Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi
masalah kesehatan Masyarakat. Di Indonesia maupun diberbagai belahan dunia,
Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular yang kejadiannya paling tinggi
dijumpai di India sebanyak 1.5 juta orang, urutan kedua dijumpai di Cina yang
mencapai 2 juta orang dan Indonesia menduduki urutan ketiga dengan penderita
583.000 orang.
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk
batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberkulosis. Penularan
penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil
berkulosis paru. Pada waktu penderita batuk butir-butir air ludah beterbangan diudara
dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk kedalam paru-parunya yang kemudian
menyebabkan penyakit tuberkulosis paru.
Pada tahun 1995 pemerintah telah memberikan anggaran obat bagi penderita
tuberkulosis secara gratis ditingkat Puskesmas, dengan sasaran utama adalah
penderita tuberkulosis dengan ekonomi lemah. Obat tuberkulosis harus diminum oleh
penderita secara rutin selama enam bulan berturut-turut tanpa henti. Untuk
kedisiplinan pasien dalam menjalankan pengobatan juga perlu diawasi oleh anggota
keluarga terdekat yang tinggal serumah, yang setiap saat dapat mengingatkan
penderita untuk minum obat. Apabila pengobatan terputus tidak sampai enam bulan,
penderita sewaktu-waktu akan kambuh kembali penyakitnya dan kuman tuberkulosis
menjadi resisten sehingga membutuhkan biaya besar untuk pengobatannya.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan TBC?
1.2.2. Bagaimana patofisiologi dari TBC?
1.2.3. Apa saja klasifikasi dari TBC?
1.2.4. Apa saja gejala – gejala yang timbul dari TBC?
1.2.5. Bagaimana penularan dari TBC?
1.2.6. Bagaimana pemeriksaan pada TBC?
1.2.7. Bagaimana penatalaksanaan pada TBC?

1
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan TBC
1.3.2. Untuk mengetahui patofisiologi dari TBC
1.3.3. Untuk mengetahui klasifikasi dari TBC
1.3.4. Untuk mengetahui gejala – gejala yang timbul akibat TBC
1.3.5. Untuk mengetahui cara penularan dari TBC
1.3.6. Untuk mengetahui pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TBC
1.3.7. Untuk mengetahui penatalakasanaan yang dilakukan pada penderita TBC

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Defenisi
TB paru adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Brunner,
Suddarth 2001)

2.2 Etiologi
Penyebab dari penyakit TB Paru adalah kuman tahan asam Mycobacterium
tuberculosis yaitu sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 mm
dan table 0,3 – 0,6 IUm

2.3 Manifestasi Klinis


Gejala – gejala yang relevan pada Tuberkulosis paru adalah :
a. Batuk berdahak > 3 minggu
b. Turgor kulit jelek
c. Malnutrisi
d. Nyeri dada
e. Demam tinggi
f. Keringat pada malam hari
g. Batuk berdarah
h. Malaise
i. Anorexia
j. Mual dan muntah
k. BB menurun

2.4 Komplikasi TB Paru


a. Emphyema
b. Effusi pleura
c. Pneumotoraks
d. Enteritis
e. Koch Pulmonal
f. Atelektasis
g. Hemoptisis

3
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
a. Kultur sputum
Positif untuk Mycobacterium tuberculosis untuk tahap aktif penyakit
b. Tes kulit / Mantoux test
Menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti
menunjukkan penyakit aktif
c. Foto Thorax
Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi
sembuh primer atau effuse cairan
d. Histologi atau kultur jaringan
Termasuk untuk pembersihan gaster dan urine serta cairan serebrospinal dan
biopsi kulit. Positif untu Mycobacterium tuberculosis
e. Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, kehilangan jaringan paru dan
penyakit pleural ( TB paru kronis luas )

2.6 Penatalaksanaan Medis


a. Pengobatan
TB paru terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam waktu jangka
lama, penderita dengan gejala klinis dapat meminum 2 obat untuk mencegah
timbulnya strain yang resisten
b. Bedrest dengan lingkungan yang sehat
Pada pasien dengan TB paru diberikan istirahat yang cukup dan lingkungan
dengan udara yang sehat.
c. Diet
Untuk mengganti sel – sel paru yang rusak karena adanya peradangan, maka
pasien dengan penyakit TB paru harus diberikan diet TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi
Protein ).
d. Operasi
Terapi bedah paru dilakukan pada penderita TB Paru.

2.7 Patofisiologi

4
Mycobacterium Tuberkulosis

Batuk Bersin Berbicara

Droplet / Infektion

Menyebar ke udara

Terhisap masuk ke paru – paru melalui hidung


MK : Resti Infeksi

Berkembang biak dalam sitoplasma makropage

Tubercel Slarang Primer Meluas


Meluas

Tuberculosis primer Tuberculosis primer

Peradangan pleura Tuberculosis derman

Produksi secret MK : tidak efektif bersihan jalan napas

Sputum Meningkat MK : Kurang penegtahuan tentang


Pencegahan dan penanganan

Rangsangan meningkat MK : Resti pertukaran gas

Kerusakan dinding alveolus

MK: Nyeri

BB Menurun MK : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2.1. TEORITIS KEPERAWATAN


