈ }.
Agar kamu lebih memahami konsep daerah asal dan daerah hasil,
kerjakanlah latihan berikut.

76
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Latihan 3.1

1. Tentukanlah daerah asal dan daerah hasil fungsi yang disajikan pada
grafik berikut.
y y

x=4
(0, 5)
x
0
x y = –1
0

(a) (d)
y
y

x
0
x
0
(2, 2) (–3, –5)

(b) (e)

y
y
(8, 6)

(–2, 1)
x
0
x x = –3 x=3
0

(c) (f)

2. Tentukanlah daerah asal dan daerah hasil fungsi berikut.


a. f(x) = 2x + 3 c. f(x) = x2 –1 2 ≤ x ≤ 6
2
b. f(x) = x2 – 2x – 8 d. f(x) =
x(x − 5)

Matematika
77
x −3 3
e. f(x) = h. h(x) =
2 x −2
1 1+ x
f. h(x) = 2
i. h(x) =
x 4−x
g. h(x) = x − 8 j. h(x) = x 2 + 6x + 9

3.2 Operasi Aljabar pada Fungsi

Masalah 3.1

Seorang fotografer dapat menghasilkan gambar yang bagus melalui dua


tahap, yaitu tahap pemotretan dan tahap editing. Biaya yang diperlukan pada
tahap pemotretan adalah (B1)adalah Rp500,00 per gambar, mengikuti fungsi:
B1(g) = 500g + 2.500 dan biaya pada tahap editing(B2)adalah Rp100,00 per
gambar, mengikuti fungsi B2(g) = 100g + 500, dengan g adalah banyak gambar
yang dihasilkan.
a) Berapakah total biaya yang diperlukan untuk menghasilkan 10 gambar
dengan kualitas yang bagus?
b) Tentukanlah selisih antara biaya pada tahap pemotretan dengan biaya
pada tahap editing untuk 5 gambar.

Alternatif Penyelesaian

Fungsi biaya pemotretan: B1(g) = 500g + 2.500


Fungsi biaya editing B2(g) = 100g + 500
a) Gambar yang bagus dapat diperoleh melalui 2 tahap proses yaitu
pemotretan dan editing, sehingga fungsi biaya yang dihasilkan adalah
B1(g)+ B2(g) = (500g + 2.500) + (100g + 500)
= 600g + 3.000

78
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Total biaya untuk menghasilkan 10 gambar (g = 10) adalah
B1(g)+ B2(g) = 600g + 3.000
B1(10)+ B2(10) = (600 × 10) + 3.000
= 9.000
Jadi, total biaya yang diperlukan untuk menghasilkan 10 gambar dengan
kualitas yang bagus adalah Rp9.000,00.
b) Selisih biaya tahap pemotretan dengan tahap editing adalah
B1(g) – B2(g) = (500g + 2.500) – (100g + 500)
= 400g + 2.000
Selisih biaya pemotretan dengan biaya editing untuk 5 gambar (g = 5) adalah
B1(g) – B2(g) = 400g + 2.000
B1(5) – B2(5) = (400 × 5) + 2.000
= 4.000
Jadi, selisih biaya yang diperlukan untuk menghasilkan 5 gambar dengan
kualitas yang bagus adalah Rp4.000,00.
Operasi aljabar pada fungsi didefinisikan sebagai berikut.

Definisi 3.1

Jika f suatu fungsi dengan daerah asal Df dan g suatu fungsi dengan daerah
asal Dg, maka pada operasi aljabar penjumlahan, pengurangan, perkalian,
dan pembagian dinyatakan sebagai berikut.
1. Jumlah f dan g ditulis f + g didefinisikan sebagai (f + g)(x) = f(x) + g(x)
dengan daerah asal Df + g = Df ∩Dg.
2. Selisih f dan g ditulis f – g didefinisikan sebagai (f – g)(x) = f(x) – g(x)
dengan daerah asal Df – g = Df ∩Dg.
3. Perkalian f dan g ditulis f × g didefinisikan sebagai (f × g)(x) = f(x) × g(x)
dengan daerah asal Df × g = Df ∩Dg.

Matematika
79
f f f (x )
4. Pembagian f dan g ditulis didefinisikan sebagai   ( x ) =
g g g (x )
dengan daerah asal D f = Df ∩Dg – {x|g(x) = 0}.
g

Contoh 3.1

Diketahui fungsi f(x) = x + 3 dan g(x)= x2 – 9. Tentukanlah fungsi-fungsi


berikut dan tentukan pula daerah asalnya.
a) (f + g)
b) (f – g)
c) (f × g)
f f (x )
d)   ( x ) =
g g (x )

Alternatif Penyelesaian

Daerah asal fungsi f(x) = x + 3 adalah Df = {x | x∈ } dan daerah asal fungsi


g(x) = x2 – 9 adalah Dg = {x | x∈ }.
a) (f + g)(x) = f(x) + g(x)
=
(x + 3)+ (x2– 9)
x2 + x – 6
=
Daerah asal fungsi (f + g)(x) adalah
Df + g = Df ∩Dg
{x | x∈ } ∩ {x | x∈ }
=
{x | x∈ }
=
b) (f – g)(x) = f(x) – g(x)
=
(x + 3) – (x2– 9)
–x2 + x + 12
=

80
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Daerah asal fungsi (f – g)(x) adalah
Df – g = Df ∩Dg
{x | x∈ } ∩ {x | x∈ }
=
{x | x∈ }
=
c) (f × g)(x) = f(x) × g(x)
(x + 3) × (x2 – 9)
=
x3 + 3x2 – 9x – 27
=
Daerah asal fungsi (f × g)(x) adalah
Df × g = Df ∩Dg
{x | x∈ } ∩ {x | x∈ }
=
= {x | x∈ }
 f f  f (fx()x )
d)    (x( x) =
)=
=
 g g  g (gx()x )
x +3
=
x2 − 9
x +3
=
(x + 3) × (x − 3)
1
=
x −3
D f = Df ∩Dg dan g(x) ≠ 0
g
= {x | x∈ } ∩ {x | x∈ } dan x2 – 9 ≠ 0}
= {x | x∈ } dan (x + 3) (x – 3) ≠ 0}
= {x | x∈ } dan x ≠ –3, x ≠ 3}
= {x | x∈ , x ≠ –3, x ≠ 3}

Matematika
81
Latihan 3.2

Diketahui fungsi f(x) = x 2 − 4 dan g(x)= x −2 . Tentukanlah fungsi-


fungsi berikut dan tentukan pula daerah asalnya.
a) (f + g)(x) c) (f × g)(x)
f f (x )
b) (f – g)(x) d)  ( x ) =
g g (x )

3.3 Menemukan Konsep Fungsi Komposisi

Masalah 3.2

Suatu bank di Amerika menawarkan harga tukar Dollar Amerika (USD)


ke Ringgit Malaysia (MYR), yaitu 1 USD = 3,28 MYR, dengan biaya penukaran
sebesar 2 USD untuk setiap transaksi penukaran. Kemudian salah satu bank
terkenal di Malaysia menawarkan harga tukar ringgit Malaysia (MYR) ke
Rupiah Indonesia (IDR), yaitu 1 MYR = Rp3.169,54, dengan biaya penukaran
sebesar 3 MYR untuk setiap transaksi penukaran.
Seorang turis asal Amerika ingin bertamasya ke Malaysia kemudian
melanjutkannya ke Indonesia dengan membawa uang sebesar 2.000 USD.
Berapa IDR akan diterima turis tersebut jika pertama dia menukarkan semua
uangnya ke mata uang Ringgit Malaysia di Amerika dan kemudian menukarnya
ke Rupiah Indonesia di Malaysia?

Alternatif Penyelesaian

Masalah ini dapat diselesaikan dengan dua tahap penukaran.


Langkah 1
Uang sebesar 2.000 USD akan ditukar ke Ringgit Malaysia di Amerika dengan
biaya penukaran sebesar 2 USD, maka jumlah uang yang diterima turis tersebut
adalah

82
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
(2.000 – 2) × 3,28 MYR = 1.998 × 3,28 MYR = 6.553,44 MYR
Langkah 2
Uang sebesar 6.553,44 MYR akan ditukar ke mata uang Rupiah Indonesia.
Perlu diingat bahwa biaya penukaran sebesar 3 MYR, maka uang yang diterima
turis tersebut adalah
(6.553,44 – 3) × 3.169,54 = 6.550,44 × 3.169,54 = 20.761.881,60 IDR

Turis tersebut menerima uang rupiah sebesar 20.761.881,60 IDR.


Perhitungan kedua transaksi di atas dapat dibuat model matematikanya ke
dalam dua fungsi sebagai berikut.
Misalkan
t = jumlah uang dalam USD
x = jumlah uang dalam MYR
y = jumlah uang dalam IDR
Transaksi penukaran pertama dapat dituliskan dengan
x = 3,28 (t – 2)
x = 3,28t – 6,56
Oleh karena x merupakan sebuah fungsi t, maka dapat ditulis
x(t) = 3,28t – 6,56 (3.1)
Untuk transaksi penukaran kedua dapat ditulis sebagai berikut.
y = 3.169,54 (x – 3)
y = 3.169,54x – 9.508,62

Oleh karena y fungsi dari x, maka dapat ditulis


y(x) = 3.169,54x – 9.508,62 (3.2)
Dengan mensubstitusi persamaan 3.1 ke persamaan 3.2 diperoleh
y(x) = y(x(t))

Matematika
83
Misalkan f(t) = y(x(t)), maka
f(t) = y(x(t))
= 3.169,54 (3,28t – 6,56) – 9.508,62
= 10.396,09t –20792.18 –9.508,62
f(t) = 10.396,09t – 30.300,80
Fungsi f(t) = y(x(t)) ini merupakan fungsi komposisi x dan y dalam t yang
dilambangkan dengan (yx)(t) dan didefinisikan dengan (yx)(t) = y(x(t)).

Dengan demikian, fungsi komposisi x dan y pada masalah di atas adalah


(yx) (t) = 10.396,09t –30.300,80 (3.3)

Dengan menggunakan fungsi komposisi (yx)(t) seperti pada persamaan


3.3, maka dapat dihitung jumlah uang turis tersebut dalam mata uang rupiah
Indonesia untuk t = 2.000 USD seperti berikut.
(yx)(t) = 10.396,09t –30.300,80
= 10.396,09 × (2.000) – 30.300,80
= 20.792.180 – 30.300,80
= 20.761.881,60
Dengan demikian, jumlah uang turis tersebut dalam rupiah adalah Rp 20.761.881,60
Perhatikan bahwa hasilnya sama dengan langkah pertama yang dilakukan di atas.
Agar kamu lebih memahami fungsi komposisi, perhatikanlah masalah berikut.

Masalah 3.3

Suatu pabrik kertas berbahan dasar kayu memproduksi kertas melalui dua
tahap. Tahap pertama menggunakan mesin I yang menghasilkan bahan kertas
setengah jadi. Tahap kedua dengan menggunakan mesin II yang menghasilkan
kertas. Dalam produksinya, mesin I menghasilkan bahan setengah jadi dengan
mengikuti fungsi f(x) = 0,9x – 1 dan mesin II mengikuti fungsi g(x) = 0,02x2 – 2,5x,
dengan x merupakan banyak bahan dasar kayu dalam satuan ton. Jika bahan dasar
kayu yang tersedia untuk suatu produksi sebesar 200 ton, berapakah kertas yang
dihasilkan? (Kertas dalam satuan ton).

84
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Alternatif Penyelesaian

Tahap-tahap produksi pabrik kertas tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Kayu Produksi Produksi Hasil


(x) Tahap I Tahap II Produksi

f(x) = 0,9x – 1 g(x) = 0,02x2 – 2,5x

(gf)(x)

Gambar 3.3 Tahapan produksi pabrik kertas

Dari Gambar 3.3 di atas, terlihat jelas bahwa tahap produksi kertas terdiri atas
dua tahap. Hasil produksi setiap tahap dihitung sebagai berikut.
Hasil produksi tahap I
Rumus fungsi pada produksi tahap I adalah f(x) = 0,9x – 1
Untuk x = 200, diperoleh:
f(x) = 0,9x – 1
= 0,9(200) – 1
= 179
Hasil produksi tahap I adalah 179 ton bahan kertas setengah jadi.
Hasil produksi tahap II
Rumus fungsi pada produksi tahap II adalah g(x) = 0,02x2 –2,5x
Karena hasil produksi pada tahap I akan dilanjutkan pada produksi tahap II,
maka hasil produksi tahap I menjadi bahan dasar produksi tahap II, sehingga
diperoleh
g(x) = 0,02x2 – 2,5x
= 0,02(179)2 –2,5(179)
= 640,82 – 447,5
= 193,32

Matematika
85
Dengan demikian, hasil produksi tahap II adalah 193,32 ton bahan jadi kertas.
Hasil produksi yang dihasilkan pabrik kertas tersebut jika bahan dasar kayunya
sebanyak 200 ton adalah 193,32 ton bahan jadi kertas.
Masalah 3.3 di atas dapat diselesaikan dengan menggunakan cara yang berbeda
sebagai berikut.
Diketahui fungsi-fungsi produksi berikut.
f(x) = 0,9x – 1 (3.4)
g(x) = 0,02x2 – 2,5x (3.5)
Dengan mensubstitusikan persamaan 3.4 ke persamaan 3.5, diperoleh fungsi
g(f(x)) = 0,02(0,9x – 1)2 –2,5(0,9x – 1)
= 0,02(0,81x2 – 1,8x + 1) – 2,5(0,9x – 1)
= 0,0162x2 – 0,36x + 0,02 – 2,25x + 2,5
= 0,0162x2 – 2,61x + 2,52
Dengan demikian, diperoleh fungsi g(f(x)) = 0,0162x2 – 2,61x + 2,52 (3.6)
Jika disubstitusikan nilai x = 200 ke persamaan 3.6, diperoleh:
g(f(x)) = 0,0162x2 – 2,61x + 2,52
= 0,0162(200)2 – 2,61(200) + 2,52
= 648 – 522 + 2,52
= 128,52

Terlihat bahwa hasil produksi sebesar 128,52 ton. Nilai ini sama hasilnya
dengan hasil produksi dengan menggunakan perhitungan cara pertama di
atas.
Nilai g(f(x)) merupakan nilai suatu fungsi yang disebut fungsi komposisi f dan
g dalam x yang dilambangkan dengan gf. Karena itu nilai gf di x ditentukan
dengan (gf)(x) = g(f(x)).

86
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Perhatikan Gambar 3.4 berikut.
f g

A B

Dg Rg
Df Rf
(a) (b)
f f(x)
g
g(f(x))
A
B
x B C

h
Dgf Rgf
Rf ∩Dg
(c)
Gambar 3.4 Fungsi komposisi

Berdasarkan Gambar 3.4 di atas dapat dikemukakan beberapa hal berikut.


(1) Df = daerah asal fungsi f; Rf = daerah hasil fungsi f; Dg = daerah asal
fungsi g; Rg = daerah hasil fungsi g; Dgf = daerah asal fungsi komposisi gf;
Rgf = daerah hasil fungsi komposisi gf.
(2) Fungsi f memetakan himpunan A ke himpunan B, ditulis f: A→B.
Setiap unsur x∈Df dipetakan ke y∈Rf dengan fungsi y = f(x). Perhatikan
Gambar 3.4(a).
(3) Fungsi g memetakan himpunan B ke himpunan C, ditulis g: B→C.
Setiap unsur y∈Dg dipetakan ke z∈Rg dengan fungsi z = g(y). Perhatikan
Gambar 3.4(b).
(4) Fungsi h memetakan himpunan A ke himpunan C melalui himpunan
B, ditulis h: A→C. Setiap unsur x∈Dh dipetakan ke z∈h dengan fungsi
z = h(x). Perhatikan Gambar 3.4(c).

Matematika
87
Berdasarkan beberapa hal di atas diperoleh definisi berikut.

Definisi 3.2

Jika f dan g fungsi serta Rf ∩Dg ≠ Ø, maka terdapat suatu fungsi h dari
himpunan bagian Df ke himpunan bagian Rg yang disebut fungsi komposisi
f dan g (ditulis gf) yang ditentukan dengan
h(x) = (gf)(x) = g(f(x))
daerah asal fungsi komposisi f dan g adalah Dgf = {x∈Df | f(x)∈Dg}, dengan
Df = daerah asal (domain) fungsi f; Dg = daerah asal (domain) fungsi g;
Rf = daerah hasil (range) fungsi f; Rg = daerah hasil (range) fungsi g.

Pertanyaan Kitis
Untuk fungsi komposisi f dan g atau (gf)(x).
1) Apa akibatnya jika Rf ∩Dg = Ø? Mengapa? Jelaskan.
2) Bagaimana hubungan Dgf dengan Df? Apakah Dgf ⊆ Df ? Mengapa? Jelaskan.
3) Bagaimana hubungan Rgf dengan Rg? Apakah Rgf ⊆ Rg? Mengapa? Jelaskan.

Untuk lebih memahami konsep fungsi komposisi, perhatikanlah contoh berikut.

Contoh 3.2

Diketahui fungsi f: → dengan f(x) = 2x + 1 dan fungsi g: → dengan


g(x) = x2 – 1.
(1) Apakah fungsi komposisi (gf)(x)dan (fg)(x) terdefinisi?
(2) Tentukanlah rumus fungsi komposisi (gf)(x) dan (fg)(x).

Alternatif Penyelesaian

f(x) = 2x + 1; g(x) = x2 – 1

88
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Df ={x | x∈ } = ; Rf = {y | y∈ } =
Dg ={x | x∈ } = ; Rg = {y | y∈ } =
(1) Untuk menentukan fungsi komposisi (gf)(x) dan (fg)(x) terdefinisi, maka
dapat diketahui berdasarkan
i. Jika Rf ∩Dg ≠ Ø, maka (gf)(x) terdefinisi.
{y| y∈ } ∩ {x| x∈ } = ∩ = ≠ Ø karena Rf ∩Dg ≠ Ø, maka (gf)(x)
terdefinisi.
ii. Jika Rg∩Df ≠ 0, maka (fg)(x) terdefinisi.
{y| y∈ } ∩ {x | x∈ } = ∩ = ≠ Ø karena Rg∩Df ≠ Ø, maka (fg)(x)
terdefinisi.
(2) Rumus fungsi komposisi (gf)(x)dan (fg)(x) ditentukan dengan
i. (gf)(x) = g(f(x))
= g(2x + 1)
= (2x + 1)2 –1
= (4x2 + 4x + 1) – 1
= 4x2 + 4x
ii. (fg)(x) = f(g(x))
= f(x2 – 1)
= 2(x2 – 1) + 1
= 2x2 – 2 + 1
= 2x2 –1
Dengan demikian diperoleh(gf)(x) = 4x2 + 4x dan (fg)(x) = 2x2 – 1.

Perhatikan kembali Contoh 3.2 di atas. Contoh 3.2 tersebut diberikan untuk
menentukan fungsi komposisi jika fungsi-fungsi yang lain telah diketahui.
Berikut ini diberikan contoh bagaimana menentukan fungsi jika diketahui
fungsi komposisi dan suatu fungsi yang lain.

Matematika
89
Contoh 3.3

Diketahui fungsi komposisi (gf) (x) = 18x2 + 24x + 2 dan fungsi g(x) = 2x2 – 6.
Tentukanlah rumus untuk fungsi berikut.
a) Fungsi f(x)
b) Fungsi komposisi (fg)(x)

Alternatif Penyelesaian

(gf) (x) = 18x2 + 24x + 2; g(x) = 2x2 – 6


a) Menentukan fungsi f(x)
(gf) (x) = g(f(x)) = 18x2 + 24x + 2
↔ 2 × f(x)2 – 6 = 18x2 + 24x + 2
↔ 2 × f(x)2 = 18x2 + 24x + 2 + 6
↔ 2 × f(x)2 = 18x2 + 24x + 8
18 x 2 + 24 x + 8
↔ f(x)2 =
2
↔ f(x)2 = 9x2 + 12x + 4
↔ f(x) = ± 9 x 2 + 12 x + 4
↔ f(x) = ±(3x + 2)
Jadi, ada dua fungsi f yang mungkin, yaitu f(x) = 3x + 2 dan f(x) = –3x – 2.
b) Menentukan fungsi komposisi (fg)(x)
i. Untuk f(x) = 3x + 2
(fg)(x) = f(g(x))
= 3 × g(x) + 2, karena f(x) = 3x + 2
= 3 × (2x2 – 6) + 2
= 6x2 – 18 + 2
= 6x2 – 16
Jadi, fungsi komposisi (fg)(x) = 6x2 – 16

90
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
ii. f(x) = –3x – 2
(fg)(x) = f(g(x))
= –3 × g(x) – 2, karena f(x) = –3x – 2
= –3 × (2x2 – 6) – 2
= –6x2 + 18 – 2
= –6x2 + 16
Jadi, fungsi komposisi (fg)(x) = -6x2 + 16

3.4 Sifat-Sifat Operasi Fungsi Komposisi


Untuk menentukan sifat-sifat operasi fungsi komposisi pahamilah
contoh-contoh di bawah ini.

Contoh 3.4

Diketahui fungsi f: → dengan f(x) = 4x + 3 dan fungsi g: → dengan


g(x) = x – 1.
a) Tentukanlah rumus fungsi komposisi (gf)(x) dan (fg)(x).
b) Apakah (gf)(x) = (fg)(x)? Coba selidiki.

Alternatif Penyelesaian

a) Menentukan rumus fungsi komposisi (gf)(x) dan (fg)(x).


i. (gf)(x) = g(f(x))
= g(4x + 3)
= (4x + 3) –1
= 4x + 2
ii. (fg)(x) = f(g(x))
= f(x – 1)
= 4(x – 1) + 3
= 4x – 4 + 3
= 4x –1

Matematika
91
Dengan demikian, (gf)(x) = 4x + 2 dan (fg)(x) = 4x – 1.
b) Selidiki apakah (gf)(x) = (fg)(x).
Berdasarkan hasil perhitungan butir (a) di atas diperoleh
(gf)(x) = 4x + 2, dan (fg)(x) = 4x –1
Untuk x = 2 diperoleh bahwa
(gf)(2) = 4(2) + 2 = 10 dan (fg)(2) = 4(2) – 1 = 7
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa: gf tidak sama dengan fg
atau gf ≠ fg.

Berdasarkan Contoh 3.4 di atas, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya


sifat komutatif pada operasi fungsi komposisi tidak berlaku, yaitu gf ≠ fg.

Contoh 3.5

Diketahui fungsi f: → dengan f(x) = 2x – 1, fungsi g: → dengan


g(x) = 4x + 5, dan fungsi h: → dengan h(x) = 2x – 3.
a) Tentukanlah rumus fungsi komposisi g(fh) dan (gf) h.
b) Tentukanlah rumus fungsi komposisi f(gh) dan (fg) h.
c) Apakah g (fh) = (gf)h, dan f (gh) = (fg)h. Coba selidiki.

Alternatif Penyelesaian

a) Rumus fungsi komposisi (g(fh))(x) dan ((gf)h)(x)


i) Misalkan k(x) = (fh)(x)
k(x) = f(h(x)) = 2h(x) – 1
= 2(2x – 3) – 1
= 4x – 6 – 1
= 4x – 7

92
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
(g(fh)(x)) = (gk)(x)
= g(k(x))
= 4(k(x)) + 5
= 4(4x – 7) + 5
= 16x – 28 +5
= 16x – 23
Jadi, fungsi komposisi (g(fh)(x)) = 16x – 23
ii) Misalkan l(x) = (gf)(x)
l(x) = g(f(x)) = 4(f(x)) + 5
= 4(2x – 1) + 5
= 8x – 4 + 5
= 8x + 1
((gf)h)(x) = (lh)(x)
= l(h(x))
= 8(h(x)) + 1
= 8(2x – 3) + 1
= 16x – 24 + 1
= 16x – 23
Jadi, rumus fungsi komposisi ((gf)h)(x) = 16x – 23.
b) Rumus fungsi komposisi (f(gh))(x) dan ((fg)h)(x)
i) Misalkan m(x) = (gh)(x)
m(x) = g(h(x)) = 4(h(x)) + 5

= 4(2x – 3) + 5

= 8x – 12 + 5

= 8x – 7

Matematika
93
(f(gh)(x)) = (fm(x))
= f(m(x))
= 2(m(x)) – 1
= 2(8x – 7) – 1
= 16x – 14 – 1
= 16x – 15
Jadi, rumus fungsi komposisi (f(gh)(x)) = 16x – 15

ii) Misalkan n(x) = (fg)(x)


n(x) = f(g(x))
= 2(4x + 5) – 1
= 8x + 10 – 1
= 8x + 9
((fg)h)(x) = (nh(x))
= n(h(x))
= 8(h(x)) + 9
= 8(2x – 3) + 9
= 16x – 24 + 9
= 16x – 15
Jadi, rumus fungsi komposisi ((fg)h)(x) = 16x – 15
c) Dari butir (a) dan butir (b), diperoleh nilai
i) (g(fh)(x)) = 16x – 23 dan ((gf)h)(x) = 16x – 23
ii) (f(gh)(x)) = 16x – 15 dan ((fg)h)(x) = 16x – 15
Berdasarkan nilai-nilai ini disimpulkan bahwa
i) (g(fh)(x)) = ((gf)h)(x) = 16x – 23
ii) (f(gh)(x)) = ((fg)h)(x) = 16x – 15

94
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Dari uraian Contoh 3.5 di atas disimpulkan bahwa sifat asosiatif berlaku
pada operasi fungsi komposisi sebagai berikut.

Sifat 3.1

Diketahui f, g, dan h suatu fungsi. Jika Rh∩Dg ≠ Ø; Rgh∩Df ≠ Ø; Rg∩Df ≠ Ø;


Rh∩Dfg ≠ Ø, maka pada operasi komposisi fungsi berlaku sifat asosiatif,
yaitu
f(gh) = (fg)h

Contoh 3.6

Diketahui fungsi f: → dengan f(x) = 5x – 7 dan fungsi identitas I: →


dengan I(x) = x. Tentukanlah
a) rumus fungsi komposisi fI dan If.
b) apakah fI = If = f. Selidikilah.

Alternatif Penyelesaian

a) Rumus fungsi komposisi fI dan If


 (fI)(x) = f(I(x))
= f(x)
= 5x – 7
 (If)(x) = I(f(x))
= I(f(x))
= 5x – 7
b) Berdasarkan hasil pada butir (a) maka dapat disimpulkan bahwa
fI = If = f

Matematika
95
Berdasarkan penyelesaian Contoh 3.6 diperoleh sifat berikut.

