1
Kesalahan dalam membedakan pengeluaran untuk aktiva dan pengeluaran sebagai biaya
akan menyebabkan laporan keuangan salah saji material. Auditor berusaha mencari untuk
mencapai tingkat risiko yang lebih mudah karena transaksi dalam siklus pengeluaran yang
merupakan sumber salah saji material dalam laporan keuangan.
c) Risiko Bawaan
Dalam menaksir risiko bawaan siklus pengeluaran, auditor perlu mempertimbangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi asersi dalam siklus pengeluaran. Faktor-faktor yang
mungkin berpengaruh meliputi :
a. Tekanan untuk menyatakan lebih rendah (understate) beban operasional untuk
menampakkan target laba yang telah ditentukan, padahal dalam kenyataannya target
tersebut tidak tercapai.
b. Tekanan untuk menyatakan lebih rendah besarnya utang dagang untuk menunjukkan
kinerja modal kerja yang lebih baik.
Risiko bawaan siklus pengeluaran pada banyak perusahaan adalah tinggi. Ada berbagai
faktor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus pengeluaran ini, antara lain :
a) Volume transaksi yang selalu tinggi
b) Pembelanjaan dan pengeluaran tanpa otorisasi yang dapat terjadi
c) Pembelian aset yang tak perlu
d) Masalah akuntansi yang berkembang, misalnya apakah cost (harga perolehan)
dikapitalisasi atau dianggap biaya.
d) Strategi Audit
Tingginya risiko bawaan siklus pengeluaran menyebabkan banyak perusahaan
memprioritaskan atau memperluas struktur pengendalian intern siklus pengeluaran untuk
mencegah dan mendeteksi salah saji. Strategi audit yang sering dipakai adalah
Pendekatan Tingkat Risiko Pengendalian yang Ditetapkan Lebih Rendah. Dengan strategi
tersebut, auditor lebih banyak mengandalkan pengujian pengendalian.
e) Pemahaman Struktur Pengendalian Intern
Auditor melakukan pemahaman terhadap struktur pengendalian intern yang diterapkan
dalam siklus pengeluaran yang meliputi lima komponen, diantaranya : lingkungan
pengendalian, penaksiran risiko, informasi dan komunikasi (sistem akuntansi),
pemantauan, dan aktivitas pengendalian.
2
2) Pengolahan informasi, dimana aktivitas pengendalian dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis yaitu pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Contoh pengendalian yang
dapat dilakukan yaitu penggunaan cek bernomor urut tercetak.
3) Pengendalian fisik, mencakup keamanan fisik aktiva yang dikelola yakni kas, termasuk
penjagaan memadai seperti fasilitas yang terlindungi dari akses yang tidak dikehendaki.
Salah satu bentuk pengendalian fisik dari kas yang dipegang adalah dengan
menempatkannya pada deposit box.
4) Pemisahan tugas. Untuk mengurangi kemungkinan atau kesempatan orang untuk berbuat
curang, maka dilakukan pemisahan tugas seperti pembebanan tanggung jawab ke orang
yang berbeda untuk memberikan otorisasi. Pemisahan tugas ini diharapkan dapat
memunculkan adanya pengecekan independen.
2.2 Dokumen dan Catatan
Dalam transaksi pembelian, dokumen dan catatan yang dipakai adalah :
a) Permintaan pembelian, dibuat oleh karyawan yang berwenang, dan dikirimkan kepada
departemen pembelian untuk membeli barang dan jasa.
b) Order pembelian, dibuat dan dikirimkan departemen pembelian kepada perusahaan lain
yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut ingin membeli barang dan jasa.
c) Laporan penerimaan barang, dibuat atas setiap barang yang diterima dari pemasok.
Berdasar dokumen ini, perusahaan mengakui adanya utang dagang.
d) Faktur (invoice) dari pemasok, untuk menagih pelanggan dan sebagai dokumen dasar
penjurnalan penjualan. Dokumen ini sangat penting karena menyatakan jumlah yang
terutang kepada pemasok.
e) Voucher, digunakan sebagai otorisasi pencatatan utang, otorisasi pembayaran utang serta
pencatatan pelunasan utang.
f) Ringkasan voucher, untuk melaporkan total jumlah voucher yang diolah dalam suatu
kelompok atau batch, atau yang diolah selama satu hari tersebut.
g) Register voucher, yaitu suatu jurnal untuk mencatat utang yang timbul dari pembelian.
Pencatatan ini dilakukan berdasar voucher.
h) Laporan pelanggan bulanan dari pemasok, yaitu data berdasarkan pencatatan pemasok,
bukan perusahaan klien.
i) Buku pembantu utang dagang, yaitu buku pembantu untuk mencatat pembelian
individual, pengeluaran kas atau pembayaran, dan total saldo untuk masing-masing
pemasok.
3
j) Arsip voucher belum dibayar. Pada arsip voucher ini, utang dagang dikelola berdasar
tanggal kapan utang harus dilunasi.
k) Arsip voucher yang sudah dibayar, arsip ini digunakan untuk menampung voucher yang
sudah dibayar.
2.3 Fungsi
Fungsi yang terlibat adalah :
a) Fungsi permintaan barang dan jasa
Permintaan pembelian dilakukan dengan mengisi formulir permintaan pembelian. Setiap
permintaan harus ditandatangani oleh supervisor yang mempunyai tanggung jawab untuk
melaksanakan anggaran pengeluaran.
b) Fungsi penyiapan order pembelian
Departemen pembelian melakukan pembelian berdasar permintaan pembelian yang telah
diotorisasi secara tepat. Pembelian dilakukan dengan membuat order pembelian.
c) Fungsi penerimaan barang
Bagian penerimaan barang menerima tembusan order pembelian dari bagian pembelian.