2.2.1. Data Dasar Pengkajian
a. Aktifitas

5
Gejala : kelelahan, napas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam
hari, menggigil dan berkeringat
Tanda : takikardi, takipnea dan dispnea
b. Integritas Ego
Gejala : adanya faktor stress yang lama, masalah keuangan dan rumah.
Tanda : menyangkal, ketakutan dan mudah tersinggung
c. Makanan dan Cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan dan makanan tidak dapat dicerna
Tanda : Turgor kulit buruk, anoreksia
d. Nyeri dan ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk terus menerus
Tanda : berhati – hati pada daerah yang sakit
e. Pernapasan
Gejala : Batuk produktif atau tidak produktif, napas pendek, riwayat TBC
Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan
f. Keamanan
Gejala : adanya kondisi immun, tes HIV positif
Tanda : demam rendah, gampang sakit,
g. Interaksi Sosial
Gejala : perasaan diisolasi / penolakan karena penyakit yang dideritanya
adalah penyakit yang menular.
Tanda : menarik diri dan tidak mau bersosialisasi

2.2.2. Diagnosa Keperawatan


a. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum
yang banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat sputum
b. Nyeri berhubungan dengan kerusakan dinding alveolus
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inflamasi

2.2.3 Intervensi Keperawatan

No Dx. Keperawatan Tujuan / Kriteria Intervensi dan Rasionalisasi


Hasil
1 Tidak efektifnya Dalam waktu 3 x Mandiri :

6
bersihan jalan napas 24 jam diharapkan 1. Kaji fungsi
berhubungan dengan dengan pernapasan
produksi sputum yang dilakukannya Rasional : penurunan
banyak, secret yang intervensi bunyi napas dapat
kental ditandai dengan keperawatan menunjukkan ronkhi dan
DS : berikut maka atelektasis
 klien mengatakan bersihan jalan 2. Catat
bahwa ia lemas dan napas klien efektif kemampuan untuk
sesak mengeluarkan mucosa,
 klien mengatakan Kriteria hasil : batuk efektif, volume
bahwa ia batuk dan  sputum dan hemoptisis
mengeluarkan darah Volume sputum Rasional : pengeluaran
DO : berkurang sulit bila sekret tabal,
 Klien tampak lemah atau (-) sputum darah kental, atau
dan sesak  darah segar diakibatkan
 Pada saat batuk Bunyi napas oleh kerusakan paru atau
klien mengeluarkan normal luka bronkial
darah  3. Berikan posisi
 TD : 110 / 70 Sputum dapat semi fowler
mmHg dikeluarkan Rasional : posisi
 HR : 90 x/i melalui batuk memaximalkan expansi
 RR : 32 x/i efektif paru dan menurunkan
 Sputum kental  upaya pernapasan
Dispnea (-) 4. Bersihkan
sekret dari mulut dan
trakea
Rasional : mencegah
obstruksi, penghisapan
dapat dilakukan bila pasien
tidak mampu
mengeluarkan sekret

Kolaborasi :
1. Lembabkan udara /
oksigen inspirasi

7
Rasional : mencegah
pengeringan membran
mukosa, membantu
pengenceran sekret
2. Berikan obat agen
mukolitik
Rasional : agen mukolitik
menurunkan kekentalan
sekret paru untuk untuk
memudahkan
pemberitahuan
3. Beri obat Vit K
Rasional:untuk
mengurangi perdarahan

2 Nyeri berhubungan Dalam waktu 3 x Mandiri :


dengan kerusakan 24 jam diharapkan 1. Kaji skala nyeri
dinding alveolus dengan Rasional : untuk mengetahui
ditandai dengan dilakukannya sejauh mana tingkat nyeri
DS : intervensi nya
 KLien mengatakan keperawatan 2.Lakukan teknik menejemen
bahwa ia merasakan berikut maka nyeri:Teknik napas dalam.
nyeri pada dadanya kerusakan Rasional: untuk mengurangi
 Klien mengatakan pertukaran gas rasa nyeri.
bahwa ia merasa tidak terjadi. 3.Evaluasi perubahan pada
sakit pada daerah tingkat kesadaran
dadanya setiap kali Kriteria hasil : Rasional : Membuat
batuk  tahanan, mencari udara luas
DO : Nyeri berkurang untuk mencegah kolaps
 Skala nyeri yang  4. Tingkatkan tirah baring
dirasakan klien ( 0- RR normal 16 – 20 dan batasi aktifitas dan
10 ) adalah 7 x/i bantu aktifitas perawatan
 Klien gelisah  diri sesuai keperluan
 Pada saat batuk Nyeri (-) Rasional : menurunkan
terlihat klien  konsumsi O2 / kebutuhan
memegang daerah HR normal (60 – selama periode penurunan
dadanya yang nyeri 80) pernapasan dapat

8
 RR : 32 x/i menurunkan beratnya
 HR : 96 x/i gejala.

Kolaborasi :
1. Berikan oksigen tambahan
yang sesuai
Rasional : alat dalam
memperbaiki hipoksemia
yang dapat terjadi sekunder
terhadap penurunan
ventilasi paru
2. Awasi GDA / nadi
oksimetri
Rasional : penurunan
kandungan pCO2 atau
peningkatan pCO2
menunjukkan kebutuhan
untuk intervensi / perubahan
program terapi.
3 Resiko tinggi infeksi Dalam waktu 3 x Mandiri
berhubungan dengan 24 jam diharapkan 1.kaji patologi penyakit atau
inflamasi 1.Suhu tubuh klien penyebab infeksi
DS: normal R/ membantu klien menyadari
 Klien 2.infeksi tidak bahwa pentingnya prosedur
mengatakan bahwa terjadi pengobatan.
suhu tubuhnya 3. klien tidak 2.Identifikasi orang lain yang
meningkat gelisah. beresiko
 Klien
R/ Orang- orang yang
mengatakan bahwa
terpajan ini perlu program
panasnya naik turun
terapi obat untuk mencegah
penyebaran/ terjadinya infeksi
DO: 3.Kaji tindakan konrtol infeksi
 Suhu tubuh klien sementara
meningkat R/ Dapat membantu
 Suhu: 38 c
 Klien tampak gelisan menurunkan rasa terisolasi
pasien dan membuang stigma

9
 Eritrosit meningkat sosial sehubungan dengan
 Eritrosit 7-10 penyakit menular.
4.Awasi suhu sesuai indikasi
R/ Reaksi demam indikator
adanya infeksi lanjut.
Kolaborasi:
1.berikan obat infeksi
Contoh: obat utama : Isoniazid
/ INH, etambutol, rifamfin
R/ untuk infeksi pada risiko
terjadi infeksi
2.Awasi pemeriksaan lab
Contoh: hasil usap sputum
R/ untuk mengetahui
penyembuhan penyakit.

