Anda di halaman 1dari 13

Tujuan perkuliahan : mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan pada ibu hamil

dengan gangguan atau komplikasi


Kesehatan ibu hamil perlu menjadi perhatian khusus terutama oleh petugas kesehatan baik
perawat, bidan, dan dokter serta semua penyedia pelayanan kesehatan
Angka kematian ibu dan anak di indonesia masih cukup tinggi. Target sustaneble
development goals (sdg’s) global untuk maternal mortality rate ratio (MMR) adalah
70/100.000 kelahiran hidup.
Berbagai penyebab kematian ibu tidak hanya terjadi dari faktor ibu, namun juga terkait
dengan pelayanan kesehatan yang di terima ibu selama proses kehamilan, persalinan, dan
post partum. Untuk itu kementerian kesehatan indonesia melalui dirjen kesehatan masyarakat
menetapkan indikator kinerja kesehatan yang terdiri beberapa sasaran, yakni
1. meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu
bagi seluruh masyarakat
2. meningkatnya pelaksanaan pemberdayaan dan promosi kesehatan kepada masyarakat
dengan indikator jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan, dan
persentase kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS.
3. meningkatnya penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan dengan indikator
persentase kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan.

Gangguan atau komplikasi Persalinan


Terdapat beberapa gangguan yang muncul lebih sering pada awal kehamilan dan adapula
kehamilan yang muncul pada kehamilan lanjut.
Gangguan atau komplikasi pada awal kehamilan antara lain :
1. infeksi
2. keguguran/miscarrriage
3. hipertensi
4. hiperemesis gravidarum
5. anemia zat besi
6. kehamilan ektopik
7. Kekurangan energi kronik (KEK)

Komplikasiyang sering terjadi pada kehamilan lanjut :