Kemudian pada saat barang yang dipesan tiba, karyawan bagian ini menginspeksi dan
menghitung barang, serta membandingkannya dengan order pembelian. Setelah itu,
membuat laporan penerimaan barang.
d) Fungsi penyimpanan barang
Fungsi penyimpanan barang dipegang oleh bagian gudang. Penyimpanan barang harus
dilakukan dalam gudang dengan pembatasan akses yang memadai.
e) Fungsi penyiapan voucher pembayaran
Fungsi ini dipegang oleh departemen atau bagian utang (voucher payable). Karyawan
bagian ini membandingkan dan melihat kesesuaian antar dokumen dengan tujuan
memastikan bahwa utang yang akan dibayar benar-benar atas pembelian barang yang
sudah diterima perusahaan.
f) Pencatatan utang
Pada sistem manual, tembusan voucher yang belum dibayar, dikirimkan bersama
ringkasan voucher harian kepada departemen akunting untuk dicatat dalam register
voucher dan buku besar. Supervisor akunting harus memeriksa kesesuaian kedua
dokumen tersebut. Supervisor akunting harus memonitor bahwa apakah pencatatan telah
dilakukan secara tepat (tepat waktu).
2.4 Penghimpunan dan Pendokumentasian Pemahaman
Penghimpunan pemahaman dapat dilakukan dengan cara :
a) Review Pendahuluan
Tujuan utama dari review pendahuluan adalah menentukan apakah pemahaman terhadap
sistem pengendalian intern dapat digunakan untuk membatasi uji substantif siklus
pengeluaran. Jika dalam review pendahuluan didapati bahwa pengendalian yang ada tidak
mencukupi maka auditor tidak akan membatasi uji substantifnya.
b) Dokumentasi Sistem
4
Siklus pengeluaran perusahaan dapat didokumentasikan dengan menggunakan flow-chart,
kuisioner dan atau deskripsi naratif.
c) Menganalisa alur transaksi
Untuk menguatkan pemahaman pada sistem flowchart, auditor dapat memilih salah satu
voucher yang telah dilunasi secara random. Kemudian diuji kepatuhannya dnegan
kebijakan perusahaan.
2.5 Penetapan Risiko Pengendalian
Melalui pemahaman struktur pengendalian intern klien, auditor dapat mengetahui
apakah pengendalian yang diperlukan telah dirancang dan dijalankan oleh klien atau tidak.
Pengujian pengendalian yang dilakukan dapat menghasilkan bukti mengenai efektivitas
rancangan dan operasi pengendalian dalam transaksi pembelian. Bukti tersebut kemudian
digunakan untuk menetapkan risiko pengendalian untuk setiap asersi yang signifikan yang
terkait dengan transaksi pembelian.
2.6 Pengujian Pengendalian
Seperti dalam audit siklus pendapatan, auditor sangat sering mengandalkan struktur
pengendalian intern klien dalam audit siklus pengeluaran. Hal tersebut disebabkan oleh
volume transaksi. Oleh karena itu, auditor perlu memperluas pengujian oleh tingginya
pengendalian untuk memperoleh keyakinan bahwa rancangan prosedur pengendalian adalah
efektif dan dapat beroperasi sebagaimana mestinya.
Prosedur pengujian pengendalian yang dapat diterapkan untuk siklus pengeluaran
dibedakan atas prosedur :
a) Pengujian pengendalian pembelian
Langkah-langkah :
1. Pilih sampel voucher yang sudah dibayar secara random.
2. Telaah setiap voucher untuk menentukan :
a. ketepatan prosedur penerimaan voucher
b. terdapat otorisasi yang tepat
3. Membandingkan rincian dalam permintaan pembelian, order pembelian, laporan
penerimaan, faktur pemasok, dan voucher, serta memeriksa ketepatan perhitungan
matematis.
4. Membandingkan order pembelian yang digunakan dalam voucher dengan tembusan
order pembelian dan permintaan pembelian yang diperoleh dari departemen pembelian.
5. Mengusut harga dalam order pembelian dengan sumber penentuan harga untuk
menentukan kewajaran harga tercantum.
6. Mendokumentasikan setiap temuan penyimpangan yang diperoleh melalui kelima
langkah di atas.
b) Pengujian pengendalian penerimaan
Langkah-langkah :
1. Berdasar sampel voucher yang telah dipilih, mintakan tembusan laporan penerimaan
barang dari arsip departemen penerimaan barang.
5
2. Membandingkan laporan penerimaan dalam voucher dengan copy laporan penerimaan
barang dalam arsip departemen penerimaan barang.
3. Menelaah laporan penerimaan untuk menentukan apakah barang yang diterima dihitung,
diinspeksi, dan dibandingkan dengan slip pengiriman dan order pembelian.
4. Mengusut laporan penerimaan dengan pencatatan dalam arsip penerimaan barang.
5. Mendokumentasikan setiap temuan penyimpangan yang diperoleh melalui keempat
langkah di atas.
7
8
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul dan Santoso, Totok Budi. 2004. Auditing 2 (Dasar-Dasar Prosedur
Pengauditan Laporan Keuangan). Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Audit Siklus Pengeluaran. 2013. https://dexsuar.wordpress.com/2013/10/08/audit-siklus-
pengeluaran/ (Diakses pada tanggal 25 September 2018)