PENDAPATAN
1
Keterangan :
RA = Risiko Audit
RB = Risiko Bawaan
RP = Risiko Pengendalian
RD = Risiko Deteksi
Model diatas menunjukkan bahwa pada suatu tingkat risiko audit tertentu (RA) yang
ditetapkan auditor, risiko deteksi (RD) adalah berhubungan terbalik dengan tingkat risiko
bawaan (RB) dan risiko pengendalian (RP) yang ditentukan. Apabila digunakan dalam tahap
perencanaan untuk menetapkan rencana risiko deteksi, maka RP mencerminkan rencana
tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan sebagai komponen pertama dari strategi audit
awal.
Risiko deteksi terencana merupakan ukuran risiko bahwa bukti audit atas segmen
tertentu akan gagal mendeteksi keberadaan salah saji yang melebihi suatu nilai salah saji yang
masih dapat ditoleransi. Jika nilai risiko deteksi terencana berkurang, maka auditor harus
mengumpulkan lebih banyak bukti audit untuk mencapai nilai risiko deteksi yang berkurang,
risiko ini menentukan nilai bukti subtantif yang direncanakan oleh auditor untuk dikumpulkan.
1.1 Evaluasi atas rencana tingkat pengujian substantif
Apabila tingkat risiko pengendalian akhir sama dengan tingkat risiko pengendalian
awal, auditor bisa melangkah ke tahap perancangan pengujian substantif spesifik berdasarkan
rencana tingkat pengujian substantif yang telah ditetapkan sebagai komponen ke empat dari
strategi audit awal. Namun apabila tidak, tingkat pengujian substantif harus direvisi sebelum
merancang pengujian substantif spesifik untuk mengakomodasi tingkat risiko deteksi yang bisa
diterima setelah direvisi.
1.2 Merevisi Rencana Risiko Deteksi
Apabila memungkinkan, tingkat risiko deteksi yang dapat diterima akhir (setelah
direvisi) ditetapkan untuk setiap asersi dengan cara yang sama seperti rencana risiko deteksi,
kecuali bahwa penetapannya didasarkan pada risiko pengendalian sesungguhnya atau akhir
bukan pada rencana tingkat risiko pengendalian untuk asersi yang bersangkutan. Apabila
auditor memutuskan untuk mengkuantifikasi penetapan risiko, maka tingkat risiko deteksi
setelah direvisi dapat ditentukan dengan menyelesaikan persamaan dalam model risiko audit
untuk risiko deteksi. Jika risiko tidak dikuantifikasi, risiko deteksi setelah direvisi ditentukan
berdasarkan pertimbangan (judgement).
2
1.3 Penetapan Risiko Deteksi Untuk Pengujian Substantif yang Berbeda atas Asersi yang
Sama
Risiko deteksi menyangkut risiko bahwa semua pengujian substantif yang digunakan
untuk mendapatkan bukti tentang suatu asersi, secara kolektif akan gagal dalam mendeteksi
salah saji material. Dalam merancang pengujian substantif, auditor kadang kadang
menginginkan untuk menetapkan tingkat risiko deteksi berbeda yang akan digunakan dalam
pengujian substantif yang berbeda pula mengenai asersi yang sama. Sebagai contoh,
berdasarkan asumsi bahwa bukti yang diperoleh dari suatu pengujian atau sejumlah pengujian
akan mengurangi risiko salah saji material tetap tak terdeteksi setelah pengujian dilakukan,
maka akan lebih tepat untuk menggunakan tingkat risiko deteksi lebih tinggi untuk pengujian
selebihnya.
3. PROSEDUR AWAL
Tahap-tahap prosedur audit dimulai dari pemeriksaan yang bersifat luas dan umum sampai
ke pemeriksaan yang bersifat rinci. Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalamlima tahap
berikut ini:
Auditor menempuh prosedur audit awal dengan melakukan rekonsiliasi antara informasi
piutang usaha yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya.