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. PENGKAJIAN
3.1.1 Biodata

10
Identitas pasien
Nama : Tn.P
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tukang jahit
Alamat : Aek Tolang
Tgl masuk R.S : 23 April 2018
No RM : 06.61.81

3.1.2 Penanggung Jawab


Nama : Lina
Umur : 40 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Labuan bilik / Rantau parapet

3.1.3. Keluhan Utama


Batuk berdahak bercampur darah, Warna sputumnya merah, Konsistensinya kental
Volumenya ± 3cc , Sesak nafas RR:32x/i O2: 2-5 liter, Berkeringat (+)

3.1.5 Riwayat Kesehatan Sekarang


 Provokatif/paliative
a. Apa penyebabnya : Tidak diketahui pasien
b. Hal yang mempebaiki keadaan : Berobat
 Quantity/Quality
a. Bagaimana dirasakan : Lemas
b. Bagaimana dilihat : Klien tampak lemas dan batuk
Mengeluarkan darah

 Region
a. Dimana lokasinya : di paru paru
b. Apakah menyebar : Tidak menyebar
 Severity
a. Mengganggu aktivitas : Ya
 Time ( Kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya )
Dialami sejak 2 tahun yang lalu, tetapi akhir- akhir ini tambah parah.

3.1.6. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


 Penyakit yang pernah dialami : Demam
 Pengobatan / tindkan yang dilakukan : Berobat jalan di RS rantau
parapat
 Pernah dirawat / operasi : Klien tidak pernah dirawat

11
3.1.7. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Penyakit yg pernah diderita keluarga : Tidak ada penyakit yang serius
yang diderita keluarga
2. Anggota keluarga yang meninggal : Ya, ada yaitu mertua laki – laki
ss dan ibu dari klien
3. Lingkungan keluarga dan komunitas : Lingkungan dan komunitas
klien agak kumuh
4. Perilaku yg mempengaruhi kesehatan : merokok dan minum alkohol
5. Genogram

KET :
= Laki –laki = Meninggal

= Perempuan = Cerai
= Klien = Garis keturunan
= Garis perkawinan
--------------:Tinggal serumah

3.1.8. Riwayat / Keadaan Fisikososial


1. Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
2. Persepsi pasien dgn penyakitnya : Sebagai cobaan
3. Konsep diri
a. Gambaran diri ( Body image )
Tanggapan dengan tubuhnya : Klien merasa tubuhnya yang
Sekarang tidak seperti yang dulu

12
Bagian tubuh yang disukai : Klien menyukai seluruh
anggota tubuhnya
Bagian tubuh yang tidak disukai : Klien merasa menyukai
seluruh anggota tubuhnya
Persepsi tentang kehilangan tubuhnya : Klien tidak kehilangan anggota
tubuhnya
b. Identitas ( personal identinity )`3’
Status dalam keluarga : Sebagai kepala keluarga dan
ayah Bagi 4 orang anak
Kepuasan terhadap status : Saat ini pasien tidak mampu
menjalankan statusnya sebagai sumi dan ayah
Kepuasan terhadap jenis kelamin : Klien merasa puas dengan jenis
kelaminnya
c. Peran
Tanggapan tentang perannya : Saat ini perannya digantikan
oleh istri
Kemampuan melaksanakan perannya : Klien tidak mampu melakukan
perannya sebagai kepala keluarga dan ayah karena sakit yang
dideritanya.
Kepuasan melaksanakan perannya : Kurang puas karena tidak bisa
melakukan perannya seperti biasa
d. Ideal diri
Harapan pasien terhadap
 Tubuhnya : Kembali seperti semula
 Posisi ( Pekerjaan ) : Dapat melakukan peran
sebagai suami dan ayah
 Status( keluarga ) : Bisa berkumpul bersama
keluarga
 Tugas / pekerjaan : Dapat bekerja kembali
Harapan pasien terhadap lingkungan
 Sekolah : Dengan kondisi sekarang klien
berharap semua anak – anak dapat sekolah
 Keluarga : Dengan kondisi yang sekarang
klien berharap keluarga yang tenang
 Masyarakat : klien berharap masyarakat
tidak berpikir negatif terhadap penyakitnya
 Tempat / lingkungan kerja : klien berharap rekan kerjanya
tidak akan mengalami hal yang sama seperti yang klien rasakan
sekarang.
Harapan pasien terhadap penyakit dan tenaga kesehatan
Semoga cepat sembuh, dan tenaga kesehatan mampu mengobati dengan
baik.
e. Harga diri
Tanggapan pasien terhadap harga dirinya : Harga dirinya rendah,

13
berhubung dengan penyakit yang pernah dialaminya.
4.Sosial
 Hubunan dengan keluarga : Saat ini klien merasa
keluarganya masih peduli dengan dia ( klien ditemani oleh istri )
 Hubungan dengan pasien lain : Baik, klien sering kontak
( komunikasi ) dengan pasien lain.
 Dukungan keluarga : Sangat kuat dan memberi
semangat
 Reaksi saat interaksi : Dengan kontak mata