Sifat 3.2

Diketahui f suatu fungsi dan I merupakan fungsi identitas. Jika RI∩Df ≠ Ø,


maka terdapat sebuah fungsi identitas, yaitu I (x) = x, sehingga berlaku sifat
identitas, yaitu
fI = If = f

Agar kamu lebih memahami Sifat 3.2, selesaikanlah latihan berikut.

Latihan 3.3

2x − 3
Diketahui fungsi f: → dengan f(x) = dan fungsi identitas I: →
5
dengan I(x) = x. Buktikanlah bawah (fI) = (If) = f.

96
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Uji Kompetensi 3.1

1. Suatu pabrik kertas berbahan dasar kayu memproduksi kertas melalui


dua tahap. Tahap pertama menggunakan mesin I yang menghasilkan
bahan kertas setengah jadi, dan tahap kedua menggunakan mesin II yang
menghasilkan bahan kertas. Dalam produksinya mesin I menghasilkan
bahan setengah jadi dengan mengikuti fungsi f(x) = 6x – 10 dan mesin II
mengikuti fungsi g(x) = x2 + 12, x merupakan banyak bahan dasar kayu
dalam satuan ton.
a) Jika bahan dasar kayu yang tersedia untuk suatu produksi sebesar
50 ton, berapakah kertas yang dihasilkan? (Kertas dalam satuan ton).
b) Jika bahan setengah jadi untuk kertas yang dihasilkan oleh mesin I
sebesar 110 ton, berapa tonkah kayu yang sudah terpakai? Berapa
banyak kertas yang dihasilkan?
x −3
2. Diketahui fungsi f(x) = , x ≠ 0 dan g(x) = x 2 − 9 . Tentukan rumus
x
fungsi berikut apabila terdefinisi dan tentukan daerah asal dan daerah
hasilnya.
a) f+g
b) f–g
c) f×g
f
d)
g
1 1
3. Misalkan f fungsi yang memenuhi f   + f(–x) = 2x untuk setiap x ≠ 0.
Tentukanlah nilai f(2). x x

Matematika
97
4. Diketahui fungsi f: → dengan f(x) = x2 – 4x + 2 dan fungsi g: →
dengan g(x) = 3x – 7. Tentukanlah
a) gf
b) fg

c) gf(5)

d) (fg) (10)

5. Jika f(xy) = f(x + y) dan f(7) = 7. Tentukanlah nilai f(49).

6. Diketahui fungsi f dan g dinyatakan dalam pasangan terurut


f = {(1,5), (2,6), (3,–1), (4,8)}
g = {(2,–1), (1,2), (5,3), (6,7)}
Tentukanlah
a) gf
b) fg

7. Jika f fungsi yang memenuhi persamaan f(1) = 4 dan f(x+1) = 2 f(x).


Tentukanlah f(2014).
x +1 1
8. Jika f(x) = dan x2 ≠ 1, buktikanlah bahwa f(–x) = .
x −1 f ( x)

9. Untuk pasangan fungsi yang diberikan tentukanlah daerah asal dan


daerah hasil fungsi komposisi gf.
a) f (x) = 2x dan g(x) = sin x
b) f(x) = -x dan g(x) = ln x
1
c) f(x) = dan g(x) = 2 sin x
x
10. Diketahui (gf)(x) = 4x2 + 4x dan g(x) = x2 – 1.Tentukanlah nilai f(x – 2).

98
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
3.5 Fungsi Invers

Masalah 3.4

Seorang pedagang kain memperoleh keuntungan dari hasil penjualan setiap


x potong kain sebesar f(x) rupiah. Nilai keuntungan yang diperoleh mengikuti
fungsi f(x) = 500x + 1.000, dimana x banyak potong kain yang terjual.
a) Jika dalam suatu hari pedagang tersebut mampu menjual 50 potong kain,
berapa keuntungan yang diperoleh?
b) Jika keuntungan yang diharapkan sebesar Rp100.000,00 berapa potong
kain yang harus terjual?
c) Jika A merupakan daerah asal (domain) fungsi f dan B merupakan daerah
hasil (range) fungsi f, gambarkanlah permasalahan butir (a) dan butir (b)
di atas.

Alternatif Penyelesaian

Keuntungan yang diperoleh mengikuti fungsi f(x) = 500x + 1.000, untuk setiap
x potong kain yang terjual.
a) Penjualan 50 potong kain, maka x = 50 dan nilai keuntungan yang
diperoleh adalah
f(x) = 500x + 1000
untuk x = 50 berarti f(50) = (500 × 50) + 1.000
= 25.000 + 1.000
= 26.000
Jadi, keuntungan yang diperoleh dalam penjualan 50 potong kain sebesar
Rp26.000,00.
b) Agar keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 100.000,00, maka banyaknya
kain yang harus terjual adalah f(x) = 500x + 1000
100.000
= 500x + 1000
500x = 100.000 – 1.000

Matematika
99
500x = 99.000
99.000
x =
500
= 198
Jadi, banyaknya kain yang harus terjual adalah 198 potong.
c) Jika A merupakan daerah asal fungsi f dan B merupakan daerah hasil
fungsi f, maka permasalahan butir (a) dan butir (b) di atas digambarkan
seperti berikut.

x f(x) x f(x)

f -1
A B A B
(i) (ii)

50 ....? ....? 100.000

f -1
A B A B
(iii) (iv)

Gambar 3.5 Fungsi invers

Berdasarkan Gambar 3.5 di atas, maka dapat dikemukakan beberapa hal


sebagai berikut.
(a) Gambar 3.5 (i) menunjukkan bahwa fungsi f memetakan A ke B,
dapat ditulis f: A → B.
(b) Gambar 3.5 (ii) menunjukkan bahwa f -1 memetakan B ke A, dapat
ditulis f -1: B → A, dimana f -1 merupakan fungsi invers f.

100
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
(c) Gambar 3.5 (iii) menunjukkan bahwa untuk nilai x = 50, maka akan
dicari nilai f(x).
(d) Gambar 3.5 (iv) menunjukkan kebalikan dari Gambar 3.5 (iii), yaitu
mencari nilai x jika diketahui nilai f(x) = 100.000.
Perhatikan Gambar 3.6 berikut, agar lebih memahami konsep invers
suatu fungsi.
Berdasarkan Gambar 3.6 di samping,
diketahui ada beberapa hal sebagai berikut. f
Pertama, fungsi f memetakan x∈A ke y∈B.
Ingat kembali pelajaran tentang menyatakan
x y
fungsi ke dalam bentuk pasangan terurut.
Jika fungsi f dinyatakan ke dalam bentuk
f -1
pasangan terurut, maka dapat ditulis sebagai A B
berikut.
f = {(x, y) | x∈A dan y∈B}. Pasangan terurut
Gambar 3.6 Fungsi invers
(x, y) merupakan unsur dari fungsi f.
Kedua, fungsi invers f atau f -1 memetakan y∈B ke x∈A. Jika fungsi invers
f dinyatakan ke dalam pasangan terurut, maka dapat ditulis f -1 = {(y, x) | y∈B
dan x∈A}. Pasangan terurut (y, x) merupakan unsur dari fungsi invers f.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat didefinisikan invers suatu fungsi,
yaitu sebagai berikut.

Definisi 3.3

Jika fungsi f memetakan A ke B dan dinyatakan dalam pasangan terurut


f = {(x, y) | x∈A dan y∈B}, maka invers fungsi f (dilambangkan f -1) adalah
relasi yang memetakan B ke A, dimana dalam pasangan terurut dinyatakan
dengan f -1 = {(y, x) | y∈B dan x∈A}.

Untuk lebih memahami konsep invers suatu fungsi, selesaikanlah Masalah


3.5 berikut.

Matematika
101
Masalah 3.5

Diketahui fungsi f: A → B merupakan fungsi bijektif, fungsi g: C → D


merupakan fungsi injektif, dan fungsi h: E → F merupakan fungsi surjektif
yang digambarkan seperti Gambar 3.7 di bawah ini.

f g h
A B C D E F

(i) (ii) (iii)

Gambar 3.7 Fungsi invers f, g, dan h

a) Jika fungsi invers f memetakan B ke A, fungsi invers g memetakan D ke


C, dan fungsi invers h memetakan F ke E, maka gambarlah ketiga invers
fungsi tersebut.
b) Dari ketiga invers fungsi tersebut, tentukanlah mana yang merupakan
fungsi.

Alternatif Penyelesaian

a) Gambar ketiga fungsi invers tersebut ditunjukkan sebagai berikut.

f -1 g-1 h-1
B A D C F E

(i) (ii) (iii)

Gambar 3.8 Invers fungsi f, g, dan h

102
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
b) Berdasarkan Gambar 3.8, dapat disimpulkan sebagai berikut.
- Gambar 3.8 (i) merupakan fungsi. Mengapa? Jelaskan.
- Gambar 3.8 (ii) bukan fungsi. Mengapa? Jelaskan.
- Gambar 3.8 (iii) bukan fungsi. Mengapa? Jelaskan.

Berdasarkan alternatif penyelesaian pada Masalah 3.5 di atas, dapat


disimpulkan bahwa invers suatu fungsi belum tentu merupakan fungsi, tetapi
dapat hanya berupa relasi biasa. Fungsi invers g dan h bukan suatu fungsi
melainkan hanya relasi biasa. Invers suatu fungsi yang merupakan fungsi
disebut fungsi invers. Fungsi invers f merupakan suatu fungsi invers.
Berdasarkan uraian di atas, maka ditemukan sifat berikut.

Sifat 3.3

Suatu fungsi f : A → B dikatakan memiliki fungsi invers f -1: B → A jika dan


hanya jika fungsi f merupakan fungsi bijektif.

Perhatikan kembali Sifat 3.3 di atas, pada fungsi bijektif f: A → B,


A merupakan daerah asal fungsi f dan B merupakan daerah hasil fungsi f.
Secara umum, definisi fungsi invers diberikan sebagai berikut.

Definisi 3.4

Jika fungsi f: Df→Rf adalah fungsi bijektif, maka invers fungsi f adalah
fungsi yang didefinisikan sebagai f -1: Rf→Df dengan kata lain f -1 adalah
fungsi dari Rf ke Df.
Df adalah daerah asal fungsi f dan Rf adalah daerah hasil fungsi f.

Perhatikan kembali Definisi 3.4 di atas. Fungsi f: Df→Rf adalah fungsi


bijektif, jika y∈Rf merupakan peta dari x∈Df, maka hubungan antara y dengan
f(x) didefinisikan dengan y = f(x). Jika f -1 adalah fungsi invers dari fungsi f,
maka untuk setiap x∈Rf-1 adalah peta dari y∈Df-1. Hubungan antara x dengan
f -1(y) didefinisikan dengan rumus x = f -1(y).

Matematika
103
3.6 Menentukan Rumus Fungsi Invers

Masalah 3.6

Salah satu sumber penghasilan yang diperoleh klub sepak bola adalah
hasil penjualan tiket penonton jika timnya sedang bertanding. Besarnya dana
yang diperoleh bergantung kepada banyaknya penonton yang menyaksikan
pertandingan tersebut. Suatu klub memberikan informasi bahwa besar
pendapatan yang diperoleh klub dari penjualan tiket penonton mengikuti
fungsi f(x) = 500x + 20.000, dengan x merupakan banyak penonton yang
menyaksikan pertandingan.
a) Tentukanlah fungsi invers pendapatan dari tiket penonton klub sepak
bola tersebut.
b) Jika dalam suatu pertandingan, klub memperoleh dana hasil penjualan tiket
penonton sebesar Rp 5.000.000,00, berapa penonton yang menyaksikan
pertandingan tersebut?

Alternatif Penyelesaian

Diketahui fungsi pendapatan klub sepak bola tersebut adalah f(x) = 500x + 20.000.
a) Invers fungsi pendapatan dari tiket penonton klub sepak bola
Untuk menentukan rumus fungsi invers f(x) dapat dihitung sebagai
berikut.
y = f(x) = 500x + 20.000
y = 500x + 20.000
500x = y – 20.000
y − 20.000
x=
500
y − 20.000
Karena x = f -1(y), maka f -1(y) =
500
y − 20.000 x − 20.000
Karena f -1(y) = , maka f -1(x) =
500 500

104
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
x − 20.000
Jadi, fungsi invers dari f(x) = 500x + 20.000 adalah f -1(x) =
500
1
atau f -1(x) = (x – 20.000).
500

b) Jika dana hasil penjualan tiket penonton sebesar Rp 5.000.000,00, maka


banyak penonton yang menyaksikan pertandingan tersebut adalah
x − 20.000
f -1(x) =
500
5.000.000 − 20.000
f -1(5.000.000) =
500
5.000.000 − 20.000
=
500
= 9.960
Jadi, penonton yang menyaksikan pertandingan sepak bola sebanyak 9.960
orang.
Berdasarkan alternatif penyelesaian Masalah 3.6 di atas, diperoleh sifat
sebagai berikut.

Sifat 3.4

Misalkan f -1 adalah fungsi invers fungsi f. Untuk setiap x∈Df dan y∈Rf,
maka berlaku y = f(x) jika dan hanya jika f -1 (y) = x.

Contoh 3.7

Diketahui fungsi f: → dengan f(x) = 5x + 7. Tentukanlah fungsi inversnya.

Alternatif Penyelesaian

Karena y = f(x), maka y = 5x + 7


5x = y – 7
y −7
x=
5

Matematika
105
y −7
Karena x = f -1(y), maka f -1(y) =
5
y −7 x −7
, maka f -1(x) =
Karena f -1(y) = ,
5 5
1
= (x – 7)
5
1
Jadi, fungsi invers f(x) = 5x + 7 adalah f -1(x) = (x – 7).
5

Contoh 3.8

Diketahui fungsi f: → dengan f(x) = 3x – 1. Tentukanlah fungsi inversnya.

Alternatif Penyelesaian

Karena y = f(x), maka y = 3x – 1


3x = y + 1
y +1
x =
3
y +1
Karena f -1(y) = x, maka f -1(y) =
3
y +1 x +1
Karena f (y) =
-1
, maka f (x) =
-1
, mengapa? Jelaskan.
3 3
x +1
Jadi, fungsi invers f(x) = 3x – 1 adalah f -1(x) = .
3
Berdasarkan Contoh 3.7 dan Contoh 3.8, jawablah soal berikut ini.
a) Tentukanlah rumus fungsi komposisi (ff -1)(x) dan (f -1f)(x)
b) Kesimpulan apa yang dapat kamu temukan?

Alternatif Penyelesaian
1
(1) Berdasarkan Contoh 3.7, diketahui bahwa f(x) = 5x + 7 dan f -1(x) =
(x – 7).
5
a) Rumus fungsi komposisi (ff -1)(x) dan (f -1f)(x) ditentukan sebagai
berikut.

106
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
(ff -1)(x) = f(f -1(x))
(i)
= 5(f -1(x)) + 7
1
= 5( (x – 7)) + 7
5
= x – 7 + 7
= x
(f -1f)(x) = f -1(f(x))
(ii)
x −7
=
5
f (x ) − 7
=
5
(5x + 7) − 7
=
5
=
( 5x + 7 − 7 )
5
5x
=
5
= x
(b) Berdasarkan hasil pada butir (a) dapat disimpulkan bahwa nilai
(ff -1)(x) = (f -1f)(x) = x = I (x)
(2) Sebagai latihanmu, silakan buktikan bahwa (f -1f)(x) = (ff -1)(x) = x = I (x)
juga berlaku pada Contoh 3.8.
Berdasarkan penyelesaian Contoh 3.7 dan Contoh 3.8 diperoleh sifat berikut.

Sifat 3.5

Misalkan f sebuah fungsi bijektif dengan daerah asal Df dan daerah hasil
Rf , sedangkan I(x) = x merupakan fungsi identitas. Fungsi f -1 merupakan
fungsi invers dari fungsi f jika dan hanya jika
(ff -1)(x) = x = I(x) untuk setiap x∈Df , dan
(f -1f)(x) = x = I(x) untuk setiap x∈Rf.

Matematika
107
Sifat 3.5 di atas dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu fungsi
merupakan fungsi invers dari fungsi f atau bukan. Agar kamu lebih memahami,
perhatikan kembali Contoh 3. 9 berikut.

Contoh 3.9
x +1
Buktikanlah bahwa f(x) = 10x – 1 dan g(x) = merupakan fungsi yang
saling invers.
10

Alternatif Penyelesaian

Untuk membuktikan bahwa f(x) dan g(x) saling invers, cukup menunjukkan
fungsi komposisi f(g(x)) = g(f(x)) = x.
Bukti
 x +1 
(i) f(g(x)) = f  
 10 
= 10(g(x)) – 1
 x +1 
= f  –1
 10 
=x+1–1
=x
(ii) g(f(x)) = g(10x – 1)
(10 x − 1)+1
=
10
10 x
=
10
=x
Karena f(g(x)) = g(f(x)) = x, maka kedua fungsi saling invers.
Perhatikan kembali Contoh 3.10 berikut.

Contoh 3.10

Diketahui fungsi f: → dengan f(x) = x – 1. Tentukanlah (f -1)-1(x).

108
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Alternatif Penyelesaian

Untuk menentukan rumus (f -1)-1(x), maka langkah pertama yang harus


dilakukan adalah menentukan f -1(x) sebagai berikut.
Diketahui bahwa f(x) = x – 1, karena f(x) = y, maka y = x – 1 atau x = y + 1
Oleh karena x = f -1(y), maka f -1(y) = y + 1, sehingga f -1(x) = x + 1.
Langkah kedua, menentukan fungsi invers dari f -1 (x) sebagai berikut.
Misalkan f -1(x) = h(x), maka fungsi invers dari h(x) adalah h-1(x) yang
ditentukan seperti berikut.
Misalkan h-1 adalah fungsi invers h. Untuk setiap x∈Dh dan y∈Rh berlaku y =
h(x) jika dan hanya jika x = h-1(y).
Karena h(x) = x + 1 dan h(x) = y, kita peroleh hubungan y = x + 1 atau
x = y – 1.
Karena x = h-1(y), maka h-1(y) = y – 1 sehingga h-1(x) = x – 1.
Karena f -1 (x) = h(x) dan h-1 (x) = x – 1, maka (f -1)-1(x) = x – 1.
Jadi, (f -1)-1(x) = x – 1.
Perhatikan kembali rumus fungsi (f -1)-1(x) yang kita peroleh dengan
rumus fungsi f(x) yang diketahui, dari kedua nilai ini kita peroleh bahwa
(f -1)-1(x) = f(x) = x – 1.
Berdasarkan hasil uraian pada Contoh 3.10 di atas, maka diperoleh sifat
fungsi invers sebagai berikut.

Sifat 3.6

Jika f sebuah fungsi bijektif dan f -1 merupakan fungsi invers f, maka fungsi
invers dari f -1 adalah fungsi f itu sendiri, dan dapat disimbolkan dengan
(f -1)-1 = f

Sekarang, kita akan menentukan fungsi invers dari suatu fungsi komposisi.
Untuk memahami hal tersebut, perhatikan contoh berikut.

Matematika
109
Contoh 3.11

Diketahui fungsi f dan g adalah fungsi bijektif yang ditentukan dengan


f(x) = 2x + 5 dan g(x) = x – 2. Tentukanlah soal berikut.
a) (gf) dan (fg) d) (g-1f -1) dan (f -1g-1)
b) f -1 dan g-1 e) Hubungan antara (gf)-1 dengan (f -1g-1)
c) (gf)-1 dan (fg)-1 f) Hubungan antara (fg)-1 dengan (g-1f -1)

Alternatif Penyelesaian

a) (gf) dan (fg)


(i) (gf) = g(f(x))
= f(x) – 2
= (2x + 5) – 2
= 2x + 3
(ii) (fg) = f(g(x))
= 2(g(x)) + 5
= 2(x – 2) + 5
= 2x – 4 + 5
= 2x + 1
b) f -1 dan g-1
f -1
(i)
f(x) = 2x + 5
Karena f(x) = y, maka y = 2x + 5
2x = y – 5
y −5
x=
2
y −5
Karena f -1 (y) = x, maka f -1 (y) =
2
x −5
Dengan demikian f -1(x) =
2

110
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
g-1
(ii)
g(x) = x – 2
Karena g(x) = y, maka y = x – 2 sehingga x = y + 2
Karena g-1(y) = x, maka g-1(y) = y + 2 sehingga g-1(x) = x + 2
c) (gf)-1 dan (fg)-1
(i) (gf)-1
(gf)(x) = 2x + 3
Misalkan (gf)(x) = h(x), sehingga h(x) = 2x + 3
y −3
Karena h(x) = y, maka y = 2x + 3, sehingga x =
2
y −3 x −3
Karena h-1(y) = x, maka h-1(y) = sehingga, h-1(x) =
2 2
x −3
Karena (gf)(x) = h(x), maka (gf)-1(x) = h-1(x), sehingga (gf)-1(x) =
2
(ii) (fg)-1
(fg)(x) =2x + 1
Misalkan (fg)(x) = k(x), sehingga k(x) = 2x + 1
y −1
Karena k(x) = y, maka y = 2x + 1, sehingga x =
2
y −1 x −1
Karena k-1(y) = x, maka k-1(y) = , sehingga k-1(x) =
2 2
x −1
Karena (fg)(x) = k(x), maka (fg) (x) = k (x), sehingga (fg) (x) =
-1 -1 -1

2
d) g-1f -1 dan f -1g-1
g-1f -1
(i)
x −5
Pada butir (b) telah ditemukan bahwa g-1(x) = x + 2 dan f -1(x) =
2
(g-1f -1)(x) = g-1(f -1(x))

= (f -1(x)) + 2
x −5

= +2
2
x − 5+ 4

=
2
x −1

=
2

Matematika
111
(ii) (f -1g-1)

(f -1g-1)(x) = f -1(g-1(x))
g -1 (x ) − 5

=
2
(x + 2) − 5

=
2
x −3

=
2
e) Hubungan antara (gf)-1 dengan f -1g-1

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa rumus fungsi (gf)-1 sama


x −1
dengan f -1g-1 atau (gf)-1(x)= (f -1g-1)(x) =
2
f) Hubungan antara (fg)-1 dengan (g-1f -1)

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa rumus fungsi (fg)-1 sama


x −3
dengan g-1f -1 atau (fg)-1(x) = (g-1f -1)(x) =
2
Berdasarkan Contoh 3.11 di atas, maka dapat kita simpulkan sifat berikut.

Sifat 3.7

Jika f dan g fungsi bijektif, maka berlaku (gf)-1 = (f -1g-1)

Agar kamu lebih memahami Sifat 3.7, selesaikanlah latihan berikut.

Latihan 3.4

Fungsi f: → dan g: → ditentukan oleh rumus f(x) = 5x – 4 dan g(x) =


3x. Tentukanlah rumus fungsi komposisi (fg)-1(x) dan (gf)-1(x).

112
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Uji Kompetensi 3.2

1. Seorang pedagang kain memperoleh keuntungan dari hasil penjualan


setiap x potong kain sebesar f(x) rupiah. Nilai keuntungan yang diperoleh
mengikuti fungsi f(x) = 100x + 500, x merupakan banyak potong kain
yang terjual.
a) Jika dalam suatu hari pedagang tersebut mampu menjual 100 potong
kain, berapa keuntungan yang diperoleh?
b) Jika keuntungan yang diharapkan sebesar Rp500.000,00 berapa
potong kain yang harus terjual?
c) Jika A merupakan himpunan daerah asal (domain) fungsi f(x)
dan B merupakan himpunan daerah hasil (range) fungsi f(x),
gambarkanlah permasalahan butir (a) dan butir (b) di atas.

2. Tentukanlah fungsi invers dari fungsi-fungsi berikut jika ada.


a) f(x) = 2x2+ 5
2x − 1
b) g(x) =
6
c) h(x) = x + 2
3

3. Diketahui f dan g suatu fungsi dengan rumus fungsi f(x) = 3x + 4 dan


x−4
g(x) = . Buktikanlah bahwa f -1(x) = g(x) dan g-1(x) = f(x).
3
4. Diketahui fungsi f: → dengan rumus fungsi f(x) = x2 – 4. Tentukanlah
daerah asal fungsi f agar fungsi f memiliki invers dan tentukan pula rumus
fungsi inversnya untuk daerah asal yang memenuhi.

5. Untuk mengubah satuan suhu dalam derajat Celcius (oC) ke satuan suhu
9
dalam derajat Fahrenheit (oF) ditentukan dengan rumus F = C + 32 .
5

Matematika
113
a) Tentukanlah rumus untuk mengubah satuan derajat Fahrenheit (oF)
ke satuan suhu dalam derajat Celcius (oC).
b) Jika seorang anak memiliki suhu badan 86oF, tentukanlah suhu
badan anak itu jika diukur menggunakan satuan derajat Celcius.
x −1 3−x
6. Jika f -1(x) = dan g-1(x) = , maka tentukanlah nilai (fg)-1(x).
5 2
x −1
7. Diketahui fungsi f: → dan g: → dirumuskan dengan f(x) = ,
x
untuk x ≠ 0 dan g(x) = x + 3. Tentukanlah (gf(x))-1.

8. Diketahui f(x) = 3x-1. Tentukanlah rumus fungsi f -1(x) dan tentukan juga
f -1(81).

9. Diketahui fungsi f(x) = 2x + 3 dan (fg) (x + 1) = -2x2 – 4x – 1. Tentukanlah


g-1(x) dan g-1(-2)!

10. Fungsi f: → dan g: → ditentukan oleh rumus f(x) = x + 2 dan


g(x) = 2x. Tentukanlah rumus fungsi komposisi (fg)-1(x) dan (gf)-1(x).

2 1
11. Diketahui f (x ) = x +1 dan (fg)(x) = x 2 − 4 x + 5 . Tentukanlah
x − 2
(fg)-1(x).
x −1
12. Diketahui fungsi f(x) = , x ≠ 0 dan f -1 adalah invers fungsi f.
x
Jika k adalah banyaknya faktor prima dari 210, tentukanlah nilai f -1(k).

Projek

Rancanglah sebuah permasalahan kehidupan nyata dan selesaikan


dengan menggunakan konsep fungsi komposisi. Buatlah laporannya dan
presentasikan di depan kelas.

114
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Rangkuman

Berdasarkan uraian materi pada Bab 3 ini, ada beberapa kesimpulan yang
dapat dinyatakan sebagai pengetahuan awal untuk mendalami dan melanjutkan
bahasan berikutnya. Beberapa kesimpulan disajikan sebagai berikut.