1. Kematian janin
2. Preeklamsia
3. Diabetes Mellitus Gestasional (GDM)
4. Persalinan prematur
Beberapa komplikasi kehamilan seperti infeksi, preeklamsia/eklamsia, dan Diabetes mellitus
gestasional dapat terjadi pada kehamilan awal, maupun kehamilan lanjut, bahkan sampai post
partum.
Gangguan kehamilan awal
Infeksi pada masa kehamilan
Terdapat beberapa jenis infeksi yang dapat terjadi pada masa kehamilan, yakni :
1. Infeksi saluran kemih (isk) selama kehamilan
Secara umum perubahan fisik selama kehamilan memang meningkatkan resiko ISK,
perubahan tersebut menimbulkan urine ristesis atau urine yang tertahan dan vesiko
ureter reflux, yaitu kembalinya urine dari uretra dan bledder kearah ginjal. Kurangnya
kemampuan untuk melakukan higiene dengan benar akan memeperberat keadaan ini.
Penyebab ISK pada ibu hamil adalah bakteri e.colli yaitu ≥ 80%, klebsela pneumonia
5%, proteus mirabilis 5%, enterobacter spesies 3%, staphilococus safrofiticus 2 %,
crubeta hemolitik streptococus 1%, proteus spesies 2%.
Gejala isk pada ibu hamil sebagian besar asimptomatis, sehingga infeksi bisa saja
naik ke saluran kemih bagian atas, dan menimbulkan gejala yang lebih parah, seperti
demam, nyeri perut bagian bawah, burn sensation saat berkemih, dysuria hingga
inkontinensia bahka hematuri, tergantung keparahan penyakit.
Pada umumnya ibu hamil yang mengalami ISK dan mendapatkan treatment, akan
mempunyai prognosis yang baik. Namum ada pula yang mengalami komplikasi
seperti retardasi pertubuhan janin, prematuritas, hipertensi, preeklamsia, anemia, dan
amnionitis yaitu peradangan pada selaput amnion. Hal ini dapat menimbulkan
ketuban pecah prematur.
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat untuk ibu hamil dengan ISK antara lain :
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ISK ditandai dengan suhu tubuh
diatas normal, kulit terasa hangat dan takikardi.
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih ditandai
dengan desakan berkemih, sering BAK, dan distensi kandung kemih.
c. Nyeri akut beruhubungan dengan ISK ditandai dengan mengeluh nyeri, tampak
meringis, dan frekuensi nadi meningkat.
Intervesnsi yang dapat diberikan pada ibu hamil dengan ISK atau beresiko ISK, antara
lain :
a. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik dan anti piretik sesuai
indikasi
b. Berikan konpres hangan pada daerah yang nyeri
c. Ajarkan klien tentang parenial hygiene yang benar
d. Jaarkan klien cara cuci tangan yang benar
e. Monitor pengeluaran urin klien baik jumlah, warna, maupun keluhan
f. Monitor suhu tubuh klien
g. Berikan latihan bladder training untuk mengatasi urgency berkemih dan desakan
berkemih
h. Berikan cairan peroral atau parenteral sesuai kebutuhan klien
i. Berikan nutrisi sesuai kebutuhan klien
2. Infeksi menular seksual (IMS)
Infeksi yang sering terjadi pada ibu hamil yaitu :
a. Cytomegalovirus (CMV)
Merupakan salah satu jenis virus herpes,. Setelah menginfeksi dan menimbulkan
gejala CMV bisa tinggal dalam tubuh atau dorman atau laten samapi dia
teraktivasi lagi akibat penurunan imunias tubuh. CMV dapat ditularkan melalui
seluruh cairan tubuh, yaitu urine, feses, ludah, darah, semen, dan asi. CMV timbul
90 % pada bayi yang ibunya terinfeksi CMV pada masa kehamila. Pada janin
infeksi CMV mungkin menimbulkan gangguan pembentuka organ yang
sebenarnya dapat di deteksi oleh USG. Kelainan akibat CMV lebih banyak terjadi
ada janin yang terinfeksi pada trimester 1 kehamilan. Kelainan teersebut antara
lain :
1) Organomegali (pembesaran abnormal dari limpa, hati, dll).
2) Pelebaran abnormal pada ventrikel lateral otak, ureter dan/ urenal pelvis
3) Pengapuran pada intracranial
4) Mikrosefalus
5) Penebalan plasenta
6) Vetal hydrops atau akumulasi caian pada tubuh bayi, misal asites, edema paru,
dan edema kulit.
7) Hepatic intestinal/perifentrikular ekodensitis
Beberapa penilitan menunjukkan bahwa ada hubungan kematian janin dengan infeksi CMv,
meskipun itu bayi yang terinfeksi CMV tidak semuanya akan menimbulakn gejala atau
kelainan.
b. Hepatitis B virus, (HBV)
Hepatitis B merupakan jenis hepatitis yang paling sering diderita di masyarakat.
Orang dengan hepatitis B didiagnosa dari ditemukannya HbsAg dalam sirkkulasi
darah. Virus hepatitis B sebenarnya tidak dapat menembus plasenta karena
ukurannya sangan besar. Virus baru dapat menembus plasenta bila terdapat
kerusakan pada sawar plasenta. Bila terjadi transmisi firus dari ibu ke janin, maka
kemumngkinan janin untuk terinfeksi adalah 90%. Penularan pada masa perinatal
adalah penyebab utama yang menyebabkan bayi baru lahir terinfeksi hepatitis B.
Metode lain terjadinya transmisi dalah kontak drngan darah ibu saat persalinan.
Tanda dan gejala
Hepatitis B tidak menimbulkan gejala yang spesifik meskipun begitu bayi baru
lahir yang terinfeksi virus hepatitis B dapat menjadi sumber penyebaran infeksi
ke orang lain.
Telbivudin. Lamivudin, dan tenovovir merupakan pengobatan antiviral yang aman
diberikan pada ibu hamil. Pemberian pengobatan antiviral ini bersama dengan