5. Spritual
 Konsep tentang penguasa hidup : Agama yang dianutnya
 Sumber kekuatan / harapan saat sakit : Allah Yang Maha Esa
 Ritual agama yang dilakukan : Sholat 5 waktu
 Kenyakinan terhadap kesembuhan :Yakin akan sembuh
 Persepsi terhadap penyakitnya : Sebagai cobaan

I. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : CM ( compos mentis )
2. Tanda – tanda vital
 TD : 130/70 Mmhg
 HR : 80x/i ( Lokasi perhitungan Pada arteri radialis )
 RR : 32x/i
 Temp : 37,1 C ( Lokasi perhitungan pada axila )
 TB : 160 Cm
3. Kepala dan leher
 Kepala
 Bentuk : Kepala lonjong
 Ubun – ubun : Ubun – ubun tertutup
 Kulit kepala : Kurang bersih terhadap
ketombe
 Nyeri kepala : Tidak ad nyeri kepala
 Rambut
 Penyebaran dan keadaan rambut : Merata pada seluruh kepala
 Bau : Bau keringat
 Warna : Hitam merata
 Wajah
 Warna kulit : Sawo matang
 Struktur wajah : Lonjong
 Mata
 Kelengkapan / kesimetrisan : Lengkap dan simetris
 Pupil : Isokor kiri/kanan
 Strabismus :Tidak ada
 Refleks cahaya : Positif, klien merasa silau
bila terkena cahaya
 Konjungtiva : Anemis karena kurang
darah Hb:9 gr%
 Sklera : Ikterik (berwarna

14
kekuningan)
 Palpera : Tidak edema pada palpebra
 Pergerakan bola mata : Normal, kedua bola mata
dapat bergerak
 Strabismus : Tidak ada strabismus
 Tekanan bola mata : Tidak diukur
 Ketajaman penglihatan : Klien mampu membaca
Koran dengan jarak 30cm
 Hidung
 Tulang hidung dan posisi septumnasi: Simetris, dan berada pada
antara kedua mata
 Mukosa : Pucat
 Pernafasan cuping hidung : Pernafasan cuping hidung
 Ketajaman penciuman : Mampu membedakan bau
alkohol dengan jeruk
 Telinga
 Bentuk telinga : Simetris ( lengkap kiri dan
kanan )
 Keluhan : Tidak ada keluhan pada
telinga
 Ketajaman pendengaran : Normal ( klien dapat
mendengar suara jarum
detik jam dibelakang telinga )
 Alat bantu : klien tidak menggunakan
alat bantu dengar
 Mulut dan faring
 Mulut : Kotor
 Mukosa : Kering
 Bibir : Simetris atas / bawah
 Lidah : Kotor banyak bercak
 Gigi : Ada karies pada gigi, gigi
tidak lengkap
 Kebiasaan gosok gigi : Tidak teratur ( 1x/hari )
 Tenggorokan : Tidak Sakit menelan
 Leher
 Pembesaran kelenjar thyroid : kelenjar tiroid tidak membesar
 Pembesaran kelenjar limfe : Tak ada ditemukan
 Peningkatan vena jugularis : Tak ada ditemukan
 Denyut nadi karotis : Teraba dengan jelas
4. Integumen
a. Kebersihan : Bersih ( Dilap 2x/hari )
b. Kehangatan : Hangat
c. Warna : Agak pucat
penyinaran matahari
d. Turgor : Kurang ( > 2 detik )
e. Kelembapan : Kering
f. Edema : Tidak ada edema
g. Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan pada kulit
klien
h. Luka insisi : Tidak ada ditemukan

15
5. Payudara dan ketiak
a. Ukuran dan bentuk payudara : Simetris, ( Kiri dan kanan )
b. Warna payudara dan areola : Hitam kecoklatan
c. Axila dan klavicula : Normal tidak ada fraktur
6. Thorak / dada
a) Bentuk thorax : Normal dan simetris
b) Pemeriksaan thorax : Infiltrat
c) Pemeriksaan paru
 Pola nafas : Tidak Teratur RR: 30x/i
 Reaksi otot bantu nafas : ada, dengan cuping hidung
 Perkusi thorax : sonor
 Suara pernafasan : Ronci
 Taktil premitus : Sama kiri / kanan
 Keluhan : batuk produktif
1. Sesak nafas : Dipsnea
2. Saat : Berbaring
3. Tindakan yang mengurangi :setengah duduk / semi
fowler
4. Alat bantu napas :Oksigen 2-5 L / i
d) Pemeriksaan jantung
 Nyeri dada : ya, ada nyeri dada saat
batuk
 Irama jantung : Reguler dengan S1 dan S2
Mur mur gallop (-)
 Pulsasi : Kuat
 Bunyi jantung : S1 :Lup `
S2 : Dup
7. Abdomen
a. Bentuk abdomen : Soepel
b. Benjolan / massa : Tidak ada terdapat massa
c. Spidernevi : Tidak ada terdapat garis – garis
spidernevi
d. Peristaltik usus : 16x/i
e. Nyeri tekan : Tidak ada
f. Ascites : Tidak ada ascites
g. Hepar : Tidak teraba
h. Ginjal : Tidak teraba
i. Lien : Tidak teraba
j. Suara abdomen :timpani
8. Kelamin dan genetalia(klien tidak bersedia diperiksa)
a. Genetalia
 Bentuk alat kelamin : Klien tidak bersedia diperiksa
 Rambut pubis : Klien tidak bersedia diperiksa
 Lubang uretra : Klien tidak bersedia diperiksa
 Kelainan : Klien tidak bersedia diperiksa
b. Anus dan perineum
 Lubang anus : Klien tidak bersedia
diperiksa
 Kelainan pada anus : Klien tidak bersedia
diperiksa

