Anda di halaman 1dari 10

PEMBUATAN PREPARAT DENGAN METODE SQUASH

I. PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mikroteknik merupakan ilmu atau seni mempersiapkan organ, jaringan atau bagian
jaringan untuk dapat diamati dan ditelaah. Penelaahan umumnya dilakukan dengan bantuan
mikroskop, karena struktur jaringan secara terperinci terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan
mata telanjang. Ruang lingkup yang mencakup materi mikroteknik dapat diperoleh dari
sejumlah definisi dan peristilahan yang bisa dipakai, hanya saja sebaiknya kita mencamkan
dalam pikiran kita bahwa suatu spesimen mikroteknik dapat merupakan sebagian atau
seluruhan dari struktur yang ditetapkan. Selain direkatkan dengan kaca preparat, spesimen
tadi umumnya dilindungi dengan kaca penutup, yaitu sepotong kaca yang sangat tipis ataupun
plastik yang tembus pandang yang direkatkan diatas spesimen tersebut (Gunarso, 1989).
Menurut Rudyatami, (2014), mikroteknik adalah ilmu yang mempelajari metode atau
prosedur pembuatan preparat mikroskopik.
Mikroteknik semakin berkembang dan banyak metode yang digunakan untuk pembuatan
sediaan tergantung bahan yang akan digunakan diantaranya metode embedding, metode non
embedding, metode asetolisis, metode ulas atau apus dan squash atau pejetan. Sel tumbuhan
yang kebanyakan digunakan untuk pembuatan sediaan dengan metode squash ataupun pejetan
sering sekali menggunakan organ tumbuhan berupa akar untuk melihat pembelahan selnya.
Peparat pejetan atau yang disebut dengan squash preparation merupakan preparat yang dibuat
dengan metode pencet atau menekan bahan dengan menggunakan karet pensil sampai
membentuk lapisan yang sangat tipis sehingga bagian tersebut terlihat dengan jelas. Preparat
pejetan biasanya digunakan untuk melihat proses mitosis pada akar bawang. Mitosis
merupakan pembelahan sel yang mana sel anakannya memiliki sifat yang sama dengan induk
selnya. Tahapan dalam pembelahan mitosis ialah profase, metafase, anafase dan telofase
(Rudyatami, 2014).
Pada saat sel membelah kromosom relative mudah diamati dengan memperlakukan sel-
sel tersebut dengan metode fiksasi dan pewarnaan sederhana. Pewarnaan yang digunakan
untuk memperjelas bagian-bagian kromosom biasanya menggunakan aceto-carmin atau
orceto-orcein. Mitosis pada tumbuhan terjadi selama mulai dari 30 menit sampai beberapa
jam dan merupakan bagian dari suatu proses yang berputar dan terus-menerus. Mitosis terjadi
di dalam sel somatik yang bersifat meristematik. Mitosis biasanya diikuti dengan pembelahan
sel yang disebut dengan sitokenesis yang mana sel akan terpisah menjadi dua. Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dilakukan praktikum preparat segar mitosis (Kimbal, 1983).
B. Tujuan
Tujuan praktikum acara squash adalah untuk mengetahui tahapan-tahapan pembuatan
preparat menggunakan metode squash serta mengetahui tahapan-tahapan pembelahan sel.
II. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA

A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam metode squash yaitu diantara lain terdapat gelas arloji,
botol fiksasi, batang pengaduk, Erlenmeyer, kaca benda atau kaca penutup, mikroskop
cahaya dan kertas tissue, bunsen, karet pensil.

B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam metode squash yaitu akar bawang bombay (Allium
ascalonium), pewarna acetokarmin 2% atau orceto-orcein dan HCL 10%,
C. Cara Kerja
1. Akar bawang bombay (Allium ascalonium) dipotong dan diletakkan diobjek glass
2. Akar bawang bombay (Allium ascalonium) difiksasi dengan menggunakan HCL 10
selama 10-15 menit
3. Kemudian dilakukan pewarnaan dengan menggunakan acetokarmin 2 % selama 5-10
menit
4. Objek glass dilewatkan diatas api bunsen 2 sampai 3 kali
5. Ditutup dengan cover glass
6. Kemudian diketuk atau dipencet dengan karet pensil
7. Diamati di bawah mikroskop
8. Diberi label
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Profase

