PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan TBC
1.3.2. Untuk mengetahui patofisiologi dari TBC
1.3.3. Untuk mengetahui klasifikasi dari TBC
1.3.4. Untuk mengetahui gejala – gejala yang timbul akibat TBC
1.3.5. Untuk mengetahui cara penularan dari TBC
1.3.6. Untuk mengetahui pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TBC
1.3.7. Untuk mengetahui penatalakasanaan yang dilakukan pada penderita TBC
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Defenisi
TB paru adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Brunner,
Suddarth 2001)
2.2 Etiologi
Penyebab dari penyakit TB Paru adalah kuman tahan asam Mycobacterium
tuberculosis yaitu sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 mm
dan table 0,3 – 0,6 IUm
3
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
a. Kultur sputum
Positif untuk Mycobacterium tuberculosis untuk tahap aktif penyakit
b. Tes kulit / Mantoux test
Menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti
menunjukkan penyakit aktif
c. Foto Thorax
Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi
sembuh primer atau effuse cairan
d. Histologi atau kultur jaringan
Termasuk untuk pembersihan gaster dan urine serta cairan serebrospinal dan
biopsi kulit. Positif untu Mycobacterium tuberculosis
e. Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, kehilangan jaringan paru dan
penyakit pleural ( TB paru kronis luas )
2.7 Patofisiologi
4
Mycobacterium Tuberkulosis
Droplet / Infektion
Menyebar ke udara
MK: Nyeri
5
Gejala : kelelahan, napas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam
hari, menggigil dan berkeringat
Tanda : takikardi, takipnea dan dispnea
b. Integritas Ego
Gejala : adanya faktor stress yang lama, masalah keuangan dan rumah.
Tanda : menyangkal, ketakutan dan mudah tersinggung
c. Makanan dan Cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan dan makanan tidak dapat dicerna
Tanda : Turgor kulit buruk, anoreksia
d. Nyeri dan ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk terus menerus
Tanda : berhati – hati pada daerah yang sakit
e. Pernapasan
Gejala : Batuk produktif atau tidak produktif, napas pendek, riwayat TBC
Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan
f. Keamanan
Gejala : adanya kondisi immun, tes HIV positif
Tanda : demam rendah, gampang sakit,
g. Interaksi Sosial
Gejala : perasaan diisolasi / penolakan karena penyakit yang dideritanya
adalah penyakit yang menular.
Tanda : menarik diri dan tidak mau bersosialisasi
6
bersihan jalan napas 24 jam diharapkan 1. Kaji fungsi
berhubungan dengan dengan pernapasan
produksi sputum yang dilakukannya Rasional : penurunan
banyak, secret yang intervensi bunyi napas dapat
kental ditandai dengan keperawatan menunjukkan ronkhi dan
DS : berikut maka atelektasis
klien mengatakan bersihan jalan 2. Catat
bahwa ia lemas dan napas klien efektif kemampuan untuk
sesak mengeluarkan mucosa,
klien mengatakan Kriteria hasil : batuk efektif, volume
bahwa ia batuk dan sputum dan hemoptisis
mengeluarkan darah Volume sputum Rasional : pengeluaran
DO : berkurang sulit bila sekret tabal,
Klien tampak lemah atau (-) sputum darah kental, atau
dan sesak darah segar diakibatkan
Pada saat batuk Bunyi napas oleh kerusakan paru atau
klien mengeluarkan normal luka bronkial
darah 3. Berikan posisi
TD : 110 / 70 Sputum dapat semi fowler
mmHg dikeluarkan Rasional : posisi
HR : 90 x/i melalui batuk memaximalkan expansi
RR : 32 x/i efektif paru dan menurunkan
Sputum kental upaya pernapasan
Dispnea (-) 4. Bersihkan
sekret dari mulut dan
trakea
Rasional : mencegah
obstruksi, penghisapan
dapat dilakukan bila pasien
tidak mampu
mengeluarkan sekret
Kolaborasi :
1. Lembabkan udara /
oksigen inspirasi
7
Rasional : mencegah
pengeringan membran
mukosa, membantu
pengenceran sekret
2. Berikan obat agen
mukolitik
Rasional : agen mukolitik
menurunkan kekentalan
sekret paru untuk untuk
memudahkan
pemberitahuan
3. Beri obat Vit K
Rasional:untuk
mengurangi perdarahan
8
RR : 32 x/i menurunkan beratnya
HR : 96 x/i gejala.