16
 Perineum : Klien tidak bersedia
diperiksa
9. Muskuloskletal / Ekstremitas atas dan bawah
a. Kesimetrisan otot :simetris kiri / kanan
b. Kemampuan gerak sendi :bebas
c. Kekuatan otot : 1 2 3 4 5 12345
12345 12345
d. fraktur : tidak ada
e. edema :tidak ada edema
f. sianosis :tidak ada
10.Neurologis
Kesadaran :Compos mentis

PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK


a. Diagnosa medis : Haemaptoe Escause TB Paru
b. Pemeriksaan diagnostik/ penunjang
1. Laboratorium
No Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal
1 07 – 10 – 2010 Eritrosit 7 – 10 <3
Leukosit 1–2 <5
Ureum 31 mg/dl 10 – 50 mg/dl
Natrium 1,39 meg/dl 1,35 – 1,55 meg/l
Kalium 3,8 meg/l 3,6 – 5,5 meg/l
Hemoglobin 9gr % 14-16 gr %

AGDA
PH 7,90
PCo2 35,5 mmHg 7,35-7,45
Po2 99,4 mmHg 38-42 mmHg
CO2 22,3 mmol/L 85-100mmHg
BikarbonatHco3 23,4mmol/L 22-26mmol/L
Basa (BE) -1,9mmol/L 19-25mmol/L
Saturasi O2 76,6% (-2 –(+2)mmol/L
95-100%

2. Radiologi
 Tanggal : 26 september 2010
 Jenis : PA Thorax
 Hasil : Infiltrat

I. PENATALAKSANAAN / TERAPI

NO NAMA OBAT DOSIS FUNGSI EFEK SAMPING

17
1 IVFD Ringer Laktat 20 tts Mengembalikan Panas, infeksi pada
keseimbangan tempat penyuntikan
elektrolit pada
2 Inj. Cefotaxime 1 gr / 12 jam
dehidrasi. Mual, gangguan GI
1000mg
3 1AMP/12
Vit K Antibiotic Mual

Untuk
4 30gr/8jam
Ketorolak
menghentikan
Rasa ngantuk
5 50gr/8jam
Ranitidine perdarah.
Pusing.
Mengurangi
rasa nyeri.
Tukak lambung

3.2.ANALISA DATA
No Pengkajian Etiologi Masalah
1 DS : Slarang primer Bersihan jalan
 klien mengatakan napas tidak efektif
bahwa ia lemas dan Tubercel
sesak (+)
 klien mengatakan Tuberculosis Primer
bahwa ia batuk dan
mengeluarkan darah Peradangan Pleura
DO :
 Klien tampak lemah Produksi sekret
dan sesak
 Pada saat batuk klien Sputum Meningkat
mengeluarkan darah
volumenya ± 3 cc,
konsistensi: kental

18
 RR : 32 x/i
 Oksigen : 2-5L/i
Sputum kental
 Dipsnoe
Data penujang
 Hasil photo tórax:
infiltrat
2 DS : Produksi sekret Nyeri
 Klien mengatakan
bahwa dia nyeri Sputum meningkat
dada
 Klien mengatakan
Rangsangan meningkat
bahwa ia merasa
sakit pada daerah
Kerusakan dinding
dada setiap kali
alveolus
batuk

DO :
 Skala nyeri (0-10)
adalah 7
 Klien tampak meringis
kesakitan
 Klien tampak gelisah
 HR: 96x/i
 Pada saat batuk klien
melihat dadanya yang
nyeri

3 DS : Micobacterium
 Klien mengatakan tuberculosis Resiko tinggi
lemas dan suhu Bersin terhadap pertukaran
tubuh meningkat Doplet/infektion gas.

 Klien mengatakan
panasnya naik turun
Menyebar ke udara

DO : Terhisap masuk ke paru

19
 Suhu tubuh klien paru melalui hidung
meningkat
 Suhu :38 c
 Klien tampak gelisah
Data Penunjang
 Eritrosit meningkat
 Eritrosit:7-10

3.3.Diagnosa Keperawatan
a. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum yang
banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat sputum
b. Nyeri berhubungan dengan kerusakan dinding alveolus ditandai dengan klien
mertingis kesakitan dan skala nyeri 7.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inflamasi

3.4.Rencana Asuhan Keperawatan


No Dx. Keperawatan Tujuan / Kriteria Intervensi dan Rasionalisasi
Hasil
1 Tidak efektifnya Dalam waktu 3 x Mandiri :
bersihan jalan napas 24 jam diharapkan 5. Kaji fungsi
berhubungan dengan dengan pernapasan
produksi sputum yang dilakukannya Rasional : penurunan
banyak, secret yang intervensi bunyi napas dapat
kental ditandai dengan keperawatan menunjukkan ronkhi dan
DS : berikut maka atelektasis
 klien mengatakan bersihan jalan 6. Catat
bahwa ia lemas dan napas klien efektif kemampuan untuk
sesak mengeluarkan mucosa,
 klien mengatakan Kriteria hasil : batuk efektif, volume
bahwa ia batuk dan  sputum dan hemoptisis
mengeluarkan darah Volume sputum Rasional : pengeluaran
DO : berkurang sulit bila sekret tabal,
 Klien tampak lemah atau (-) sputum darah kental, atau
dan sesak  darah segar diakibatkan
 Pada saat batuk Bunyi napas oleh kerusakan paru atau