vaksinasi dan imunoglobulin hepatitis b meningkatkan efektifitas pencegahan
penularan dari ibu ke janin.
Kehamilan dan laktasi sebenarnya bukan kontraindikasi untuk pemberian
imunisasi pada hepatitis B. Untuk itu diperlukan screening hepatitis b pada ibu
hamil trimester 1. Imunisasi hepatitis b wajib pada bayi baru lahir dan harus
diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K.
c. Hepatitis C virus (HCV)
Pengidap hepatitis c merupakan sumber utama penularan dan berpotensi untuk
mengalami kerusakan hati. Penularan hepatitis c paling banyak melalui jarum
suntik yaitu 60 %, kemudian melalui penularan seksual antara 10-20%, serta
sisanya melalui tranfusi dan sebab lain yang belum sempat diketahui. Penularan
hepatitis c dari ibu ke janin dapat terjadi. Who menunjukkan terdapat 4 sd 7 %
janin yang terinfeksi oleh ibu dengan hepatitis C positif. Angka ini akan lebih
tinggi jika ibu tersebut juga menderita HIV. Meskipun persalinan dengan secio
caesarean disarankan, namum banyak penelitian membuktikan bahwa persalinan
menggunakan cara tersebut tidak menurunkan reiko penularan dari ibu ke bayi.
Untuk kehamilan CDC tidak menyarankan screening hepatitis C pada semua ibu
hamil. Secreening hanya dilakukan pada ibu yang beresiko, misal padaibu dengan
HIV, atau pengguna narkoba suntik. Pegilated interferon PEG IFN dan ribafirin
adalah jenis pengobatan umum pada orang dengan hepatitis C kronis namum
kedua obat ini merupakan kontraindikasi pada ibu hamil. Hal ini dissebabkan
pengobatan tersebut bisa meningkatkan resiko gangguan pertimbuhan janin dan
kegagaln kehamilan.
d. HPV human papilova virus
Merupakan infeksi virus yang paling sering terjadi pada area genital bagian
bawah. Kondiloma akuminata adalah oenyakit yang sering terjaid dan disebabkan
HPV tipe 6 dan 11. Penatalaksanaan utama kondiloma akuminata adalah
krioterapi, elektrocouterisasi, dan pengaplikasian trikloroasetat acid (TCA).
Persalinan dengan secio cesarea pada kasus kondiloma acuminata atau HPV perlu
dipertimbangkan untuk ibu hamil.
e. Syphilis
Syphilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri triponema
palidum. Pada kehamilan Sifilis dapat menimbulkan abortus, prematuritas. Bayi
yang lahir dengan sifilis namun tidak mendapatkan penanganan yang tepat dapat
terjadi permasalahan kesehatan dikemudian hari,. Untuk ibu hamil yang
asimptomatik dianjurkan untuk screening saat melakukan kunjungan antenatal
yaitu secara kuantitatif dengan VDRL dan kualitativ dengan rapid plasma reagen.
Benzatin pinisilin merupakan pengobatan utama pada ibu hamil dengan sifilis.
Pengobatan pinisilin harus dilakukan tes kulit terlebih dahulu untuk melihat
apakah klien alergi atau tidak.
f. HIV human imuno deficiency virus.
Virus ini menyerang imunitas ibu hamil dan dapat menyebabkan penularan pada
janin. Di seluruh dunia infeksi HIV kongenital merupakan penyebab utama angka
morbiditas dan mortalitas pada bayi. Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat terjadi
pada masa kehamilan, persalinan, atau pada masa menyusui. Permenkes no 21
tahun 2013 telah mengatur terkait penanggulangan HIV dan AIDS antara lain :
1) Penerapan konseling dan terapi HIV di seluruh fasilitas kesehatan
2) Tes HIV masuk pada standart pelayanan medis
3) Pada daerah epidemologi meluas, tes HIV ditawarkan pada seluruh ibu hamil
4) Pada daerah epidemi terkonsentrasi tes HIV ditawarkan pada semua ibu hamil, pasien
TB, Hepatitis, ims, pasangan ODHA, dan populasi kunci.
5) Persetujuan test dilakukan dengan cara lisan, pasien diperkenankan menolak tes
dengan menandatangai surat penolakan. Pada ibu positif HIV yang mempunyai
sumber daya cukup terkit nutrisi bayi maka dianjurkan untuk memberikan asi
eksklusif selama 6 bulan. Sedangkan ibu positif HIV dan memiliki sumber daya yang
cukup dan berkelanjutan dengan bayi HIV negatif danjurkan menggunakan susu
formula. Jika bayi positif HIV, maka bayi wwajib diberikan asi eksklusif selama 6
bulan dan dilanjutkan bersamaan dengan pemberian PASI sampai 2 tahun. Karena asi
eksklusif terbukti lebih baik dalam mencegah morbiditas dan mortalitas pada bayi. Ibu
hamil dengan hiv positif perlu melakukan konseling pengobatan antiretroviral dan
pemeriksaan rutin ke fakkes untuk meminimaliris prnularan HIV dari ibu ke janin.
Persalinan dapat dilakukan pervaginam maupun sc. Dengan beberapa syarat.
Meskipun begitu sc menjadi pilihab utma untuk persalinan di fasilitas kesehatan.
g. Zika Virus
Visrus ini ditularkan oleh nyamuk aides yaitu aides aigepty dan aides albopigtus.
Sampai saat ini belum ada vaksi atau obat yang dpat mengobati zika virus. Zika
virus dapat disebarkan melalui kontak seksual dengan orang yang terinfeksi virus
zika.
Tanda gejala
Demam, bintik kemerahan di badan, nyeri kepala, nyero persendian, mata merah,
dan nyeri otot. Pada ibu hamil yang terinfeksi virus zika akan dilakukan
pemeriksaan usg secara berkala untuk melihat adanya kelainan janin. Hal ini
dilakukan karena sebagian besar kasus zika pada ibu hamil menyebabkan kelainan
kongenital dan mikrosepali.
3. Infeksi jamur
Part 3

