Anda di halaman 1dari 6

STUDI PERKIRAAN BEBAN PADA GARDU INDUK MANISREJO

TAHUN 2014-2025
Wisnu Adi Suryo¹, Hadi Suyono, ST., MT., Ph.D ², Teguh Utomo, Ir., MT ³
¹Mahasiswa Teknik Elektro, ¸²·³Dosen Teknik Elektro, Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail: wisnuadisuryo@gmail.com

Abstrak - Dalam beberapa tahun terakhir telah Dengan semakin bertambahnya permintaan konsumen
terjadi perkembangan yang cukup pesat dalam hal listrik Kota Madiun maka semakin besar pula beban
pertumbuhan ekonomi di Kota Madiun yang listrik yang ditanggung oleh GI Manisrejo. Apabila
mengakibatkan permintaan terhadap energi listrik beban listrik yang ditanggung oleh GI lebih besar dari
mengalami peningkatan. Energi listrik di Kota kapasitasnya maka GI akan mengalami overload yang
Madiun sendiri disuplai oleh Gardu Induk (GI) berakibat kepada terhentinya suplai tenaga listrik dan
Manisrejo. Dengan semakin bertambahnya memungkinkan terjadinya kerusakan pada peralatan
permintaan konsumen listrik Kota Madiun maka transformator di GI Manisrejo.
semakin besar pula beban listrik yang ditanggung Agar permasalahan di atas dapat terhindari,
oleh GI Manisrejo. Untuk mencegah terjadinya maka perlu adanya suatu perencanaan beban listrik
overload pada GI Manisrejo, maka diperlukan pada GI. Perencanaan beban listrik jangka panjang
suatu perkiraan beban listrik jangka panjang. dapat digunakan sebagai perencanaan untuk
Pada penelitian ini, metode yang menentukan langkah–langkah guna mengantisipasi
digunakan untuk perkiraan beban GI adalah pertumbuhan beban yang terjadi pada GI Manisrejo
metode regresi linier berganda, dimana diperoleh Tujuan penelitian ini adalah untuk
perkiraan beban GI Manisrejo untuk tahun 2025 memperkirakan kondisi pembebanan pada GI
sebesar 60,35 MVA. Sedangkan perkiraan beban Manisrejo untuk 12 tahun mendatang dan untuk
untuk trafo V dan VI GI Manisrejo masing-masing mengetahui apakah kondisi GI Manisrejo pada saat ini
sebesar 37,42 MVA dan 22,93 MVA. Dari hasil masih layak dipertahankan untuk 12 tahun mendatang.
penghitungan diperoleh bahwa trafo VI perlu Dalam penelitian ini hanya akan membahas
dinaikkan kapasitasnya menjadi 30 MVA, yaitu bagaimana perkiraan kondisi pembebanan GI
pada tahun 2017 dimana peningkatan beban trafo Manisrejo pada 12 tahun mendatang dengan metode
VI diperkirakan 15,11 MVA regresi linier berganda berdasarkan variabel-variabel
yang mempengaruhinya.
Kata kunci: beban GI, perkiraan, regresi linier
berganda II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkiraan Kebutuhan Energi Listrik
I. PENDAHULUAN Perkiraan pada dasarnya merupakan dugaan
nergi listrik pada saat ini sudah merupakan salah atau perkiraan mengenai terjadinya suatu kejadian atau
E satu kebutuhan primer manusia. Penggunaan
energi listrik tidak hanya untuk kebutuhan
penerangan dan rumah tangga, tetapi juga untuk
peristiwa di waktu yang akan datang. Perkiraan bisa
bersifat kualitatif maupun kuantitatif [1].
Dalam membuat perkiraan kebutuhan tenaga
mendukung kegiatan pendidikan dan perekonomian. listrik, faktor-faktor di luar bidang kelistrikan yang
Hal inilah yang menyebabkan dari tahun ke tahun, berpengaruh tidak dapat diabaikan. Bila faktor-faktor
kebutuhan energi listrik di Indonesia cenderung tersebut dapat diperhitungkan seluruhnya maka
mengalami peningkatan, akan tetapi peningkatan diharapkan hasil perkiraan akan mendekati kebenaran
terhadap energi listrik ini tidak seiring dengan [2].
peningkatan peyediaan energi listrik. Demikian juga Perkiraan kebutuhan energi listrik sendiri
yang terjadi di Kota Madiun, pada beberapa tahun menurut jangka waktunya dikelompokkan menjadi tiga
terakhir telah terjadi perkembangan yang cukup pesat kelompok, yaitu [3]:
dalam hal pertumbuhan ekonomi di Kota Madiun yang a. Perkiraan jangka pendek, untuk jangka waktu
menyebabkan permintaan terhadap energi listrik di beberapa jam sampai dengan satu minggu
Kota Madiun cenderung mengalami peningkatan. (168 jam).