20
klien mengeluarkan normal luka bronkial
darah  7. Berikan posisi
 TD : 110 / 70 Sputum dapat semi fowler
mmHg dikeluarkan Rasional : posisi
 HR : 90 x/i melalui batuk memaximalkan expansi
 RR : 32 x/i efektif paru dan menurunkan
 Sputum kental  upaya pernapasan
Dispnea (-) 8. Bersihkan
sekret dari mulut dan
trakea
Rasional : mencegah
obstruksi, penghisapan
dapat dilakukan bila pasien
tidak mampu
mengeluarkan sekret

Kolaborasi :
5. Lembabkan udara /
oksigen inspirasi
Rasional : mencegah
pengeringan membran
mukosa, membantu
pengenceran sekret
6. Berikan obat agen
mukolitik
Rasional : agen mukolitik
menurunkan kekentalan
sekret paru untuk untuk
memudahkan
pemberitahuan
7. Beri obat Vit K
Rasional:untuk
mengurangi perdarahan

2 Nyeri berhubungan Dalam waktu 3 x Mandiri :


dengan kerusakan 24 jam diharapkan 2. Kaji skala nyeri
dinding alveolus dengan Rasional : untuk mengetahui

21
ditandai dengan dilakukannya sejauh mana tingkat nyeri
DS : intervensi nya
 KLien mengatakan keperawatan 2.Lakukan teknik menejemen
bahwa ia merasakan berikut maka nyeri:Teknik napas dalam.
nyeri pada dadanya kerusakan Rasional: untuk mengurangi
 Klien mengatakan pertukaran gas rasa nyeri.
bahwa ia merasa tidak terjadi. 3.Evaluasi perubahan pada
sakit pada daerah tingkat kesadaran
dadanya setiap kali Kriteria hasil : Rasional : Membuat
batuk  tahanan, mencari udara luas
DO : Nyeri berkurang untuk mencegah kolaps
 Skala nyeri yang  8. Tingkatkan tirah baring
dirasakan klien ( 0- RR normal 16 – 20 dan batasi aktifitas dan
10 ) adalah 7 x/i bantu aktifitas perawatan
 Klien gelisah  diri sesuai keperluan
 Pada saat batuk Nyeri (-) Rasional : menurunkan
terlihat klien  konsumsi O2 / kebutuhan
memegang daerah HR normal (60 – selama periode penurunan
dadanya yang nyeri 80) pernapasan dapat
 RR : 32 x/i menurunkan beratnya
 HR : 96 x/i gejala.

Kolaborasi :
3. Berikan oksigen tambahan
yang sesuai
Rasional : alat dalam
memperbaiki hipoksemia
yang dapat terjadi sekunder
terhadap penurunan
ventilasi paru
4. Awasi GDA / nadi
oksimetri
Rasional : penurunan
kandungan pCO2 atau
peningkatan pCO2

22
menunjukkan kebutuhan
untuk intervensi / perubahan
program terapi.
3 Resiko tinggi infeksi Dalam waktu 3 x Mandiri
berhubungan dengan 24 jam diharapkan 1.kaji patologi penyakit atau
inflamasi 1.Suhu tubuh klien penyebab infeksi
DS: normal R/ membantu klien menyadari
 Klien 2.infeksi tidak bahwa pentingnya prosedur
mengatakan bahwa terjadi pengobatan.
suhu tubuhnya 3. klien tidak 2.Identifikasi orang lain yang
meningkat gelisah. beresiko
 Klien
R/ Orang- orang yang
mengatakan bahwa
terpajan ini perlu program
panasnya naik turun
terapi obat untuk mencegah
penyebaran/ terjadinya infeksi
DO: 3.Kaji tindakan konrtol infeksi
 Suhu tubuh klien sementara
meningkat R/ Dapat membantu
 Suhu: 38 c
 Klien tampak gelisan menurunkan rasa terisolasi
 Eritrosit meningkat pasien dan membuang stigma
 Eritrosit 7-10
sosial sehubungan dengan
penyakit menular.
4.Awasi suhu sesuai indikasi
R/ Reaksi demam indikator
adanya infeksi lanjut.
Kolaborasi:
1.berikan obat infeksi
Contoh: obat utama : Isoniazid
/ INH, etambutol, rifamfin
R/ untuk infeksi pada risiko
terjadi infeksi
2.Awasi pemeriksaan lab
Contoh: hasil usap sputum
R/ untuk mengetahui
penyembuhan penyakit.

23
Nama Pasien : Tn. P
Ruangan : Flamboyan
3.5.Catatan perkembangan : Selasa, 24 April 2018
Dx. Waktu Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Tidak Mandiri : S : klien mengatakan bahwa ia
efektifnya 09.00 1. Mencatat masih merasa sesak oleh karena
bersihan jalan Wib fungsi pernapasan batuknya, klien mengatakn
napas Hasil : irama masih ada sekert pada jalan
berhubungan tidak teratur, napasnya
dengan nafas cepat dan O : Klien sesak, RR : 32 x/i,
produksi dangkal, RR 32 sputum (+), iaram tidak teratur
sputum yang x/i ( Normal 16 – A : masalah belum teratasi
banyak, secret 20 x/i) P : Intervensi dilanjutkan
yang kental 09.10 Mandiri :
ditandai dengan Wib 2. Mencatat  Kaji fungsi
DS : kemampuan pernapasan
 klien untuk  Catat kemampuan
mengataka mengeluarkan untuk mengeluarkan mucosa,

24
n bahwa ia mucosa, batuk batuk efektif, volume sputum
lemas dan efektif, volume dan hemoptisis
sesak sputum dan  Berikan posisi
 klien hemoptisis semi fowler.
mengataka Hasil : klien
n bahwa ia 09.20 mampu batuk
batuk dan Wib efektif  Bersihkan sekret
mengeluark dari mulut dan trakea.
an darah 3. Memberikan
DO : posisi semi fowler
 Klien Hasil : klien
tampak mampu berbaring
lemah dan 09.30 dalam posisi semi Kolaborasi :
sesak Wib fowler,  Lembabkan
 Pada saat udara / oksigen inspirasi.
batuk klien 4. Membersihka
mengeluark 09.40 n sekret dari
an darah Wib mulut dan trakea
 TD : 110 / Hasil : sekret
70 mmHg 09.50 dapat keluar
 HR : 90 x/i wib sebagian, pada
 RR : 32 x/i rongga mulut
 Sputum klien bagian
kental dalam masih
terdapat sekret.