1. Jika f suatu fungsi dengan daerah asal Df dan g suatu fungsi dengan daerah
asal Dg, maka pada operasi aljabar penjumlahan, pengurangan, perkalian,
dan pembagian dinyatakan sebagai berikut.
(1) Jumlah f dan g ditulis f + g didefinisikan sebagai (f + g)(x) = f(x) + g(x)
dengan daerah asal Df + g = Df∩Dg.
(2) Selisih f dan g ditulis f – g didefinisikan sebagai (f – g)(x) = f(x) – g(x)
dengan daerah asal Df – g = Df∩Dg.
(3) Perkalian f dan g ditulis f × g didefinisikan sebagai (f × g)(x) = f(x) × g(x)
dengan daerah asal Df × g = Df∩Dg.
f f f (x )
(4) Pembagian f dan g ditulis didefinisikan sebagai   ( x ) =
g g g (x )

dengan daerah asal D f = Df∩Dg – {x|g(x) = 0}.


g

2. Jika f dan g fungsi dan Rf∩Dg ≠ Ø, maka terdapat suatu fungsi h dari
himpunan bagian Df ke himpunan bagian Rg yang disebut fungsi komposisi
f dan g (ditulis gf) yang ditentukan dengan
h(x) = (gf)(x) = g(f(x))

3. Sifat komutatif pada operasi fungsi komposisi tidak memenuhi, (gf) ≠ (fg).

4. Diketahui f, g, dan h suatu fungsi. Jika Rh∩Dg ≠ Ø; Ø; Rgh∩Df ≠ Ø,


Rg∩Df ≠ Ø; Rh∩Dfg ≠ Ø, maka pada operasi komposisi fungsi berlaku sifat
asosiatif, yaitu f(gh) = (fg)h.

Matematika
115
5. Diketahui f fungsi dan I merupakan fungsi identitas. Jika RI∩Df ≠ Ø,
maka terdapat sebuah fungsi identitas, yaitu I(x) = x, sehingga berlaku
sifat identitas, yaitu fI = If = f.

6. Jika fungsi f memetakan A ke B dan dinyatakan dalam pasangan terurut


f = {(x, y) | x∈A dan y∈B}, maka invers fungsi f (dilambangkan f -1)
memetakan B ke A, dalam pasangan terurut dinyatakan dengan
f -1 = {(y, x) | y∈B dan x∈A}.

7. Suatu fungsi f : A → B disebut memiliki fungsi invers f -1: B → A jika dan


hanya jika fungsi f merupakan fungsi yang bijektif.

8. Jika fungsi f: Df→Rf adalah fungsi bijektif, maka invers dari fungsi f adalah
fungsi f -1 yang didefinisikan sebagai f -1: Df→Rf.

9. Jika f fungsi bijektif dan f -1 merupakan fungsi invers f, maka fungsi invers
dari f -1 adalah fungsi f itu sendiri.

10. Jika f dan g fungsi bijektif, maka berlaku (gf)-1 = (f -1g-1).

Beberapa hal yang telah dirangkum di atas adalah modal dasar bagimu
dalam belajar fungsi secara lebih mendalam pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Konsep-konsep dasar di atas harus kamu pahami dengan baik
karena akan membantu dalam pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-
hari.

116
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
BAB
4
Trigonometri

A. Kompetensi Dasar dan Pengalaman Belajar

Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar


Setelah mengikuti pembelajaran ini siswa Melalui pembelajaran materi trigonometri,
mampu: siswa memperoleh pengalaman belajar:
3.7 Menjelaskan rasio trigonometri (sinus,  Menemukan konsep perbandingan
cosinus, tangen, cosecan, secan, dan trigonometri melalui pemecahan
cotangen) pada segitiga siku-siku . masalah otentik.
3.8 Menggeneralisasi rasio trigonometri  Berkolaborasi memecahkan masalah
untuk sudut-sudut di berbagai kuadran aktual dengan pola interaksi sosial
dan sudut-sudut berelasi. kultur.
3.9 Menjelaskan aturan sinus dan cosinus  Berpikir tingkat tinggi (berpikir kritis
3.10 Menjelaskan fungsi trigonometri dengan dan kreatif) dalam menyelidiki dan
menggunakan lingkaran satuan. mengaplikasikan konsep trigonometri
dalam memecahkan masalah otentik.
4.7 Menyelesaikan masalah kontekstual yang
berkaitan dengan rasio trigonometri
(sinus, cosinus, tangen, cosecan, secan,
dan cotangen) pada segitiga siku-siku.
4.8 Menyelesaikan masalah kontekstual yang
berkaitan dengan rasio trigonometri
sudut-sudut di berbagai kuadran dan
sudut-sudut berelasi.
4.9 Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan aturan sinus dan cosinus.
4.10 Menganalisa perubahan grafik fungsi
trigonometri akibat perubahan
pada konstanta pada fungsi y = a sin b(x
+ c) + d.
Kompetensi Dasar

6. menjelaskan aturan sinus dan cosinus;


7. menjelaskan fungsi trigonometri dengan menggunakan lingkaran satuan;
8. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pengukuran sudut dalam satuan radian atau
derajat;
9. menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan rasio trigonometri (sinus,
cosinus, tangen, cosecan, secan, dan cotangen) pada segitiga siku-siku;
10. menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan rasio trigonometri sudut-sudut
di berbagai kuadran dan sudut-sudut berelasi;
11. menggunakan identitas dasar trigonometri untuk membuktikan identitas trigonometri
lainnya;
12. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan aturan sinus dan cosinus;
13. membuat sketsa grafik fungsi trigonometri.

Istilah-istilah

• Sudut • Derajat • Radian • Kuadran


• Perbandingan sudut • Identitas trigonometri • Sudut berelasi • Aturan sinus
• Aturan sinus • Grafik fungsi trigonometri • Amplitudo
B. Diagram Alir

Segitiga Materi Prasyarat

Unsur-Unsur
Masalah
Segitiga
Otentik

Perbandingan Sisi-Sisi
dalam Segitiga

sin α cos α tan α sec α cosec α cot α

Grafik Fungsi
Trigonometri
C. Materi Pembelajaran

4.1 Ukuran Sudut (Derajat dan Radian)


Pada umumnya, ada dua ukuran yang digunakan untuk menentukan
besar suatu sudut, yaitu derajat dan radian. Tanda “ o ” dan “ rad ” berturut-
turut menyatakan simbol derajat dan radian. Singkatnya, satu putaran penuh
= 360o, atau 1o didefenisikan sebagai besarnya sudut yang dibentuk oleh
1
kali putaran.
360

1 putaran 1 1 putaran 1 putaran


putaran
360 4 2
Gambar 4.1 Beberapa besar putaran/rotasi

Tentunya dari Gambar 4. 1, kamu dapat mendeskripsikan untuk beberapa


1 1
satuan putaran yang lain. Misalnya, untuk putaran, putaran, 2 putaran.
3 6 3
Sebelum kita memahami hubungan derajat dengan radian, mari pelajari teori
mengenai radian berikut.

Satu radian diartikan sebagai besar ukur-


an sudut pusat α yang panjang busurnya
A
r sama dengan jari-jari, perhatikan Gambar
r 4.2. Jika ∠AOB = α dan AB = OA = OB, maka
a
O B
r AB
α= = 1 radian.
r
Jika panjang busur tidak sama dengan
r, maka cara menentukan besar sudut
tersebut dalam satuan radian dapat dihitung
Gambar 4.2 Ukuran radian
menggunakan perbandingan:

120
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Sifat 4.1

AB
∠AOB = = rad
r

Lebih lanjut, dapat dikatakan bahwa hubungan satuan derajat dengan


satuan radian, adalah 1 putaran sama dengan 2π rad. Oleh karena itu, berlaku

Sifat 4.2

π 180o
360o = 2π rad atau 1o = rad atau 1 rad = ≅ 57,3o
180o π

Dari Sifat 4.2, dapat disimpulkan sebagai berikut.


π
➢ Konversi x derajat ke radian dengan mengalikan x × .
180o
π  π
Misalnya, 45o = 45o ×  o 
rad = rad .
 180  4
180o
➢ Konversi x radian ke derajat dengan mengalikan x × .
π
3 3 180o
Misalnya, π rad = π × = 270o .
2 2 π

Contoh 4.1

Perhatikan hubungan secara aljabar antara derajat dengan radian berikut ini.
1 1 o π 1
90o × 360 = 90 atau 90 = 90 × rad = π rad .
o o
1. ×putaran
360o = =
4 4 180 2
2. 1 ×putaran = 1o × 360o = 120o atau 120o = 120 × π rad = 2 π rad .
360o = 120
3 3 180 3
1 1 π
3. 360o = 180
×putaran = o × 360o = 180o atau 180o = 180 × rad = π rad .
2 2 180
π
4. 4 putaran = 4 × 360o = 1.440o atau 1.440o = 1.440 × rad = 8π rad
180
π
5. 5 putaran = 5 × 360o = 1.800o atau 1.800o = 1.800 × rad = 10π rad.
180

Matematika
121
1 5 π
6. 225o = 225o × o putaran = putaran atau 225o = 225o × rad =
360 8 180o
5
π rad
4
 1 1 

(
7. 1.200o = 3 × 360o + 120o =  3× 360o × )
360 o
+ 120o × ( )
360o 
putaran

 1  1
= 3+  putaran =3+ putaran
3 putaran
 3  3 
8. Pada saat pukul 11.00, berarti jarum panjang pada jam menunjuk ke angka
12 dan jarum pendek pada jam menunjuk ke angka 11. Artinya besar sudut
yang terbentuk oleh setiap dua angka yang berdekatan adalah 30o.
π 1
30o = 30o × o
rad = π rad
180 6
9. Jika suatu alat pemancar berputar 60 putaran dalam setiap menit, maka
setiap satu menit pemancar berputar sebanyak 3.600 putaran.

360o pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Babilonia.


Hal ini merupakan hitungan satu tahun pada kalender.

Selanjutnya, dalam pembahasan topik selanjutnya terdapat beberapa


sudut (sudut istimewa) yang sering digunakan. Secara lengkap disajikan dalam
tabel berikut ini, tetapi kamu masih harus melengkapinya.
Tabel 4.1 Sudut istimewa yang sering digunakan

Derajat Radian Derajat Radian


π
0o 0 rad 90o rad
2
π 2π
30o rad 120o rad
6 3
π rad 3π
45o 135o rad
4 4
π 5π
60o rad 150o rad
3 6

122
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Derajat Radian Derajat Radian

180o πrad 270o rad
2
7π 5π
210o rad 300o rad
6 3
5π 7π
225o rad 315o rad
4 4
4π 11π
240o rad 330o rad
3 6

Dalam kajian geometris, sudut didefinisikan sebagai hasil rotasi dari sisi
awal (initial side) ke sisi akhir (terminal side). Selain itu, arah putaran memiliki
makna dalam sudut. Suatu sudut bertanda “positif” jika arah putarannya
berlawanan dengan arah putaran jarum jam, dan bertanda “negatif” jika
arah putarannya searah dengan arah putaran jarum jam. Arah putaran sudut
juga dapat diperhatikan pada posisi sisi akhir terhadap sisi awal. Untuk
memudahkannya, mari kita cermati deskripsi berikut ini.

Sisi akhir Sisi awal

Sisi akhir

Sisi awal

a. Sudut bertanda positif b. Sudut bertanda negatif

Gambar 4.3 Sudut berdasarkan arah putaran

Dalam koordinat kartesius, jika sisi awal berimpit dengan sumbu x


dan sisi terminal terletak pada salah satu kuadran pada koordinat kartesius,
disebut sudut standar (baku). Jika sisi akhir berada pada salah satu sumbu
pada koordinat tersebut, sudut yang seperti ini disebut pembatas kuadran,
yaitu 0o, 90o, 180o, 180o, 270o, dan 360o.
Sebagai catatan bahwa untuk menyatakan suatu sudut, lazimnya
menggunakan huruf-huruf Yunani, seperti, a (alpha), b (betha), γ (gamma) dan

Matematika
123
θ (tetha) juga menggunakan huruf-huruf kapital, seperti A, B, C, dan D. Selain
itu, jika sudut yang dihasilkan sebesar a, maka sudut b disebut sudut koterminal,
seperti yang dideskripsikan pada gambar di bawah ini.

Y 90o

Kuadran II Kuadran I
90o – 18oo 0o – 90o
α
X 180o 0o
b
Kuadran III Kuadran IV
18o – 27o 270o – 360o

270o
a. Sudut baku dan sudut koterminal b. Besar sudut pada setiap kuadran

Gambar 4.4 Sudut secara geometri dan pembatasan kuadran

Untuk memantapkan pemahaman kamu akan sudut baku dan pembatas


kuadran, cermati contoh dan pembahasan di bawah ini.

Contoh 4.2

Gambarkan sudut-sudut baku di bawah ini, dan tentukan posisi setiap sudut
pada koordinat kartesius.
a. 60o c. 120o
b. –45o
d. 600o

Alternatif Penyelesaian

a. Y b. Y
A

60o
X X
O O 45o

A
Sisi awal terletak pada sumbu X Sisi awal terletak pada sumbu X
dan sisi terminal OA terletak di dan sisi terminal OA terletak di
kuadran I. kuadran IV.

124
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
c. Y d. Y
P

120o

X
X O
O

R
Sisi awal terletak pada sumbu X dan Sisi awal terletak pada sumbu X
sisi terminal OP terletak di kuadran dan sisi terminal OR terletak di
II. kuadran III.

Gambar 4.5 Sudut pada setiap kuadran

Matematika
125
Uji Kompetensi 4.1

1. Tentukan nilai kebenaran (benar atau salah) setiap pernyataan di bawah


ini. Berikan penjelasan untuk setiap jawaban yang diberikan.
1
a. putaran = 0,33π rad = 60o
6
π 2
120o =o120
b. 150 = ×putaran
rad == π rad
180 3
2
c. 4 π rad = 792 = 2,4 putaran
o
5
d. 1.500o = 8π rad = 4 putaran
e. Seorang atlet berlari mengelilingi lintasan A berbentuk lingkaran
sebanyak 2 putaran. Hal itu sama saja dengan atlet berlari mengelilingi
satu kali lintasan B berbentuk lingkaran yang jari-jarinya 2 kali jari-
jari lintasan A.
2. Diketahui besar sudut a kurang dari 90o dan besar sudut θ lebih dari
atau sama dengan 90o dan kurang dari 180o. Analisislah kebenaran setiap
pernyataan berikut ini.
a. 2a ≥ 90o
b. θ – a ≥ 30o
1
c. 2a + θ ≥ 90o
2
d. Ada nilai a dan θ yang memenuhi persamaan 2θ – 2a = θ + a
3. Berikut ini merupakan besar sudut dalam satuan derajat, tentukan
kuadran setiap sudut tersebut.
a. 90o d. 800o
b. 135o
e. –270o
c. 225o f. 1.800o
Selanjutnya, nyatakan setiap sudut di atas dalam satuan radian.

126
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
4. Tentukan (dalam satuan derajat dan radian) untuk setiap rotasi berikut.
1 9 putaran
a. putaran d.
9 8
3
b. 3 putaran e. putaran
8 4
c. 1 putaran f. putaran
7
5 6
5. Nyatakan dalam radian besar sudut yang dibentuk untuk setiap
penunjukan waktu berikut.
a. 12.05 d.
05.57
b. 00.15 e. 20.27
c. 16.53 f. 07.30

6. Misalkan θ merupakan sudut lancip dan sudut b adalah sudut tumpul.


Perhatikan kombinasi setiap sudut dan kedua sudut tersebut dan tentukan
kuadrannya.
a. 3θ c. θ + b
b. 2b d. 2b – θ

7. Perhatikan pergerakan jarum jam. Berapa kali (jika ada) dalam 1 hari
terbentuk sudut-sudut di bawah ini?
a. 90o c. 30o
b. 180o d. 120o

8. Ubahlah sudut-sudut berikut ke bentuk derajat


π 7π
a. rad d. rad
12 8
5π 7π
b. rad e. rad
7 15
3π 8π
c. rad f. rad
5 9

Matematika
127
9. Gambarkan setiap ukuran sudut di bawah ini dalam koordinat kartesius.
a. 120o
d. –240o
b. 600o e. 330o
c. 270o f. –800o

10. Perhatikan gambar di bawah ini.


5

4 1 3 
A  , 
3 2 2 

1
60o

–5 –4 –3 –2 –1 1 2 3 4 5
–1

–2

–3

–4

–5

Selidiki dan tentukan koordinat titik A jika dirotasi sejauh


a. 90o
b. 180o
c. 270o
d. 260o

128
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
4.2 Perbandingan Trigonometri pada Segitiga Siku-Siku

Trigonometri berasal dari bahasa Yunani,


trigonon artinya tiga sudut, dan metro artinya
mengukur. Ilmuwan Yunani di masa Helenistik,
Hipparchus (190 B.C – 120 B.C) diyakini adalah
orang yang pertama kali menemukan teori
tentang trigonometri dari keingintahuannya
akan dunia. Matematikawan Yunani lainnya,
Ptolemy sekitar tahun 100 mengembangkan Hippachus
penghitungan trigonometri lebih lanjut. (190 B.C. – 120 B.C.)
Matematikawan Silesia Bartholemaeus Pitiskus
menerbitkan sebuah karya yang berpengaruh
tentang trigonometri pada 1595 dan memperkenalkan kata ini ke dalam
bahasa Inggris dan Perancis.
Adapun rumusan sinus, cosinus juga tangen diformulasikan oleh
Surya Siddhanta, ilmuwan India yang dipercaya hidup sekitar abad 3 SM.
Selebihnya teori tentang Trigonometri disempurnakan oleh ilmuwan-
ilmuwan lain di jaman berikutnya.
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki

Pada peradaban kehidupan budaya


Dayak, kajian mengenai trigonometri
sudah tercermin dari berbagai ikon
kehidupan mereka. Misalnya, para
arsitekturnya sudah menerapkan kese-
timbangan bangunan pada rumah adat
yang mereka ciptakan.
Rumah adat tersebut berdiri
kokoh sebagai hasil hubungan yang
Sumber: http://www.jualsewarumah.com
tepat antara besar sudut yang dikaitkan Gambar 4.6 Rumah adat suku Dayak
dengan panjang sisi-sisinya. Apakah
para Arsitektur tersebut mempelajari
trigonometri juga?

Matematika
129
Pada subbab ini, akan dipahami konsep perbandingan trigonometri pada
suatu segitiga siku-siku.
Coba kamu pahami deskripsi berikut.

Masalah 4.1

Pak Yahya adalah seorang penjaga sekolah. Tinggi pak Yahya adalah
1,6 m. Dia mempunyai seorang anak, namanya Dani. Dani masih kelas II
Sekolah Dasar. Tinggi badannya 1,2 m. Dani adalah anak yang baik dan suka
bertanya. Dia pernah bertanya kepada ayahnya tentang tinggi tiang bendera
di lapangan itu. Dengan senyum, Ayahnya menjawab 8 m. Suatu sore, disaat
dia menemani ayahnya membersihkan rumput liar di lapangan, Dani melihat
bayangan setiap benda di tanah. Dia mengambil tali meteran dan mengukur
panjang bayangan ayahnya dan panjang bayangan tiang bendera, yaitu 3 m dan
15 m.Tetapi dia tidak dapat mengukur panjang bayangannya sendiri karena
bayangannya mengikuti pergerakannya. Jika kamu sebagai Dani, dapatkah
kamu mengukur bayangan kamu sendiri?
Konsep kesebangunan pada segitiga terdapat pada cerita tersebut. Mari
kita gambarkan segitiga sesuai cerita di atas.

Dimana:
A AB = tinggi tiang bendera (8 m)
BC = panjang bayangan tiang (15 m)
D DE = tinggi pak Yahya (1,6 m)
F EC = panjang bayangan pak Yahya (3 m)
FG = tinggi Dani (1,2 m)
xo
B C GC = panjang bayangan Dani (4,8 m)
E G

Gambar 4.7 Segitiga sebangun

Berdasarkan gambar segitiga di atas terdapat tiga segitiga, yaitu ∆ABC,


∆DEC, dan ∆FGC sebagai berikut.

130
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
A

17
D
8
3,4
1,6 F
g
1,2
B xo
C E x
o
C G xo C
15 3 f

Gambar 4.8 Kesebangunan

Karena ∆ABC, ∆DEC, dan ∆FGC adalah sebangun, maka berlaku


FG GC 1, 2 f
= = = ⇒ f = 2,25.
DE EC 1, 6 3
Dengan menggunakan Teorema Pythagoras diperoleh nilai dari
FC = g = 6, 5025 = 2, 55 .
Berdasarkan ∆ABC, ∆DEC, dan ∆FGC diperoleh perbandingan sebagai berikut.
FG DE AB 1, 2 1, 6 8 sisi di depan sudut
a. = = = = = = = 0,47.
FC DC AC 2, 55 3, 4 17 sisi miring segitiga
8
Perbandingan ini disebut dengan sinus sudut C, ditulis sin x0 = .
17
GC EC BC 2, 25 3 15 sisi di samping sudut
b. = = = = = = = 0,88.
FC DC AC 2, 55 3, 4 17 sisi miring segitiga
15
Perbandingan ini disebut dengan cosinus sudut C, ditulis cos x0 = .
17
FG DE AB 1, 2 1, 6 8 sisi di depan sudut
c. = = = = = = = 0,53.
GC EC BC 2, 25 3 15 sisi di samping sudut
8
Perbandingan ini disebut dengan tangen sudut C, ditulis tan x0 = .
15
Hubungan perbandingan sudut (lancip) dengan panjang sisi-sisi suatu
segitiga siku-siku dinyatakan dalam definisi berikut.

Definisi 4.1

1. Sinus C didefinisikan sebagai perbandingan B
panjang sisi di depan sudut dengan sisi miring
sisi di depan sudut
segitiga, ditulis sin C =

sisi miring segitiga A C

Matematika
131
2. Cosinus C didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi di samping
sisi di samping sudut
sudut dengan sisi miring segitiga, cos C =
sisi miring segitiga

3. Tangen C didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi di depan
sisi di depan sudut
sudut dengan sisi di samping sudut, ditulis tan C =
sisi di samping sudut
4. Cosecan C didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi miring
sisi miring segitiga
segitiga dengan sisi di depan sudut, ditulis csc C =
sisi di depan sudut
1
atau csc C =
sin C
5. Secan C didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi miring segitiga
sisi miring segitiga
dengan sisi di samping sudut, ditulis sec C =
1 sisi di samping sudut
atau sec C =
cos C
6. Cotangen C didefinisikan sebagai perbandingan sisi di samping sudut
sisi di samping sudut
dengan sisi di depan sudut, ditulis cotan C =
sisi di depan sudut
1
atau cot C =
tan C

Jika diperhatikan aturan perbandingan di atas, prinsip matematika lain


yang perlu diingat kembali adalah Teorema Pythagoras. Selain itu, pengenalan
akan sisi miring segitiga, sisi di samping sudut, dan sisi di depan sudut tentunya
dapat mudah diperhatikan. Oleh karena yang telah didefinisikan perbandingan
sudut untuk sudut lancip C, sekarang giliranmu untuk merumuskan keenam
jenis perbandingan sudut lancip A.

Contoh 4.3
 1
Diberikan segitiga siku-siku ABC, sin A3+
= . putaran
Tentukan cos A, tan A, sin C,
 3 
cos C, dan cot C.

132
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Alternatif Penyelesaian
BC 1 BC 1
Diketahui sin A = , artinya = . Lebih tepatnya, panjang sisi (BC) di depan
AC 3 AC 3
sudut A dan panjang sisi miring (AC) segitiga ABC memiliki perbandingan
1 : 3, lihat Gambar 4.9.
Untuk menentukan nilai cos A, tan A, sin C,
cos C, dan cot C, kita memerlukan panjang C

sisi AB. Dengan menggunakan Teorema


Pythagoras, diperoleh
3k
AB 2 = AC 2 − BC 2
k

( 3k ) − ( k )
2 2
⇒ AB =

= 9k 2 − k 2 = 8k 2 AB 2 = AC 2 − BC 2 A AB 2 = AC 2 − BCB2
= ±2 2k ⇒ AB = ( 3k ) − ( k )
2 2
⇒ AB = ( 3k ) − ( k )
2 2

Gambar 4.9 Segitiga siku-siku ABC


= 9k − k 2 = 8k 2
2
= 9k 2 − k 2 = 8k 2
Jadi, kita memperoleh panjang sisi AB==±2 2k . (Mengapa bukan – 2k ?)
= ±2
Dengan menggunakan Definisi 4.1, kita peroleh

➢ AB 2 2k 2 2
cos A = = =
AC 3k 3

BC k 1 2 2 1
➢ tan A = = = × = = 2
AB 2 2k 2 2 2 4 4

➢ AB 2 2k 2 2
sin C = = =
AC 3k 3

BC k 1
➢ cos C = = =
AC 3k 3

BC k 1 2 2 1
➢ cot C = = = × = = 2
AB 2 2k 2 2 2 4 4

Matematika
133
Perlu Diingat
Panjang sisi miring adalah sisi terpanjang pada suatu segitiga siku-siku.
Akibatnya nilai sinus dan cosinus selalu kurang dari 1 (pada kondisi khusus
akan bernilai 1).

Mari kita cermati kembali contoh berikut ini.

Contoh 4.4
QR 4
Pada suatu segitiga siku-siku PQR, dengan siku-siku di Q, tan P == . Hitung
PQ 3
nilai perbandingan trigonometri yang lain untuk sudut P.

Alternatif Penyelesaian
QR 4
Kita ketahui tan P = = , artinya
R PQ 3
QR 4
tan P = = .
PQ 3
4k Akibatnya, jika QR = 4k dan PQ = 3k,
dengan k adalah bilangan positif.
P PR2 = PQ2 + QR2
Q 3k
⇒ PR =
PR = PQ2 + QR 2
Gambar 4.10 Segitiga siku-siku PQR
= ( 3k ) + ( 4k )
2 2

= 25k 2
PR = 5k
Sekarang gunakan Definisi 4.1 untuk menentukan nilai perbandingan
trigonometri yang lain, yaitu
QR 4k 4
a. sin P = = = = 0, 8
PR 5k 5
PQ 3k 3
b. cos P = = = = 0, 6
PR 5k 5
PR 5k 5
c. csc P = = = = 1, 25
RQ 4k 4

134
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
PR 5k 5
d. sec P = = = = 1, 66
PQ 3k 3
PQ 3k 3
e. cot P = = = = 0, 75
QR 4k 4

Selanjutnya kamu akan mengkaji bagaimana penerapan konsep perban-


dingan trigonometri dalam menyelesaikan masalah kontekstual.
Mari kita cermati dan pahami masalah berikut.