Kolaborasi :
1. Berikan oksigen tambahan
yang sesuai
Rasional : alat dalam
memperbaiki hipoksemia
yang dapat terjadi sekunder
terhadap penurunan
ventilasi paru
2. Awasi GDA / nadi
oksimetri
Rasional : penurunan
kandungan pCO2 atau
peningkatan pCO2
menunjukkan kebutuhan
untuk intervensi / perubahan
program terapi.
3 Resiko tinggi infeksi Dalam waktu 3 x Mandiri
berhubungan dengan 24 jam diharapkan 1.kaji patologi penyakit atau
inflamasi 1.Suhu tubuh klien penyebab infeksi
DS: normal R/ membantu klien menyadari
Klien 2.infeksi tidak bahwa pentingnya prosedur
mengatakan bahwa terjadi pengobatan.
suhu tubuhnya 3. klien tidak 2.Identifikasi orang lain yang
meningkat gelisah. beresiko
Klien
R/ Orang- orang yang
mengatakan bahwa
terpajan ini perlu program
panasnya naik turun
terapi obat untuk mencegah
penyebaran/ terjadinya infeksi
DO: 3.Kaji tindakan konrtol infeksi
Suhu tubuh klien sementara
meningkat R/ Dapat membantu
Suhu: 38 c
Klien tampak gelisan menurunkan rasa terisolasi
pasien dan membuang stigma
9
Eritrosit meningkat sosial sehubungan dengan
Eritrosit 7-10 penyakit menular.
4.Awasi suhu sesuai indikasi
R/ Reaksi demam indikator
adanya infeksi lanjut.
Kolaborasi:
1.berikan obat infeksi
Contoh: obat utama : Isoniazid
/ INH, etambutol, rifamfin
R/ untuk infeksi pada risiko
terjadi infeksi
2.Awasi pemeriksaan lab
Contoh: hasil usap sputum
R/ untuk mengetahui
penyembuhan penyakit.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. PENGKAJIAN
3.1.1 Biodata
10
Identitas pasien
Nama : Tn.P
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tukang jahit
Alamat : Aek Tolang
Tgl masuk R.S : 23 April 2018
No RM : 06.61.81
Region
a. Dimana lokasinya : di paru paru
b. Apakah menyebar : Tidak menyebar
Severity
a. Mengganggu aktivitas : Ya
Time ( Kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya )
Dialami sejak 2 tahun yang lalu, tetapi akhir- akhir ini tambah parah.
11
3.1.7. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Penyakit yg pernah diderita keluarga : Tidak ada penyakit yang serius
yang diderita keluarga
2. Anggota keluarga yang meninggal : Ya, ada yaitu mertua laki – laki
ss dan ibu dari klien
3. Lingkungan keluarga dan komunitas : Lingkungan dan komunitas
klien agak kumuh
4. Perilaku yg mempengaruhi kesehatan : merokok dan minum alkohol
5. Genogram
KET :
= Laki –laki = Meninggal
= Perempuan = Cerai
= Klien = Garis keturunan
= Garis perkawinan
--------------:Tinggal serumah
12
Bagian tubuh yang disukai : Klien menyukai seluruh
anggota tubuhnya
Bagian tubuh yang tidak disukai : Klien merasa menyukai
seluruh anggota tubuhnya
Persepsi tentang kehilangan tubuhnya : Klien tidak kehilangan anggota
tubuhnya
b. Identitas ( personal identinity )`3’
Status dalam keluarga : Sebagai kepala keluarga dan
ayah Bagi 4 orang anak
Kepuasan terhadap status : Saat ini pasien tidak mampu
menjalankan statusnya sebagai sumi dan ayah
Kepuasan terhadap jenis kelamin : Klien merasa puas dengan jenis
kelaminnya
c. Peran
Tanggapan tentang perannya : Saat ini perannya digantikan
oleh istri
Kemampuan melaksanakan perannya : Klien tidak mampu melakukan
perannya sebagai kepala keluarga dan ayah karena sakit yang
dideritanya.