Kolaborasi :
a. Mele
mbabkan udara
deng`an
pemberian O2 /
oksigen
inspirasi
Hasil :
membran

25
mucosa lembab

klien diberikan
obat Vit K.
Batuk tetep
bercampur
darah.

Berikan obat

2.Nyeri Mandiri: S : klien mengatakan nyeri pada


berhubungan 10.00 1.Mengkaji skala dadanya sudah berkurang.
dengan Wib nyeri (1-10 ) O:Skala nyeri 5.
kerusakan Hasil : 7 HR:86x/i
dnding alveolus 10.10 2.Lakukan tindakan A: masalah sebagian teratasi
DS: wib menejemen nyeri : P: intervensi di lanjutkan.
1.klien teknik nafas dalam Mandiri:
mengatakan 10.20 Hasil: masih nyeri 1.kaji skala nyeri
bahwa ia Wib 3.Mengevaluasi 2.lakuakan tindakan menejemen
merasakan perubahan pada nyeri
nyeri pada 10.30 tingkat kesadaran 3.mengevaluasi perubahaqn pada
Hasil: kesadaran
dadanya Wib tingakat kesadaran
compos mentis.
2.klien 4. memberikan posisi yang
mengatakan 10.40 4.memberikan posisi nyaman
bahwa wib yang nyaman. Kolaborasi:
Hasil: nyeri
ia merasa sakit 1. memberikan obat analgesik.
berkurang
pada daerah
dadanya setiap Kolaborasi:
kali batuk. Memberikan obat
DO: analgetik
1.Skala nyeri Ketorolax 1 amp/8
yang dirasakan jam
klien 7 Hasil: nyeri
2.Pada saat berkurang.
batuk klien

26
terlihat
memegang
daerah dadanya
yang nyeri.
3. HR: 96x/i
11.00
wib
S:klien mengatakan suhunya
3.Resiko tinggi
berkurang
infeksi
O:Suhu tubuh berkurang
berhubungan 11.10
Hasil: 37C
dengan wib
A: Masalah sebagian teratasi
inflamasi.
P: Intervensi dilanjutkan di
DS: Mandiri:
Rindu A 2.
1.Klien 1.Kaji tanda – tanda
Mandiri:
mengatakan 11.30 penyebab infeksi
1.kaji penyebab infeksi
lemas dan suhu Wib Hasil : infensi
2.Mengkaji patologi penyakit
tubuh beresiko tinggi
atau penyebaran infeksi.
meningkat 11.40 2.Mengkaji patologi
3.Mengawasi suhu sesuai
2.klien Wib penyakit atau
indikasi
mengatakan penyebaran infeksi
Kolaborasi
panasnya naik 12.00 Hasil: klien
1.Memberi obat anti inflamasi
turun. Wib menyadari perlunya
2.Memberikan obat antibiotik.
DO: mematuhi program
1.Suhu tubuh pengobatan.
klien 3.Mengawasi suhu
meningkat sesuai indikasi
2.Suhu 38 c Hasil: suhu turun
3.Klien tampak Kolaborasi
gelisah 1.membri obat anti
4.Eritrosit inflamasi
meningkat Hasil: suhu berkurang
5.Eritrosit 7-10 2.Memberikan obat
antibiotik
Hasil : belum teratasi

27
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah kelompok selesai melakukan Asuhan Keperawatan pada Th.P dengan


“TUBERKULOSIS PARU” diruang Flamboyan di RSUD Pandan, penulis akan
membahas kesenjangan yang terdapat pada teoritis dan tindakan kasus.
Pada tahap ini pembahasan dapat meliputi tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelakasanaanserta evaluasi.

4.1.Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis melakukan anamnese terhadap pasien dan
keluarga yang meliputi riwayat kesehatan klien dimasa lalu sekarang serta dan
keadaan fisiko sosial pasien. Pada tahap ini penulis juga melakukan pemeriksaan fisik
mulai dari vital sign, anamnese serta pola kebiasaan sehari – hari yang meliputi pola
tidur, eliminasi, makan / minum, personal gygiene dan pola k egiatan / aktivitas.
Pada tahap pengkajian ini pula penulis menyertakan beberapa pemeriksaan penunjang
atau diagnostik serta penatalaksanaan dan terapi.
Setelah mendaptkan data – data dari pengkajian diatas, maka penulis
menggolongkan data tersebut kedalam data subjektif dan objetif, selanjutnya penulis
menganalisa data tersebut dan kemudian menegakkan diagnosa keperawatan pada
kasus Tn.P
Dalam hal ini penulis sangat berterima kasih kepada klien dan keluarga yang
banyak membantu dalam proses pengkajian tersebut.
Pada landasan teoritis diperoleh data sebagai berikut :
1. Aktivitas / Istirahat
Klien lemah, nyeri tidak mampu beraktivitas atau bekerja, depresi, serta gangguan
konsentrasi.
2. Sirkulasi
Klien memiliki riwayat hipertensi, takikardi.
3. Integritas ego
Klien tampak stress, ansietas, pekarangsang, serta emosi tidak stabil
4. Eliminasi
Klien tidak mengalami diare.
5. Makanan / cairan
Klien mengalami hilang nafsu makan batuk yang mengeluarkan sekret dan darah
serta penurunan berat badan.
6. Neurosensori