Masalah 4.2

Dua orang guru dengan tinggi


badan yang sama yaitu 170 cm sedang
berdiri memandang puncak tiang
bendera di sekolahnya. Guru pertama
berdiri tepat 10 m di depan guru kedua.
Jika sudut elevasi guru pertama 60o
dan guru kedua 30o dapatkah kamu
menghitung tinggi tiang bendera
tersebut? Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 4.11 Tiang bendera

Memahami dan Merencanakan Pemecahan Masalah


Misalkan tempat berdiri tegak tiang bendera, dan kedua guru tersebut
adalah suatu titik. Ujung puncak tiang bendera dan kepala kedua guru juga
diwakili oleh suatu titik, maka dapat diperoleh Gambar 4.12 sebagai berikut.

Dimana:
AC = tinggi tiang bendera
DG = tinggi guru pertama
EF = tinggi guru kedua
60o G 30o F
B DE = jarak kedua guru
1,7 m
C D E

Gambar 4.12 Model masalah tiang bendera

Matematika
135
Alternatif Penyelesaian

Berdasarkan pengalaman kita di awal pembicaraan di atas, maka kita memiliki


perbandingan sebagai berikut.
AB AB
tan 60o = ⇔ BG =
BG tan 60o
AB AB
tan 30o = = ⇔ AB = (10 + BG) × tan 30o
BF 10 + BG
 AB 
⇔ AB =  10 + 0 
× tan 30o
 tan 60 
⇔ AB × tan 60o = (10 × tan 60o + AB) × tan 30o


⇔ AB × tan 60o = 10 × tan 60o × tan 30o + AB × tan 30o

⇔ AB × tan 60o – AB × tan 30o = 10 × tan 60o × tan 30o

⇔ AB × (tan 60o – tan 30o) = 10 × tan 60o × tan 30o
 10 × tan 60o × tan 30o 

⇔ AB = o o
+1, 7  m
 tan 60 − tan 30 
Jadi, tinggi tiang bendera adalah
 10 × tan 60o × tan 30o 
AC = AB + BC atau AC =  o o
+1, 7  m
 tan 60 − tan 30 
Untuk menentukan nilai tan 60o dan tan 30o akan dibahas pada subbab
selanjutnya. Dengan demikian, tinggi tiang bendera dapat ditemukan.

Contoh 4.5

Diketahui segitiga siku-siku ABC dan PQR, seperti gambar berikut ini.
C R

A B

P
Gambar 4.13 Dua segitiga siku-siku yang sebangun

Jika sin B = sin Q, maka buktikan bahwa ∠B = ∠Q.

136
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Alternatif Penyelesaian

Dari Gambar 4.13, diperoleh


AC PR
sin B = dan sin Q =
AB PQ
AC PR AC AB
Akibatnya, = atau = , dengan k bilangan positif.
AB PQ PR PQ
Dengan menggunakan Teorema Pythagoras, diperoleh bahwa

( k.PQ ) − ( k.PR )
2 2
BC = AB 2 − AC 2 =

= k 2 . ( PQ ) − ( PR )  = k. ( PQ ) − ( PR )
2 2 2 2
 

QR = PQ 2 − PR 2

Dengan demikian,

BC k PQ 2 − PR 2
= =k
QR PQ 2 − PR2

Akibatnya diperoleh

AC AB BC
= = =k
PR PQ QR
Karena perbandingan sisi-sisi kedua segitiga sama, maka ∠B = ∠Q.

Perhatikan contoh berikut. Temukan pola dalam menentukan setiap


pernyataan terkait perbandingan trigonometri.

Contoh 4.6

Diketahui suatu segitiga siku-siku KLM, ∠L = 90o, dan tan M = 1.


Hitung nilai dari (sin M)2 + (cos M)2 dan 2 . sin M . cos M.

Matematika
137
Alternatif Penyelesaian

M
Untuk memudahkan kita menyelesaikan
masalah ini, coba cermati gambar berikut
ini.
Diketahui tan M = 1, artinya;
KL
tan M = 1 ⇒ = 1 atau KL = LM = k,
LM
L K
dengan k bilangan positif.
Gambar 4.14 Segitiga siku-siku KLM
Dengan menggunakan Teorema Pythago-
ras, diperoleh
KM =
KM = LM 2 + LM 2 = k 2 + k 2 = 2k 2 = k 2

KM = LM 2 + LM 2 = k 2 + k 2 = =
2k 2 = k 2
2
KL k 2  2 2 1
Akibatnya, sin M = = = atau (sin M)2 =   = =
KM k 2 2  2  4 2
2
LM k 2  2 2 1
cos M = = = atau (cos M)2 =   = =
KM k 2 2  2  4 2
2 2 2 2
 2 2 22 12 1  2  22 1 2 1
Jadi, (sin M) +
2
=  == += = 1 dan 2 . sin M . cos M = 2 ×
 M)
 (cos × = = 1= =
 2  2 4 24 2  2  2 4 2 4 2

138
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Uji Kompetensi 4.2

1. Tentukan nilai sinus, cosinus, dan tangen untuk sudut P dan R pada setiap
segitiga siku-siku di bawah ini. Nyatakan jawaban kamu dalam bentuk
paling sederhana.
P
8
Q R

a. 4 c. 1

P
Q
Q 2 R
7
b.
P
R
11

2. Pada suatu segitiga siku-siku ABC, dengan ∠B = 90o, AB = 24 cm, dan


BC = 7 cm, hitung:
a. sin A dan cos A b. sin C, cos C, dan tan C
3. Untuk setiap nilai perbandingan trigonometri yang diberikan di bawah
ini, dengan setiap sudut merupakan sudut lancip, tentukan nilai 5 macam
perbandingan trigonometri lainnya.
PQ 3k 3 1
P a.
cot = sin = A == d.
= 0, 75 tan a =
QR 4k 4 3
1
b. 15 × cot A = 8 e. sin a =
2
13 3
c. sec θ = f. cos b =
12 2
2
4. Pada sebuah segitiga KLM, dengan siku-siku di L, jika sin M = dan
3
panjang sisi KL = 10 cm, tentukan panjang sisi segitiga yang lain dan
nilai perbandingan trigonometri lainnya.

Matematika
139
5. Luas segitiga siku-siku RST, dengan sisi tegak RS adalah 20 cm2. Tentukan
nilai sinus, cosinus, dan tangen untuk sudut lancip T
7
6. Jika cot θ = , hitung nilai dari:
8

a.
(1+ sin θ ) . (1 − sin θ )
(1+ cos θ ) . (1 − cos θ )
2
1 − ( tan θ )
b.
1+ ( tan θ )
2

7. Perhatikan segitiga siku-siku di bawah ini.


B
Tunjukkan bahwa
a) (sin A)2 + (cos A)2 = 1 c
a
sin B
b) tan B =
cos B
Q b C
c) (scs A)2 – (cot A)2 = 1
8. Dalam segitiga ABC, siku-siku di A C
D
B
diketahui panjang BC = a, (a adalah
2
bilangan positif) dan cos ∠ABC =
2 A
Tentukan panjang garis tinggi AD.
9. Diketahui sin x + cos x = 1 dan tan x = 1, tentukan nilai sin x dan cos x.
10. Pada segitiga PQR, siku-siku di Q, S
PR + QR = 25 cm, dan PQ = 5 cm. Hitung
nilai sin P, cos P, dan tan P.
11. Diketahui segitiga PRS, seperti gambar di
samping ini. Panjang PQ =1, ∠RQS = a rad
dan ∠RPS = b rad. Tentukan panjang sisi
RS. R Q P

140
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
4.3 Nilai Perbandingan Trigonometri untuk 0o, 30o, 45o, 60o dan 90o
Pada saat mempelajari teori trigonometri, secara tidak langsung kamu
harus menggunakan beberapa teori geometri. Dalam geometri, khususnya
dalam kajian konstruksi sudah tidak asing lagi dengan penggunaan besar sudut
30o, 45o, dan 60o. Pada subbab ini, kamu akan menyelidiki dan menghitung
nilai perbandingan trigonometri untuk ukuran sudut 0o, 30o, 45o, 60o, dan 90o.

Masalah 4.3

Diketahui suatu persegi ABCD dengan


D a C
ukuran a (a adalah bilangan positif).
Dibentuk garis diagonal AC sedemikian
sehingga membentuk sudut dengan AB,
seperti Gambar 4. 15. a a

Temukan nilai sin 45o, cos 45o, dan tan 45o.


45o
Alternatif Penyelesaian
A a B
Untuk memudahkan kita menentukan nilai
perbandingan trigonometri pada sudut 45o, Gambar 4.15 Persegi ABCD
coba cermati segitiga siku-siku ABC.
Untuk menentukan nilai sin 45o, cos 45o, dan tan 45o, perlu diingat kembali
Definisi 4.1. Untuk menentukan panjang AC, gunakan Teorema Pythagoras,
yaitu
AC2 = AB2 + BC2
⇒ AC2 = a2 + a2 = 2a
⇒ AC = 2a 2 = a 2
Dengan demikian, diperoleh:
BC a 1 2 2 1
➢ sin 45o = = = × = = 2
AC a 2 2 2 2 2
AB a 1 2 2 1
➢ cos 45o = = = × = = 2
AC a 2 2 2 2 2

Matematika
141
BC a
➢ tan 45o = = =1
AB a
Mengingat kembali Definisi 4.1, terdapat cara lain untuk menentukan nilai tan
45o, yaitu
2
o
sin 45
tan 45o = o
= 2 =1
cos 45 2
2
Dengan nilai di atas, bukanlah sesuatu hal yang sulit untuk menentukan nilai
sec 45o, csc 45o, dan cot 45o.
AC a 2
sec 45oo ==
sec45 = = 2 atau
AB a
1 1 2 2 2 2
sec 45o = o
= = × = = 2
cos 45 2 2 2 2
2

AC a 2
csc 45o = = = 2 atau
BC a
1 1 2 2 2 2
csc 45o = o
= = × = = 2
sin 45 2 2 2 2
2
AC a 1 1
cot 45o = = = 1 atau cot 45o =  1
BC a tan 45 1

Jadi, dapat disimpulkan


2 2
sin 45o = cos 45o = tan 45o = 1
2 2

csc 45o = 2 sec 45o = 2 cot 45o = 1

142
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Masalah 4.4

Diberikan segitiga sama sisi ABC, dengan


C
panjang sisi 2a satuan (a adalah bilangan
positif). D adalah titik tengah sisi AB, seperti
Gambar 4.16. 2a 30
o

Hitung nilai:
sin 30o, cos 30o, tan 30o, sin 60o, cos 60o, dan
tan 60o.
60o 60o
A D B
Alternatif Penyelesaian

Mari cermati segitiga sama sisi ABC. Gambar 4.16 Segitiga sama sisi
ABC
Karena D merupakan titik tengah sisi AB,
1
maka AD = AB = a.
2
Dengan demikian, kita peroleh
∆ACD ≅ ∆BCD, (simbol ≅ dibaca: kongruen)
AD = BD = a
∠ACD = ∠DBC = 30o
Dengan demikian, ∠ACD dan ∆BCD adalah segitiga siku-siku.
Kita fokus pada ∆ACD.
Diketahui bahwa AC = 2a, AD = a, dengan menggunakan Teorema Pythagoras,
dapat ditentukan panjang sisi CD, yaitu
CD2 = AC2 – AD2
⇒ CD2 = (2a)2 – a2 = 4a2 – a2 = 3a2
⇒ CD2 = 3a 2 = 3a
dan ∠ACD = 30o, ∠CAD = 60o
a. Untuk ∠ACD = 30o, maka nilai perbandingan trigonometri (menggunakan
Definisi 4.1),
AD a 1
sin 30o = = =
AC 2a 2

Matematika
143
AC 2a
⇔ csc 30o = = =2
AD a
CD 3a 1
cos 30o = = = 3
AC 2a 2
AC 2a 2
⇔ sec 30o = = = 3
CD 3a 3
AD a 1
tan 30o = = = 3
CD 3a 3
CD 3a
⇔ cot 30o = = = 3
AD a

b. Untuk ∠CAD = 60o, maka nilai perbandingan trigonometri (menggunakan


Definisi 4.1), yaitu
CD 3a 1
sin 60o = = = 3
AC 2a 2
AC 2a 2
⇔ csc 60o = = = 3
CD 3a 3
AD a 1
cos 60o = = =
AC 2a 2
AC 2a
⇔ sec 60o = = =2
AD a
CD 3a
tan 60o = = = 3
AD a
AD a 1
⇔ cot 60o = = = 3
CD 3a 3

Masalah 4.5

Diberikan suatu ∆ABC, siku-siku di B, misalkan ∠BAC = a, dimana a


merupakan sudut lancip.
Apa yang kamu peroleh jika a mendekati 0o? Apa pula yang terjadi jika a
mendekati 90o?

144
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Alternatif Penyelesaian
Diketahui ∆ABC, merupakan segitiga siku-siku, dengan ∠B = 90o. Gambar 4.17
merupakan ilustrasi perubahan ∠B = a hingga menjadi nol.

B (a) A

C
C
C C
A A A A
B (b) B (c) B (d) B (e)

Gambar 4.17 Ilustrasi perubahan ∠B segitiga siku-siku ABC menjadi 0o

Pada waktu memperkecil ∠A, mengakibatkan panjang sisi BC juga semakin


kecil, sedemikian sehingga AC hampir berimpit dengan AB. Jika a = 0o, maka
BC = 0, dan AC berimpit dengan AB.
Dari ∆ABC (Gambar 4.17 (a)), kita memiliki
BC
a. sin a = , jika a mendekati 0o, maka panjang BC mendekati 0.
AC
Akibatnya
0
sin 0o = atau sin 0o = 0
AC
BC
b. cos a = , jika a mendekati 0o, maka sisi AC hampir berimpit dengan
AC
sisi AB. Akibatnya
AB
cos 0o = atau cos 0o = 1
AB

Matematika
145
Dengan menggunakan Definisi 4.1, kita dapat menentukan nilai
perbandingan trigonometri lainnya, yaitu
sin 0o 0
➢ tan 0o = = =0
cos 0o 1
1 1
➢ csc 0o = o
= (tak terdefinisi)
sin 0 0
1 1
➢ sec 0o = o
= =1
cos 0 1
cos 0o 1
➢ cot 0o = = (tak terdefinisi)
sin 0o 0

Selanjutnya, kita kembali mengkaji ∆ABC. Kita akan cermati bagaimana


perubahan segetiga tersebut jika a mendekati 90o. Perhatikan gambar berikut
ini.

B (a) A
C C C C

A A A
B (b) B (c) B (d) A=B (e)
Gambar 4.18 Ilustrasi perubahan ∠A segitiga siku-siku ABC menjadi 90o

Jika ∠A diperbesar mendekati 90o, maka ∠C diperkecil mendekati 0o.


Akibatnya, sisi AC hampir berimpit dengan sisi BC.

146
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Dari ∆ABC, Gambar 4.18 (a), dapat kita tuliskan
BC
a) sin ∠A = , karena diperbesar mendekati 90o, maka sisi AC hampir
AC
berimpit dengan BC. Akibatnya sin 90o = atau sin 90o = 1
AB 0
b) cos ∠A = ,=karena ∠A diperbesar mendekati 90o, maka sisi AB hampir
AC BC
mendekati 0 atau titik A hampir berimpit dengan B. Akibatnya
AB 0
cos 90o = = atau cos 90o = 0
AC BC
Dengan menggunakan Definisi 4.1, kita dapat menentukan nilai
perbandingan trigonometri yang lain, yaitu:
sin 90o 1
➢ tan 90o = = (tak terdefinisi)
cos 90o 0
1 1
➢ csc 90o = oo
= =1
sin 90 1
1 1
➢ sec 90o = oo
= (tak terdefinisi)
cos 90 0
cos 90o 0
➢ cot 90o = = =0
sin 90o 1

Dari pembahasan Masalah 4.2, 4.3, dan 4.4, maka hasilnya dapat disimpulkan
pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Nilai perbandingan trigonometri untuk sudut-sudut istimewa

sin cos tan csc sec cot

0o 0 1 0 ~ 1 ~

1 1 1 2
30o 3 3 2 3 3
2 2 3 3

1 1
45o 2 2 1 2 2 1
2 2

Matematika
147
sin cos tan csc sec cot

1 1 2 1
60o 3 3 3 2 3
2 2 3 3

90o 1 0 ~ 1 ~ 0

Keterangan: Dalam buku ini, simbol ~ diartikan tidak terdefinisi

Contoh 4.7
Diberikan suatu segitiga siku-siku KLM, siku-siku di L. Jika LM = 5 cm, dan
∠M = 30o. Hitung:
a. panjang KL dan MK,
b. cos ∠K,
c. untuk setiap a (a adalah sudut lancip), selidiki hubungan nilai sin a
dengan sin (90 – a).

Alternatif Penyelesaian

K
Untuk memudahkan dalam menye-
lesaikannya, tidak ada salahnya lagi
perhatikan Gambar 4.19 berikut.
a. Dengan menggunakan Definisi 4.1,
kita mengartikan nilai perbandingan
30o
cos 30o, yaitu
L M
5 LM
cos 30o = .
MK
Gambar 4.19 Segitiga siku-siku KLM. 3
Dari Tabel 4.2, cos 30o = ,
2
akibatnya
3 5
= ⇔ MK = 10 × 3 = 10 3 cm
2 MK 3 3 3

148
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Selanjutnya, untuk menentukan panjang KL dapat dihitung dengan mencari
sin 30o atau menggunakan Teorema Pythagoras, sehingga diperoleh
5 3
KL = cm
3
b. Ada dua cara untuk menentukan nilai cos ∠K. Pertama, karena ∠L = 90o
1
dan ∠M = 30o, maka ∠K = 60o. Akibatnya cos 60o = (Lihat Tabel 4.2).
2
Kedua, karena semua panjang sisi sudah dihitung dengan menggunakan
Definisi 4.1, maka
5 3
KL 1
cos ∠K = = 3 =
MK 10 3 2
3
c. Untuk setiap segitiga berlaku bahwa
∠L + a + ∠K = 180o, maka ∠K = 180o – (a + 90o) = (90o – a)
Karena a = 30o, maka (90o – a) = 60o. Oleh karena itu, dapat dituliskan
bahwa
sin a = cos (90o – a), karena
sin 30o = cos (90o – 30o)
sin 30o = cos 60o (Lihat Tabel 4.2)
Sekarang, mari kita selidiki, jika a = 60o, maka
sin a = cos (90o – a), karena
sin 60o = cos (90o – 60o)
sin 60o = cos 30o
Ternyata, pola tersebut juga berlaku untuk a = 0o, a = 45o, dan a = 90o
Jadi, diperoleh hubungan sinus dan cosinus. Jika 0o ≤ a ≤ 90o, maka sin
a = cos ((90o – a)

Matematika
149
Contoh 4.8
1 1
Diketahui sin (A – B) = , cos (A + B) = , 0o < (A + B) < 90o, A > B
2 2
Hitung sin A dan tan B.

Alternatif Penyelesaian
Untuk memulai memecahkan masalah tersebut, harus dapat mengartikan
0o < (A + B) < 90o, yaitu kita harus menentukan dua sudut A dan B, sedemikian
1 1
sehingga cos (A + B) = dan sin (A – B) =
2 2
1
Lihat kembali Tabel 4.2, cos a = (a adalah sudut lancip), maka a = 60o
2
Jadi, diperoleh: A + B = 60o (1*)
1
Selanjutnya, dari Tabel 4.2, sin a = (a adalah sudut lancip), maka a = 30o
2
Jadi, kita peroleh: A – B = 30o (2*)
Dari (1*) dan (2*), dengan cara eliminasi maka diperoleh A = 45o dan B = 15o

150
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Uji Kompetensi 4.3

1. Diketahui segitiga RST, dengan ∠S = 90o, ∠T = 60o, dan ST = 6 cm.


Hitung:
a. Keliling segitiga RST
b. (sin ∠T)2 + (sin ∠R)2

2. Hitung nilai dari setiap pernyataan trigonometri berikut.


a. sin 60o × cos 30o + cos 60o × sin 30o
b. 2(tan 45o)2 + (cos 30o) – (sin 60o)2
cos 45o
c.
sec 30o + csc 30o

sin 30o + tan 45 o − csc 60o


d.
sec 30o + cos 60o + cot 45 o

2  cos 60o  + 4  sec 30o  −  tan 45o 


2 2 2

e.

 sin 30  +  cos 30 
o 2 o 2

3. Pilihanlah jawaban yang tepat untuk setiap pernyataan berikut ini.


Berikan penjelasan untuk setiap pilihan kamu.
2 × tan 30o
(i) ....
1+  tan 30o 
2

A. sin 60o B. cos 60o C. tan 60o D. sin 60o

1 −  tan 45o 
2

(ii) ....
1+  tan 45o 
2

A. tan 90o B. 1 C. sin 45o D. 0

Matematika
151
(iii) sin (2 × A) = 2 × sin A, bernilai benar untuk A = ....
A. 0o B. 30o C. 45o D. 60o

2 × tan 30o
(iv) ....
1 −  tan 30o 
2

A. cos 60o B. sin 60o C. tan 60o D. sin 60o

1
4. Jika tan (A + B) = 3 , tan (A – B) = , dan 0o < A + B ≤ 90o. Tentukan
3
A dan B.
5. Manakah pernyataan yang bernilai benar untuk setiap pernyataan di
bawah ini.
a. sin (A + B) = sin A + sin B
b. Nilai sin θ akan bergerak naik pada saat nilai θ juga menaik, untuk
0o ≤ θ ≤ 90o
c. Nilai cos θ akan bergerak naik pada saat nilai θ menurun, untuk
0o ≤ θ ≤ 90o
d. sin θ = cos θ, untuk setiap nilai θ
e. Nilai cot θ tidak terdefinisi pada saat θ = 0o
 tan β 
2

6. Jika = 1, 0o < b < 90o hitung nilai b.


1 + sec β
π π
7. Jika sin x = a dan cos y = b dengan 0 < x < , dan < y < π , maka hitung
2 2
tan x + tan y. (UMPTN 98)
8. Pada suatu segitiga ABC, diketahui a + b =10, ∠A = 30o, dan ∠B = 45o.
Tentukan panjang sisi b.
(Petunjuk: Misalkan panjang sisi di depan ∠A = a, di depan ∠B = b, dan
∠B = c). C

9. Diketahui segitiga ABC, siku-siku di B,


4
cos a = , dan tan b = 1, seperti gambar
5
berikut. a b
A B
D

152
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Jika AD = a, hitung:
a. AC
b. DC
10. Perhatikan gambar di bawah ini.

E cot θ

F
D

csc θ tan θ
1 sin θ

θ
O A B C
cos θ
sec θ

Buktikan
a. OC = sec θ
b. CD = tan θ
c. OE = csc θ
d. DE = cot θ

Matematika
153
4.4 Relasi Sudut
Pada subbab ini, kita akan mempelajari hubungan nilai perbandingan
trigonometri antardua sudut. Konsep yang telah kita miliki, yaitu Definisi 4.1
dan Tabel 4.2 yang akan digunakan untuk merumuskan relasi antardua sudut.
Coba cermati masalah berikut.

Masalah 4.6

Diketahui suatu segitiga ABC, siku-siku di B dengan ∠A + ∠C = 90o


Selidiki hubungan nilai sinus, cosinus, dan tangen untuk ∠A dan ∠C.

Alternatif Penyelesaian

Untuk memudahkan kita menyelidiki


A
relasi nilai perbandingan trigonometri
tersebut, perhatikan gambar di samping.
Karena ∠A + ∠C = 90o,
maka ∠C = 90o – ∠A

B C Dengan menggunakan Definisi 4.1, kita


peroleh
AB 0 BC
Gambar 4.20 Segitiga siku-siku ABC sin ∠A = ,=cos ∠A = ,
AC BC AC
AB
tan ∠A =
BC

Selain itu, dapat juga dituliskan


BC
sin (90o – ∠A) = = cos ∠A
AC
AB 0
cos (90o – ∠A) = == sin ∠A, dan
AC BC
BC
tan (90o – ∠A) = = cot ∠A
AB

154
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Jadi, relasi dua sudut yang lancip dapat dituliskan sebagai berikut.

Sifat 4.3

Jika 0o ≤ a ≤ 90o, maka berlaku.


a. sin (90o – a) = cos a d. csc (90o – a) = sec a
b. cos (90o – a) = sin a e. sec (90o – a) = csc a
c. tan (90o – a) = cot a f. cot (90o – a) = tan a

Contoh 4.9
tan 65o tan 65o
a. Sederhanakan bentuk = =1
cot 25o tan 65o
b. sin 3A = cos (A – 26o), dengan 3A adalah sudut lancip. Hitung A.
c. Nyatakan bentuk cot 85o + cos 75o menjadi bentuk yang menggunakan
perbandingan sudut di antara 0o dan 45o.

Alternatif Penyelesaian
a. Dari Sifat 4.3, diketahui bahwa cot A = tan (90o – A).
Akibatnya, cot 25o = tan (90o – 25o) = tan 65o.
Jadi ,
tan 65o tan 65o
= =1
cot 25o tan 65o
b. Diketahui sin 3A = cos (A – 26o). Dari Sifat 4.3, dan karena 3A adalah
sudut lancip, maka sin 3A = cos (90o – 3A)
Akibatnya, cos (90o – 3A) = cos (A – 26o)
(90o – 3A) = cos (A – 26o)
A = 26o
c. Dari Sifat 4.3, kita ketahui bahwa tan A = cot (90o – A), dan sin A = cos
(90o – A). Dengan demikian, diperoleh
cot 85o = cot (90o – 5o) = tan 5o, dan
cos 75o = cos (90o – 15o) = sin 15o
Jadi, cot 85o + cos 75o = tan 5o + sin 15o

Matematika
155
Dengan modal konsep nilai perbandingan trigonometri untuk sudut
lancip, selanjutnya, kita akan membahas nilai perbandingan trigonometri jika
sudut θ adalah sudut tumpul.

Masalah 4.7

Diketahui grafik lingkaran dengan r = 1 satuan.