Gardu Induk (GI) Manisrejo merupakan satu– b. Perkiraan jangka menengah, untuk jangka
satunya GI yang menyuplai energi listrik Kota Madiun. waktu 1 bulan – 1 tahun.
1
c. Perkiraan jangka panjang, untuk jangka waktu b. Regresi Eksponensial
di atas 1 tahun. Ada beberapa jenis trend yang tidak linier
Umumnya, menurut kegiatan pemakaiannya, tetapi dapat dibuat linier dengan jalan melakukan
beban yang terhubung dengan jaringan distribusi listrik transformasi. Misalkan trend eksponensial 𝑦 = 𝑒 𝑎+𝑏𝑥
dapat dikelompokkan menjadi [2]: dapat diubah menjadi [1]:
1. Beban rumah tangga 𝑙𝑛 𝑦 = ln 𝑒 (𝑎 + 𝑏𝑥) (2.4)
2 Beban komersial atau bisnis Karena log e = 1, maka:
3. Beban industri 𝑙𝑛 𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥 (2.5)
4. Beban Publik Jika ln y = y’, maka persamaannya akan menjadi
2.2 Pola Data persamaan linier, yaitu: 𝑦 ′ = 𝑎 + 𝑏𝑥. Nilai koefisien a
1. Trend, yaitu komponen jangka panjang yang dan b dicari melalui persamaan (2.2) dan (2.3).
mendasari pertumbuhan atau penurunan suatu c. Regresi Berganda
data runtut waktu. Pola trend merupakan Regresi berganda bertujuan untuk
pergerakan data sedikit demi mendapatkan fungsi yang menghubungkan variabel
sedikit.meningkat atau menurun [1]. tidak bebas dengan beberapa variabel bebas. Untuk
2. Siklus, yaitu suatu pola dalam data yang mendapatkan persamaan pola hubungan dari data yang
terjadi setiap beberapa tahun. fluktuasi atau memiliki variabel–variable tidak bebas dan bebas yang
siklus dari data runtut waktu akibat perubahan lebih dari satu, digunakan model regresi berganda yang
kondisi ekonomi [1]. bentuk umumnya [5]:
3. Musiman, yaitu pola data yang berulang pada ̂𝑖 = 𝑏0 + 𝑏1 𝑥1 + 𝑏2 𝑥2 + ⋯ + 𝑏𝑘 𝑥𝑘 + 𝑒
𝑌 (2.6)
kurun waktu tertentu [1]. Keterangan
4. Horizontal, yaitu pola data yang terjadi saat Yt = variabel tidak bebas
data observasi berfluktuasi di sekitaran suatu x1…xk = variabel bebas
nilai konstan atau mean yang membentuk e = kesalahan
garis horizontal [1]. b0 = konstanta
2.3 Metode Perkiraan Beban b1…bk = koefisien regresi
Dalam memperkirakan beban GI, ada 2.4 Permasalahan Pada Regresi
beberapa metode yang dapat digunakan. Salah satunya 2.4.1 Autokorelasi
adalah metode regresi. Autokorelasi adalah korelasi antara variabel
2.3.1 Metode Regresi serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu
Metode regresi merupakan metode perkiraan (seperti dalam deret waktu).
yang mengasumsikan faktor yang diperkirakan Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
menunjukkan hubungan sebab – akibat dengan satu autokorelasi dilakukan dengan membandingkan nilai
atau lebih variabel bebas, sehingga metode ini statistic Durbin–Watson yang diperoleh dari program
bertujuan untuk mengetahui bentuk hubungan tersebut SPSS dengan nilai yang diperoleh dari tabel Durbin–
dan memperkirakan nilai mendatang dari variabel tidak Watson.
bebas. Ada beberapa metode regresi yang dapat Apabila nilai statistic Durbin–Watson yang
digunakan untuk memperkirakan beban GI, diperoleh dari program (d) terletak diantara batas atas
diantaranya adalah metode regresi linier, regresi nilai statistic Durbin–Watson yang diperoleh dari tabel
eksponensial, dan regresi linier berganda [4]. (dU) dan 4-dL (batas bawah nilai statistic Durbin–
a. Regresi Linier Watson yang diperoleh dari tabel), maka disimpulkan
Persamaan umum dari regresi linier ini adalah tidak terjadi autokorelasi [6].