28
Klien kesemutan, pusing, dan kelemahan tonus otot, peka rangsang dan adanya
cemas
7. Penyuluhan dan pembelajaran
Berdasarkan pengkajian tersebut diatas penulis tidak menemukan adanya faktor
resiko terjadinya Tuuberkulosis paru

4.2.Diagnosa keperawatan
Dalam tahap diagnosa keperawatan ini penulis menemukan kesenjangan
antara landasan teoritis dengan tinjauan kasus. Adapun diagnosa keperawatan yang
didapat pada tinjauan teoritis adalah :
1. Diagnosa Keperawatan
a. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum
yang banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat
sputum
b. Nyeri berhubungan dengan kerusakan dinding alveolus
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inflamasi

Diagnosa ini tidak diangkat oleh penulis dikarenakan pada saat melakukan
pengkajian tidak ditemukan adanya keluhan dan masalah klien yang berhubungan
dengan diagnosa diatas.

4.3.Intervensi
Pada tahap perencanaan untuk diagnosa nyeri tidak ditemui
kesenjangan antara teori dengan kasus, dimana semua intervensi yang ada
pada kasus mengacu pada kasus.
Untuk diagnosa resiko tinggi terjadinya inflamasi/ infeksi, terdapat
intervensi yang ada diteori namun
qw tidak terdapat pada kasus yaitu :
 Evaluasi replesi secara periodik, observasi adanya peka rangsang, misalnya :
 Gerakan tersentak
 Adanya kejang
 Prestesia
Untuk diagnosa kerusakan komunikasi verbal b/d tindakan operasi semua
intervesi yang ada pada teori dapat dilakukan pola pada intervensi yang ada
pada kasus

4.4.Implementasi

29
Pada tahap implementasi untuk diagnosa nyeri semua intervensi yang ada
pada rencana asuhan keperawatan mampu di implementasikan pada klien.
Untuk diagnosa resti terjadinya cidera / infeksi terdapat intervensi yang ada
pada rencana asuhan keperawatan namun tidak dapat di implementasikan pada klien
yaitu : Evaluasi replesi secara periodik, observasi adanya peka rangsang misalya ,
gerakan tersentak , adanya kejang, prestesia berhubung karena klien sadar total
( CM).
Pada diagnosa kerusakan komunikasi verbal semua intervensi yang terdapat
pada teori di implementasikan pada klien. Hali ini dapat dilakukan karena
ketersediaan klien untuk terlibat dalam proses keperawatan serta adanya dukungan
dari keluarga.

4.5. Evaluasi
Hasil evaluasi keperawatan terhadap Tn.P dilakukan selama 1 hari namun
tidak terlalu menunjukkan adanya kemajuan. Diantara ketiga diagnosa tersebut belum
ada yang teratasi karena pasien dioper keruangan RA 2.

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Tn. P di ruang IGD RSUP
HAM Medan pada tanggal 13 September 2012, diketahui bahwa klien

30
mengalami gangguan aktivitas / istirahat dimana klien lemah, sulit istirahat,
integritas ego klien terganggu dimana klien sering labil (emosi), makanan dan
cairan, klien kehilangan nafsu makan karena batuk berdahak dan bercampur
darah, neurosensorinya terjadi kelemahan otot dan tidak terdapat faktor resiko
keluarga terhadap kasus yang sama

5.1.2. Diagnosa
Berdasarkan data diatas maka dirumuskan diagnosa sebagai berikut :
a. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum
yang banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat
sputum
b. Nyeri berhubungan dengan kerusakan dinding alveolus
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inflamasi

5.1.3 Intervensi Keperawatan


Pada diagnosa Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan
produksi sputum yang banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak,
terdapat sputum. Semua intervensi pada rencana asuhan keperawatan dari diagnosa
diatas dapat dilaknakan dengan baik. Sedangkan pada diagnosa resiko tinggi b/d
proses pembedahan terdapat intervensi yang tidak dapat dilaksanakan dikarenakan
klien mampu/ sadar total.

5.1.3. Implementasi
a. Implementasi dapat dilakukan dengan baik walaupun tidak semua asuhan
keperawatan dapat direncanakan.
b. Partisifasi keluarga dan klien sangat mendukung dalam melakukan asuhan
keperawatan sekaligus terlaksananya implementasi keperawatan.
c. Adanya kerjasama yang baik antara perawat ruangan dengan tim kesehatan
lainnya mendukung terlaksananya implementasi keperaawatan dengan baik.

5.1.4. Evaluasi
Tidak ada diagnosa keperawatan yang dapat diatasi karena klien dioperkan
keruangan rawat inap yaitu Rindu A 2.

5.2. Saran
5.2.1. Bagi Keluarga
Tetap memberi dukungan / dorongan dan semangat pada pasien dalam
menghadapi penyakitnya.
5.2.2. Bagi Perawat

31
Diharapkan meningkatkan kemampuan dalam mengimplementasikan
asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa “Tuberkulosis paru“.
5.2.3. Bagi Institusi Pendidikan
Menanbah ilmu pengetahuan dan keterampilan pada khususnya
penerapan asuhankeperawatan klien dengan diagnosa “Tuberkulosis
paru
5.2.4. Bagi Intalasi RS
Perlu meningkatkan SDM perawat khususnya dalam pengadaan
pelatihan tentang perawatan Tuberkulosis paru dan menyediakan
prosedur perawatan :Tuberkulosis paru “ pada setiap klien.

32

Anda mungkin juga menyukai