Telofase

Berdasarkan gambar diatas pembuatan preparat dengan metode squash didapatkan hasi
berupa fase pembelahan telofase dan fase profase
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan metode squash menggunakan akar bawang bombay (Allium
ascalonium) hasil yang didapat yaitu terlihat pembelahan sel pada fase telofase dan profase. Fase
profase merupakan tahapan pembelahan sel yang paling lama dan membutuhkan energi yang
cukup besar, serta merupakan permulaan dari mitosis yang ditandai dengan beberapa perubahan.
Nukleolus mulai menghilang sedangkan kromosomnya mulai timbul. Untaian kromosom yang
semula meluas menjadi pilinan (heliks). Dengan demikian untaian itu lebih pendek dan menebal
sehingga tampak lebih nyata. Pada tahapan ini, membrane nukleus mulai menghilang (Crowder,
1993). Pembelahan kromosom membentuk kromatid. Selain itu sentriol juga ikut membelah. Pada
fase profase, ditandai dengan hilangnya nucleus dan diganti dengan mulai tampaknya pilinan-
pilinan kromosom yang terlihat tebal. Profase dimana tahapan pembelahan pertama, permulaan
profase – profase kromosom menjadi lebih pendek dan tebal. Pada akhir profase mulai terbentuk
benang – benang spindel atau gelendong inti pada masing – masing kutub sel, yang letaknya
berlawanan. Pada tahap ini yang terpenting adalah benang-benang kromatin menebal menjadi
kromosom dan mulai menduplikasi menjadi kromatid (Kimbal, 1983)
Ciri-cirinya fase profase yaitu :
 Kromosom mengerut dan menebal. Pemendekan ini akibat dari berpilinnya kromosom.
 Terlihat dua sister chromatid dan kromosom tampak rangkap dua.
 Kromatid-kromatid dihubungkan oleh sentromer.
 Nukleolus menjadi kabur dan hilang oleh sentromer.
 Selaput inti mulai menghilang.
 Benang gelendong mulai terbentuk
 Kromosom mulai bergerak ke tengah atau equator dari sel.
Pada fase telofase, terjadi peristiwa kariokinesis (pembagian inti menjadi dua bagian) dan
sitokinesis (pembagian sitoplasma menjadi dua bagian). Pada telofase, terjadi peristiwa
kariokinesis (pembagian inti menjadi dua bagian) dan sitokinesis (pembagian sitoplasma menjadi
dua bagian). Telofase pada fase ini pembelahan telah selesai, terbentuk lagi dinding inti, dan hal
ini terlihat dalam praktikum. Sel telah terbagi menjadi dua sel anakan, masing – masing memiliki
inti yang mengandung 4 kromosom dengan bahan genetik yang sama dengan induknya (Crowder,
1993).
Tahapan telofase pada tiap kutub terbentuk stel kromosom yang identik. Serabut gelondong
inti menghilang dan membran inti terbentuk kembali. Setelah terbentuk dua inti pada kutub yang
berlawanan aster menghilang dan terjadi penebalan sitoplasma yang diikuti pembagian sitoplasma
(sitokinesis). Sitokinesis ini di tandai dengan terbentuknya dinding pemisah ditengah-tengah sel
(pada tumbuhan) dan pada hewan ditandai dengan melekuknya sel ke dalam.
Ciri-ciri fase telofase adalah:
 Benang-benang gelendong hilang
 Selaput inti dan nukleolus terbentuk kembali
 Sekat sel terbentuk kembali dan sel membelah menjadi dua sel anakan.
 Terjadi sitokinesis, semua benda-benda dalam sitoplasma membelah dan pindah ke dalam sel anak
(Elrot et al., 2007).
Pada praktikum metode squash kali ini, kami menggunakan bahan sel akar bawang bombay
(Allium ascalonium). Hal ini dikarenakan jaringan yang mudah untuk ditelaah mitosisnya adalah
meristem pada titik tumbuh akar bawang bombay (Yatim, 1983). Selain itu, ukuran kromosom
yang besar dapat memudahkan pengamatan. Pada saat pengamatan diperlukan suatu organ yang
memiliki sel-sel meristematik yaitu sel-sel yang aktif membelah dan pada bawang bombay ini
terdapat komposisi dinding selnya yang tersusun dari lapisan senyawa yang relatif dapat ditembus
oleh larutan fiksatif dan pewarna (Campbell et al. 2002) sehingga saat praktikum kami
menggunakan akar bawang bombay agar tujuan dari praktikum ini yaitu untuk melihat pembelahan
mitosis dapat terlaksana.
Akar yang bagus untuk dipakai dalam praktikum ini adalah akar yang baru muncul yang
berukuran 2cm-1cm lalu dipotong kecil da diletakan diobjek glass. Langkah pertama
dalam menyiapkan materi segar untuk pengamatan mikroskopis adalah fiksasi. Akar bawang
bombay difiksadi menggunakan larutan HCL 10% selama 10-15 menit (Imaniar et al., 2014).
Fiksasi juga merupakan langkah awal yang penting dalam membuat sediaan utuh maupun sediaan
sayatan. Tujuan fiksasi adalah menghentikan proses metabolisme secara cepat, mencegah
kerusakan jaringan, mengawetkan komponen-komponen sitologis dan histologis, mengawetkan
keadaan sebenarnya, mengeraskan materi-materi yang lembek sehingga akan terjadi koagulasi
protoplasma maupun elemen-elemen di dalam protoplasma, jaringan dapat diwarnai sehingga
bagian-bagian dari jaringan dapat mudah dikenali. Secara ringkas fiksasi terdiri dari dua proses
yang jelas, yaitu mematikan dan menetapkan (Gunarso 1986). Ada dua macam fiksatif, yaitu
fiksatif sederhana dan majemuk atau campuran. Fiksatif sederhana merupakan larutan yang
didalamnya hanya mengandung satu macam zat saja, sedangkan fiksatif majemuk atau campuran
adalah larutan yang di dalamnya mengandung lebih adri satu macam zat. Fiksatif yang digunakan
dalam pembuatan preparat pollen yaitu asam asetat glasial dan H2SO4 pekat. Larutan HCL 10%
juga berfungsi untuk menghilangkan bahan-bahan yang dapat mengganggu saat pengamatan
pembelahan mitosis. Agar dapat melunakkan jaringan sehingga mempermudah zat pewarna yang
dalam langkah kerja selanjutnya akan dilakukan dapat masuk dan terserap kuat oleh sel-sel
sehingga kromosom akar bawang bombay dapat terwarnai secara keseluruhan.
Setelah proses pelunakkan dinding sel dan pembersihan dari bahan-bahan yang
mengganggu, selanjutnya sel-sel diberi pewarna berupa asetokarmin 2% selama 5-10 menit.
Pewarna asetokarmin 2% berfungsi sebagai pewarna, untuk memberi pigmen kepada sel-sel akar
bawang sehingga mudah untuk diamati dibawah mikroskop. Kemudian preparat dilewatkan diatas
api bunsen 2 sampai 3 kali perlakukan tersebut berfungsi untuk mempercepat proses hidrolisis
setelah itu preparat ditutup dengan cover glass dan diberi label lalu dapat diamati dibawah
mikroskop.
Waktu pengambilan sampel akar juga berpengaruh terhadap fase yang akan diamati. Jika
sampel diambil beberapa menit atau detik sebelum melakukan praktikum kemungkinan fase akan
lebih mudah untuk dilihat karena proses metabolisme. Namun jika pengambilan sampel dilakukan
dalam waktu yang lama sebelum praktikum dilakukan, misalnya pengambilan saat pagi hari
sedangkan praktikum dimulai siang hari, kemungkinan proses metabolisme sel sudah terhenti
sehingga sel tersebut mati. Jika demikian pada saat praktikum fase yang dicari tidak dapat
ditemukan karena sel sudah mati (Imaniar et al., 2014).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada praktikum pembuatan preparat menggunakan metode
squash dapat disimpulkan bahwa :
1. Cara membuat preparat menggunakan metode squash yaitu diawali dengan memotong akar
bawang bombay sekitar 3mm, selanjutnya difiksasi menggunakan HCL 10% selama 10-15
menit, lalu diberi pewarna asetokarmin 2% selama 5-10 menit. Setelah itu dilewatkan diatas api
bunsen 2-3 kali. Preparat ditutup dengan cover glass. Lalu dipencet atau diketuk dengan karet
pensil lalu diberi label dan dapat diamati dibawah mikroskop.
2. Fase pembelahan sel yang terlihat pada metode squash yaitu fase profase dan fase telofase.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neel A. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 1.Jakarta : Erlangga.