Toksoplasmosis dan rubella


TORC
Toksoplasmosis, Other infection, Rubella, CMV.
Toksoplasmosis dan rubella
1. Toksoplasmosis
Disebabkan protozoa tokso plasmosis Gondhi, parasit yang menjangkit manusia,
mamalia laut dan darat, serta spesies burung
a. Siklus seksual melalui kucing sebagai host utama
Kucing teinfeksi karena memakan daging mentah yg mengandung tokso plasmosis
gondhi
b. Siklus aseksual terjadi pada mamalia lain yaitu manusia dan berbagai spesies
burung
Makanan terkontaminasi feses dan urin yang mengandung tokso plasmosis gondhi
ookis yang sangat kuat dan dapat menginfeksi sampai lebih dari 1 tahun
dilingkungan yang hangat dan lembab untuk itu penting menjaga kebersihan
lingkungan. Transmisi kuman tokso ke janin dapat terjadi melalui plasenta setelah
ibu hamil terinfeksi tokso plasmosis yang biasanya ibu mengalami limfa denopati
dan demam. Resiko penularan semakin besar seiring dg semakin tua masa
kehamilan saat ibu terinfeksi. Manifestasi pada janin yaitu ensefalomielitis yg
mengakibatkan kegagalan kehamilan dan retino korioditis yg mengakibatkan
kematian janin.
2. Rubella
Masalah di Indoonesia terkait pemberian vaksin rubella yg tidak mendapat sertifikasi halal dari
MUI. Rubella merupakan terakogenik virus yg menimbulkan malformitas pada janin yang
sangat berbahaya karena tidak hanya fungsi organnya tidak sempurna tetapi organnya sendiri
tidak terbentuk. Congenital Rubella Syndrom (CRS) ditandai dengan hambatan pertumbuhan,
klasifikasi atau pengapuran intracranial, mikrosefali, katarak, kelainan jantung, gangguan
persyarafan, osteitis, dan hepatospenomegali janin.
Sangat penting bagiibu yang merencanakan kehamilan bebas dari rubella. Hal ini bisa dilakukan
dengan melakukan tes bebas TORCH dan vaksinasi rubella. Saat seseorang wanita divaksinasi rubella
maka rencana kehamilan harus di tunda sampai dengan minimal satu bulan berikutnya. Berbeda
dengan toxoplasmosis yang kemungkinan penularan ke janin semakin besar seiring dengan semakin
tuanya kehamilan. Maka pada rublle semakin muda masa kehamilan ketika ibu terinfeksi, maka
semakin besar resikojanin terinfeksi dan mengalami keggaln pembentukan organ. Ketika ibu hamil
positof rubella. Maka petugas kesehatan akan melakukan berbagai pemeriksaan dan screening
periodik pada ibu dan janin