Kepuasan melaksanakan perannya : Kurang puas karena tidak bisa
melakukan perannya seperti biasa
d. Ideal diri
Harapan pasien terhadap
Tubuhnya : Kembali seperti semula
Posisi ( Pekerjaan ) : Dapat melakukan peran
sebagai suami dan ayah
Status( keluarga ) : Bisa berkumpul bersama
keluarga
Tugas / pekerjaan : Dapat bekerja kembali
Harapan pasien terhadap lingkungan
Sekolah : Dengan kondisi sekarang klien
berharap semua anak – anak dapat sekolah
Keluarga : Dengan kondisi yang sekarang
klien berharap keluarga yang tenang
Masyarakat : klien berharap masyarakat
tidak berpikir negatif terhadap penyakitnya
Tempat / lingkungan kerja : klien berharap rekan kerjanya
tidak akan mengalami hal yang sama seperti yang klien rasakan
sekarang.
Harapan pasien terhadap penyakit dan tenaga kesehatan
Semoga cepat sembuh, dan tenaga kesehatan mampu mengobati dengan
baik.
e. Harga diri
Tanggapan pasien terhadap harga dirinya : Harga dirinya rendah,
13
berhubung dengan penyakit yang pernah dialaminya.
4.Sosial
Hubunan dengan keluarga : Saat ini klien merasa
keluarganya masih peduli dengan dia ( klien ditemani oleh istri )
Hubungan dengan pasien lain : Baik, klien sering kontak
( komunikasi ) dengan pasien lain.
Dukungan keluarga : Sangat kuat dan memberi
semangat
Reaksi saat interaksi : Dengan kontak mata
5. Spritual
Konsep tentang penguasa hidup : Agama yang dianutnya
Sumber kekuatan / harapan saat sakit : Allah Yang Maha Esa
Ritual agama yang dilakukan : Sholat 5 waktu
Kenyakinan terhadap kesembuhan :Yakin akan sembuh
Persepsi terhadap penyakitnya : Sebagai cobaan
I. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : CM ( compos mentis )
2. Tanda – tanda vital
TD : 130/70 Mmhg
HR : 80x/i ( Lokasi perhitungan Pada arteri radialis )
RR : 32x/i
Temp : 37,1 C ( Lokasi perhitungan pada axila )
TB : 160 Cm
3. Kepala dan leher
Kepala
Bentuk : Kepala lonjong
Ubun – ubun : Ubun – ubun tertutup
Kulit kepala : Kurang bersih terhadap
ketombe
Nyeri kepala : Tidak ad nyeri kepala
Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : Merata pada seluruh kepala
Bau : Bau keringat
Warna : Hitam merata
Wajah
Warna kulit : Sawo matang
Struktur wajah : Lonjong
Mata
Kelengkapan / kesimetrisan : Lengkap dan simetris
Pupil : Isokor kiri/kanan
Strabismus :Tidak ada
Refleks cahaya : Positif, klien merasa silau
bila terkena cahaya
Konjungtiva : Anemis karena kurang
darah Hb:9 gr%
Sklera : Ikterik (berwarna
14
kekuningan)
Palpera : Tidak edema pada palpebra
Pergerakan bola mata : Normal, kedua bola mata
dapat bergerak
Strabismus : Tidak ada strabismus
Tekanan bola mata : Tidak diukur
Ketajaman penglihatan : Klien mampu membaca
Koran dengan jarak 30cm
Hidung
Tulang hidung dan posisi septumnasi: Simetris, dan berada pada
antara kedua mata
Mukosa : Pucat
Pernafasan cuping hidung : Pernafasan cuping hidung
Ketajaman penciuman : Mampu membedakan bau
alkohol dengan jeruk
Telinga
Bentuk telinga : Simetris ( lengkap kiri dan
kanan )
Keluhan : Tidak ada keluhan pada
telinga
Ketajaman pendengaran : Normal ( klien dapat
mendengar suara jarum
detik jam dibelakang telinga )
Alat bantu : klien tidak menggunakan
alat bantu dengar
Mulut dan faring
Mulut : Kotor