Terdapat titik A merupakan titik potong garis dengan lingkaran pada
kuadran I. Sudut θ merupakan sudut lancip yang dibentuk jari-jari terhadap
sumbu x. Misalnya, θ = 30o.
2 y

1
 3 1
A  , 
 2 2
θ x
–2 –1 O B 2

–1

–2
Gambar 4.21 Lingkaran dengan r = OA

Dengan demikian, dapat dituliskan bahwa


AB
sin 30o =
OA
⇔ AB = OA × sin 30o
1
⇔ AB =
2
OB
cos 30o = ⇔ OB = OA × cos 30o
OA
3
⇔ OB =
2
 3 1
Jadi, koordinat titik A =  , 
 2 2

156
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Dapatkah kamu selidiki bagaimana perubahan titik A jika diputar pada
O berlawanan dengan arah putaran jarum jam sejauh 90o, 180o, dan 270o?
Selanjutnya, selidiki perubahan nilai sinus, cosinus, dan tangen untuk setiap
besar putaran.

Alternatif Penyelesaian

 3 1
Diketahui titik A  ,  , berada di kuadran I. Tentu dengan mudah dapat
 2 2
kita pahami bahwa
a. jika titik A diputar pada O (berlawanan dengan arah putaran jarum jam)
sejauh 90o, maka titik A berada di kuadran II;
b. jika titik A diputar pada O (berlawanan dengan arah putaran jarum jam)
sejauh 180o, maka titik A berada di kuadran III;
c. jika titik A diputar pada O (berlawanan dengan arah putaran jarum jam)
sejauh 270o, maka titik A berada di kuadran IV.
Sekarang kita akan mengkaji satu demi satu kejadian a, b, dan c.
a. Perubahan titik A sejauh 90o, disajikan pada gambar berikut ini.

2 y

1
A1  3 1
A  , 
 2 2
θ x
–2 –1 T O P 2

–1

–2
Gambar 4.22 Rotasi titik A pada O sejauh 90o.

Matematika
157
Jika ∠AOP = 30o, maka ∠A1OP = 30o + 90o = 120o
Akibatnya, kita peroleh ∠TA1O = 60o. Sekarang, mari kita cermati segitiga
siku-siku A1TO.
Perlu kamu ingat bahwa karena segitiga A1TO berada di kuadran II, OT
bertanda negatif, tetapi A1T bertanda positif.
Akibatnya,

sin 30o = ⇔ OT = –OA1 × sin 30o (OT berada pada sumbu x negatif)


OT =
A1T
cos 30o = ⇔ A1T = OA1 × cos 30o
OA1

A1T =

Jadi, koordinat titik A1 = . Akibatnya,

tan 30o =

Dengan demikian relasi sudut 30o pada kuadaran II, dapat ditulis:
1
• sin (30o + 90o) = sin 120o = cos 30o = + sin 60o = 3
2
1
• cos (30o + 90o) = cos 120o = – sin 30o = – cos 60o = –
2
• tan (30o + 90o) = tan 120o = – cot 30o = – tan 60o = – 3

Untuk semakin memantapkan pengetahuan kamu, tiga perbandingan


trigonometri lainnya ditinggalkan sebagai tugas.

158
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
b. Jika titik A di putar pada O sejauh 180o, maka perubahan titik A
dideskripsikan sebagai berikut.

2 y

1
 3 1
180o + 30o A  , 
 2 2
T θ x
–2 –1 O B 2
 3 1
AA22  − , − 
 2 2
–1

–2
Gambar 4.23 Rotasi titik A pada O sejauh 180o

Dari gambar di atas, diperoleh


∠TOA2 = 30o
Cermati bahwa jika segitiga siku-siku OBA diputar pada O sejauh 180o,
maka diperoleh segitiga siku-siku OTA2

Akibatnya, sin ∠TOA2 = sin 30o =

⇔ TA2 = –sin 30o × OA2 (TA2 sejajar sumbu y negatif)

1 1

⇔ TA2 = – × 1 = –
2 2
cos ∠TOA2 = cos 30o =

⇔ OT = –cos 30o × OA2 (OT berada pada sumbu x negatif)

3 3
⇔ OT = – ×1=–
2 2

Jadi, koordinat titik A2 =

Matematika
159
Akibatnya,
tan ∠TOA2 = tan 30o =

Dengan demikian relasi sudut 30o pada kuadran III, dapat ditulis:
1
• sin (30o + 180o) = sin 210o = –sin 30o = –
2
3
• cos (30o + 180o) = cos 210o = –cos 30o = –
2
1
• tan (30o + 180o) = tan 210o = tan 30o = 3
3

Untuk tiga perbandingan trigonometri lainnya, silakan kamu temukan


hubungannya.
c. Perubahan Titik A setelah diputar pada O sejauh 270o, dideskripsikan
pada gambar berikut ini.

2 y

θ x
–2 –1 O B 2

–1 A3

–2
Gambar 4.24 Rotasi titik A pada O sejauh 270o

Karena θ = 30o, maka jika titik A diputar sejauh 270o, maka titik A3 berada
di kuadran IV. Akibatnya, ∠BOA3 = 60o dan ∠BA3O = 30o, maka

160
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
OB
sin ∠OA3B = sin 30o =
OA3
⇔ OB = sin 30o × OA3
1 1
⇔ OB = ×1=
2 2

cos ∠BA3O = cos 30o =


⇔ BA3 = –cos 30o × OA3 (BA3 sejajar sumbu y negatif)

3 3
⇔ BA3 = – ×1=–
2 2

Sehingga koordinat titik A3 = . Dengan demikian,

tan ∠BA3O = tan 30o =

Dengan demikian relasi sudut 30o pada kuadran IV, dapat ditulis:
3
• sin (30o + 270o) = sin 300o = –cos 30o = –sin 60o = –
2
1
• cos (30o + 270o) = cos 300o = sin 30o = cos 60o =
2
• tan (30o + 270o) = tan 300o = cot 30o = –tan 60o = – 3

Silakan temukan tiga hubungan perbandingan trigonometri lainnya.

Masalah 4.8

Diketahui grafik lingkaran dengan r = 1 satuan.


Ada titik A merupakan titik potong garis dengan lingkaran pada kuadran I.
Sudut θ merupakan sudut lancip yang dibentuk oleh jari-jari terhadap sumbu
x. Misalnya, θ = 45o.

Matematika
161
2 y

1
A

θ x
–2 –1 B 1 2
O

–1

–2

Gambar 4.25 Segitiga siku-siku OAB dan ∠θ = 45o

Dengan demikian, dapat dituliskan bahwa


AB
sin 45o =
OA
⇔ AB = OA × sin 45o
2
⇔ AB =
2
OB
cos 45o =
OA
⇔ OB = OA × cos 45o
2
⇔ OB =
2
 2 2
Jadi, koordinat titik A =  , 
 2 2 

Dapatkah kamu selidiki bagaimana perubahan titik A jika diputar


berlawanan dengan arah putaran jarum jam sejauh 90o, 180o, dan 270o?
Selanjutnya, selidiki perubahan nilai sinus, cosinus, dan tangen untuk setiap
besar putaran. Apa kesimpulan yang dapat kamu tarik?

162
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Alternatif Penyelesaian
 2 2
Dari penjelasan Masalah 4.8, diketahui titik A =  ,  , berada di kuadran I .
 2 2 
Untuk itu dengan mudah dapat kita pahami hal-hal berikut.
a. Jika titik A diputar pada O (berlawanan dengan arah putaran jarum jam)
sejauh 90o, maka titik A berada di kuadran II.
b. Jika titik A diputar pada O (berlawanan dengan arah putaran jarum jam)
sejauh 180o, maka titik A berada di kuadran III.
c. Jika titik A diputar pada O (berlawanan dengan arah putaran jarum jam)
sejauh 270o, maka titik A berada di kuadran IV.
Sekarang kita akan mengkaji satu-satu kejadian a, b, dan c.
a. Jika titik A diputar pada O (berlawanan dengan arah putaran jarum jam)
sejauh 90o, maka perubahan titik A disajikan pada gambar berikut ini.

2 y

1
 2 2
A1 A  , 
 2 2 
45o
θ x
–2 –1 T
O 1P 2

–1

–2

Gambar 4.26 Rotasi titik A pada O sejauh 90o

Jika ∠AOP = 45o, maka ∠A1OP = 45o + 90o = 135o, sedemikian sehingga
∠TA1O = 45o

Matematika
163
Perlu kamu ingat bahwa segitiga A1TO berada di kuadran II, TO bertanda
negatif, tetapi A1T bertanda positif, akibatnya

sin 45o = ⇔ OT = –OA1 × sin 45o (OT berada pada sumbu x negatif)

2
⇔ OT = –

2
A1T
cos 45o = ⇔ A1T = OA1 × cos 45o
OA1
2
⇔ A1T =
2

Jadi, koordinat titik A1 =

Dengan demikian, kita memperoleh: tan 45o =

Dengan demikian relasi sudut 45o pada kuadran I, dapat ditulis,


1
• sin (45o + 90o) = sin 135o = cos 45o = sin 45o = 2
2
1
• cos (45o + 90o) = cos 135o = –sin 45o = –cos 45o = – 2
2
• tan (45o + 90o) = tan 135o = –cot 45o = –tan 45o = –1

Untuk tiga perbandingan lainnya, kamu diharapkan dapat menuntaskannya.


b. Jika titik A diputar (berlawanan dengan arah putaran jarum jam) sejauh
180o, maka perubahan titik A dideskripsikan pada Gambar 4.27. Dari
gambar tersebut diperoleh bahwa ∠OA2T = 45o. Cermati bahwa jika
segitiga siku-siku OAB diputar pada O sejauh 180o, maka diperoleh
segitiga siku-siku OTA2.

164
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
2 y Akibatnya,
2
A2T = –OB = – dan
2
1
 2 2
A  ,  2
OT = –AB = –
 2 2  2
T θ x
Jadi, koordinat titik
–2 –1 O B 2
 2 2
A2  - ,-  A2 =
–1 2 2 

Sekarang kita fokus pada


–2 segitiga OTA2. Dari segitiga
Gambar 4.27 Rotasi titik A pada O sejauh 180o tersebut diperoleh

sin ∠TA2O = sin 45o =

cos ∠TA2O = cos 45o =

tan ∠TA2O = tan 45o =

Dengan demikian relasi sudut 45o pada kuadran III, dapat ditulis:
2
• sin (45o + 180o) = sin 225o = –sin 45o = –
2
2
• cos (45o + 180o) = cos 225o = –cos 45o = –
2
• tan (45o + 180o) = tan 225o = tan 45o = 1

Tentunya, kamu dapat menentukan nilai perbandingan trigonometri lainnya.

Matematika
165
c. Jika titik A diputar pada O (berlawanan dengan arah putaran jarum
jam) sejauh 270o, perubahan titik A setelah diputar dideskripsikan pada
gambar berikut ini.
2 y

1
A

θ x
–2 –1 O B 2

A3
–1

–2
Gambar 4.28 Rotasi titik A pada O sejauh 270o

Karena θ = 45o, maka jika titik A digeser pada O sejauh 270o, maka titik A3
berada di kuadran IV. Akibatnya, ∠OA3B = 45o, maka
OB
sin ∠OA3B = sin 45o =
OA3
⇔ OB = sin 45o × OA3

2 2
⇔ OB = ×1=
2 2

cos ∠OA3B = cos 45o =


⇔ A3B = cos 45o × OA3
2 2
⇔ A3B = – ×1=–
2 2
Dengan demikian, koordinat titik A3 =

dan tan ∠BOA3 = tan 45o =

166
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Dengan demikian, diperoleh bahwa
2
• sin (45o + 270o) = sin 315o = –cos 45o = –
2
2
• cos (45o + 270o) = cos 315o = sin 45o =
2
• tan (45o + 270o) = tan 315o = cot 45o = –1

Untuk melengkapi kesimpulan di atas, diharapkan kamu dapat menen-


tukan tiga perbandingan trigonometri lainnya.
Untuk θ = 60o dengan cara yang sama pada Masalah 4.8 dapat diperoleh
kesimpulan bahwa

1
• sin (60o + 90o) = sin 150o = –cos 60o = sin 30o =
2
1
• cos (60o + 90o) = cos 150o = –sin 60o = –cos 30o = 3
2
1
• tan (60o + 90o) = tan 150o = –cot 60o = –tan 30o = 3
3
1
• sin (60o + 180o) = sin 240o = –sin 60o = – 3
2
1
• cos (60o + 180o) = cos 240o = –cos 60o = –
2

• tan (60o + 180o) = tan 240o = tan 60o = 3


1
• sin (60o + 270o) = sin 330 = –cos 60o = –sin 30o = –
2
1
• cos (60o + 270o) = cos 330o = sin 60o = cos 30o = 3
2
1
• tan (60o + 270o) = tan 330o = –cot 60o = –tan 30o = 3
3

Matematika
167
Masalah 4.9

Diketahui grafik lingkaran dengan r = 1.


Misalkan titik A(1, 0) . Selidiki perubahan titik A jika diputar pada O
(berlawanan dengan arah jarum jam) sejauh 180o, 270o, dan 360o.
Selanjutnya, simpulkan nilai sinus, cosinus, tangen untuk sudut-sudut 180o,
270o, dan 360o.

Alternatif Penyelesaian
Dengan pemahaman kamu dari Masalah 4.7 dan 4.8 tentunya untuk
mendeskripsikan Masalah 4.9 sudah merupakan sesuatu hal yang mudah.
Perubahan titik A(1, 0) setelah diputar pada O (berlawanan dengan arah jarum
jam) sejauh 180o, 270o, dan 360o dapat dideskripsikan pada gambar berikut ini.

2 y

A1(0, 1)
1

A2(–1, 0) A(1, 0) x
–2 –1 O A4(1, 0) 2

–1
A3(0, -1)

–2
Gambar 4.29 Rotasi titik A pada O sejauh 180o, 270o, dan 360o

a. Karena titik A diputar 180o, maka diperoleh titik A2(–1, 0).


Titik A2(–1, 0) merupakan bayangan titik A di kuadran II.
Dengan demikian, diperoleh bahwa
sin 180o = 0, cos 180o = –1, dan
sin 180o 0
tan 180o = = ==00
cos 180o -1

168
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
b. Titik A3 = (0, –1) merupakan bayangan titik A2 (0, 1).
Dengan demikian, diperoleh bahwa
sin 270o = –1, cos 270o = 0, dan
sin 270o -1
tan 270 =
o
= tak terdefinisi
cos 270o 0
c. Jika titik A diputar pada O sejauh 360o, maka akan kembali ke titik A.
Dengan demikian, diperoleh bahwa
sin 360o = 0, cos 360o = 1, dan
sin 360oo 0
tan 360o = = = 0.
cos 360o 1
Dengan demikian, nilai perbandingan trigonometri untuk sudut-sudut
istimewa disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Nilai perbandingan nilai trigonometri untuk sudut-sudut istimewa

sin cos tan csc sec cot

0o 0 1 0 ~ 1 ~
1 1 1 2
30o 3 3 2 3 3
2 2 3 3
1 1
45o 2 2 1 2 2 1
2 2
1 1 2 1
60o 3 3 3 2 3
2 2 3 3

90o 1 0 ~ 1 ~ 0
1 2
120o 3 – 3 3 –2 3
2 3
1
135o 2 2 –1 2 – 2 –1
2
1
150o 3 3 2 3 – 3
2

Matematika
169
sin cos tan csc sec cot

180o 0 –1 0 ~ –1 ~
1
210o 3 3 –2 3 3
3

225o 2 2 1 – 2 – 2 1

1
240o 3 3 3 –2 3
3
270o -1 0 ~ –1 ~ 0
1
300o 3 – 3 3 2 3
2
1 – 2
315o 2 2 –1 2 –1
2
1 2
330o 3 3 –2 3 – 3
2 3
360o 0 1 0 ~ 1 ~

Keterangan: Dalam buku ini, simbol ~ diartikan tidak terdefinisi.

Dengan memperhatikan secara cermat nilai-nilai pada tabel dan letaknya pada
kuadran, maka dapat disimpulkan seperti dalam sifat berikut.

Sifat 4.4
Kuadran II 90o < θ ≤ 180o Kuadran I 0o < θ ≤ 90o
Nilai sinus bertanda positif Nilai sinus, cosinus, tangen
cosinus, tangen bertanda bertanda positif
negatif A(Asal)
S(Saja)
Kuadran III 180o < θ ≤ 270o Kuadran IV 27o < θ ≤ 360o
Nilai tangen bertanda positif Nilai cosinus bertanda positif
sinus, dan cosinus bertanda sinus dan tangen bertanda
Negatif negatif
T(Tahu) A(Caranya)

170
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Tanda positif dan negatif di setiap kuadran di atas diberikan untuk membantu
kita mengingat nilai-nilai perbandingan trigonometri, selain melihat Tabel 4.3.
Selain Tabel 4.3 dan Sifat 4.4 di atas, hal penting dan yang lain juga dapat
disimpulkan, yaitu sifat relasi antarsudut, seperti disimpulkan pada sifat berikut.

Sifat 4.5

Untuk setiap 0o < a < 90o


a. sin (90o + a) = cos a g. sin (180o + a) = –sin a
b. cos (90o + a) = –sin a h. cos (180o + a) = –cos a
c. tan (90o + a) = –cot a i. tan (180o + a) = tan a
d. sin (180o – a) = sin a j. sin (360o – a) = –sin a
e. cos (180o – a) = –cos a k. cos (360o – a) = cos a
f. tan (180o – a) = –tan a l. tan (360o – a) = –tan a

Misalnya, jika θ = 30o dan θ = 60o, dengan menggunakan Sifat 4.5, maka
a. cos (180o – θ) = cos (180o – 30o)
1
= cos 150o = –cos 30o = – 3 dan
2
cos (180o – θ) = cos (180o – 60o)
1
= cos 120o = –cos 60o = –
2
(pada kuadran II, nilai cosinus bertanda negatif).
b. sin (180o + θ) = sin (180o + 30o)
1
= sin 210o = –sin 30o = – dan
2
sin (180o + θ) = sin (180o + 60o)
1
= sin 240o = –sin 60o = – 3
2
(pada kuadran III, nilai sinus bertanda negatif).

Matematika
171
c. sin (360o – θ) = sin (360o – 30o)
1
= sin 330o = –sin 30o = – dan
2
sin (360o – θ) = sin (360o – 60o)
1
= sin 300o = –sin 60o = – 3
2
(pada kuadaran IV, nilai sinus bertanda negatif).
d. tan (360o – θ) = tan (360o – 30o)
1
= tan 330o = –tan 30o = – 3
3
(pada kuadran IV tangen bertanda negatif).

Pertanyaan
Setelah menemukan Sifat 4.4 dan 4.5 di atas, kamu dapat memunculkan
pertanyaan-pertanyaan menantang terkait nilai perbandingan trigonometri.
Misalnya,
a. Bagaimana menentukan nilai sin 700o, cos 1.200o, dan tan 1.500o?
b. Apa bedanya sin (30o)2 dengan (sin 30o)2?
Sebelum kita melanjutkan kajian tentang identitas trigonometri, mari kita
pahami contoh-contoh berikut.

Contoh 4.10
Jika diketahui
4
a. cos a = – , (a rad) a berada di kuadran II, tentukan nilai csc a dan cot a.
5

b. tan b = – , (b rad) b berada di kuadran IV, tentukan nilai (sin b)2 + (cos b)2.

Alternatif Penyelesaian
a. Sudut a yang terletak di kuadran II menjadi penentu tanda nilai
perbandingan trigonometri, seperti gambar berikut ini.

172
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Pada segitiga siku-siku tersebut, diketahui
panjang sisi miring dan sisi di samping sudut
a.
Dengan Teorema Pythagoras, diperoleh pan- 5
jang sisi di depan sudut adalah 3. 3

Dengan demikian, dengan Definisi 4.1, diper- a


–4
oleh
1 1 5
 csc a = = =
sin α 3 3
Gambar 4.30 cos a di kuadran II
5
1 −4
11 -4
 cot a = == ==
tan α 3 3 33
-4−4

b. Dengan pemahaman yang sama dengan bagian a, tan b = – , dengan b


pada kuadran IV, diilustrasikan sebagai berikut.

Dengan menggunakan Teorema Pythagoras,


diperoleh panjang sisi miring, yaitu 20. 12

Akibatnya, dengan Definisi 4.1, diperoleh b

12 –16
sin b = dan cos b =
20 20
Jadi,
2 2
(sin b)2 + (cos b)2 =  − 16  +  12  =
256 + 144
 20   20  400
2 2
 16 
 12  256 +144= 400
-  +  = = =1 Gambar 4.31 tan b di kuadran IV
 20   20  400 400

Contoh 4.11
Di daerah pedesaan yang jauh dari bandar udara, kebiasaan anak-anak jika
melihat/mendengar pesawat udara sedang melintasi perkampungan mereka
mengikuti arah pesawat tersebut. Bolang mengamati sebuah pesawat udara
yang terbang dengan ketinggian 120 km. Dengan sudut elevasi pengamat

Matematika
173
(Bolang) terhadap pesawat adalah sebesar θ, tentukan jarak pengamat ke
pesawat, jika
i. θ = 30o
ii. θ = 90o
iii. θ = 120o

Alternatif Penyelesaian

Ilustrasi persoalan di atas dapat disajikan pada Gambar 4.32

d 120 km

Gambar 4.32 Sketsa pengamatan terhadap pesawat udara dengan


sudut elevasi θ

Untuk menentukan jarak pengamat terhadap pesawat, dengan diketahui


ketinggian terbang pesawat, kita menentukan sin θ. (Mengapa?)
120 120 120
i. Untuk θ = 30o, maka sin 30o = ⇔ d= = = 240 km
d sin 30 o
1
2
120 120 120
ii. Untuk θ = 90o, maka sin 90o = ⇔ d= o
= = 120 km
d sin 90 1
Artinya, saat θ = 90o, pesawat tepat berada di atas si Bolang, sehingga
sama dengan tinggi terbangnya pesawat.
120 120 120 240
iii. Untuk θ = 120o, maka sin 120o = + sin 60o = ⇔ d= o
= = 3
d sin 60 3 3
120 120 240
d= o = = 3 km 2
sin 60 3 3
2

174
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Contoh 4.12
Diketahui segitiga siku-siku ABD, ∠B = 90o, ∠A = 30o, dan AD = 8 cm.
BC adalah garis tinggi yang memotong AD. Hitung keliling dan luas segitiga
ABD.

Alternatif Penyelesaian

Memahami dan mencermati informasi tentang segitiga ABD merupakan


langkah awal untuk menyelesaikannya. Salah satu buktinya kamu harus
memahami, maka kamu harus mampu menuliskan dan menggambarkan
kejadian tersebut.
Secara lengkap informasi tentang segitiga
B
ABD seperti pada gambar di samping
Untuk dapat menentukan keliling x y
segitiga, kita harus menemukan nilai x
dan y. A
30o 60o
D
C

Gambar 4.33 Segitiga siku-siku ABD

Perhatikan ∆ABD, kita mengetahui


AB x
sin 60o = = ⇔ x = 8 × sin 60o
AD 8
3

⇔x=8× =4 3
2
BD y
cos 30o = = = ⇔ y = 8 × cos 30o
AD 8
1

⇔y=8× =4
2
Jadi, keliling segitiga ABD = AB + BD + AD
= 4 3 + 8 + 4 = ( 4 3 + 12) cm
Untuk menghitung luas segitiga ABD, kita harus mencari panjang BC.
Perhatikan Gambar 4.33, fokuskan pada segitiga siku-siku BCD atau ABC.
Penulis fokus pada segitiga BCD.

Matematika
175
Untuk menemukan panjang BC, gunakan sin 60o.
BC 3 BC
sin 60o = ↔ =
BD 2 4

⇔ BC = 2 3 cm
AD × BC 8 × 2 3
Jadi, luas segitiga ABD adalah = = 8 3 cm 2
2 2

4.5 Identitas Trigonometri


Pada subbab ini kita akan mengkaji ekspresi perbandingan trigonometri
selain atau/dan menggunakan nilai perbandingan trigonometri yang telah kita
temukan. Pengetahuan dasar yang diperlukan pada subbab ini di antaranya
definisi perbandingan trigonometri dan Teorema Pythagoras.
Coba cermati masalah berikut ini.

Masalah 4.10

Diketahui suatu segitiga ABC, siku-siku di C.


Misalkan ∠A = a rad, ∠B b rad, AB = c, dan AC = b.
Selain perbandingan trigonometri dasar, temukan ekspresi antara (sin a)2
dengan (cos a)2 atau dengan (tan a)2.

Alternatif Penyelesaian

B
Pada segitiga ABC, seperti pada Gambar
4.34, diperoleh bahwa
β
c2 + a2 + b2
c a Selain itu, kita juga dapat menuliskan
bahwa
a b a
a. sin a = , cos a = , dan tan a =
α c c b
A b C Akibatnya,
2 2
a a
(sin a)2 = sin2 a =   = 2
Gambar 4.34 Segitiga siku-siku ABC c c

176
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
2 2
b b
(cos a) = cos a =   = 2
2 2

c c

Penekanan yang dapat dibentuk, yaitu


a 2 b2 a 2 + b2 c 2
i. sin2 a + cos2 a = + = = 2 =1
c2 c2 c2 c

Jadi, sin2 a + cos2 a = 1 (1*)


1
ii. Dengan persamaan (1*), jika ruas kiri dan kanan dikalikan 2
, dengan
sin α
sin2 a ≠ 0, maka diperoleh

1 1
2
×  sin2 α + cos2 α  = 2 × 1
sin α sin α

1 1 1
⇔ 2
× sin2 α + 2 × cos2 α = 2
sin α sin α sin α

cos2 α 1
⇔ 1+ 2
= 2
sin α sin α
1 1 5 1 cos α
Karena == csc
= a, = csc2 a, dan = cot a, maka
sin α 3 3 2
sin α sin α
5
cos2 α 12
↔ 1+ 2 == cot2 a
sin α sin α

Akibatnya,
cos2 α 1
⇔ 1+ 2
= 2
sin α sin α

⇔ 1 + cot2 a = csc2 a (2*)


iii. Dengan menggunakan persamaan (1*), jika ruas kiri dan kanan dikalikan
1
dengan , maka diperoleh
cos2 α

1 1
×  sin2 α + cos2 α  = ×1
2
cos α cos 2 α

Matematika
177
1 1 1
⇔ 2
× sin2 α + 2
× cos2 α = 2
cos α cos α sin α
sin2 α 1
⇔ 2
+1 =
cos α cos2 α
1 1 1 sin α 1
Karena = sec a,
↔ α +a, dan
×=sinsec
2 2
× cos2 α == tan a, maka
cos α 2
cos α cos α cos α sin2 α
2

sin2 α
2
= tan2 α
cos α
Akibatnya

sin2 α 1
⇔ 2
+1 =
cos α cos2 α

⇔ tan2 a + 1 = sec2 a (3*)

b b
b. sin b = , cos b = , dan tan =
c a
Dengan cara yang sama, diperoleh
sin2 b + cos2 b = 1
1 + cot2 b = csc2 b, dan
tan2 b + 1 = sec2 b.
Perhatikan hasil yang diperoleh pada bagian a dan b. Setiap penekanan di
atas berlaku jika sudut yang digunakan sama. Artinya, tidak dapat dituliskan
seperti sin2 a + cos2 b = 1.
Pada suatu segitiga siku-siku, dua sudut lainnya pastilah sudut lancip.
Tetapi penerapan penekanan sin2 a + cos2 a = 1, juga berlaku untuk lebih dari
90o. Misalnya, bila diberikan a = 240o, maka

2 2
 3   1 3 1
sin 240 + cos 240 =  −
2 o 2 o
 +  −  = + =1
 2   2  4 4

Dengan demikian, hasil pembahasan Masalah 4.9 di atas dapat disimpulkan


dalam sifat berikut.