Dua infeksi yang paling sering terjadi pada kehemilan adalah infeksi jamur dan bakterial vaginosis.
Infeksi jamur biasanya berupa kandidiasis. Penyebabnya dalah jamur kandida sp. Tanda dan
gejalanya dalah pengeluaran vagina yang berwarna putih, kental, bergumpal, dan tidak berbau.
Pasien akan merasa gatal dan terkadang nyeri saat berkemih. Normalnya kandida memang tumbuh
di beberapa bagian tubuh manusia seperti mulut tenggorokan usus dan vagina tanpa menimbulkan
maslaah. Faktor predisposisi yang kemudian merubah sifat kandida adlaah penggunaan antibiotik
spektrum luas tanpa resep, peningkatan kadar estrogen eperti saat kehamilan, penyakit DM HICV
Aids, dan penyakit imunno compromised lainnya. Pemeriksaan yang biasa dilakukan dengan
melakukan swab vagina, dan meliht gambarannya di mikroskkop atau bisa dilakukan kultur.
Pengobatan yang b=diberikan biasanya dengan mengguakan antifungal seperti miconazole atau
cotrimoczazole baik pervaginam atau peroral. Tergantung dari keparahan kondisinya. Yang perlu kita
pesankan pada klien adalah bahwa pengobatan tersebut harus sesuai aturan. Dantidak
diperbolehkan untuk menghentikan sendiri terapi yang telah diberikan. Karena hal ini akan lebih
memicu terjadinya resistensi dan memperparah terjadinya kandidiasis.

Bacterial vaginosis

Keadaan ini diartikan sebagai suatu peradangan pada vagina akibat satu atau lebih bakteri yang
sbebrnya memang normal berada pada bagina