Mukosa : Kering
Bibir : Simetris atas / bawah
Lidah : Kotor banyak bercak
Gigi : Ada karies pada gigi, gigi
tidak lengkap
Kebiasaan gosok gigi : Tidak teratur ( 1x/hari )
Tenggorokan : Tidak Sakit menelan
Leher
Pembesaran kelenjar thyroid : kelenjar tiroid tidak membesar
Pembesaran kelenjar limfe : Tak ada ditemukan
Peningkatan vena jugularis : Tak ada ditemukan
Denyut nadi karotis : Teraba dengan jelas
4. Integumen
a. Kebersihan : Bersih ( Dilap 2x/hari )
b. Kehangatan : Hangat
c. Warna : Agak pucat
penyinaran matahari
d. Turgor : Kurang ( > 2 detik )
e. Kelembapan : Kering
f. Edema : Tidak ada edema
g. Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan pada kulit
klien
h. Luka insisi : Tidak ada ditemukan
15
5. Payudara dan ketiak
a. Ukuran dan bentuk payudara : Simetris, ( Kiri dan kanan )
b. Warna payudara dan areola : Hitam kecoklatan
c. Axila dan klavicula : Normal tidak ada fraktur
6. Thorak / dada
a) Bentuk thorax : Normal dan simetris
b) Pemeriksaan thorax : Infiltrat
c) Pemeriksaan paru
Pola nafas : Tidak Teratur RR: 30x/i
Reaksi otot bantu nafas : ada, dengan cuping hidung
Perkusi thorax : sonor
Suara pernafasan : Ronci
Taktil premitus : Sama kiri / kanan
Keluhan : batuk produktif
1. Sesak nafas : Dipsnea
2. Saat : Berbaring
3. Tindakan yang mengurangi :setengah duduk / semi
fowler
4. Alat bantu napas :Oksigen 2-5 L / i
d) Pemeriksaan jantung
Nyeri dada : ya, ada nyeri dada saat
batuk
Irama jantung : Reguler dengan S1 dan S2
Mur mur gallop (-)
Pulsasi : Kuat
Bunyi jantung : S1 :Lup `
S2 : Dup
7. Abdomen
a. Bentuk abdomen : Soepel
b. Benjolan / massa : Tidak ada terdapat massa
c. Spidernevi : Tidak ada terdapat garis – garis
spidernevi
d. Peristaltik usus : 16x/i
e. Nyeri tekan : Tidak ada
f. Ascites : Tidak ada ascites
g. Hepar : Tidak teraba
h. Ginjal : Tidak teraba
i. Lien : Tidak teraba
j. Suara abdomen :timpani
8. Kelamin dan genetalia(klien tidak bersedia diperiksa)
a. Genetalia
Bentuk alat kelamin : Klien tidak bersedia diperiksa
Rambut pubis : Klien tidak bersedia diperiksa
Lubang uretra : Klien tidak bersedia diperiksa
Kelainan : Klien tidak bersedia diperiksa
b. Anus dan perineum
Lubang anus : Klien tidak bersedia
diperiksa
Kelainan pada anus : Klien tidak bersedia
diperiksa
16
Perineum : Klien tidak bersedia
diperiksa
9. Muskuloskletal / Ekstremitas atas dan bawah
a. Kesimetrisan otot :simetris kiri / kanan
b. Kemampuan gerak sendi :bebas
c. Kekuatan otot : 1 2 3 4 5 12345
12345 12345
d. fraktur : tidak ada
e. edema :tidak ada edema
f. sianosis :tidak ada
10.Neurologis
Kesadaran :Compos mentis
AGDA
PH 7,90
PCo2 35,5 mmHg 7,35-7,45
Po2 99,4 mmHg 38-42 mmHg
CO2 22,3 mmol/L 85-100mmHg
BikarbonatHco3 23,4mmol/L 22-26mmol/L
Basa (BE) -1,9mmol/L 19-25mmol/L
Saturasi O2 76,6% (-2 –(+2)mmol/L
95-100%
2. Radiologi
Tanggal : 26 september 2010
Jenis : PA Thorax
Hasil : Infiltrat
I. PENATALAKSANAAN / TERAPI
17
1 IVFD Ringer Laktat 20 tts Mengembalikan Panas, infeksi pada
keseimbangan tempat penyuntikan
elektrolit pada
2 Inj. Cefotaxime 1 gr / 12 jam
dehidrasi. Mual, gangguan GI
1000mg
3 1AMP/12
Vit K Antibiotic Mual
Untuk
4 30gr/8jam
Ketorolak
menghentikan
Rasa ngantuk
5 50gr/8jam
Ranitidine perdarah.