[1]: 2.4.2 Heteroskedastisitas
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥 (2.1) Pengujian heteroskedastisitas merupakan
dimana : pengujian untuk menentukan apakah dalam model
𝑛𝛴𝑥𝑦−(𝛴𝑥)(𝛴𝑦)
𝑏= (2.2) regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
𝑛(𝛴𝑥)2 −(𝛴𝑥)2
𝛴𝑦 𝛴𝑥 satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance
𝑎 = −𝑏 (2.3) dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap
𝑛 𝑛
keterangan : maka terjadi homoskedastisitas dan jika terjadi
y = variabel tidak bebas sebaliknya maka disebut heteroskedastisitas
x = variabel bebas Salah satu cara untuk mendeteksi adanya
a = koefisien intersepsi gejala heteroskedastisitas adalah melalui uji glejser,
b = koefisien kemiringan dimana nilai absolut dari residual diregresikan
terhadap variabel–variabel bebas [6].

2
2.4.3 Multikolinieritas 2.6 Capacity Balance Transformator
Pada analisis regresi berganda, Capacity balance transformator adalah cara
multikolinieritas adalah suau istilah yang diberikan mengetahui batas kapasitas transformator gardu induk
kepada satu atau beberapa kondisi berikut [1]: dalam mendukung beban, yang dikaitkan peningkatan
a. Dua variabel bebas berkorelasi sempurna (nilai kebutuhan tenaga listrik berdasarkan prakiraan.
r = 1 atau r = -1). Dengan capacity balance, dapat ditentukan tahun
b. Dua variabel bebas hampir berkorelasi persiapan ekstensifikasi transformator baru dan
sempurna (nilai r mendekati 1 atau -1). pengadaan GI baru. Syarat-syarat gardu induk adalah
c. Kombinasi linear dari beberapa variabel bebas [7]:
berkorelasi sempurna atau mendekati 1. Dalam satu Gardu Induk (GI) hanya dijinkan
sempurna dengan variabel bebas lainnya. 3(tiga) buah transformator
d. Kombinasi linier dari satu sub-himpunan 2. Kapasitas transformator tertinggi dalam setiap
variabel bebas berkorelasi sempurna atau GI adalah 60 MVA
mendekati sempurna dengan suatu kombinasi 3. Pembebanan transformator tidak boleh
linear dari sub-himpunan variabel bebas yang melebihi 80% dari kapasitas transformator.
lain. 4. Bila beban transformator mendekati 80%,
Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan harus dipersiapkan :
lawannya yaitu Variance Inflation Factor (VIF). VIF a. Uprating, bila kapasitas transformator di
sendiri merupakan nilai yang digunakan untuk bawah 60 MVA.
mengukur tingkat keeratan hubungan antar variabel b. Ditambahkan transformator baru, bila
bebas. kapasitas transformator sudah 60 MVA
2.5 Kriteria Performa Peramalan dan di GI tersebut jumlah transformator
Ketepatan atau ketelitian merupakan kriteria masih kurang dari 3.
dari performa suatu metode peramalan. Ketepatan atau
ketelitian tersebut dapat dinyatakan sebagai kesalahan
c. Pembangunan gardu induk baru dengan
transformator baru.
dalam peramalan. Kesalahan yang kecil memberikan
arti ketelitian peramalan yang tinggi.