Elrot, Susan, Stansfield William. 2007. Genetika Edisi keempat. Jakarta : Erlangga.

Gunarso W. 1986. Pengaruh Dua Jenis Cairan Fiksatif yang Berbeda pada Pembuatan Preparat
dari Jaringan Hewan Dalam Metoda Mikroteknik Parafin. Bogor: IPB Press.

Imaniar, E.F. dan Pharmawati, M., 2014, Kerusakan Kromosom Bawang Merah (Allium cepa)
Akibat Perendaman dengan Etidium Bromida, Jurnal Simbiosis, 2 (2) : 173-183.

Kimball, J W. 1983. Biologi Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Rudyatmi, Ely. 2014. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNNES.

Yatim, W. 1983. Biologi Modern. Bandung: Tarsito.


LAMPIRAN
[Apabila diperlukan]
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
Jl. dr. Soeparno No. 63 Purwokerto 53122
Telpon (0281) 638794 Fax.( 0281) 631700
Website: http://bio.unsoed.ac.id email : biologi@unsoed.ac.id

LEMBAR PENILAIAN LAPORAN PRAKTIKUM

Nama : .................................................................
NIM : .................................................................
Praktikum : Mikroteknik
Judul praktikum : .................................................................
Semester : Genap TA. 2017/2018

No Komponen penilaian Nilai


I. Nilai laporan praktikum (200)
A. Tampilan laporan (10)
B. Nilai Pustaka
a. Validitas pustaka (25)
b. Jumlah dan variasi sumber pustaka (20)
c. Efektivitas pustaka terhadap keseluruhan tulisan (25)
d. Sitasi/Daftar Pustaka (15)
C. Isi
a. Alat dan Bahan (10)
b. Prosedur Kerja (Cara Kerja) (15)
c. Hasil (20)
d. Pembahasan (45)
e. Kesimpulan (15)

TOTAL (200)

Tanggal praktikum : ....................................................


Dikumpulkan tanggal : ....................................................
Dikoreksi tanggal : ....................................................

Anda mungkin juga menyukai