Dua infeksi yang paling sering terjadi pada kehemilan adalah infeksi jamur dan bakterial vaginosis.
Infeksi jamur biasanya berupa kandidiasis. Penyebabnya dalah jamur kandida sp. Tanda dan
gejalanya dalah pengeluaran vagina yang berwarna putih, kental, bergumpal, dan tidak berbau.
Pasien akan merasa gatal dan terkadang nyeri saat berkemih. Normalnya kandida memang tumbuh
di beberapa bagian tubuh manusia seperti mulut tenggorokan usus dan vagina tanpa menimbulkan
maslaah. Faktor predisposisi yang kemudian merubah sifat kandida adlaah penggunaan antibiotik
spektrum luas tanpa resep, peningkatan kadar estrogen eperti saat kehamilan, penyakit DM HICV
Aids, dan penyakit imunno compromised lainnya. Pemeriksaan yang biasa dilakukan dengan
melakukan swab vagina, dan meliht gambarannya di mikroskkop atau bisa dilakukan kultur.
Pengobatan yang b=diberikan biasanya dengan mengguakan antifungal seperti miconazole atau
cotrimoczazole baik pervaginam atau peroral. Tergantung dari keparahan kondisinya. Yang perlu kita
pesankan pada klien adalah bahwa pengobatan tersebut harus sesuai aturan. Dantidak
diperbolehkan untuk menghentikan sendiri terapi yang telah diberikan. Karena hal ini akan lebih
memicu terjadinya resistensi dan memperparah terjadinya kandidiasis.
Bacterial vaginosis
Keadaan ini diartikan sebagai suatu peradangan pada vagina akibat satu atau lebih bakteri yang
sbebrnya memang normal berada pada bagina
Tanda dan gejala : cairan vagina berwarna putih keabu-abuan dan melekat pada area vagina,
secret vagina berbau amis dan pH cenderung basah.
Faktor predisposisi : Unprotektif seksual intelcross, pencucian vagina atau docing atau multiple
seksual partner
Penatalaksanaan pada BF : Antibiotik ; metronidazole atau clindamycin oral.
Perubahan pola hygiene seksual pada pasien perlu untuk mencegah kejadian BF berulang.
.
Part 4
jenis gangguan kehamilan awal yang kedua adalah keguguran/miscarriage/abortus
adalah kehamilan yang berakhir sebelum usia 20 minggu usia kehamilan. Dengan berat janin
kurang dari 15 gram dan panjang janin kurang dari sama dengan 16,5 cm. Terdapat beberapa
jenis abortus yang harus kita ketahui yakni abortus imminentdan abortus insipient, abortus
spontan dan induced abortus, abortus complete dan abortus incomplete,
Abortus imminent
Disebut sebagai abortus yang mengancam. Ada cukup kemungkinan bahwa kehamilan ini
masih bisa di pertahankan. Tanda atas adanya abortus imminent adalah, nyeri perut bagian
bawah, dengan atau tanpa disertai dengan pengeluaran darah pervaginam namun jika
dilakukan pemeriksaan dalam servikas masih utuh tertutur dan itak. Dari usg masih pula
didapatkan bahwa janin masih fiabel. Penatalaksanaan abortus iminen biasanya konservativ.
Yaitu penghentian perdarahan dengan cara menganjurkanpasien utuk bedrest, memberikan
obat – obat penguat kehamilan yang mengandung hormon progesteron dan menunda
hubungan seksual. Jika kehamilan bisa di pertahankan dan perdarahan pervaginam berhenti.
Maka perlu dilakukan monitoring kesejahteraan ibu dan janin setiap 4 minggu. Jika
perdarahan berlanjut dan situai imminent meningkat menjadi insipient, maka penangan
lanjutan perlu dipersiapkan.
Abortus insipient
Kehamilan sudah berakhir, sehingga memerlukan penanganan lebih lanjut yaitu pengeluaran
hasil konsepsi.
Abortus spontan
Proses terjadinya abortus tidak dimulai secara mekanik maupun medis. Penyebab abortus
spontan antara lain kelainan kromosom bayi, kelainan uterus, inkompetensi serviks infeksi
pada kehamilan, merokok, penggunaan narkoba, konsumsi alkohol, konsumsi kafein
berlebhan , penurunan kadar progesteron, usia ibu saat hami terlalu muda < 23 tahun atau tua
> 40 tahun. Terkait usia dari sisi paternal juga abortus meningkat pada ayah yang mempunyai
usia lebih dari 40 yahun saat konsepsi terjadi.
Induce abortion
Abortus yang dimulai dari adanya suatu prosedur medis. Biasanya disebut abortus
medicinalis/ aborsi. Aborsi bisa berupa tindakan pembedahan atau pengobatan. Tindakan
aborsi dilakukan karena kehamilan tersebut mengancam kesehatan ibu dan cara satu-satunya
menyelamatkan ibu adalah dengan mengakhiri kehamilan. Secara umum tindakan aborsi di
indonesia termasuk tindakan ilegal dan masuk dalam ranh kriminal. Jika dilakukan tampa
pertimbangan medis yang cukup. Tindakan abortus dengan alasan medis, baru bisa
dibenarkan jika dilaksanakan berdasarkan PP no 61 tahun 2014 tentang keseatan reproduksi
dan permenkes no 3 tahun 2016. Tentang pelatihan dan penyelenggaraan aborsi atas indikasi
kedaruratan medis dan kehamilam akinat perkosaan. Berbeda dengan di indonesi, di negara
barat aborsi mungkin juga legal untuk dilakukan. Jika diprediksi janin yang dikandung
mempunyai malformitas yang menyulitkan bayi bertahan hidup waktu lahir. Berdasarkan
data sdki terdapat hampir dua juta kasus aborsi di indonrdia. Sebagian diantaranya adalah
abortus ilegal. Data pekumpulan keluarga berencana indonesiakasus aborsi dengan indikasi
medis yang ditangai sebagian besar adalah pada ibu yang sudah berkeluarga. Abortus yang
ilegal cenderung tidak aman dan akan menimbulkan komplikasi sampai dengan kematiab.