Tanda dan gejala : cairan vagina berwarna putih keabu-abuan dan melekat pada area vagina,
secret vagina berbau amis dan pH cenderung basah.
Faktor predisposisi : Unprotektif seksual intelcross, pencucian vagina atau docing atau multiple
seksual partner
Penatalaksanaan pada BF : Antibiotik ; metronidazole atau clindamycin oral.
Perubahan pola hygiene seksual pada pasien perlu untuk mencegah kejadian BF berulang.
.
Part 4
jenis gangguan kehamilan awal yang kedua adalah keguguran/miscarriage/abortus
adalah kehamilan yang berakhir sebelum usia 20 minggu usia kehamilan. Dengan berat janin
kurang dari 15 gram dan panjang janin kurang dari sama dengan 16,5 cm. Terdapat beberapa
jenis abortus yang harus kita ketahui yakni abortus imminentdan abortus insipient, abortus
spontan dan induced abortus, abortus complete dan abortus incomplete,
Abortus imminent
Disebut sebagai abortus yang mengancam. Ada cukup kemungkinan bahwa kehamilan ini
masih bisa di pertahankan. Tanda atas adanya abortus imminent adalah, nyeri perut bagian
bawah, dengan atau tanpa disertai dengan pengeluaran darah pervaginam namun jika
dilakukan pemeriksaan dalam servikas masih utuh tertutur dan itak. Dari usg masih pula
didapatkan bahwa janin masih fiabel. Penatalaksanaan abortus iminen biasanya konservativ.
Yaitu penghentian perdarahan dengan cara menganjurkanpasien utuk bedrest, memberikan
obat – obat penguat kehamilan yang mengandung hormon progesteron dan menunda
hubungan seksual. Jika kehamilan bisa di pertahankan dan perdarahan pervaginam berhenti.
Maka perlu dilakukan monitoring kesejahteraan ibu dan janin setiap 4 minggu. Jika
perdarahan berlanjut dan situai imminent meningkat menjadi insipient, maka penangan
lanjutan perlu dipersiapkan.
Abortus insipient
Kehamilan sudah berakhir, sehingga memerlukan penanganan lebih lanjut yaitu pengeluaran
hasil konsepsi.
Abortus spontan
Proses terjadinya abortus tidak dimulai secara mekanik maupun medis. Penyebab abortus
spontan antara lain kelainan kromosom bayi, kelainan uterus, inkompetensi serviks infeksi
pada kehamilan, merokok, penggunaan narkoba, konsumsi alkohol, konsumsi kafein
berlebhan , penurunan kadar progesteron, usia ibu saat hami terlalu muda < 23 tahun atau tua
> 40 tahun. Terkait usia dari sisi paternal juga abortus meningkat pada ayah yang mempunyai
usia lebih dari 40 yahun saat konsepsi terjadi.
Induce abortion
Abortus yang dimulai dari adanya suatu prosedur medis. Biasanya disebut abortus
medicinalis/ aborsi. Aborsi bisa berupa tindakan pembedahan atau pengobatan. Tindakan
aborsi dilakukan karena kehamilan tersebut mengancam kesehatan ibu dan cara satu-satunya
menyelamatkan ibu adalah dengan mengakhiri kehamilan. Secara umum tindakan aborsi di
indonesia termasuk tindakan ilegal dan masuk dalam ranh kriminal. Jika dilakukan tampa
pertimbangan medis yang cukup. Tindakan abortus dengan alasan medis, baru bisa
dibenarkan jika dilaksanakan berdasarkan PP no 61 tahun 2014 tentang keseatan reproduksi
dan permenkes no 3 tahun 2016. Tentang pelatihan dan penyelenggaraan aborsi atas indikasi
kedaruratan medis dan kehamilam akinat perkosaan. Berbeda dengan di indonesi, di negara
barat aborsi mungkin juga legal untuk dilakukan. Jika diprediksi janin yang dikandung
mempunyai malformitas yang menyulitkan bayi bertahan hidup waktu lahir. Berdasarkan
data sdki terdapat hampir dua juta kasus aborsi di indonrdia. Sebagian diantaranya adalah
abortus ilegal. Data pekumpulan keluarga berencana indonesiakasus aborsi dengan indikasi
medis yang ditangai sebagian besar adalah pada ibu yang sudah berkeluarga. Abortus yang
ilegal cenderung tidak aman dan akan menimbulkan komplikasi sampai dengan kematiab.
Abortus ilegal lebih sering diakses oleh remaja yang hamil di luar nikah.
Abortus komplit
Seluruh bagian janin telah keluar dari rahim ibu. Petugaskesehatan perlu melakukan
monitoring perdarahan serta konseling anemia pasca abortus.
Abortus inkomplit
Terdapat bagian janindan atau plasenta yang masih tertingga dalam rahim ibu. Target utama
dalam penanganan abortus inkomplit adalah mengeluarkan seluruh hasil konsepsi dari rahim
ibu. Penatalaksanaan abortus inkomplit tergantung dengan usia kehamilan dan perdarahan
yang terjadi. Jiak abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 16 minggu dengan disertai
perdarahan ringan atau sedang maka tindakan forcep merupaka prosedur pilihan yang dapat
diterapkan. Jika abortus terjad pada uasi kehamilan kurang dari 16 minggu dengn disertai
perdarahan hebat maka harus dilakukan evakuasi isi uterus dengan aspirasi fakum serta
pemberian ergometrin.
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu maka, induksi persalinan dilakukan untuk
mengeluarkan hasil konsepsi. Induksi bisa digabung dengan tindakan lain jika diperlukan.
Prosedur Dilatasi dan Evakuasi (DNE) lebih sering dilakukan untuk abortus pada trimester 2.
Pemasangan laminaria dan pemberian misoprostol digunakan untuk memudahkan pembukaan
serviks. Evakuasi dilakukan dengan suction untuk mengeluarkan hasil konsepsi. Hasil konsepsi
dari kuretase dan DNE harus di periksa secara makroskopik di lab. Patologi untuk mengetahui
penyebab abotus.
Diagnosa:
1. Nyeri b.d abortus ditandai dengan klien mengeluh nyeri dan tampak gelisah
2. Berduka b.d kehilangan janin ditandai dengan klien menangis dan mengungkapkan
rasa sedih
3. Resiko perdarahan dibuktikan dengan tindakan abortus dan kuretase
4. Resiko infeksi dibuktikan dengan tindakan invasive abortus dan kuretase hasil
konsepsi
Konseling dan komukasi yang baik dengan ibu dan keluarga dapat dilakukan untuk
membantu mereka menerima kenyataan tersebut.
Part 5
A. Komplikasi kehamilan awal lainnya adalah hyperemesis gravidarum, anemia pada
kehamilan, kurang energi kronis (KEK) dan kehamilan ektopik.
1. Hyperemesis gravidarum
Mual dan muntah memang biasa terjadi pada kehamilan sampai dengan usia kehamilan
16 minggu. Mual muntah yang hebat shg menyebabkan kelemahan, kekurangan cairan
dan elektrolit, serta gangguan asam basa disebut dengan hyperemesis gravidarum.
Penururnan BB lebih dari 5% sebelum hamil serta ketonuria pun bisa terjadi pada ibu
dengan hyperemesis. Penyebab hyperemesis sebenarnya masih belum jelas namun,
ditengarai krn peningkatan aktivitas hormone pada kehamilan. Beberapa sumber
menyatakan bahwa pada hyperemesis gravidarum sering ditemukan adanya
peningkatan level hormone tiroksin dan serum beta HCG. Pada kasus kehamilan dgn
DM juga mungkin terjadi hyperemesis gravidarum dikarenakan suatu keadaan yang
disebut sbg diabetes gastropati. Faktor predisposisi lain yaitu adanya riwayat
hyperemesis di kehamilan sebelumnya atau pada keluaraga, malnutrisi, dan gg.
psikologis spt emosi dan stress berat.
Diagnosa keperawatan yg dpt dipilih untuk kasus hyperemis gravidarum anatara lain:
1. Nausea b.d kehamilan dibuktikan dengan mengeluah mual, muntah, tidak nafsu
makan
2. Resiko Defisit nutrisi dibuktikan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
3. Resiko ketidakseimbangan cairan dibuktikan dengan disfungsi intestinal
4. Resiko ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan muntah
Intervensi umum yang perlu dilakukan:
1. mempertahankan kecukupan nutrisi ibu dan pengembalian keseimbangan cairan
dan elektrolit
2. Kolaborasi pemberian obat anti emetik spt ondansentron dan metoklopramid bisa
menjadi pilihan untuk menanggulangi mual dan muntah.
Hal lain yg perlu diperhatikan pada pasien hyperemesis gravidarum adalah munculnya
komplikasi seperti gastro esoflagial riflak disease (GERD), ruptur esofagus, perdarahan
saluran cerna bagian atas dan defisiensi tiamin.