Pusing.
Mengurangi
rasa nyeri.
Tukak lambung
3.2.ANALISA DATA
No Pengkajian Etiologi Masalah
1 DS : Slarang primer Bersihan jalan
klien mengatakan napas tidak efektif
bahwa ia lemas dan Tubercel
sesak (+)
klien mengatakan Tuberculosis Primer
bahwa ia batuk dan
mengeluarkan darah Peradangan Pleura
DO :
Klien tampak lemah Produksi sekret
dan sesak
Pada saat batuk klien Sputum Meningkat
mengeluarkan darah
volumenya ± 3 cc,
konsistensi: kental
18
RR : 32 x/i
Oksigen : 2-5L/i
Sputum kental
Dipsnoe
Data penujang
Hasil photo tórax:
infiltrat
2 DS : Produksi sekret Nyeri
Klien mengatakan
bahwa dia nyeri Sputum meningkat
dada
Klien mengatakan
Rangsangan meningkat
bahwa ia merasa
sakit pada daerah
Kerusakan dinding
dada setiap kali
alveolus
batuk
DO :
Skala nyeri (0-10)
adalah 7
Klien tampak meringis
kesakitan
Klien tampak gelisah
HR: 96x/i
Pada saat batuk klien
melihat dadanya yang
nyeri
3 DS : Micobacterium
Klien mengatakan tuberculosis Resiko tinggi
lemas dan suhu Bersin terhadap pertukaran
tubuh meningkat Doplet/infektion gas.
Klien mengatakan
panasnya naik turun
Menyebar ke udara
19
Suhu tubuh klien paru melalui hidung
meningkat
Suhu :38 c
Klien tampak gelisah
Data Penunjang
Eritrosit meningkat
Eritrosit:7-10
3.3.Diagnosa Keperawatan
a. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum yang
banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat sputum
b. Nyeri berhubungan dengan kerusakan dinding alveolus ditandai dengan klien
mertingis kesakitan dan skala nyeri 7.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inflamasi
20
klien mengeluarkan normal luka bronkial
darah 7. Berikan posisi
TD : 110 / 70 Sputum dapat semi fowler
mmHg dikeluarkan Rasional : posisi
HR : 90 x/i melalui batuk memaximalkan expansi
RR : 32 x/i efektif paru dan menurunkan
Sputum kental upaya pernapasan
Dispnea (-) 8. Bersihkan
sekret dari mulut dan
trakea
Rasional : mencegah
obstruksi, penghisapan
dapat dilakukan bila pasien
tidak mampu
mengeluarkan sekret
Kolaborasi :
5. Lembabkan udara /
oksigen inspirasi
Rasional : mencegah
pengeringan membran
mukosa, membantu
pengenceran sekret
6. Berikan obat agen
mukolitik
Rasional : agen mukolitik
menurunkan kekentalan
sekret paru untuk untuk
memudahkan
pemberitahuan
7. Beri obat Vit K
Rasional:untuk
mengurangi perdarahan
21
ditandai dengan dilakukannya sejauh mana tingkat nyeri
DS : intervensi nya
KLien mengatakan keperawatan 2.Lakukan teknik menejemen
bahwa ia merasakan berikut maka nyeri:Teknik napas dalam.
nyeri pada dadanya kerusakan Rasional: untuk mengurangi
Klien mengatakan pertukaran gas rasa nyeri.
bahwa ia merasa tidak terjadi. 3.Evaluasi perubahan pada
sakit pada daerah tingkat kesadaran
dadanya setiap kali Kriteria hasil : Rasional : Membuat
batuk tahanan, mencari udara luas
DO : Nyeri berkurang untuk mencegah kolaps
Skala nyeri yang 8. Tingkatkan tirah baring
dirasakan klien ( 0- RR normal 16 – 20 dan batasi aktifitas dan
10 ) adalah 7 x/i bantu aktifitas perawatan
Klien gelisah diri sesuai keperluan
Pada saat batuk Nyeri (-) Rasional : menurunkan
terlihat klien konsumsi O2 / kebutuhan
memegang daerah HR normal (60 – selama periode penurunan
dadanya yang nyeri 80) pernapasan dapat
RR : 32 x/i menurunkan beratnya
HR : 96 x/i gejala.