Rekonsiliasi ini penting untuk dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa informasi
piutang usaha yang dicantumkan di neraca didukung oleh catatan akuntansi yang andal. Oleh
karena itu, auditor melakukan 6 prosedur berikut ini:
a. Usut saldo piutang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun piutang usaha yang
bersangkutan di dalam buku besar.
3
b. Hitung kembali saldo akun piutang usaha di dalam buku besar, dengan cara menambah
saldo awal dengan jumlah pendebitan dan menguranginnya dengan jumlah kreditan akun
tersebut.
c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun
Piutang Usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang Usaha. Dengan melakukan hal ini
bisa mengetahui kecurangan dalam transaksi penjualan kredit dan transaksi yang
mengurangi piutang usaha (retur penjualan dan penghapusan piutang).
d. Usut saldo awal akun Piutang Usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang ke kertas kerja
tahun lalu. Kerta kerja tahun lalu dapat menyediakan informasi tentang berbagai koreksi
yang diajukan oleh auditor dalam audit tahun yang lalu, sehingga auditor dapat
mengevaluasi tindak lanjut yang telah ditempuh oleh klien dalam menanggapi koreksi
yang diajukan oleh auditor tersebut.
e. Usut posting pendebitan akun Piutang Usaha ke dalam jurnal yang bersangkutan.
f. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol piutang usaha dalam buku besar ke buku pembantu
piutang usaha.
4. PROSEDUR ANALISIS
Auditor melakukan perhitungan berbagai ratio berikut ini; (1) tingkat perputaran piutang
usaha, (2) ratio piutang usaha dengan aktiva lancar, (3) rate of return on net sales (4) ratio
kerugian piutang usaha dengan pendapatan penjualan bersih, dan (5) ratio kerugian piutang
usaha dengan piutang usaha yang sesungguhnya tidak tertagih. Ratio yang telah dihitung
tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor. Pembandingan ini membantu auditor
untuk mengungkapkan: (a) peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, (b) perubahan akuntansi,
(c) perubahan usaha, (d) fluktuasi acak, atau (5) salah saji.
4
b. Periksa pendebitan akun Piutang ke doumen pendukung: Faktur Penjualan, Laporan
Pengiriman Barang, dan Order Penjualan.
c. Periksa pengkreditan akun piutang ke dokumen pendukung: Bukti Kas Masuk, Memo
Kredit untuk retur penjualan atau penghapusan piutang.
d. Lakukan verifikasi pisah batas (Cutoff) transaksi.
e. Periksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha dalam minggu terakhir tahun
yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
f. Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya piutang usaha dalam minggu terakhir
tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
g. Lakukan verifikasi pisah batas (Cutoff) transaksi Penerimaan Kas.
5
f. Periksa jawaban konfirmasi bank.
g. Mintalah surat representasi piutang dari klien.
2. Lakukan evaluasi terhadap kecukupan cadangan kerugian piutang yang dibuat oleh klien.
a. Hitung kembali cadangan kerugian piutang usaha yang dibuat oleh klien.
b. Periksa penentuan umur piutang usaha yang dibuat oleh klien.
c. Bandingkan cadangan kerugian piutang usaha yang tercantum di neraca tahun yang
diaudit dengan cadangan tersebut yang tercantum di neraca tahun sebelumnya.
d. Periksa catatan kredit untuk debitur yang utangnya telah kadaluwarsa.
Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan Akun dalam Laporan Keuangan
Bandingkan penyajian piutang usaha dengan penyajian menurut prinsip akuntansi
berterima umum. Prosedur audit terhadap penyajian dan pengungkapan piutang usaha adalah
(1) memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok aktiva lancar dan ativa tidak lancar, (2)
memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok piutang usaha dan piutang nonusaha, (3)
menentukan kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk transaksi antarpihak yang
memiliki hubungan istimewa, piutang yang digadaika, piutang yang telah dianjakkan (factored
account receivable) ke perusahaan anjak piutang.
7
DAFTAR PUSTAKA