178
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Sifat 4.6

Untuk setiap besaran sudut a, berlaku bahwa


a. sin2 a + cos2 a = 1 ↔ sin2 a = 1 – cos2 a atau cos2 a = 1 – sin2 a
b. 1 + cot2 a = csc2 a ↔ cot2 a = csc2 a – 1 atau csc2 a – cot2 a = 1
c. tan2 a + 1 = sec2 a ↔ tan2 a = sec2 a – 1 atau tan2 a – sec2 a = 1

Contoh 4.13
Misalkan 0o < b < 90o dan tan b = 3
Hitung nilai sin b dan cos b.

Alternatif Penyelesaian

Dengan menggunakan definisi perbandingan dan identitas trigonometri,


1
diperoleh cot b = .
3 1
Akibatnya, 1 + cot2 a = csc2 a ↔ 1 + = csc2 a
9
10 10 10
↔ = csc2 a atau csc a = = (Mengapa?)
9 9 3
1 1 3
Karena sin b = , maka sin b == 10
csc β 10 10
3
Dengan menggunakan tan a + 1 = sec2 a, diperoleh:
2

32 + 1 = sec2 a → sec2 a = 10 atau sec a = 10 (Mengapa?)

1 1 10
Karena cos b = , maka cos = b = =
csc β 10 10

Matematika
179
Contoh 4.14
Buktikan setiap persamaan berikut ini.
a. (sec a – tan a) × (sec a – tan a) = 1
sec θ 1
b. = , cos θ ≠ 0
1 − tan θ cos θ − sin θ
3 3
c. − = 6 sec θ . tan θ
1 − sin θ 1+ sin θ

Alternatif Penyelesaian

a. Kita harus dapat menunjukkan yang ada di ruas kanan dengan cara
memodifikasi informasi yang ada di ruas kiri. Artinya
(sec a – tan a) × (sec a – tan a) = sec2 a – tan2 a
Pada Sifat 4.6, tan2 a + 1 = sec2 a ↔ tan2 a = sec2 a – 1
Dengan demikian terbukti bahwa: (sec a – tan a) × (sec a – tan a) = 1
b. Dengan memodifikasi informasi yang di ruas kiri, kita dapat menuliskan:
1 1 1
sec θ 1
= cos θ = cos θ = cos θ =
1 − tan θ 1 − sin θ cos θ − sin θ × ( cos θ − sin θ ) ( − sin θ )
1 cos θ
cos θ cos θ cos θ cos θ

c) Dengan memodifikasi yang di ruas kiri, diperoleh:


3 3 3 (1+ sin θ ) 3 (1- sin θ )
- = −
1 − sin θ 1+ sin θ (1 − sin θ )(1+ sin θ ) (1+ sin θ )(1 − sin θ )

3 (1+ sin θ ) 3 (1 − sin θ ) 3+ 3 sin θ − 3+ 3 sin θ 6 sin θ


= − = =
(1 − sin ‚ )(1+ sin θ ) (1+ sin θ )(1 − sin θ ) 2
1 − sin θ 1 − sin2 θ

Karena 1 – sin2 θ = cos2 θ, maka


3 3 6 sin θ 6 sin θ sin θ 1
- = 2
= 2
= 6× × = 6 tan θ . sec θ
1 − sin θ 1+ sin θ 1 − sin θ cos θ cos θ cosθ

180
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Uji Kompetensi 4.4

1. Lengkapi tabel berikut ini.

Tanda Nilai Perbandingan a berada di kuadran ke

a) sin a > 0 cos a > 0 .......................................................

b) sin a < 0 cos a > 0 .......................................................

c) tan a < 0 sin a > 0 .......................................................

d) tan a > 0 sin a > 0 .......................................................

e) csc a < 0 tan a < 0 .......................................................

Berikan alasan untuk setiap jawaban yang kamu peroleh.

2. Hitung nilai dari:


3π π
sin + cos
a. sin 3.000o d. 2 2
π
2tan
6
sin 45o × cos 135o + tan2 120o
b. cos 2.400o e.
2 sin 60o × cos 30oo
5π 7π
c. sin × tan −  cos 9π 
2

4 4

3. Tentukan 5 nilai perbandingan trigonometri yang lain untuk setiap
pernyataan berikut ini.

3 3π 3π
a. cos a = , < a < 2π d. sec b = –2, π < b <
5 2 2
3π − 2 3 3π
b. tan a = 1, π < a < e. csc b = , < b < 2π
2 2 2
π π
c. 4 sin a = 2, < a < π f. 3 tan2 b = 1, < b < π
2 2

Matematika
181
4. Selidiki kebenaran setiap pernyataan berikut. Berikan alasan untuk setiap
jawabanmu.
a. sec x dan sin x selalu mimiliki nilai tanda yang sama di keempat
kuadran.
b. Di kuadran I, nilai perbandingan sinus selalu lebih dari nilai
perbandingan cosinus.
c. Untuk 30o < x < 90o dan 120o < y < 150o maka nilai 2 sin x < cos2 y.

8
5. Diberikan tan θ = –
dengan sin θ > 0, tentukan
15
a. cos θ c. sin θ × cos θ + cos θ × sin θ

b. csc θ d. csc θ
cot θ
6. Dengan menggunakan identitas trigonometri, sederhanakan setiap
bentuk berikut ini.
a. (tan x + sec x)(tan x – sec x)
1 1
b. +
1+ cos x 1 − cos x
sec2 x
c. tan x –
tan x
cos x 1+ sin x
d. +
1+ sin x cos x

7. Diketahui a = 45o dan b = 60o. Hitung


a. 2 × sin 45o × cos 60o
b. sin 45o × cos 60o + sin 60o × cos 45o
c. sin 45o × cos 60o – sin 60o × cos 45o
tan 45o + tan60o
d.
1 − (tan 45o × tan60o )
e. sin2 45o + cos2 60o + sin2 60o + cos2 45o

182
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
8. Diberikan fungsi f(x) = sin (x + 90o) , untuk setiap 0o ≤ x ≤ 360o. Untuk
semua sudut-sudut istimewa, tentukan nilai fungsi.

9. Sederhanakan bentuk persamaan berikut ini.


a. cos x . csc x . tan x
b. cos x . cot x + sin x
sin x sin x
c. +
1+ cos x 1 − cos x
d. (sin a + cos a)2 + (sin a – cos a)2
e. (csc θ – cot θ) × (1 + cos θ)

10. Cermati Gambar 4.35. Dengan menemukan hubungan antarsudut-sudut


dan panjang sisi-sisi pada segitiga siku-siku yang ada pada gambar, hitung
D a. Panjang AD, EC, BC, BD,
AB, FB, AE, dan DE
b. sin 75o
F B
c. cos 75o
d. tan 75o

30o

A 45o E C

Gambar 4.35 Kombinasi segitiga siku-siku

Matematika
183
4.6 Aturan Sinus dan Cosinus
Pada subbab 4.2 – 4.5 telah kita kaji dan temukan konsep perbandingan
trigonometri untuk sembarang segitiga siku-siku. Kita dengan mudah
menentukan nilai sinus, cosinus, dan perbandingan trigonometri lainnya
meskipun segitiga siku-siku tersebut dikaji berdasarkan posisi kuadran.
Pertanyaan akan muncul, bagaimana menggunakan konsep perbandingan
trigonometri tersebut pada suatu segitiga sama kaki, segitiga sama sisi, atau
bahkan pada suatu sembarang segitiga? Pertanyaan ini merupakan ide untuk
mengkaji subbab 4.6 ini.
Sebagai pengetahuan tambahan selain konsep yang sudah kita miliki di
atas, perlu kita kenalkan istilah garis tinggi dan garis berat pada sembarang
segitiga. Perhatikan gambar berikut.
B B

C C
A D A E

Gambar 4.36 (i) BD merupakan salah satu garis tinggi dan (ii) BE
merupakan garis berat ∆ABC

Definisi 4.2

Untuk setiap segitiga sembarang,


Garis tinggi adalah suatu garis yang dibentuk dari suatu sudut dan
berpotongan tegak lurus dengan sisi di hadapannya.
Garis berat adalah suatu garis yang dibentuk dari suatu sudut dan memotong
sisi di hadapannya menjadi dua bagian yang sama panjang.

Dengan definisi tersebut, silakan tarik garis tinggi dan garis berat segitiga
pada Gambar 4.36.
Selanjutnya, untuk menemukan bagaimana menerapkan konsep perban-
dingan trigonometri untuk setiap segitiga sembarang, coba cermati masalah
berikut ini.

184
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Masalah 4.11

Diberikan suatu segitiga sembarang, seperti pada Gambar 4.37 di bawah ini.
Misalkan PR = q satuan, PQ = r satuan, dan RQ = p satuan, dengan p ≠ q ≠ r
serta ∠P atau ∠Q atau ∠R tidak satupun 0o dan 90o.

q p

P
r R

Gambar 4.37 Segitiga sembarang PQR, dengan ∠P ≠ ∠Q ≠ ∠R

Bentukan garis tinggi dari setiap sudut segitiga PQR dan temukan hubungan
antar garis berat tersebut.

Alternatif Penyelesaian

Karena setiap segitiga sembarang memiliki tiga sudut, maka didapat


membentuk tiga garis tinggi pada segitiga tersebut.
a. Garis tinggi yang dibentuk dari ∠P
Garis tinggi yang dibentuk dari sudut ∠P dideskripsikan pada Gambar
4.38.
Perhatikan ∆PRS dan ∆PQS .
R

x
S p
q

p–x

P
r Q
Gambar 4.38 Garis tinggi yang dibentuk dari ∠P

Matematika
185
Kita dapat menuliskan bahwa
PS
sin ∠R = atau PS = PR × sin ∠R = q × sin ∠R. (1)
PR
PS
sin ∠Q = atau PS = PQ × sin ∠Q = r × sin ∠Q. (2)
PQ
Dari (1) dan (2), kita memperoleh
r q
r × sin ∠Q = q × sin ∠R ↔ = (3)
sin ∠R sin ∠Q
Selain itu, kita juga dapat menuliskan bahwa
RS x
cos ∠R = = atau x = q × cos ∠R. (4)
PR q
Kita masih fokus pada ∆PRS dan ∆PQS dengan menggunakan Teorema
Pythagoras, dapat dituliskan
r2 = (p – x)2 + q2 – x2 dan
q2 = x2 + (PS)2 atau (PS)2 = q2 – x2
Akibatnya kita peroleh
r2 = (p – x)2 + q2 – x2
↔ r2 = p2 – 2px + x2 + q2 – x2 = p2 + q2 – 2px (5)
Dengan (4), maka (5) berubah menjadi
r2 = p2 + q2 – 2.p.q.cos ∠R. (6)
b. Garis tinggi yang dibentuk dari ∠Q
Garis tinggi yang dibentuk dari sudut ∠Q dideskripsikan pada Gambar 4.39.
Perhatikan ∆PQT dan ∆RQT.
R

q–y
q T p

Q
P r

Gambar 4.39 Garis tinggi ∆PQR yang dibentuk dari ∠Q

186
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Dengan mudah kita menemukan bahwa
PT
sin ∠P = atau QT = PQ × sin ∠P = r × sin ∠P (7)
PQ
QT
sin ∠R = atau QT = RQ × sin ∠R = p × sin ∠R (8)
RQ
Dari (7) dan (8), diperoleh
r p
p × sin ∠R = r × sin ∠P ↔ = (9)
sin ∠R sin ∠P
Selain itu, kita juga dapat menemukan bahwa
PT y
cos ∠P = = atau y = r × cos ∠P. (10)
PQ r
Kita masih fokus pada ∆PQT dan ∆RQT, dengan Teorema Pythagoras,
diperoleh bahwa
p2 = (q – y)2 + (QT)2 dan
r2 = y2 + (QT)2 atau (QT)2 = r2 – y2
Akibatnya, kita peroleh
p2 = (q – y)2 + r2 – y2
↔ p2 = q2 – 2.q.y + y2 + r2 – y2 = q2 + r2 – 2.q.y (11)
Dengan (10), maka (11) menjadi
p2 = q2 + r2 – 2.q.r.cos ∠P. (12)
c. Garis tinggi yang dibentuk dari ∠R
Garis tinggi yang dibentuk dari ∠R dideskripsikan pada Gambar 4.40.
Perhatikan ∆PRU dan ∆RQU.
R

q p

P
U Q

r
Gambar 4.40 Garis tinggi ∆PQR yang dibentuk dari ∠R

Matematika
187
Kita dapat menemukan bahwa
RU
sin ∠P = atau
PR
RU = PR × sin ∠P = q × sin ∠P (13)
RU
sin Q = atau RU = RQ × sin ∠Q = p × sin ∠Q (14)
RQ
Dari (6e) dan (6f), diperoleh
q p
q × sin ∠P = p × sin ∠Q ↔ = (15)
sin ∠Q sin ∠P
Selain itu, kita juga dapat menuliskan bahwa
UQ z
cos ∠Q = = atau z = p × cos ∠Q (16)
RQ p
Kita masih fokus mencermati ∆PRU dan ∆RQU, dengan Teorema
Pythagoras, kita dapat menuliskan
q2 = (r – z)2 + (RU)2, dan
p2 = z2 + (RU)2 atau (RU)2 = p2 – z2
Akibatnya, diperoleh
q2 = (r – z)2 + p2 – z2
↔ q2 = r2 – 2.r.z + z2 + p2 – z2 = r2 + p2 – 2.r.z (17)
Dengan (16), maka (17) menjadi
q2 = r2 + p2 – 2.r. p.cos ∠Q (18)

Jadi, dari (3), (9), dan (15), kita menemukan bahwa


p q r
= =
sin ∠P sin ∠Q sin ∠r

Hal tersebut di atas sering dikenal istilah ATURAN SINUS.

Selain itu, dari (6), (12), dan (18) juga kita menemukan bahwa
q 2 + r 2 − p2
i. p2 = q2 + r2 – 2.q.r.cos ∠P atau cos ∠P =
2.q.r

188
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
p2 + r 2 − q 2
ii. q2 = p2 + r2 – 2.p.r.cos ∠Q atau cos ∠Q =
2. p.r
p2 + q 2 − r 2
iii. r2 = p2 + q2 – 2.p.q.cos ∠R atau cos ∠R =
2. p.q

Hal tersebut yang sering dikenal istilah ATURAN COSINUS

Untuk membantu mengingatnya, kita jadikan sebagai sifat, seperti berikut.

Sifat 4.7

Untuk setiap segitiga, dengan BC = a, A


AC = b, AB = c, dengan sudut-sudutnya
∠C, ∠A dan ∠B, maka berlaku R
Q

ATURAN SINUS
C B
a b c P
= = Gambar 4.41 ∆ABC dengan tiga
sin ∠A sin ∠B sin ∠C
garis tinggi

ATURAN COSINUS

b2 + c 2 − a 2
i. a2 = b2 + c2 – 2.b.c.cos ∠A atau cos ∠A =
2.b.c
a 2 + c 2 − b2
ii. b = a + c – 2.a.c.cos ∠B atau cos ∠B =
2 2 2
2.a.c
a 2 + b2 − c 2
iii. c = a + b – 2.a.b.cos ∠C atau cos ∠C =
2 2 2
2.a.b

Kemudian, kamu harus mampu menggunakan dengan efektif aturan sinus dan
aturan cosinus di atas dalam memecahkan masalah.
Coba uji pemahaman kamu dalam menggunakan Sifat 4.7.

Matematika
189
Contoh 4.15
Jalan k dan jalan l berpotongan di kota A. Dinas tata ruang kota ingin
menghubungkan kota B dengan kota C dengan membangun jalan m dan
memotong kedua jalan yang ada, seperti yang ditunjukkan Gambar 4.42 di
bawah. Jika jarak antara kota A dan kota C adalah 5 km, sudut yang dibentuk
jalan m dengan jalan l adalah 70o dan sudut yang dibentuk jalan k dan jalan m
adalah 30o. Tentukan jarak kota A dengan kota B.

Jalan l

B C Jalan m

Jalan k

Gambar 4.42 Jalan k, l, dan m

Alternatif Penyelesaian

Untuk memudahkan perhitungan, kita bentuk garis tinggi AD, dimana garis
AD tegak lurus dengan garis BC, seperti pada Gambar 4.43.

Jalan l

B C Jalan m
D
Jalan k

Gambar 4.43 Segitiga ABC dengan garis tinggi D

190
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Dengan menggunakan konsep perbandingan trigonometri (Definisi 4.1), pada
∆ABC, dapat kita tuliskan bahwa
AD
sin B = atau AD = AB × sin B (19)
AB
Sedangkan pada ∆ACD, kita peroleh
AD
sin C = atau AD = AC × sin C (20)
AC
Dari persamaan (19) dan (20), kita peroleh bahwa
AB × sin B = AC × sin C (21)
Karena diketahui bahwa ∠C = 70o, ∠B = 30o, dan jarak AC = 5, dengan
persamaan (21) diperoleh
AB × sin 30o = AC × sin 70o,
5 × sin 70o 5 × (0, 94)
AB = = = 9,4 km.
sin 30o 0, 5
Jadi, jarak kota A dengan kota B adalah 9, 4 km.

Contoh 4.16
Diberikan segiempat, seperti pada Gambar 4.44.
D
3.5
4
s 6 C
A
5.5
2

B
Gambar 4.44 Segiempat ABCD

Hitung nilai s.

Alternatif Penyelesaian

Dengan Gambar 4.44, kita melihat ∆ADB, ∆ADC, dan ∆ABC

Matematika
191
Hal ini kita perlukan untuk menemukan nilai cos ∠DAB.
Di sisi lain, ∠DAB = ∠BAC + ∠DAC.
Artinya, dengan menemukan besar sudut ∠BAC dan ∠DAC, kita dapat
menghitung nilai cos ∠DAB (mengapa harus menentukan cos ∠DAB?)
Mari kita kaji ∆ABC.

6 C

5.5
2

B
Gambar 4.45 Segitiga ABC

Dengan menggunakan Sifat 4.6 (Aturan Cosinus)


AC 2 + AB 2 − BC 2 62 + 22 − (5, 5)2 9, 75
cos∠BAC = = = = 0, 406
2. AC. AB 2.(6).(2) 24
Dengan bantuan kalkulator atau tabel trigonometri, karena cos ∠BAC = 0,40625,
maka besar ∠BAC = 66,03o.
Sekarang, mari kita kaji ∆ADC.

D
3.5
4
6 C

A
Gambar 4.46 Segitiga ADC.

Dengan menggunakan Sifat 4.6 (Aturan Cosinus), kita peroleh


AC 2 + AD 2 − DC 2 42 +62 − (3, 5)2
cos ∠DAC = = = 0,82813
2. AC. AD 2.4.6
Melalui kalkulator atau tabel trigonometri, diperoleh besar ∠DAC = 34,03o
Dengan demikian, besar ∠DAB = 66,03o + 34,03o = 100,06o

192
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Akibatnya, untuk menentukan panjang sisi s, kita perhatikan ∆ABD.
AB 2 + AD 2 − BD 2
cos ∠DAB = D
2. AB. AD
42 +22 − s 2 4
cos ∠DAB =
2.4.2
s
Atau A

16.(cos 100,06o) = 20 – s2
2
↔ 16(–0,174) = 20 – s 2

B
↔ –2784 = 20 – s2 Gambar 4.47 Segitiga ABD
↔ s = 22,784
2

↔ s= 22, 784 = 4,709

4.7 Grafik Fungsi Trigonometri


Pada subbab ini, kita akan mengkaji bagaimana konsep trigonometri jika
dipandang sebagai suatu fungsi. Mengingat kembali konsep fungsi pada Bab 3,
fungsi f(x) harus terdefinisi pada daerah asalnya. Jika y = f(x) = sin x, maka daerah
asalnya adalah semua x bilangan real. Namun, mengingat satuan sudut (subbab
4.1) dan nilai-nilai perbandingan trigonometri (yang disajikan pada Tabel 4.3),
pada kesempatan ini, kita hanya mengkaji untuk ukuran sudut dalam derajat .
Mari kita sketsakan grafik fungsi y = f(x) = sin x, untuk 0 ≤ x ≤ 2π.
a. Grafik Fungsi y = sin x, dan y = cos x untuk 0 ≤ x ≤ 2π

Masalah 4.12

Dengan keterampilan kamu dalam menggambar suatu fungsi (Bab 3), gambar-
kan grafik fungsi y = sin x, untuk 0 ≤ x ≤ 2π.

Alternatif Penyelesaian

Dengan mencermati nilai-nilai sinus untuk semua sudut istimewa yang


disajikan pada Tabel 4.3, kita dapat memasangkan ukuran sudut dengan nilai
sinus untuk setiap sudut tersebut, sebagai berikut.

Matematika
193
π 1 π 2 π 3 π   2 π 3   3π 2   5π , 1 
(0, 0);  ,  ;  ,  ;  ,  ;  ,1  ,  ,  ;  4 , 2  ;  6 2  ;
6 2 4 2  3 2  2  3 2
   

7 π 1  5π 2   4π 3   3π  5π 3   7π 2
(π, 0);  ,  ;  , −  ;  ,−  ;  , −1  ;  , −  ;  ,− ;
 6 2   4 2   3 2   2   3 2   4 2 

 11π 1  ; dan (2π, 0).


 ,− 
 3 2

Selanjutnya pada koordinat kartesius, kita menempatkan pasangan titik-


titik untuk menemukan suatu kurva yang melalui semua pasangan titik-titik
tersebut.
Selengkapnya disajikan pada Gambar 4.48 berikut ini.

π 
 , 1
2 y 2 
π 3
 , 
3 2 
π 2
 , 
4 2 
π 1
 ,- 
 3 2
1

x
π/2 π 3π/2 2π

–1

Gambar 4.48 Grafik fungsi y = sin x, untuk 0 ≤ x ≤ 2π

–2

194
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Dari grafik di atas, kita dapat merangkum beberapa data dan informasi seperti
brikut.
a. Untuk semua ukuran sudut x, nilai maksimum fungsi y = sin x adalah 1,
dan nilai minimumnya adalah –1.
b. Kurva fungsi y = sin x, berupa gelombang.
c. Untuk 1 periode (1 putaran penuh) kurva fungsi y = sin x, memiliki
1 gunung dan 1 lembah.
d. Nilai fungsi sinus berulang saat berada pada lembah atau gunung yang
sama.
e. Untuk semua ukuran sudut x, daerah hasil fungsi y = sin x, adalah –1 ≤ y ≤ 1.
Dengan konsep grafik fungsi y = sin x, dapat dibentuk kombinasi fungsi sinus.

Misalnya y = 2.sin x, y = sin 2x, dan y = sin  π


 x +  . Selengkapnya dikaji pada
contoh berikut.  2

Contoh 4.17
Gambarkan grafik fungsi y = sin 2x dan y = sin  x + π  , untuk 0 ≤ x ≤ 2π.
 2
Kemudian tuliskanlah perbedaan kedua grafik tersebut.

Alternatif Penyelesaian

Dengan menggunakan nilai-nilai perbandingan trigonometri yang disajikan pada


Tabel 4.3, maka pasangan titik-titik untuk fungsi y = sin 2x, untuk 0 ≤ x ≤ 2π
adalah:
Untuk x = 0, maka nilai fungsi adalah y = sin 2.(0) = sin 0 = 0. ⇒ (0, 0)

π π π 3
Untuk x =   , maka nilai fungsi adalah y = sin 2.   = sin = ⇒
6
  6 3 2
π 3
 , 
6 2 
π π π π 
Untuk x = , maka nilai fungsi adalah y = sin 2.   = sin = ⇒  ,1  .
4 4 2 4 

Matematika
195
Demikian seterusnya hingga
untuk x = 2π, maka niali fungsi adalah y = sin 2.(2π) = sin 4π = sin 0 = 0
⇒ (2π, 0)
Selengkapnya pasangan titik-titik untuk fungsi y = sin 2x, 0 ≤ x ≤ 2π, yaitu

π 1 π 2 π 3 π  π 3 π   2π 3
(0, 0);  ,  ;  ,  ;  ,  ;  ,1  ;  ,  ;  ,0  ;  , −  ;
 12 2   8 2   6 2  4   3 2  2   3 2 
 3π 3   5π 3  7π 3 
 ,  ;  , −  ; (π, 0);  ,  ; ……; (2π, 0).
 4 2   6 2   6 2 

Dengan pasangan titik-titik tersebut, maka grafik fungsi y = sin 2x, 0 ≤ x ≤ 2π


disajikan pada Gambar 4.49.

π 3
 , 
6 2 
π 2
 , 
8 2 
1 y  π 1
 , 
 12 2 

0,5

x
π/2 π 3π/2 2π

0,5

Gambar 4.49 Grafik fungsi y = sin 2x, untuk 0 ≤ x ≤ 2π

196
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Berbeda dengan fungsi y = sin 2x, setiap besar sudut dikalikan dua, tetapi

untuk fungsi y = sin  x + π  , setiap besar sudut ditambah atau 90o.