2. Anemia dalam Kehamilan


Anemia dalam kehamilan terjadi apabila kadar hemoglobin kurang dari 11g/dl pada
trimester 1 dan 2 atau kurang dari 10,5 gr/dl pada trimester 3. Faktor predisposisi antara
lain yaitu kekurangan B12 dan asam folat, kelaianan gastrointestinal, penyakit kronis,
dan riwayat keluarga dengan anemia. Kebutuhan zat besi selama kehamilan mungkin
sekitar 1000 mg. sekitar setengah dari jumlah tersebut diperlukan pada akhir trimester
2 sampai dengan persalinan. Tanda lain dari anemia selain dari pemeriksaan Hb adalah
perasaan Lelah yang berkepanjangan, terlihat pucat, pingsan, sampai dengan sesak
napas. Diagnosa keperawatan yang dapat dipilih untuk kasus ibu hamil dengan
defisiensi anemia adalah
1. Keletihan b.d anemia kehamilan dibuktikan dengan tidak mampu mempertahankan
aktivitas rutin , tampak lesu dan merasa kurang tenaga
2. Resiko perdaran dibuktikan dengan komplikasi kehamilan,
3. Resiko infeksi dibuktikan dengan ketidak adekuatan pertahanan tubuh sekunder
akibat penurunan hemoglobin.
Intervensi keperawatan yang bisa dilaksanakan antara lain;
1. Meningkatkan asupan makanan yang banyak mengandung zat besi
2. Kolaborasi pemberian tablet zat besi, vitamin B12 dan asam folat selama
kehamilan
3. Monitor resiko perdarahan
4. Monitor tanda tanda infeksi
5. Kolaborasi pemberian transfusi untuk kadar hemoglobin kurang dari 7g/dl,
hematrokit kurang dari 20%, atau hb lebih dari 7 g/dl namun dengan disertai
keluhan lain dan dengan takikardi
6. Kolaborasi pemantauan dan kesejahteraan janin melalui pemeriksaan usg dan
denyut jantung janin