Abortus ilegal lebih sering diakses oleh remaja yang hamil di luar nikah.
Abortus komplit
Seluruh bagian janin telah keluar dari rahim ibu. Petugaskesehatan perlu melakukan
monitoring perdarahan serta konseling anemia pasca abortus.
Abortus inkomplit
Terdapat bagian janindan atau plasenta yang masih tertingga dalam rahim ibu. Target utama
dalam penanganan abortus inkomplit adalah mengeluarkan seluruh hasil konsepsi dari rahim
ibu. Penatalaksanaan abortus inkomplit tergantung dengan usia kehamilan dan perdarahan
yang terjadi. Jiak abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 16 minggu dengan disertai
perdarahan ringan atau sedang maka tindakan forcep merupaka prosedur pilihan yang dapat
diterapkan. Jika abortus terjad pada uasi kehamilan kurang dari 16 minggu dengn disertai
perdarahan hebat maka harus dilakukan evakuasi isi uterus dengan aspirasi fakum serta
pemberian ergometrin.
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu maka, induksi persalinan dilakukan untuk
mengeluarkan hasil konsepsi. Induksi bisa digabung dengan tindakan lain jika diperlukan.
Prosedur Dilatasi dan Evakuasi (DNE) lebih sering dilakukan untuk abortus pada trimester 2.
Pemasangan laminaria dan pemberian misoprostol digunakan untuk memudahkan pembukaan
serviks. Evakuasi dilakukan dengan suction untuk mengeluarkan hasil konsepsi. Hasil konsepsi
dari kuretase dan DNE harus di periksa secara makroskopik di lab. Patologi untuk mengetahui
penyebab abotus.
Diagnosa:
1. Nyeri b.d abortus ditandai dengan klien mengeluh nyeri dan tampak gelisah
2. Berduka b.d kehilangan janin ditandai dengan klien menangis dan mengungkapkan
rasa sedih
3. Resiko perdarahan dibuktikan dengan tindakan abortus dan kuretase
4. Resiko infeksi dibuktikan dengan tindakan invasive abortus dan kuretase hasil
konsepsi
Konseling dan komukasi yang baik dengan ibu dan keluarga dapat dilakukan untuk
membantu mereka menerima kenyataan tersebut.
Part 5
A. Komplikasi kehamilan awal lainnya adalah hyperemesis gravidarum, anemia pada
kehamilan, kurang energi kronis (KEK) dan kehamilan ektopik.
1. Hyperemesis gravidarum
Mual dan muntah memang biasa terjadi pada kehamilan sampai dengan usia kehamilan
16 minggu. Mual muntah yang hebat shg menyebabkan kelemahan, kekurangan cairan
dan elektrolit, serta gangguan asam basa disebut dengan hyperemesis gravidarum.
Penururnan BB lebih dari 5% sebelum hamil serta ketonuria pun bisa terjadi pada ibu
dengan hyperemesis. Penyebab hyperemesis sebenarnya masih belum jelas namun,
ditengarai krn peningkatan aktivitas hormone pada kehamilan. Beberapa sumber
menyatakan bahwa pada hyperemesis gravidarum sering ditemukan adanya
peningkatan level hormone tiroksin dan serum beta HCG. Pada kasus kehamilan dgn
DM juga mungkin terjadi hyperemesis gravidarum dikarenakan suatu keadaan yang
disebut sbg diabetes gastropati. Faktor predisposisi lain yaitu adanya riwayat
hyperemesis di kehamilan sebelumnya atau pada keluaraga, malnutrisi, dan gg.
psikologis spt emosi dan stress berat.
Diagnosa keperawatan yg dpt dipilih untuk kasus hyperemis gravidarum anatara lain:
1. Nausea b.d kehamilan dibuktikan dengan mengeluah mual, muntah, tidak nafsu
makan
2. Resiko Defisit nutrisi dibuktikan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
3. Resiko ketidakseimbangan cairan dibuktikan dengan disfungsi intestinal
4. Resiko ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan muntah
Intervensi umum yang perlu dilakukan:
1. mempertahankan kecukupan nutrisi ibu dan pengembalian keseimbangan cairan
dan elektrolit
2. Kolaborasi pemberian obat anti emetik spt ondansentron dan metoklopramid bisa
menjadi pilihan untuk menanggulangi mual dan muntah.
Hal lain yg perlu diperhatikan pada pasien hyperemesis gravidarum adalah munculnya
komplikasi seperti gastro esoflagial riflak disease (GERD), ruptur esofagus, perdarahan
saluran cerna bagian atas dan defisiensi tiamin.