π
2 2

Sekarang kita akan menggambarkan fungsi y = sin  x + π  , untuk 0 ≤ x ≤ 2π.
 2

Coba kita perhatikan kembali Sifat 4.4, bahwa sin  x + π  = cos x. Artinya,
 2
sekarang kita akan menggambarkan fungsi y = cos x, untuk 0 ≤ x ≤ 2π.
Dengan menggunakan nilai-nilai cosinus yang diberikan pada Tabel 4.3 kita
dapat merangkumkan pasangan titik-titik yang memenuhi fungsi y = cos x,
untuk 0 ≤ x ≤ 2π, sebagai berikut.
π 3  π 2   π 1   π   2π 1   3π 2   5π 3
(0, 1);  , ;  ,  ;  ,  ;  ,0  ;  , − ;  , −  ;  , −  ; (π, –1)
6 2   4 2   3 2 2   3 2  4 2   6 2 

 7π 3   5π 2   4 π 1   3π   5π 1   7 π 2   11π 3 
 , − ;  , − ;  , −  ;  ,0  ;  ,  ;  ,  ;  ,  ; (2, 1).
 6 2   4 2   3 2  2   3 2  4 2   6 2 
Dengan demikian, grafik fungsi y = cos x, untuk 0 ≤ x ≤ 2π, disajikan pada
Gambar 4.50 berikut.
π 3
 , 
y 6 2  π 2
(0, 1)  , 
1
4 2 
π 1
 , 
 3 2
0,5
(π, 0)

x
π/2 π 3π/2 2π

0,5

–1

Gambar 4.50 Grafik fungsi y = cos x, untuk 0 ≤ x ≤ 2π

Matematika
197
Dari kajian grafik, grafik fungsi y = sin 2x sangat berbeda dengan grafik fungsi

y = sin  x + π  = cos x, meskipun untuk domain yang sama. Grafik y = sin 2x,
 2
memiliki 2 gunung dan 2 lembah, sedangkan grafik fungsi y = sin  x + π 
 2
= cos x, hanya memiliki 1 lembah dan dua bagian setengah gunung. Nilai

maksimum dan minimum fungsi y = sin 2x sama y = sin  x + π  = cos x


 2
untuk domain yang sama. Selain itu, secara periodik, nilai fungsi y = sin 2x

dan y = sin  π
 x +  = cos x, berulang, terkadang menaik dan terkadang
menurun.  2

Pertanyaan
Dengan pengetahuan dan keterampilan kamu akan tiga grafik di atas dan
konsep yang sudah kamu miliki pada kajian fungsi, sekarang gambarkan dan
gabungkan grafik y = sin x dan y = cos x, untuk domain 0 ≤ x ≤ 2π.
Rangkumkan hasil analisis yang kamu temukan atas grafik tersebut.

b. Grafik fungsi y = tan x, untuk 0 ≤ x ≤ 2π


Kajian kita selanjutnya adalah untuk menggambarkan grafik fungsi y = tan x,
untuk 0 ≤ x ≤ 2π. Mari kita kaji grafik fungsi y = tan x, melalui masalah berikut.

Masalah 4.13

Untuk domain 0 ≤ x ≤ 2π, gambarkan grafik fungsi y = tan x.

Alternatif Penyelesaian

Dengan nilai-nilai tangen yang telah kita temukan pada Tabel 4.3 dan
dengan pengetahuan serta keterampilan yang telah kamu pelajari tentang
menggambarkan grafik suatu fungsi, kita dengan mudah memahami pasangan
titik-titik berikut.

198
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
π 3 π  π  π  3π  5π 3 
(0, 0);  , ; ; , 3  ;  , ∼  ;  2π , − 3  ;  , −1  ;  ,  ;
 6 3   4 ,1   3  2   3
    4   6 3 
 7 π 3   5π   4 π  3π  5π  7π 
(π, 0);  ,  ;  ,1  ;  , 3  ;  ,~  ;  , − 3  ;  , −1  ;
 6 3   4   3   2   3   4 
 
 11π 3
 ,−  ; (2π, 0).
 6 3 

Dengan demikian, grafik fungsi y = tan x, untuk 0 ≤ x ≤ 2π, seperti pada


Gambar 4.51 berikut ini.

5 y
π 
 , 3
4 3 
π 
 ,1 
3 4 
π 3
2  , 
6 3 

1
(0, 0)
x
π/2 π 3π/2 2π

–1

–2

–3

–4

–5

Gambar 4.51 Grafik fungsi y = tan x, untuk 0 ≤ x ≤ 2π

Matematika
199
π
Dari grafik di atas, jelas kita lihat bahwa jika x semakin mendekati (dari
2
kiri), nilai fungsi semakin besar, tetapi tidak dapat ditentukan nilai terbesarnya.
π
Sebaliknya, jika x atau mendekati (dari kanan), maka nilai fungsi
2
semakin kecil, tetapi tidak dapat ditentukan nilai terkecilnya. Kondisi ini

berulang pada saat x mendekati . Artinya, fungsi y = tan x, tidak memiliki
2
nilai maksimum dan minimum.

200
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Uji Kompetensi 4.5

1. Jika diketahui segitiga ABC, dengan ukuran panjang sisi dan sudut-
sudutnya sebagai berikut.
a. b = 20, ∠C = 105o, dan ∠B = 45o. Hitung panjang sisi a dan c.
b. c = 20, ∠A = 35o, dan ∠B = 40o. Hitung panjang sisi a dan b.
c. a = 12,5, b = 10, dan ∠A = 110o. Hitung besar ∠B, ∠C, dan panjang
sisi c.
d. a = 4, b = 6, dan ∠C = 120o. Hitung besar ∠A, ∠B, dan panjang sisi c.

2. Di bawah ini, diketahui panjang sisi-sisi segitiga PQR. Hitung nilai sinus
dan tangen untuk setiap sudutnya.
a. p = 10 , q = 14, dan r = 20
b. p = 11 , q = 15, dan r = 21
c. p = 8 , q = 12, dan r = 17

3. Buktikan untuk setiap segitiga ABC sembarang, maka luas segitiga ABC
dirumuskan dengan rumus berikut.
1
a. L = .b.c.sin ∠A
2
1
b. L = .a.c.sin ∠B
2
1
c. L= .a.b.sin ∠C
2

4. Dengan rumus luas segitiga pada soal nomor 3, hitunglah luas segitiga
untuk setiap ukuran segitiga ABC pada nomor 1.

Matematika
201
5. Diketahui segitiga ABC, dengan AB = 20 cm, AC = 30 cm, dan ∠B = 140o.
Hitung panjang BC dan ∠A.
6. Pada latihan mengendarai suatu kapal cepat di perairan, lintasan latihan
didesaian seperti yang diberikan pada Gambar 4.52. Pengemudi harus
mulai dari titik A, dan bergerak ke arah barat daya dengan membentuk
sudut 52o ke titik B, kemudian bergerak ke arah tenggara dengan
membentuk sudut 40o ke titik C, dilanjutkan kembali ke titik A. Jarak titik
A ke C sejauh 8 km. Hitung panjang lintasan si pengemudi kapal cepat
tersebut.

N A
W E
S 52o

B
8 km
40o

D C

Gambar 4.52 Ilustrasi lintasan latihan kapal cepat

7. Pada saat mensurvei sebidang rawa-rawa, seorang pensurvei berjalan


sejauh 425 meter dari titik A ke titik B, kemudian berputar 65o dan
berjalan sejauh 300 meter ke titik C (lihat Gambar 4.53). Hitungl panjang
AC.

Gambar 4.53 Ilustrasi sebidang rawa-rawa

202
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
8. Untuk setiap fungsi di bawah ini, manakah yang terdefinisi pada 0o ≤ x ≤ 360o.
a. y = tan x c. y = sec x
b. y = cot x d. y = csc x

9. Tentukan daerah asal dan daerah hasil untuk setiap fungsi berikut.
1
a. y = sin x + cos x d. y=
cos x

b. y = sin x – cos x e. 1
y=
tan x
c. y = f. y = sin x + tan x

10. Gambarkan setiap fungsi f(x) di bawah ini, untuk Df: {0 ≤ x ≤ 2π}.
a. y = 2 sin x d. y = –cos x
b. y = sin x + cos x e. y = –tan x
c. y = –sin x f. y = 2 + sin x

Projek

Himpunlah informasi penerapan grafika fungsi trigonometri dalam bidang


fisika dan teknik elektro serta permasalahan di sekitarmu. Buatlah analisis
sifat-sifat grafik sinus, cosinus, dan tangen dalam persamalahan tersebut.

Buatlah laporanmu dan sajikan di depan kelas.

Matematika
203
Rangkuman

Sebelum melanjutkan pembahasan topik selanjutnya, sangat penting


merefleksikan semua catatan-catatan penting pada pembalajaran trigonometri.
Oleh karena itu, kamu mencatat hal-hal penting pada bab ini. Untuk membantu
kamu menuliskan hal-hal penting tersebut, terlebih dahulu jawab beberapa
pertanyaan berikut ini:
1. Pada suatu segitiga siku-siku, coba kamu tuliskan hubungan setiap
panjang sisi-sisinya.
2. Bagaimana merumuskan perbandingan trigometri (sinus, cosinus, tangen,
cosecan, secan, dan cotangen) pada suatu segitiga siku-siku?
3. Pada kuadran berapa nilai perbandingan sinus berlaku positif? Negatif?
Bagaimana dengan nilai perbandingan lainnya?
4. Bagaimana kamu membedakan aturan sinus dan aturan cosinus?
5. Untuk f(x) = sin x, untuk setiap x∈Df, hitunglah nilai maksimum dan nilai
minimum fungsi sinus. Bagaimana dengan fungsi cosinus dan tangen?

Selain pertanyaan-pertanyaan di atas, kamu beri kesempatan untuk menuliskan


hal-hal yang kamu pandang penting dari bab ini.
Bandingkan hasil rangkumanmu dengan teman-temanmu.

204
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Glosarium

Analogi : Suatu proses penyelesaian yang mirip/


sama dengan suatu proses lainnya yang
telah dibuktikan/diselesaikan.
Daerah Asal/Domain : Himpunan tak kosong dimana sebuah relasi
didefinisikan.
Daerah kawan/kodomain : Himpunan tidak kosong dimana anggota
domain memiliki pasangan sesuai dengan
fungsi yang didefinisikan.
Daerah hasil/range : Suatu himpunan bagian dari daerah kawan
yang anggotanya adalah pasangan anggota
domain yang memenuhi fungsi yang
ditentukan.
Dua segitiga sebangun : Perbandingan sisi-sisi yang bersuaian
sama dan perbandingan sudut-sudut yang
bersesuaian juga sama.
Fungsi bijektif : Fungsi satu-satu dan fungsi pada.
Fungsi invers : Fungsi kebalikan dari suatu fungsi.
Misalkan f sebuah fungsi dari himpunan A
ke himpunan B, f-1 disebut fungsi invers dari
f jika dapat ditentukan sebuah fungsi f-1 dari
himpunan B ke himpunan A sedemikian
sehingga f-1(f(a)) = a dan f-1(f(b)) = b.
Fungsi komposisi : Sebuah fungsi hasil operasi komposisi dua
buah fungsi atau lebih. Misal fungsi f dan
g, fungsi komposisi f dan g (ditulis: gof)
ditentukan dengan (gof )(x) = g(f(x)).

Matematika
205
Invers fungsi : Suatu relasi dari himpunan B ke himpunan
A.
Garis tinggi : Suatu gais yang dibentuk dari suatu sudut
segitiga sembarang dan berpotongan tegak
lurus dengan sisi di hadapannya.
Garis berat : Suatu garis yang dibentuk dari suatu sudut
segitiga sembarang dan memotong sisi di
depannya menjadi dua bagian yang sama
panjang.
Periodik : Perubahan sesuatu/nilai yang bergantung
pada satuan waktu tertentu.
Persamaan : Kalimat terbuka yang menggunakan relasi
sama dengan.
Persamaan homogen : Persamaan yang konstantanya semua
nol atau persamaan yang nilai variabel-
variabelnya semuanya nol.
Persamaan non-homogen : Persamaan yang konstantanya tidak
(semuanya) sama dengan nol atau
persamaan yang nilai variabel-variabelnya
tidak semuanya nol
Penyelesaian trivial : Penyelesaian suatu persamaan atau
sistem persamaan dengan nilai variabel-
variabelnya adalah nol.
Penyelesaian non-trivial : Penyelesaian suatu persamaan atau
sistem persamaan dengan nilai variabel-
variabelnya tidak semuanya nol.
Pertidaksamaan : Kalimat terbuka yang menggunakan relasi
tidak sama
Persamaan linear satu variabel : Persamaan berbentuk ax + b = 0, dimana
a, b anggota himpunan bilangan real dan

206
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
a ≠ 0, a disebut koefisien x, b disebut
konstanta, dan x adalah variabel real.
Rotasi a : Perputaran terhadap titik pusat sejauh a.
Sudut koterminal : Suatu sudut yang bila dijumlahkan dengan
sudut yang lainnya sama dengan 180o.
Sudut standar : Sudut yang terbentuk dengan sisi awal
berimpit dengan sumbu x dan sisi terminal
terletak pada salah satu kuadran.
Tak berhingga penyelesaian : Memiliki lebih dari satu penyelesaian dan
banyaknya tidak terhitung
Tak terdefinisi, misalnya : tidak terdapat suatu bilangan real yang
merupakan hasil dari .

Matematika
207
Daftar Pustaka

Anton, Howard, dkk. 2005. Elementary Linear Algebra with Applications. John
Wiley & Sons, Inc
Ball, Deborah Loewenberg. 2003. Mathematical Proficiency for All Students
(Toward a Strategic Research and Development Program in Mathematics
Education). United States of America: RAND.
Checkley, Kathy. 2006. The Essentials of Mathematics, Grades 7 -12. United
States of America: The Association for Supervision and Curriculum
Development (ASCD).
Chung, Kai Lai. 2001. A Course in Probability Theory, USA: Academic Press.
Committee on science and mathematics teacher preparation, center for
education national research council (2001). Educating Teachers of Science,
Mathematics, and Technology (new practice for new millennium. United
States of America: The National Academy of Sciences.
Corral, Michael. 2009. Trigonometry, Michigan, Schoolcraft College.
Douglas M, Gauntlett J, Gross. M. 2004. Strings and Geometry. United States of
America: Clay Mathematics Institute.
Hefferon, Jim. 2006. Linear Algebra. United States of America: Saint Michael’s
College Colchester.
Howard, dkk. 2008. California Mathematics. Consepts, Skills, and Problem
Solving 7. Columbus-USA,The McGraw-Hill Companies, Inc.
Johnstone, P.T. 2002. Notes on Logic and Set Theory. New York: University of
Cambridge.
Larson, Ron. 2011. Trigonometry, Eight Edition, Belmont, USA, Brooks/Colle,
Cengage Learning.

208
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Magurn, Bruce A. 2002. Encyclopedia of Mathematics and Its Applications.
United Kingdom: United Kingdom at the University Press, Cambridge.
Slavin, Robert E. 1994. Educational Psychology, Theories and Practice. Fourth
Edition. Masschusetts: Allyn and Bacon Publishers.
Sinaga, Bornok. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika
Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak. Surabaya: Program
Pascasarjana UNESA.
Seng, Tan Oon. 1995. Mathematics. A Problem Solving Approach. Singapore:
Federal Publication (S) Pte Lsd.
Urban. P, Owen. J, Martin. D, Haese. R, Haese. S. Bruce. M. (2005). Mathematics
For Yhe International Student (International Baccalaureate Mathematics
HL Course). Australia: Haese & Harris Publication.
Van de Walle. Jhon, dkk. 2010. Elementary and Middle School Mathematics
(teaching developmentally). United States of America: Allyn & Bacon.
Van de Walle, John A. 1990. Elementary school mathematics: teaching
developmentally. New York: Longman.

Matematika
209
Profil Penulis
Nama Lengkap : Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd
Telp. Kantor/HP : (061)661365
E-mail : bornoksinaga48@gmail.com
Akun Facebook : -
Alamat Kantor : Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate,
Medan Sumatera Utara
Bidang Keahlian: Pendidikan Matematika
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1. 1991 – 1999: Dosen di Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pattimura,
Ambon
2. 2000 – Sekarang : Dosen di Jurusan Matematika Universitas Negeri Medan
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1. S3: Program Pasca Sarjana/Pendidikan Matematika/ Universitas Negeri Surabaya
(2004 – 2007)
2. S2: Program Pasca Sarjana/Pendidikan Matematika/ IKIP Negeri Surabaya (1996 –
1999)
3. S1: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam/Pendidikan
Matematika/IKIP Negeri Medan (1984 – 1989)
Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. Matematika Kelas VII SMP - Untuk Siswa (Buku Kemendikbud Kurikulum 2013)
(2013)
2. Buku Matematika Untuk Guru Kelas VII SMP (Buku Kemendikbud Kurikulum 2013)
(2013)
3. Buku Matematika Kelas X SMA - Untuk Siswa (Buku Kemendikbud Kurikulum 2013)
(2013)
4. Buku Matematika Kelas X SMA - Untuk Guru (Buku Kemendikbud Kurikulum 2013)
(2013
5. Buku Matematika Kelas XI - Untuk Siswa (Buku Kemendikbud Kurikulum 2013)
(2014)
6. Matematika Kelas XI- Versi Guru (Buku Kemendikbud Kurikulum 2013)(2014)
7. Kompetensi Guru (2010)
8. Matematika Berbasis Budaya Batak (Buku Muata Lokal) (2011).
9. Matematika SD Kelas VI (2010)
10. Matematika SD Kelas V (2010)
Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis
Budaya Batak (2007 - 2008)
2. Pengembangan Model Managemen Mutu Terpadu di Sekolah Berbasis
Desentralisasi Pendidikan dan Evaluasi Kinerja Guru Pasca Sertifikasi Guru dalam
Jabatan (ketua Peneliti) (2009)
3. Penerapan Pembelajaran Bermuatan Soft Skill dan Pemecahan Masalah dengan
Bantuan Asesmen Autentik untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan
Kreatifitas Mahasiswa Matematika FMIPA Unimed (Ketua Peneliti) (2010)

210
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
4. Pemetaan Kompetensi dan Pengembangan Model Peningkatan Mutu Pendidikan
di Kabupaten Samosir dan Toba Samosir (Ketua Peneliti) (2011)
5. Implementasi Model Peningkatan Mutu Pendidikan Matematika dan Kualitas Ujian
Nasional (Ketua Peneliti) (2012)
6. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berpusat Pada SiswaUntuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (Anggota peneliti) (2013)
7. Pengembangan model pembelajaran matematika dan asesmen otentik berbasis
kurikulum 2013 untuk meningkatkan kualitas sikap, kemampuan berpikir kreatif
dan koneksi matematika siswa SMA (2015)

Nama Lengkap : Pardomuan N.J.M. Sinambela, S.Pd., M.Pd.


Telp. Kantor/HP : (061)661365
E-mail : pardomuannjmsinambela@gmail.com
Akun Facebook : -
Alamat Kantor : Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate,
Medan Sumatera Utara
Bidang Keahlian: Pendidikan Matematika
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1. 2006 – 2008: Dosen di Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Karo,
Kabanjahe
2. 2007 : Dosen di Program Studi Pendidikan Matematika Universitas HKBP Nommensen
3. 2008 – Sekarang : Dosen di Jurusan Matematika Universitas Negeri Medan
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1. S2: Program Pasca Sarjana/Pendidikan Matematika/ Universitas Negeri Surabaya
(2003 – 2006)
2. S1: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam/Pendidikan Matematika/
Universitas Negeri Medan (1997 – 2002)
Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. Matematika Kompeten Berhitung untuk Sekolah Dasar Kelas V (2010)
2. Matematika Kompeten Berhitung untuk Sekolah Dasar Kelas VI (2010)
3. MATEMATIKA (Buku panduan guru kelas X SMA/MA Kurikulum 2013) (2013)
4. MATEMATIKA (Buku Teks siswa kelas X SMA/MA Kurikulum 2013) (2013)
5. MATEMATIKA (Buku panduan guru kelas VII SMP/MTs Kurikulum 2013) (2013)
6. MATEMATIKA (Buku Teks siswa kelas VII SMP/MTs Kurikulum 2013) (2013)
Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. Keefektifan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)
Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear
dan Kuadrat di Kelas X SMA Negeri 2 Rantau Selatan, Sumatera Utara (2006)
2. Penerapan Model Pembelajaran Bermuatan Soft Skill dan Pemecahan Masalah
dengan bantuan Asesmen Autentik dalam meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis dan kreatifitas berfikir mahasiswa dalam pemecahan masalah serta
meningkatkan kualitas proses pembelajaran mata kuliah Matematika Diskrit 1 (2009)
3. Pemetaan dan Pengembangan Model Peningkatan Mutu Pendidikan di Kabupaten
Simalungun dan Kota Pematang siantar Sumatera Utara (2011)

Matematika
211
4. Pengembangan model pembelajaran matematika dan asesmen otentik berbasis
kurikulum 2013 untuk meningkatkan kualitas sikap, kemampuan berpikir kreatif
dan koneksi matematika siswa SMA (2015)

Nama Lengkap : Andri Kristianto Sitanggang, S.Pd.,M.Pd.


Telp. Kantor/HP : (061) 6625970/081370116443
E-mail : andritanggang84@gmail.com
Akun Facebook : Andri Kristianto Sitanggang/facebook
Alamat Kantor : Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate,
Medan Sumatera Utara
Bidang Keahlian: Pendidikan Matematika
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1. 2012 – Sekarang : Dosen Matematika di Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMED
2. 2010 – 2012 : Dosen di STKIP Riama Medan
3. 2010 – 2012 : Dosen Di Universitas Darma Agung Medan
4. 2007 – 2010 : Guru Matematika di SMK 11 Medan
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1. S2: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan/ Pendidikan Dasar Matematika/
Universitas Negeri Medan/ (2007 – 2010)
2. S1: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam/Matematika/Pendidikan
Matematika/Universitas Negeri Medan (2002 – 2007)
Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. Buku Matematika Kelas VII SMP Penerbit Kemendikbud (2013)
2. Buku Matematika Kelas X SMA Penerbit Kemendikbud (2013)
3. Buku Matematika Kelas X SMA Penerbit Kemendikbud (2013)
Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. Efektivitas Pembelajaran Konstruktivisme Pada Pokok Bahasan Himpunan di Kelas
VII SMP Swasta Trisakti 2 Medan (2007)
2. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematis Siswa
SMP Melalui Pembelajaran Matematika Realistik (2010)
3. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dan Asesmen Otentik Berbasis
Kurikulum 2013 untuk Meningkatkan Kualitas Sikap, Kemampuan Berpikir Kreatif
dan Koneksi Matematika Siswa SMA (2016)

Nama Lengkap : Tri Andri Hutapea, S.Si.M.Sc


Telp. Kantor/HP : 081215268219
E-mail : triandh_A19@yahoo.com
Akun Facebook : Tri Andri Hutapea
Alamat Kantor : Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate,
Medan Sumatera Utara
Bidang Keahlian: Konsentrasi Analisis Real

212
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1. 2006 – ……. : Dosen Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Negeri Medan.
2. 2013 – 2016 : Penulis Buku Matematika (Buku Siswa dan Buku Guru) Berbasis
Kurikulum 2013 Kelas X dan Kelas XI SMA/SMK.
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1. S2: MIPA/Matematika/Matematika (Matematika Terapan)/Universitas Gadjah Mada
(2008 – 2010)
2. S1: MIPA/Matematika/Matematika Sains/Universitas Negeri Medan (2000 – 2005)
Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. Buku Matematika (Buku Siswa) Berbasis Kurikulum 2013 Kelas X SMA/ SMK (2013
– 2016).
2. Buku Matematika (Buku Guru) Berbasis Kurikulum 2013 Kelas X SMA/ SMK (2013
– 2016)
3. Buku Matematika (Buku Siswa) Berbasis Kurikulum 2013 Kelas XI SMA/ SMK (2013
– 2016)
4. Buku Matematika (Buku Guru) Berbasis Kurikulum 2013 Kelas XI SMA/ SMK (2013
– 2016)
Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
Tidak ada

Nama Lengkap : Sudianto Manullang, S.Si., M.Sc


Telp. Kantor/HP : (061) 6625970/081284975334
E-mail : Sudianto.manullang@unimed.ac.id
Akun Facebook : Sudianto Manullang
Alamat Kantor : Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate,
Medan Sumatera Utara
Bidang Keahlian: Matematika
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1. Dosen UNIMED 2006- Sekarang
2. Staf Ahli Program Pascasarjana UNIMED 2005-2006
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1. S2: Fakultas MIPA/Jurusan Matematika/Program Studi Matematika/Universitas
Gadjah Mada (UGM) (2008-2011)
2. S1: Fakultas MIPA/Jurusan Matematika/Program Studi Matematika/Universitas
Negeri Medan (UNIMED) 2000-2005
Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. Buku Siswa: Pelajaran Matematika Kelas 7 SMP Kurikulum 2013 (2013)
2. Buku Guru: Pelajaran Matematika Kelas 7 SMP Kurikulum 2013 (2013)
3. Buku Siswa: Pelajaran Matematika Kelas 10 SMA Kurikulum 2013 (2013)
4. Buku Guru: Pelajaran Matematika Kelas 10 SMA Kurikulum 2013 (2013)
5. Buku Siswa: Matematika Kelas 7 SMP (2013)
6. Buku Guru: Matematika Kelas 7 SMP (2013)

Matematika
213
7. Buku Siswa: Matematika Kelas 10 SMA (2013)
8. Buku Guru: Pelajaran Matematika Kelas 10 SMA (2013)
9. Buku Guru: Pelajaran Matematika Kelas 11 SMA Kurikulum 2013 (2014)
10. Buku Siswa: Pelajaran Matematika Kelas 11 SMA Kurikulum 2013 (2014)
Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. Peramalan Kebutuhan Listrik Kota Medan (2007)
2. Application of Vasicek’s Rate Interest Model in Term Insurance Premiums Calculation
(2011)
3. Pendanaan Dana Pensiun dengan Metode Benefit Prorate (2012)

Nama Lengkap : Lasker Pangarapan Sinaga, S.Si, M.Si


Telp. Kantor/HP : 081361436452
E-mail : lazer_integral@yahoo.com
Akun Facebook : -
Alamat Kantor : Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate,
Medan Sumatera Utara
Bidang Keahlian: Pendidikan Matematika
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
Dosen di Universitas Negeri Medan
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1. S2 : SPs USU/Matematika/Optimisasi dan Teori Riset/Universitas Sumatera Utara
(2007–2009)
2. S1 : FMIPA/Matematika/Matematika Murni/Universitas Sumatera Utara (1998–
2003)
Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. Analisis Persoalan Optimisasi Konveks Dua Tahap (2010)
2. Konvergensi dan Stabilitas Solusi Persamaan Laplace pada Batas Dirichlet (2011)
3. Konvergensi dan Kontinuitas Deret Kuasa Solusi Persamaan Laplace Dimensi N
(2013)
4. Analisis Solusi Eksak dan Solusi Elemen Hingga Persamaan Laplace Orde Dua
(2014)

Nama Lengkap : Mangaratua Marianus Simanjorang,


S.Pd., M.Pd.
Telp. Kantor/HP : (061)661365
E-mail : mangaratuasimanjorang@gmail.com
Akun Facebook : -
Alamat Kantor : Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate,
Medan Sumatera Utara
Bidang Keahlian: Pendidikan Matematika

214
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1. 2001 – 2005 : Guru Matematika Seminari Menengah Pematang Siantar
2. 2002 - 2005 : Guru Matematika di SMA Universitas HKBP Nommensen, Pematang Siantar
3. 2004 – 2005 : Guru di SMA Budi Mulia Pematang Siantar
4. 2007 : Dosen di STIKOM Surabaya
5. 2008 – 2009 : Dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan HKBP Nommensen,
Pematang Siantar
6. 2008 – Sekarang : Dosen di Jurusan Matematika, FaKultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas negeri Medan
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1. S3: School Of Education, Murdoch University, Perth, Australia (2011)
2. S2: Program Pasca Sarjana/Pendidikan Matematika/Universitas Negeri Surabaya
(2005 – 2007)
3. S1: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan/Pendidikan Matematika/Universitas
HKBP Nommensen (1998 – 2003)
Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. Buku Ajar Matematika SD Kelas 1 (Pembelajaran Matematika Realistik) (2009)
2. Matematika Kompeten Berhitung untuk Sekolah Dasar Kelas V (2010)
3. Matematika Kompeten Berhitung untuk Sekolah Dasar Kelas VI (2010)
4. MATEMATIKA (Buku panduan guru kelas X SMA/MA Kurikulum 2013) (2013)
5. MATEMATIKA (Buku Teks siswa kelas X SMA/MA Kurikulum 2013) (2013)
6. MATEMATIKA (Buku panduan guru kelas VII SMP/MTs Kurikulum 2013) (2013)
7. MATEMATIKA (Buku Teks siswa kelas VII SMP/MTs Kurikulum 2013) (2013)
Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis
Budaya Batak (PBM-B3) (2007)
2. Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Topik Dimensi Tiga di Kelas X SMA
Kampus FKIP Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar (2007)

Matematika
215
Profil Penelaah
Nama Lengkap : Dr. Agung Lukito, M.S.
Telp. Kantor/HP : +62 31 829 3484
E-mail : gung_lukito@yahoo.co.id
Akun Facebook : -
Alamat Kantor : Kampus Unesa Ketintang
Jalan Ketintang Surabaya 60231
Bidang Keahlian: Matematika dan Pendidikan Matematika
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
2010 – 2016: Dosen pada Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Surabaya
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1. S3: Faculty of Mathematics and Informatics/Delft University of Technology (1996
– 2000)
2. S2: Fakultas Pascasarjana/Matematika/ITB Bandung (1988 – 1991)
3. S1: Fakultas PMIPA/Pendidikan Matematika/Pendidikan Matematika/ IKIP Surabaya
(1981 – 1987)
Judul buku yang pernah ditelaah (10 Tahun Terakhir):
1. Buku Teks Matematika kelas 7 dan 10 (2013)
2. Buku Teks Matematika kelas 7,8 dan 10, 11 (2014)
3. Buku Teks Matematika kelas 7,8, 9 dan 10, 11, 12 (2015)
Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. Pengembangan Perangkat Pendampingan Guru Matematika SD dalam
Implementasi Kurikulum 2013 (2014)
2. Peluang Kerjasama Unit Pendidikan Matematika Realistik Indonesia dengan
Pemangku Kepentingan, LPPM Unesa (2013)
3. Pemanfaatan Internet untuk Pengembangan Profesi Guru-guru Matematika SMP
RSBI/SBI Jawa Timur, 2010, (Stranas 2010)
4. Relevansi Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), 2009, (Stranas 2009)

Nama Lengkap : Drs. Turmudi, ., M.Sc., Ph.D.