3. Kekurangan Energi Kronis (KEK) atau malnutrisi


Ibu hamil dianggap mengalami KEK apabila LILA kurang dari 23, 5 cm. faktor
predisposisi lainnya adalah kurangnya asupan nurtrisi dan penyakit kronis lainnya.
Diagnosa yang dapat dipilih pada ibu dengan KEK adalah
1. Defisit nutris bd peningktaan kebutuhan metabolisme dibuktikan dengan BB
kurang atau sama dengan 10% dibawah rentang ideal
2. Resiko infeksi dibuktikan dengan malnutrisi
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain
1. Berikan makanan tambahan sesuai kebutuhan klien dan program puskesmas
2. Monitor kenaikan BB ibu hamil sebesar 12,5-18 kg selama kehamilan
3. Monitor tanda tanda infeksi
4. Edukasi keluarga terkait kebutuhan nutrisi ibu hamil

4. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)


Adalah kehamilan yang terjadi di luar Rahim. Hal ini terjadi karena kegagalan hasil
konsepsi untuk turun dan bernidasi. Bisa juga disebbakan karena kondisi endometriosis
yaitu ketika endometriom tumbuh diluar Rahim. Lebih dari 90% kehamilan ektopik
terjadi di tuba falopii. sebagian kecil terjadi di ovum, serviks, dan endometrium. tuba
falopii yang cenderung sempit menyebabkan keberlangsungan kehamilan menjadi
terganggu sehingga muncullah kehamilan ektopik terganggu. tanda dan gejalanya
antara lain nyeri abdomen dan pelviks, pengeluaran darah pervaginam, hipotensi dan
hipovolemik serta pasien terlihat pucat. pada KET dapat terjadi ruptur yang
menyebabkan perdarah masiv dan nyeri hebat. penatalaksanaan utama pada KET antara
lain pembedahan. Dokter akan melakukan laparotomi dan akan menilai kerusakan tuba.
apabila tuba mengalami kerusakan ringan, kemungkinan hanya akan dilakukan
salvingotomi dan pengambilan hasil konsepsi. Namun apabila tuba mengalami
kerusakan berat, maka dapat dipilih metode salvingektomi atau pemotongan tuba
ditempat terjaidnya KET. Diagnosa keperawatan yang dapat dipilih adalah:
1. Resiko perdarahan dibuktikan dengan komplikasi kehamilan dan pembedahan.
2. Berduka bd dengan kehilangan janin dn anggota tubuh atau tuba falopii dibuktikan
dengan klien menangis dan mengungkapkan rasa sedih
3. Resiko infeksi dibuktikan dengan prosedur pembedahan yaitu laprotomi
salvingektomi
Intervensi:
1. Resusitasi cairan sesuai dengan jumlah darah yang hilang.
2. Kolaborasi pemberian transfusi bila hb rendah
3. Mempersiapkan pasien untuk prosedur pembedahan
4. Mengedukasi keluarga terkait pembedahan yang akan dilakukan
5. Monitor perdarahan dan keadaan umum pasien pra, selama, dan post prosedur
pembedahan

B. Gangguan kehamilan lanjut


Terdiri dari still birth, pre-eklamsi dan eklamsi, dan gestasional diabetes.
1. Still birth
Adalah kematian janin dan berakhirnya kehamilan setelah usia 20 minggu. Penyebab
belum diketahui secara pasti. Namun infeksi kehamilan adalah sebab yang paling sering
dituliskan pada laporan kasus. Penyebab lain adalah abrasio plasenta, diabetes,
hipertensi, gg. koagulasi, gangguan imunitas pada ibu, dll. Pada ibu dengan still birth,
terjadi distress berkepanjangan sehingga perlu dilakukan monitoring psikologis pasca
persalinan. Distress berkepanjangan dapat mengarah pada postpartum depretion yang
menurunkan kualitas hidup ibu. Penanganan still birth pada intinya adalah
mengeluarkan hasil konsepsi dari Rahim ibu. Penatalaksanaan dan diagnose
keperawatan pada still birth tidak jauh berbeda dengan kasus abortus dengan usia
kehamilan yang tidak lebih dari 16 minggu. Dilatasi dan evakuasi (DNE) adalah pilihan
utama untuk mengerluarkan hasil konsepsi. Pengeluaran hasil konsepsi yang mati pada
usia kehamilan lebih dari 16 minggu dengan ukuran yang cukup besar tidak bisa
diambil dengan cara yang sederhana. Sehingga, Pasien dan keluarga perlu diberi
penjelasan lengkap agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Anda mungkin juga menyukai