III. METODE PENELITIAN
Besar kesalahan suatu peramalan dapat
dihitung dengan beberapa cara, antara lain adalah [1]: Dalam penelitian ini secara umum metodologi
1. Mean Squared Error (MSE), merupakan rata- pengerjaannya adalah sebagai berikut:
rata jumlah kuadrat kesalahan peramalan. 3.1 Studi Literatur
1 Studi literatur dilakukan dengan mempelajari
𝑀𝑆𝐸 = ∑𝑛𝑡=1(𝑌 − 𝑌𝑡 )2 (2.7) buku–buku dan literatur yang menunjang dalam
𝑛
dimana : penyusunan skripsi ini, antara lain mempelajari tentang
Y = Data aktual dasar – dasar teknik perkiraan, analisis regresi linier
Yt = Nilai peramalan berganda, dan empelajari tentang GI.
n = Jumlah pengamatan 3.2 Pengumpulan Data
2. Mean Absolute Persentage Error (MAPE), Tujuan dari pengumpulan data adalah untuk
adalah menghitung rata-rata persentase memperkirakan kondisi pembebanan GI Manisrejo.
kesalahan pertama dari beberapa periode. Data–data yang diperlukan untuk menunjang
1 |𝑌−𝑌𝑡 |
𝑀𝐴𝑃𝐸 = [ ∑𝑛𝑡=1 ] (2.8) penyusunan skripsi ini diperoleh dari BPS Kota
𝑛 𝑌
Y = Data aktual Madiun, GI Manisrejo dan PT. PLN APJ Madiun.
Yt = Nilai peramalan Adapun data – data yang diambil dari GI manisrejo
n = Jumlah pengamatan data pembebanan pada trafo V dan VI pada GI.
3. Mean Absolut Deviation (MAD), adalah Sedangkan data yang diperoleh dari BPS Kota Madiun
mengukur ketepatan ramalan dengan merata- adalah data jumlah penduduk, Produk Domestik
rata kesalahan dugaan (nilai absolut masing- Regional Bruto (PDRB). Untuk data yang diperoleh
masing kesalahan). dari PT. PLN APJ Madiun Kota merupakan data
1 tentang jumlah pelanggan, serta data tentang jumlah
𝑀𝐴𝐷 = [ ∑𝑛𝑡=1|𝑌 − 𝑌𝑡 |] (2.9) pemakaian energi listrik. Adapun data yang digunakan
𝑛
Y = Data aktual adalah data mulai tahun 2005 – 2013.
Yt = Nilai peramalan 3.3 Penentuan Metode Perkiraan
n = Jumlah pengamatan Setelah data – data terkumpul akan dilakukan
analisis terhadap kondisi beban pada GI manisrejo
dengan proses sebagai berikut:.
3
a. Menentukan persamaan untuk perkiraan bruto (PDRB), jumlah pelanggan listrik, dan jumlah
jumlah penduduk kota Madiun, PDRB Kota pemakaian energi listrik masing-masing adalah:
Madiun, jumlah pelanggan listrik, jumlah X2(t) = e7,7551 + 0,1230t (4.3)
pemakaian tenaga listrik Kota Madiun. X3(t) = e10,6717 + 0,0178t (4.4)
Penentuan penggunaan regresi linier atau X4(t) = e11,7148+ 0,0539t (4.5)
eksponensial nantinya berdasarkan nilai dari Dimana :
Mean Squared Error (MSE), Mean Absolut X2(t) : PDRB tahun ke-t (milliar rupiah)
Deviation (MAD), dan Mean Absolute X3(t) : Jumlah pelanggan tahun ke-t (unit)
Persentage Error (MAPE). X4(t) : Jumlah pemakaian energi listrik
b. Pengujian terhadap variabel jumlah tahun ke-t (MWh)
penduduk, PDRB, jumlah pelanggan listrik 4.3 Penghitungan
Kota Madiun, dan jumlah pemakaian tenaga Penghitungan perkiraan beban gardu induk
listrik. bukan merupakan variabel time series yang hanya
c. Menentukan persamaan beban GI dengan ditentukan oleh trendnya sendiri, tetapi juga
menggunakan metode regresi berganda ditentukan oleh variabel–variabel lain yang
berdasarkan variabel jumlah penduduk, mempengaruhinya. Untuk mendapatkan perkiraan
PDRB, jumlah pemakaian tenaga listrik, dan beban gardu induk seakurat mungkin, maka digunakan
jumlah pelanggan listrik Kota Madiun. metode regresi linier berganda dimana perkiraan beban
3.4 Penghitungan dan Analisis gardu induk menjadi variabel tidak bebas, sedangkan
Setelah metode perkiraan yang tepat telah variabel bebas merupakan variabel–variabel yang
didapatkan, maka akan dilakukan penghitungan mempengaruhinya.