Kolaborasi :
3. Berikan oksigen tambahan
yang sesuai
Rasional : alat dalam
memperbaiki hipoksemia
yang dapat terjadi sekunder
terhadap penurunan
ventilasi paru
4. Awasi GDA / nadi
oksimetri
Rasional : penurunan
kandungan pCO2 atau
peningkatan pCO2
22
menunjukkan kebutuhan
untuk intervensi / perubahan
program terapi.
3 Resiko tinggi infeksi Dalam waktu 3 x Mandiri
berhubungan dengan 24 jam diharapkan 1.kaji patologi penyakit atau
inflamasi 1.Suhu tubuh klien penyebab infeksi
DS: normal R/ membantu klien menyadari
Klien 2.infeksi tidak bahwa pentingnya prosedur
mengatakan bahwa terjadi pengobatan.
suhu tubuhnya 3. klien tidak 2.Identifikasi orang lain yang
meningkat gelisah. beresiko
Klien
R/ Orang- orang yang
mengatakan bahwa
terpajan ini perlu program
panasnya naik turun
terapi obat untuk mencegah
penyebaran/ terjadinya infeksi
DO: 3.Kaji tindakan konrtol infeksi
Suhu tubuh klien sementara
meningkat R/ Dapat membantu
Suhu: 38 c
Klien tampak gelisan menurunkan rasa terisolasi
Eritrosit meningkat pasien dan membuang stigma
Eritrosit 7-10
sosial sehubungan dengan
penyakit menular.
4.Awasi suhu sesuai indikasi
R/ Reaksi demam indikator
adanya infeksi lanjut.
Kolaborasi:
1.berikan obat infeksi
Contoh: obat utama : Isoniazid
/ INH, etambutol, rifamfin
R/ untuk infeksi pada risiko
terjadi infeksi
2.Awasi pemeriksaan lab
Contoh: hasil usap sputum
R/ untuk mengetahui
penyembuhan penyakit.
23
Nama Pasien : Tn. P
Ruangan : Flamboyan
3.5.Catatan perkembangan : Selasa, 24 April 2018
Dx. Waktu Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Tidak Mandiri : S : klien mengatakan bahwa ia
efektifnya 09.00 1. Mencatat masih merasa sesak oleh karena
bersihan jalan Wib fungsi pernapasan batuknya, klien mengatakn
napas Hasil : irama masih ada sekert pada jalan
berhubungan tidak teratur, napasnya
dengan nafas cepat dan O : Klien sesak, RR : 32 x/i,
produksi dangkal, RR 32 sputum (+), iaram tidak teratur
sputum yang x/i ( Normal 16 – A : masalah belum teratasi
banyak, secret 20 x/i) P : Intervensi dilanjutkan
yang kental 09.10 Mandiri :
ditandai dengan Wib 2. Mencatat Kaji fungsi
DS : kemampuan pernapasan
klien untuk Catat kemampuan
mengataka mengeluarkan untuk mengeluarkan mucosa,
24
n bahwa ia mucosa, batuk batuk efektif, volume sputum
lemas dan efektif, volume dan hemoptisis
sesak sputum dan Berikan posisi
klien hemoptisis semi fowler.
mengataka Hasil : klien
n bahwa ia 09.20 mampu batuk
batuk dan Wib efektif Bersihkan sekret
mengeluark dari mulut dan trakea.
an darah 3. Memberikan
DO : posisi semi fowler
Klien Hasil : klien
tampak mampu berbaring
lemah dan 09.30 dalam posisi semi Kolaborasi :
sesak Wib fowler, Lembabkan
Pada saat udara / oksigen inspirasi.
batuk klien 4. Membersihka
mengeluark 09.40 n sekret dari
an darah Wib mulut dan trakea
TD : 110 / Hasil : sekret
70 mmHg 09.50 dapat keluar
HR : 90 x/i wib sebagian, pada
RR : 32 x/i rongga mulut
Sputum klien bagian
kental dalam masih
terdapat sekret.