Telp. Kantor/HP : (0264)200395/ 081320140361
E-mail : turmudi@upi.edu
Akun Facebook : -
Alamat Kantor : Jl. Veteran 8 Purwakarta
Jl. Dr. Setiabudi 229 Bandung
Bidang Keahlian: Pendidikan Matematika
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1. Dosen Pendidikan Matematika di S1, S2, dan S3 Universitas Pendidikan Indonesia
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika 2007-2015

216
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
3. Ketua Prodi S2 dan S3 Pendidikan Matematika SPs UPI, 2012-2015 (dalam konteks
terintegrasi dengan S1 Pendidikan Matematika FPMIPA UPI)
4. Direktur Kampus Daerah UPI Purwakarta, 2015- Sekarang
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1. D2 : Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Bandung (1982)
2. D3 : Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Bandung (1983)
3. S1 : Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Bandung (1986)
4. S2 : La Trobe University Australia/Graduate School of Education (1987)
5. S2 : University 0f Twente/Instructional and Training System Desaigns (1999)
6. S3 : La Trobe University Australia/School of Educational Studies (2007)
Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. Math Project untuk SMP/MTs Kelas VII, Yrama Widya (2014)
2. Panduan Pembelajaran dan Penilaian Matematika SMA, Kemendikbud Balitbang
PUSKURBUK, (2012)
3. Matematika Landasan Filosofi, Didaktis, dan Pedagogis Pembelajaran untuk
Siswa Sekolah Dasar, Kementerian Agara RI, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI, (2012)
4. Membangun Karakter Melalui Pemodelan Matematika (dalam Buku Pendidikan
Karakter, Nilai Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa, Widiya Aksara Press,
(2011)
5. Panduan Pendidikan Matematika SMA, Pusat Perbukuan Depdiknas Jakarta, 2010
6. Membangung Karakter Bangsa Bersama Matematika (dalam Buku Potret Pro-
fesionalisme Gulu dalam Membangun Karakter Bangsa : pengalaman Indonesia
dan Malaysia, UPI Press, (2010)
7. Penulisan BAB Pembelajaran Matematika Kini dan Kecendurangan masa
Mendatang dalam Buku Bunga Rampai Pembelajaran MIPA, 10th Aniversary of the
JICA-FPMIPA Building, JICA FPMIPA, (2010)
8. Matematika Eksploratif dan Investigatif, Leuser Cita Pustaka, (2010)
9. Taktik dan Strategi Pembelajaran Matematika untuk Guru SMK (Berparadigma
Exploatif dan Investigatif ), Leuser Cita Pustaka, (2009)
10. Taktik dan Strategi Pembelajaran Matematika untuk Guru SD (Berparadigma
Exploatif dan Investigatif ), Leuser Cita Pustaka, (2009)
11. Panduan Pendidikan Matematika untuk SMP, Pusat Perbukuan Depdiknas Jakarta,
(2009)
12. Penulisan Buku Panduan Teknis Peningkatan Kemampuan Siswa Melalui Proses
Pembelajaran Berbasis Motivasi, Direktorat SMA-Depdiknas Jakarta, (2009)
13. Taktik dan Strategi Pembelajaran Matematika untuk Guru SMP (Berparadigma
Exploratif dan Investigatif ), Leuser Cita Pustaka, (2009)
14. Taktik dan Strategi Pembelajaran Matematika untuk Guru SMA (Berparadigma
Exploratif dan Investigatif ), Leuser Cita Pustaka, (2008)
15. Landasan Filosofis dan Teoritis Pembelajaran Matematika (Berparadigma Exploratif
dan Investigatif ), Leuser Cita Pustaka, (2008)
Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. Pengembangan Pembelajaran Matematika Berbasis Fenomena Didaktis di
Pendidikan Dasar (2015)
2. Pengembangan Literasi, Sains, dan Matematika Sekolah Menengah Pertama (2014)

Matematika
217
3. Pengembangan Pembelajaran Matematika Berbasis Fenomena Didaktis (Sebuah
Terobosan Inovatif dalam Mengenali Mendesain, dan Mengimplementasikan serta
Memvalidasi Bahan Ajar Matematika di Sekolah Menengah (2014)
4. Eksplosari Etnomatematika Masyarakat Baduy dan Kampung Naga (Kajian
Etnopedagogi Matematika di Kampung Naga dan Baduy Dlam) (2013)
5. Pengembangan Desain Didaktis Subjek Spesifik Pedagogi Bidang Matematika dan
Pendidikan Profes Guru (2011)
6. Identifkasi Keberbakatan dalam Bidang Matematika untuk Siswa SMA (2011)
7. Peningkatan Kesadaran Berinovasi dalam Pembelajaran Matematika Guru SMP
melalui Lesson Study (2010)
8. Kajian Efektivitas Pelaksanaan Program DAK Bidang Pendidikan Tahun 2003-2008
(Sensus di kota Manado, Kendari, dan Baros) (2009)
9. Pengembangan Pemodelan Matematika di SMP dan SMA (2009)
10. Designing Contextual Learning Strategies for Mathematics for Junior Secondary
School in Indonesia (2006)
Publikasi Ilmiah 10 Tahun Terakhir (Judul Artikel, Nama Jurnal, Tahun)
1. Open Ended Approach: An Effort in Cultivating Students Mathematical Creative
Thinking Ability and Self-Esteem in Mathematics, ISSN:(2087-885)(e-ISSN 2407-
0610) (2016)
2. Development of Didactical Design of Mathematics Pedagogy Through Professional
Program of Mathematics Teacher, ISSN:(2302-996x) (2014)
3. Model Pengembangan Desain Didaktis Subject Specific Pedagogy Bidang
Matematika Melalui Program Pendidikan Profesi Guru, ISSN:(1412-0917) (2014)
4. Pengembangan Pembelajaran Matematika dengan Pemodelan (Mathematical
Modeling) Berbasis Realistik untuk Mahasiswa, ISSN:(1412-0917) (2014)
5. Enhancing Mathematical Communication Skills for Students of Islamic Senior High
School with RME Approach, ISSN:(0973-5631) (2013)
6. Teachers Perception Toward Mathematics Teaching Innovation in Indonesian
Junior High School: An Exploratory Factor Analysis (2012)
7. Professional Development for Junior Secondary School Teacher Based on The
Realistic Mathematics Framework in Indonesia, ISSN:(0973-5631) (2011)

Nama Lengkap : Dr. Yudi Satria, MT


Telp. Kantor/HP : (021) 786 3439/0813 9234 1125
E-mail : yudi.satria@gmail.com
Akun Facebook : -
Alamat Kantor : Departemen Matematika FMIPA UI, Depok
Bidang Keahlian: Matematika
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1992 – sekarang: Dosen di Departemen Matematika FMIPA UI
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1. S3: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (tahun 2001 – 2006)
2. S2: Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Informatika, Institut Teknologi
Bandung (tahun 1995 – 1998)

218
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
3. S1: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia jurusan
Matematika (tahun 1984 – 1991)
Judul buku yang pernah ditelaah (10 Tahun Terakhir):
1. Matematika Wajib SMP
2. Matematika Wajib SMA
Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
Tidak ada

Nama Lengkap : Dr. Muhammad Darwis M, M.Pd


Telp. Kantor/HP : (0411) 840 860
E-mail : darwismath2011@yahoo.com
Akun Facebook : Muhammad Darwis
Alamat Kantor : Kampus UNM Parang Tambung Jalan Dg.Tata Raya, Makassar
Bidang Keahlian: Pendidikan Matematika
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1. 2007 – 2016 : Dosen pada program S1, S2, dan S3 Universitas Negeri Makassar
2. 2015-2016 : Dosen di Pasca Sarja Universitas Cokroaminoto Palopo, Sulawesi
Selatan
3. 2007-2016 : Pengembang Instrumen Penilaian BTP dan Penelaah Buku Matematika
SMA/MA dan SMK
4. 2014-2016 : Instruktur pada Pelatihan Nasional Kurikulum 2013
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1. S3: Program Pasca Sarjana/Pendidikan Matematika/Universitas Negeri Surabaya
(2000-2006)
2. S2: Program Pasca Sarjana/Pendidikan Matematika/IKIP Malang (1989-1993)
3. S1: FPMIPA/Matematika/Pendidikan Matematika/IKIP Ujung Pandang (1978-1982)
Judul buku yang pernah ditelaah (10 Tahun Terakhir):
Buku Teks Pelajaran Matematika SMA dan SMK
Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika yang Melibatkan Kecerdasan
Emosional Guru Dan Siswa (2006)
2. Analisis Kompetensi Guru Matematika di Kota Makassar (2010)

Nama Lengkap : Prof. Dr. Widowati, S.Si, M.Si


Telp. Kantor/HP : 085100789493/08156558264
E-mail : wiwied_mathundip@yahoo.com
Akun Facebook : -
Alamat Kantor : Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedharto, SH, Tembalang, Semarang
Bidang Keahlian: Matematika

Matematika
219
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1. 1994-sekarang : Dosen Tetap Jurusan Matematika, Universitas Diponegoro
Semarang
2. 2008-2011 : Ketua Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Diponegoro Semarang
3. 2011-2015 : Pembantu Dekan II Fakultas Sains dan Matematika(FSM), Universitas
Diponegoro Semarang
4. 2015-sekarang : Dekan Fakultas Sains dan Matematika(FSM), Universitas
Diponegoro Semarang
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1. S3: Program Pasca Sarjana/Prodi Matematika/Universitas Diponegoro (1993-1998)
2. S2: Program Pasca Sarjana/Prodi Matematika/ITB Bandung (1998-2000)
3. S1: MIPA/Prodi Matematika/ITB Bandung (1988-1993)
Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. PEMODELAN MATEMATIKA: Analisis dan AplikasinyaI, Undip Press (2013)
2. KALKULUS, Undip Press (2012)
Judul buku yang pernah ditelaah (10 Tahun Terakhir):
1. Teori Bilangan, 2015
2. Matematika SMP, 2016
3. Matematika SMA, 2016
Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. Aplikasi pengendali H∞ Berorde Minimum Untuk Meredam Getaran pada
Bangunan Bertingkat (Matematika Terapan) (2006)
2. Pengembangan Model Logistik untuk Menganalisis Pertumbuhan Sel Tumor
(Pemodelan Matematika) (2007)
3. Konstruksi Model Dinamika Nitrogen Untuk Memprediksi Beban Limbah
Masksimum: Studi Kasus Polder Tawang Semarang (Pemodelan Matematika)
(2009)
4. Model Matematika Dan Analisis Dinamik Epidemik Virus Influenz a (Pemodelan
Matematika) (2009)
5. Diversifikasi Sumber Energi Alternatif Berbahan Baku Limbah Sagu (2011-2013)
6. Pemodelan Matematika dan Analisa Sebaran Suhu Permukaan Serta Kandungan
Kimia Untuk Karakterisasi Panas Bumi Di Gedhong Songo , Gunung Ungaran,
Semarang (2013)
7. Model Matematika Aliran Fluida dan Panas Dua Fase pada Sumur Panas Bumi
(2013)
8. Pengembangan Model Matematika Kontrol Optimal Epidemik DBD (2014)
9. Pengembangan Biomonitoring Dan Biosecurity Yang Efektif Dan Akurat Menuju
Aktivitas Budidaya Perikanan Berkelanjutan (Pemodelan Matematika) (2014)
10. Strategi Optimal untuk mengendalikan stok barang dengan biaya penyimpanan
minimum pada hybrid level Inventory (2015)
11. Peningkatan Kapasitas Produksi Perikanan Budidaya Berkelanjutan Melalui Aplikasi
Stratified Double Floating Net Cages (Sdfnc) dengan Pendekatan Intrageted Multi-
Trophic Aquaculture (IMTA) (Pemodelan Matematika) (2015)
12. Modeling and control of supplier selection and inventory system with piecewise
holding cost (2016)

220
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
13. Kontruksi model Model Pertumbuhan Ikan Kerapu Macan dan Ikan Bawal Bintang
pada Sistem Integrated Multi Trophic Aquaculture (Pemodelan Matematika) (2016)
Publikasi Ilmiah 10 Tahun Terakhir (Judul Artikel, Nama Jurnal, Tahun)
1. Coprime Factor Reduction of Parameter Varying Controller, International Journal
of Control, Automation, and System Science Citation Index Expanded(SCIE)),
ISSN:1598-6446; Vol6, No 6,2008, pp. 836-844
2. Linear Parameter Varying Versus Linear time Invariant Reduced Order Controller
Design of Turboprop Aircraf, ITB Journal, ISSN:1978-3051, Vol 44, No.2,2012,
hal.169-186
3. Assement Level of Severity of Enviromental Disturbance Caused by Aquaculture
Activities Using Abundance-Biomass Curves of Macrobenthic Assemblages,
International Journal of Enviromental Science and development, Vol. 6, No3,
2015,pp.178-181, ISSN: 2010-0264; DOI: 10.7763/IJESED.2015.V6.585
4. Analisys of Crout, LU Cholesky Decompotion and QR Factorization: A Case Study
on Relationship betwen Carbon and Nitrogen with Macrobenthos, International
Journal: Waste Technology (Was Tech)Vol.2 No.2, October 2014, pp. 56-62
5. The Application of Interated Multi Trophic Aquaculture (IMTA) Using Stratified
Double Net Rounded Cage (SDFNC) for Aquaculture Sustainability, International
Journal of Science and Engineering (IJSE), ISSN: 2086-5023; Vol. 9, No. 2, October
2015, pp. 85-89.
6. Environmental Assesment of Polyculture Farming Practice Based on Macrobenthic
Assemblages: A Case Study at Coastal area of Kaliwungu, Kendal (Central Java,
Indonesia), Jurnal Teknologi (www.jurnalteknologi.utm.my.), Malaysia, 2016, In
Press
Journal Nasional 10 Tahun Terakhir (Judul Artikel, Nama Jurnal, Tahun)
1. Reduced-Order of Parameter Varying controller with graduated closed-lppp
performanc, Majalah Ilmiah Himpunan Matematika (MIHMI)Vol. 12,No 1,2006
Hal1-15, ISSN:0854-1380
2. Analisis Kestabilan Model Dinamik Aliran Fluida Dua Fase pada sumur panas Bumi,
JURNAL MATEMATIKAVol. 1,No. 1 April 2014
3. Widowati, S.M. Nababan , Roberd Saragih, Bambang Riyanto,Transformasi
Reciprocal pada reduksi Model dari Sistem dengan parameter berubah-ubah,
Jurnal matematika Integratif, Vol. 2, Januari 2003, hal. 57-62, ISSN : 1412-6184
4. Model logistik dengan Difusi pada Pertumbuhan Sel Tumor Echrlich Ascities, Jurnal
Matematika Vol. 10, No. 3, Desember 2007, hal. 79-85, ISSN : 1410-8518
5. Pengendali LPV Polytopic untuk Sistem dengan parameter Berubah-ubah,Jurnal
Matematika Vol. 10, No. 1 April 2007, hal. 8-14, ISSN : 1410-8518
6. Model Pertumbuhan Logistik dengan Waktu Tunda,Jurnal Matematika Vol. 11, no.
1, April 2008, hal. 43-51, ISSN : 1410-8518
7. Pemodelan Matematika untuk Jam Air Jenis Polyvascular Clepsydra dengan Kasus
Viscosity Dominated, Jurnal matematika Vol. 11, No. 1, April 2008, hal. 13-19, ISSN
: 1410-8518
8. Design Control Vibrasi Semi Aktif Reaksi Fixed point Menggunakan Pengontrol H∞,
Jurnal Mtematika Vol. 12, No. 1, April 2009, hal. 45-53, ISSN : 1410-8518
9. Aplikasi Transformasi Laplace pada Persamaan Konsentrasi Oksigen Terlarut, Jurnal
Sains & Matematika Vol. 17, No. 4, Oktober 2009, hal. 179-188; ISSN : 0854-0675

Matematika
221
10. Analisis Kestabilan Model Dinamik Nitrogen dan Hubungannya dengan
Pertumbuhan Alga, Jurnal Matematika Vol. 12, No. 3 Desember 2009, ISSN : 1410-
8518
11. Analisis Sistem Non Linear melalui pendekatan Sistem Linear dengan Parameter
Burubah-ubah, Jurnal matematika Vol. 13, No. 1, April 2010, hal. 15-19, ISSN : 1410-
8518
12. Kestabilan dari Model Dinamik Penyebaran malaria, Jurnal Sains & Matematika Vol.
18 No. 4, Oktober 2010, hsl. 49-58; ISSN : 0854-0675
13. Kestabilan Sistem kontrol Jaringan terhadap Waktu tunda, Jurnal matematika Vol.
13, No. 3, Desember 2010, hal. 129-135, ISSN : 1410-8518
14. Penyelesaian Faktorisasi Koprima dengan Algoritma Euclid dan Metode Ruang
Keadaan untuk Penentuan Pengendali yang Menstabilkan Sistem, Jurnal Sains &
Matematika, Vol. 20, No. 1, Januari 2012; ISSN : 0854-0675
15. Perbandingan Algoritma Particle Swarm Optimization dan Differential Evolution
untuk Perancangan Umpan Balik Keadaan : Studi kasus Gerak lateral Pesawat
F-16,Jurnal Sains & matematika, Vol. 20, No. 4, Oktober 2012, ISSN : 0854 -0675
16. Kinerja Sistem Lup Tertutup dengan Pengendali Linear Quadratic Gaussian pada
Sistem Massa Pegas, Jurnal Matematika, Vol. 16, No. 1, April 2013, ISSN : 1410-8518
17. Solusi Numerik Persamaan Difusi dengan Menggunakan Metode Beda Hingga,
Jurnal Sains dan Matematika, Vo; 21, No. 3, Juli 2013; ISSN : 0854-0675
18. Penyelesaian SPL dengan Metode Faktorisasi QR untuk Model Regresi Suhu dan
Ketinggian terhadap Spontaneous-Potential, Jurnal Sains & Matematika, Vol. 22,
No. 2, April 2014; ISSN : 0854-0675
19. Model Pertumbuhan Logistik dengan Kontrol Optimal penyebaran demam
berdarah dengeu, Jurnal Matematika Vol. 18, No. 1, April 2015
20. Nilai Eksak Bilangan Dominasi Complementary Tree Terhubung-3 pada Graf Cycle,
Graf Lengkap dan Graf Wheel, Jurnal Matematika,Vol 18 No 1, April 2015

222
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Profil Editor
Nama Lengkap : Dra. Samsunisa Lestiyaningsih, M.Si
Telp. Kantor/HP : (021)-3804248/08161954001
E-mail : nisabening633@gmail.com
Akun Facebook : -
Alamat Kantor : Jalan Gunung Sahari Raya No.4, Jakarta
Bidang Keahlian: Copy Editor
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1. 1985 – 1987 : Staf Proyek Buku Terpadu
2. 1987 – 2010 : Pembantu Pimpinan pada Pusat Perbukuan
3. 2010 – Sekarang : Tenaga Fungsional Umum pada Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1. S2 : FISIP/Manajemen Komunikasi/Komunikasi/Universitas Indonesia, Jakarta
(1999 –2003)
2. S1 : FPMIPA/Fisika/MIPA/IKIP Yogyakarta (1979 – 1985)
Judul buku yang pernah diedit (10 Tahun Terakhir):
1. Buku Teks Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X (Buku Siswa)
2. Buku Teks Pelajaran dan Buku Guru Matematika Kelas X
3. Buku Teks Pelajaran dan Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VII Semester 1
dan 2
4. Buku Teks Pelajaran dan Buku Guru Matematika Kelas XII

Matematika
223
Profil Ilustrator
Nama Lengkap : Erwin
Telp. Kantor/HP : +62 823 4881 9452
E-mail : wienk1241@gmail.com
Akun Facebook : -
Alamat Kantor : Kp. Situpete RT 002 RW 002
Kelurahan Sukadamai
Kecamatan Tanah Sareal, Bogor 16165
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
2015 – sekarang : Freelancer Yudhistira
2013 – sekarang : Freelancer Pusat Kurikulum dan Perbukuan
2013 – sekarang : Freelancer Agro Media Group
2012 – 2014 : Layouter CV. Bintang Anaway Bogor
2004 – 2012 : Layouter CV Regina Bogor
Judul buku yang pernah dikerjakan (10 Tahun Terakhir):
1. Buku Teks Matematika kelas 9 Kemendikbud
2. Buku Teks Matematika kelas 10 Kemendikbud
3. SBMPTN 2014
4. TPA Perguruan Tinggi Negeri & Swasta
5. Matematika Kelas 7 CV. Bintang Anaway

224
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Matematika KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
2017

Pembelajaran matematika diarahkan agar peserta didik mampu berpikir


rasional dan kreatif, mampu berkomunikasi dan bekerjasama, jujur,
konsisten, dan tangguh menghadapi masalah serta mampu mengubah
masalah menjadi peluang. Guru memampukan peserta didik untuk
menemukan kembali berbagai konsep dan prinsip matematika melalui

Matematika
pemecahan masalah nyata di lingkungan budayanya. Aktivitas peserta didik
mengonstruksi berbagai konsep, sifat, dan aturan matematika melalui
pemecahan masalah kompleks. Komunikasi dan kerjasama di antara peserta
didik dalam memahami, menganalisis, berpikir kritis dan kreatif dalam
memecahkan masalah menjadi fokus utama dari guru.

Matematika • Kelas X SMA/MA/SMK/MAK


Pembelajaran matematika dalam buku ini mempertimbangkan koneksi
matematika dengan masalah nyata, bidang ilmu lain, dan antar materi
matematika di dalamnya. Dalam kajian konsep dan prinsip matematika
sangat tergantung semesta pembicaraan yang disepakati dan
pertimbangan jangkauan kognitif peserta didik di setiap jenjang
pendidikan. Misalnya dalam mempelajari limit fungsi, disepakati daerah asal
(domain) fungsinya adalah himpunan yang banyak anggotanya tak
berhingga (infinite) untuk pemenuhan titik c sebagai titik kumpul (cluster
point) dari domain fungsi, beberapa konsep juga tidak didefinisikan
(indifine term), yang harus mendapat perhatian guru.

Pola pikir deduktif dengan pendekatan pembelajaran induktif, matematika


yang bersifat abstrak dengan pendekatan konkrit, sifat hirarkis dan
konsistensi, serta penggunaan variabel atau simbol yang kosong dari arti,
merupakan karakteristik matematika yang harus menjadi bahan
pertimbangan guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.

ZONA 1 ZONA 2 ZONA 3 ZONA 4 ZONA 5


HET
Rp15.600 Rp16.200 Rp16.900 Rp18.200 Rp23.300
SMA/MA/
ISBN: SMK/MAK
978-602-427-114-5 (jilid lengkap)
KELAS

X
978-602-427-115-2 (jilid 1)

Anda mungkin juga menyukai