terhadap perkiraan pembebanan GI Manisrejo. Setelah 4.3.1 Pengujian Variabel Persamaan Perkiraan
hasil penghitungan perkiraan pembebanan GI Beban Gardu Induk
Manisrejo untuk 12 tahun mendatang telah didapatkan, Sebelum melakukan analisis regresi linier
maka akan dilihat apakah kondisi GI Manisrejo ke berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian
depannya masih layak dipertahankan atau tidak. terhadap variabel–variabel yang mempengaruhi
perkiraan beban gardu induk. Pengujian yang
IV. PERHITUNGAN DAN ANALISIS dilakukan menggunakan program Statistical Program
4.1 Penentuan Metode Perkiraan for Social Science (SPSS).
Setelah data dari GI Manisrejo, BPS dan PLN a. Uji Autokorelasi
APJ Madiun didapatkan maka data yang ada Dari program SPSS diperoleh nilai d = 2,537.
dicocokkan dengan pola trend linier ataupun non- Sedangkan dari tabel Durbin - Watson, dengan nilai k
linier. Dengan persamaan (2.1) hingga persamaan (2.9) = 4, n = 9 diperoleh nilai dL = 0,2957, dU = 2,5881.
didapatkan hasil sebagai berikut: Oleh karena nilai d terletak diantara nilai dL dan dU,
X1(t) = 195.973,6111 + 1.282,6333t (4.1) maka hasil uji autokorelasi tidak dapat ditentukan.
X1(t) = e12,1861 + 0,0063t. (4.2) b. Uji Heteroskedastisitas
Persamaan (4.1) merupakan model persamaan Dari program SPSS diperoleh bahwa terdapat
perkiraan jumlah penduduk melalui metode regresi 1 variabel yang nilai signifikansinya dibawah 0,05.
linier sedangkan persamaan (4.2) merupakan model Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada variabel
persamaan perkiraan melalui metode regresi jumlah pelanggan terjadi heteroskedastisitas.
ekspoensial. c. Uji Multikolinieritas
Tabel 4.1. Nilai MSE, MAD, dan MAPE Jumlah Dari program SPSS, diperoleh bahwa seluruh
Penduduk variabel bebas nilai VIFnya > 10. Sehingga dapat
MSE MAD MAPE disimpulkan bahwa terjadi multikolinieritas pada
Linier 226,472.2965 428.6395 0.0021 seluruh variabel–variabel bebas.
4.3.2 Analisis Faktor
Eksponensial 234,282.7910 438.1049 0.0022
Setelah melalui pengujian, maka dapat
Sumber: Hasil Penghitungan disimpulkan bahwa pada variabel–variabel bebas
Dari tabel 4.1, karena nilai MSE, MAD, dan terjadi heteroskedastisitas dan multikolinieritas.
MAPE metode regresi linier paling rendah, maka Sedangkan untuk uji autokorelasi hasilnya tidak dapat
persamaan (4.1) yang digunakan sebagai model diketahui.
persamaan perkiraan jumlah penduduk. Salah satu prosedur yang dapat ditempuh untuk
Melalui metode yang sama, maka model menghindari masalah–masalah tersebut adalah melalui
persamaan perkiraan untuk produk domestik regional prosedur Principal Component Analysis (PCA). Untuk

4
menempuh prosedur ini ada beberapa syarat yang Walaupun hingga tahun 2025 beban pada GI
harus dipenuhi: masih berada di bawah kapasitas GI, tetapi perlu
1. Nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO), yang diperhatikan bahwa sesuai dengan aturan capacity
merupakan nilai untuk mengukur kecukupan balance transformator bahwa pembebanan tidak boleh
sampling dan membandingkan besarnya lebih dari 80% dari kapasitas GI, maka perlu dilakukan
koefisien korelasi terobservasi dengan besarnya penghitungan seberapa besar % pembebanan yang
koefisien korelasi antar pasangan variabel, harus terjadi tiap tahunnya
bernilai diantara 0,5 dan 1.