Kolaborasi :
a. Mele
mbabkan udara
deng`an
pemberian O2 /
oksigen
inspirasi
Hasil :
membran
25
mucosa lembab
klien diberikan
obat Vit K.
Batuk tetep
bercampur
darah.
Berikan obat
26
terlihat
memegang
daerah dadanya
yang nyeri.
3. HR: 96x/i
11.00
wib
S:klien mengatakan suhunya
3.Resiko tinggi
berkurang
infeksi
O:Suhu tubuh berkurang
berhubungan 11.10
Hasil: 37C
dengan wib
A: Masalah sebagian teratasi
inflamasi.
P: Intervensi dilanjutkan di
DS: Mandiri:
Rindu A 2.
1.Klien 1.Kaji tanda – tanda
Mandiri:
mengatakan 11.30 penyebab infeksi
1.kaji penyebab infeksi
lemas dan suhu Wib Hasil : infensi
2.Mengkaji patologi penyakit
tubuh beresiko tinggi
atau penyebaran infeksi.
meningkat 11.40 2.Mengkaji patologi
3.Mengawasi suhu sesuai
2.klien Wib penyakit atau
indikasi
mengatakan penyebaran infeksi
Kolaborasi
panasnya naik 12.00 Hasil: klien
1.Memberi obat anti inflamasi
turun. Wib menyadari perlunya
2.Memberikan obat antibiotik.
DO: mematuhi program
1.Suhu tubuh pengobatan.
klien 3.Mengawasi suhu
meningkat sesuai indikasi
2.Suhu 38 c Hasil: suhu turun
3.Klien tampak Kolaborasi
gelisah 1.membri obat anti
4.Eritrosit inflamasi
meningkat Hasil: suhu berkurang
5.Eritrosit 7-10 2.Memberikan obat
antibiotik
Hasil : belum teratasi
27
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis melakukan anamnese terhadap pasien dan
keluarga yang meliputi riwayat kesehatan klien dimasa lalu sekarang serta dan
keadaan fisiko sosial pasien. Pada tahap ini penulis juga melakukan pemeriksaan fisik
mulai dari vital sign, anamnese serta pola kebiasaan sehari – hari yang meliputi pola
tidur, eliminasi, makan / minum, personal gygiene dan pola k egiatan / aktivitas.
Pada tahap pengkajian ini pula penulis menyertakan beberapa pemeriksaan penunjang
atau diagnostik serta penatalaksanaan dan terapi.
Setelah mendaptkan data – data dari pengkajian diatas, maka penulis
menggolongkan data tersebut kedalam data subjektif dan objetif, selanjutnya penulis
menganalisa data tersebut dan kemudian menegakkan diagnosa keperawatan pada
kasus Tn.P
Dalam hal ini penulis sangat berterima kasih kepada klien dan keluarga yang
banyak membantu dalam proses pengkajian tersebut.
Pada landasan teoritis diperoleh data sebagai berikut :
1. Aktivitas / Istirahat
Klien lemah, nyeri tidak mampu beraktivitas atau bekerja, depresi, serta gangguan
konsentrasi.
2. Sirkulasi
Klien memiliki riwayat hipertensi, takikardi.
3. Integritas ego
Klien tampak stress, ansietas, pekarangsang, serta emosi tidak stabil
4. Eliminasi
Klien tidak mengalami diare.
5. Makanan / cairan
Klien mengalami hilang nafsu makan batuk yang mengeluarkan sekret dan darah
serta penurunan berat badan.
6. Neurosensori
28
Klien kesemutan, pusing, dan kelemahan tonus otot, peka rangsang dan adanya
cemas
7. Penyuluhan dan pembelajaran
Berdasarkan pengkajian tersebut diatas penulis tidak menemukan adanya faktor
resiko terjadinya Tuuberkulosis paru
4.2.Diagnosa keperawatan
Dalam tahap diagnosa keperawatan ini penulis menemukan kesenjangan
antara landasan teoritis dengan tinjauan kasus. Adapun diagnosa keperawatan yang
didapat pada tinjauan teoritis adalah :
1. Diagnosa Keperawatan
a. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum
yang banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat
sputum
b. Nyeri berhubungan dengan kerusakan dinding alveolus
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inflamasi
Diagnosa ini tidak diangkat oleh penulis dikarenakan pada saat melakukan
pengkajian tidak ditemukan adanya keluhan dan masalah klien yang berhubungan
dengan diagnosa diatas.