Beban GI Manisrejo Tahun 2014 - 2025
2. Nilai Measure of Sampling Adequay (MSA),
yang merupakan suatu nilai untuk perbandingan
antara koefisien parsial untuk setiap variabel, 70
harus > 0,5 60
Dari program SPSS diperoleh nilai KMO = 50

MVA
0,706, sedangkan nilai MSA untuk variabel jumlah 40
penduduk, PDRB, jumlah pelanggan listrik, dan 30
jumlah pemakaian energi listrik masing–masing 0,681, 20
0,666, 0,832, dan 0,669. Sehingga analisis PCA dapat 10
dilanjutkan. 0
Setelah melalui analisis PCA, maka akan

2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
didapatkan persamaan:
𝐹1 (𝑡) = 0,251𝑋1 (𝑡) + 0,257𝑋2 (𝑡) + 0,253𝑋3 (𝑡) + Tahun
0,255𝑋4 (𝑡) (4.6)
Dimana : Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Beban GI
F1(t) : Variabel faktor tahun ke-t Manisrejo
X1(t) : Jumlah penduduk tahun ke-t (jiwa) Sumber: Hasil Penghitungan
X2(t) : PDRB tahun ke-t (milliar rupiah) Dari hasil penghitungan terlihat bahwa %
X3(t) : Jumlah pelanggan tahun ke-t (unit) pembebanan pada tahun 2024 telah melampaui 80%,
X4(t) : Jumlah pemakaian energi listrik sehingga sebelum tahun 2024 sudah seharusnya
tahun ke-t (MWh) dilakukan uprating pada salah satu trafo pada GI
Berdasarkan hasil pengujian, pada variabel F1 Manisrejo. Mengingat kapasitas trafo VI yang masih
sudah tidak terjadi autokorelasi, heteroskedastisitas, 20 MVA, maka uprating seharusnya dilakukan pada
dan multikolinieritas trafo VI menjadi 30 MVA sesuai dengan aturan
4.3.3 Model Persamaan Perkiraan Beban Gardu capacity balance transformator
Induk Tabel 4.2. Penghitungan % Pembebanan Beban GI
Setelah didapatkan variabel baru F1 yang Mansirejo Tahun 2014 – 2025
terdiri dari X1, X2, X3, dan X4, maka variabel tidak Beban
bebas beban gardu induk akan diregresikan terhadap %
Tahun GI
variabel F1, sehingga diperoleh: beban
(MVA)
𝑌(𝑡) = −22811,270 + 0,471𝐹1 (𝑡) (4.7)
2014 34,08 48,69
Keterangan :
Y(t) : Beban gardu induk tahun ke-t (kVA) 2015 35,87 51,25
F1(t) : Variabel faktor tahun ke-t 2016 37,76 53,94
X1(t) : Jumlah penduduk tahun ke-t (jiwa) 2017 39,75 56,79
X2(t) : PDRB tahun ke-t (miliar rupiah) 2018 41,85 59,79
X3(t) : Jumlah pelanggan tahun ke-t (unit)
2019 44,07 62,95
X4(t) : Jumlah pemakaian energi listrik tahun ke-t
(MWh) 2020 46,41 66,30
4.3 Analisis Kondisi Beban Gardu Induk 2021 48,89 69,84
4.3.1 Analisis Beban Gardu Induk 2022 51,51 73,59
Dari gambar 4.1 terlihat bahwa beban pada GI 2023 54,29 77,55
Manisrejo terus meningkat hingga tahun 2025. Dari 2024 57,23 81,76
gambar di atas terlihat pula bahwa hingga tahun 2025
beban pada GI Manisrejo masih berada di bawah 2025 60,35 86,22
kapasitas GI yakni sebesar 70 MVA. Sumber: Hasil Penghitungan

5
.Setelah dilakukan uprating pada trafo VI, % merupakan beban trafo V dan 38% merupakan beban
pembebanan GI pada tahun 2024 dan 2025 sudah trafo VI, maka kita dapat menentukan perkiraan beban
sesuai dengan aturan capacity balance transformator. pada trafo V dan VI antara tahun 2014 – 2025.
Nilai % pembebanan yang sebelumnya 81,76% pada Dari tabel 4.4 terlihat bahwa kondisi beban
tahun 2024 dan 86,22% pada tahun 2025, setelah pada trafo V hingga tahun 2025 masih di bawah 80%
dilakukan uprating pada trafo VI turun menjadi dari kapasitas trafo, sedangkan pada kondisi beban
63,59% pada tahun 2024 dan 67,06% pada tahun 2025. pada trafo VI antara tahun 2019 – 2025 kondisi beban
4.4.2 Analisis Beban Trafo V dan VI Gardu sudah lebih dari 80% dari kapasitas trafo. Sehingga
Induk pada trafo VI sebelum tahun 2019 sudah harus
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa antara tahun dilakukan uprating trafo. Melihat kondisi beban yang
2005 - 2013 rata- rata 62% dari beban GI merupakan terjadi pada tahun 2018, dimana kondisi beban sudah
beban pada trafo V sedangkan sisanya sebesar 38% mencapai 79.52% dari kapasitas trafo, maka sebaiknya
merupakan beban pada trafo VI. uprating trafo dilakukan pada tahun 2017.
Tabel 4.3. Beban Pada Trafo V dan VI Tahun 2005
– 2013 V. PENUTUP
Beban Beban Dari hasil penghitungan yang telah dilakukan,
Tahun Trafo V % Trafo VI % dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
(MVA) (MVA) 1. Dengan menggunakan metode regresi linier
2005 13,83 61,30 8,73 38,70 berganda, pada tahun 2025 diperkirakan
2006 14,30 61,48 8,96 38,52 beban pada GI Manisrejo sebesar 60,35
MVA, beban pada trafo V sebesar 37,42
2007 14,93 61,72 9,26 38,28 MVA, dan pada trafo VI sebesar 22,93 MVA.
2008 14,30 61,29 9,03 38,71 2. Pada tahun 2025 diperkirakan beban pada GI
2009 15,68 61,30 9,90 38,70 Manisrejo mencapai 86,22% dari kapasitas
2010 16,76 61,62 10,44 38,38 GI, pada trafo V sebesar 74,81% dari
2011 18,75 62,05 11,47 37,95 kapasitas trafo V, dan pada trafo VI sebesar
2012 19,93 62,03 12,20 37,97 114,67% dari kapasitas trafo VI.
3. Dikarenakan pada tahun 2018 beban pada
2013 20,22 62,04 12,37 37,96 trafo VI sudah mencapai 79,5% dari kapasitas
Sumber: PT.PLN APJ Madiun trafo, maka diperlukan uprating kapasitas
Tabel 4.4. Perkiraan Beban Trafo V dan VI Tahun pada trafo VI GI Manisrejo pada tahun 2017
2014 - 2025 menjadi 30 MVA.
Beban Beban
Tahun Trafo V % Trafo VI % DAFTAR PUSTAKA
(MVA) (MVA) [1] Makridakis, S. 1999. Metode Aplikasi dan
2014 21,13 42,38 12,95 64,76 Peramalan. Jakarta: Penerbit Erlangga
2015 22,24 44,59 13,63 68,16 [2] Suswanto, D. 2009. Sistem Distribusi Tenaga
Listrik. Fakultas Teknik Universitas Negeri
2016 23,41 46,92 14,35 71,75
Padang
2017 24,65 49,38 15,11 75,53 [3] Marsudi, D. 1990. Operasi Sistem Tenaga
2018 25,95 51,97 15,90 79,52 Listrik. Jakarta: Balai Penerbit dan Humas ISTN
2019 27,32 54,71 16,75 83,73 [4] Makridakis, S. 1987. Forecasting Methods &
Application. New York
2020 28,78 57,60 17,64 88,18
[5] Dajan, A. 1975. Pengantar Metode Statistik Jilid
2021 30,31 60,66 18,58 92,89 I dan II. Lembaga Penelitian Pendidikan dan
2022 31,94 63,90 19,57 97,87 Penerangan Ekonomi dan Sosial
2023 33,66 67,33 20,63 103,15 [6] Ghazali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate
2024 35,48 70,96 21,75 108,74 dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP
2025 37,42 74,81 22,93 114,67 [7] Nugroho, A. 2009. Sistem Informasi Prakiraan
Sumber: Hasil Penghitungan Kebutuhan Tenaga Listrik Sistem Distribusi
Dengan menganggap antara tahun 2014 – Tenaga Listrik. Semarang: Teknik Elektro
2025 terjadi kondisi yang sama, 62% beban GI Fakultas Teknik UNDIP

Anda mungkin juga menyukai