4.3.Intervensi
Pada tahap perencanaan untuk diagnosa nyeri tidak ditemui
kesenjangan antara teori dengan kasus, dimana semua intervensi yang ada
pada kasus mengacu pada kasus.
Untuk diagnosa resiko tinggi terjadinya inflamasi/ infeksi, terdapat
intervensi yang ada diteori namun
qw tidak terdapat pada kasus yaitu :
Evaluasi replesi secara periodik, observasi adanya peka rangsang, misalnya :
Gerakan tersentak
Adanya kejang
Prestesia
Untuk diagnosa kerusakan komunikasi verbal b/d tindakan operasi semua
intervesi yang ada pada teori dapat dilakukan pola pada intervensi yang ada
pada kasus
4.4.Implementasi
29
Pada tahap implementasi untuk diagnosa nyeri semua intervensi yang ada
pada rencana asuhan keperawatan mampu di implementasikan pada klien.
Untuk diagnosa resti terjadinya cidera / infeksi terdapat intervensi yang ada
pada rencana asuhan keperawatan namun tidak dapat di implementasikan pada klien
yaitu : Evaluasi replesi secara periodik, observasi adanya peka rangsang misalya ,
gerakan tersentak , adanya kejang, prestesia berhubung karena klien sadar total
( CM).
Pada diagnosa kerusakan komunikasi verbal semua intervensi yang terdapat
pada teori di implementasikan pada klien. Hali ini dapat dilakukan karena
ketersediaan klien untuk terlibat dalam proses keperawatan serta adanya dukungan
dari keluarga.
4.5. Evaluasi
Hasil evaluasi keperawatan terhadap Tn.P dilakukan selama 1 hari namun
tidak terlalu menunjukkan adanya kemajuan. Diantara ketiga diagnosa tersebut belum
ada yang teratasi karena pasien dioper keruangan RA 2.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Tn. P di ruang IGD RSUP
HAM Medan pada tanggal 13 September 2012, diketahui bahwa klien
30
mengalami gangguan aktivitas / istirahat dimana klien lemah, sulit istirahat,
integritas ego klien terganggu dimana klien sering labil (emosi), makanan dan
cairan, klien kehilangan nafsu makan karena batuk berdahak dan bercampur
darah, neurosensorinya terjadi kelemahan otot dan tidak terdapat faktor resiko
keluarga terhadap kasus yang sama
5.1.2. Diagnosa
Berdasarkan data diatas maka dirumuskan diagnosa sebagai berikut :
a. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum
yang banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat
sputum
b. Nyeri berhubungan dengan kerusakan dinding alveolus
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inflamasi
5.1.3. Implementasi
a. Implementasi dapat dilakukan dengan baik walaupun tidak semua asuhan
keperawatan dapat direncanakan.
b. Partisifasi keluarga dan klien sangat mendukung dalam melakukan asuhan
keperawatan sekaligus terlaksananya implementasi keperawatan.
c. Adanya kerjasama yang baik antara perawat ruangan dengan tim kesehatan
lainnya mendukung terlaksananya implementasi keperaawatan dengan baik.
5.1.4. Evaluasi
Tidak ada diagnosa keperawatan yang dapat diatasi karena klien dioperkan
keruangan rawat inap yaitu Rindu A 2.
5.2. Saran
5.2.1. Bagi Keluarga
Tetap memberi dukungan / dorongan dan semangat pada pasien dalam
menghadapi penyakitnya.
5.2.2. Bagi Perawat
31
Diharapkan meningkatkan kemampuan dalam mengimplementasikan
asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa “Tuberkulosis paru“.
5.2.3. Bagi Institusi Pendidikan
Menanbah ilmu pengetahuan dan keterampilan pada khususnya
penerapan asuhankeperawatan klien dengan diagnosa “Tuberkulosis
paru
5.2.4. Bagi Intalasi RS
Perlu meningkatkan SDM perawat khususnya dalam pengadaan
pelatihan tentang perawatan Tuberkulosis paru dan menyediakan
prosedur perawatan :Tuberkulosis paru “ pada setiap klien.
32