Anda di halaman 1dari 15

KASUS MEDIK

No. ID dan Nama Peserta : / dr. Ainun Rachmi AR


No. ID dan Nama Wahana :. /
RSUD Lanto Dg Pasewang Kab. Jeneponto
Topik : Malaria
Tanggal kasus : 03 Oktober 2017
Presenter : dr. Ainun Rachmi AR
Tanggal Presentasi : 14 Oktober 2017 Pendamping : dr. Hj. Sri Mulya
Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan RSUD Lanto Dg. Pasewang Jeneponto
Obyek Presentasi : Anggota Komite Medik, Petugas Kesehatan & Dokter
Internsip RSUD Lanto Dg. Pasewang Jeneponto
◊ Keilmuan ◊ Keterampilan ◊ Penyegaran ◊ Tinjauan Pustaka
◊ Diagnostik ◊ Manajemen ◊ Masalah ◊ Istimewa

◊ Neonatus ◊ Bayi ◊ Anak ◊ Remaja ◊ Lansia ◊ Bumil
Dewasa

◊ Deskripsi : Laki-laki, 50 tahun, tahun masuk dengan keluhan demam tinggi


sejak 5 hari SMRS. Demam dirasakan terus menerus disertai menggigil selama
15-30 menit terasa panas dan berkeringat banyak. Keluhan disertai sakit kepala,
nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, disertai mual. Muntah disangkal. Biasa
konsistensi padat, BAB berdarah disangkal, BAB kehitaman disangkal. BAK
warna kuning jernih, tidak ada keluhan.

◊ Tujuan :
Menegakkan diagnosis dan memberikan penanganan terhadap pasien dan
menentukan prognosis pasien

Bahan Bahasan ◊ Tinjauan Pustaka ◊ Riset ◊ Kasus ◊ Audit


◊ Presentasi &
Cara Membahas ◊ Diskusi ◊ E-mail ◊ Pos
Diskusi
Data Pasien ◊ Nama : Tn. MB ◊ No. RM : 153521
Nama Klinik :
Terdaftar sejak : 03 Oktober
UGD RSUD Lanto
Telp. : - 2017
Dg. Pasewang

Data Utama Untuk Bahasan Diskusi :


1. Diagnosis/Gambaran Klinis : Malaria / Laki-laki 50 tahun masuk dengan
keluhan demam tinggi sejak 5 hari SMRS. Demam dirasakan terus
menerus disertai menggigil selama 15-30 menit terasa panas dan
berkeringat banyak. Keluhan disertai sakit kepala, nyeri ulu hati, nyeri
otot dan sendi, disertai mual. Muntah disangkal. Biasa konsistensi padat,
BAB berdarah disangkal, BAB kehitaman disangkal. BAK warna
kuning jernih, tidak ada keluhan
2. Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah mengkonsumsi Obat
sebelumnya
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :Riwayat keluhan yang sama tidak ada
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit
yang sama.
5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Riwayat bepergian ke daerah
Endemis Malaria Papua 2 Bulan yang lalu
6. Riwayat Imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus) : Imunisasi
lengkap
7. Lain-lain: -
Daftar Pustaka :
1. Kapita Selekta Kedokteran.Media Aesculapius.2014
2. Gudeline For The Treatment Of Malaria Second Edition. World Health
Organization. 2010.
3. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Derektorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Departemen
Kesehatan RI. Tahun 2008.
4. Rancangan Permenkes RI Tentang Pedoman Tatalaksana Malaria.
Departemen Kesehatan RI. Tahun 2012.
1. Luciana Kuswibawati. 2002. Kemoprofilaksis malaria bagi wisatawan;
SIGMA, Vol. 5, No.1: 69-76. Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.

Hasil Pembelajaran :
1. Kasus pasien dengan Malaria Falcifarum
2. Menegakkan diagnosis Malaria
3. Mengetahui penatalaksanaan Malaria
4. Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien tentang penyakit mulai dari
gejala-gejala hingga pencegahan
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

1. Subyektif:
Laki-laki 50 tahun masuk dengan keluhan demam tinggi sejak 5 hari
SMRS. Demam dirasakan terus menerus disertai menggigil selama 15-30
menit terasa panas dan berkeringat banyak. Keluhan disertai sakit kepala,
nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, disertai mual. Muntah disangkal. Biasa
konsistensi padat, BAB berdarah disangkal, BAB kehitaman disangkal. BAK
warna kuning jernih, tidak ada keluhan.

2. Obyektif:
 Status Present:
Sakit Sedang / Gizi baik / Compos mentis
BB= 63 kg; TB= 171 cm; IMT= 21,57 kg/m2
Tanda Vital:
Tensi : 130/90 mmHg
Nadi : 88 kali/ menit (Reguler, kuat angkat)
Pernapasan : 20 kali/ menit (Thoracoabdominal)
o
Suhu : 39,2 C (axial)
 Kepala:
Ekspresi : Meringis
Simetris Muka : Simetris
Deformitas : (-)
Rambut : Hitam, lurus, sulit dicabut

 Telinga:
Inspeksi : lesi kulit (-)
Pendengaran dan keseimbangan : Kesan normal
Nyeri tekan di processus mastoideus : (-)

 Mata :
Konjungtiva anemis (-/-)
Sclera ikterik (-/-),
Reflek cahaya (+/+), pupil isokor diameter ODS 2,5mm

 Hidung:
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)

 Mulut:
Bibir : Kering (-), stomatitis (-)
Gigi Geligi : Karies (-)
Gusi : Candidiasis oral (-), perdarahan (-)
Farings : Hiperemis (-)
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Lidah : Kotor (-)

 Leher:
Kel. Getah Bening: Tidak teraba, nyeri tekan (-)
Kel. Gondok : Tidak ada pembesaran, nyeri tekan (-)
DVS : R+1 cmH2O
Pembuluh Darah : Bruit (-)
Kaku Kuduk : (-)

 Dada:
- Inspeksi : Simetris hemithoraks kiri dan kanan
- Bentuk : Normothoraks
- Pembuluh Darah : Bruit (-)
- Buah Dada : Tidak ada kelainan
- Sela Iga : Tidak ada pelebaran
- Lain-lain : Barrel chest (-), pigeon chest (-),
massa tumor (-)

 Paru:
Palpasi:
Fremitus Raba : Kiri = Kanan
Nyeri Tekan : (-)
Perkusi:
Paru Kiri : Sonor
Paru Kanan : Sonor
Batas Paru Hepar : ICS VI anterior dextra
Batas Paru Belakang Kanan : Vertebra thorakal IX
Batas Paru Belakang Kiri : Vertebra thorakal X
Auskultasi:
Bunyi Pernapasan : Vesikuler
Bunyi Tambahan : Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

 Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung kanan:
linea parasternalis dextra, batas jantung kiri: linea midclavicularis
sinistra)
Auskultasi :
BJ I/II : Murni reguler
Bunyi Tambahan : Bising (-)

 Perut:
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas, caput medusa (-)
Palpasi : Hepar 3 jari di bawah arcus costae dan lien tidak
teraba membesar. Nyeri tekan (+) epigastrium
Spleenomegali (+) schuffner 2 , Hepatomegali (-)
Perkusi : Timpani, Shifting dullness (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal

 Punggung : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)


o Palpasi : Gibbus (-)
o Nyeri Ketok : (-)
o Auskultasi : Rh -/- Wh -/-
o Gerakan : Dalam batas normal

 Ekstremitas
- Superior : refleks fisiologis (+) dextra et sinistra tidak
meningkat, refleks patologis (-/-), edema, deformitas dan atrofi
tidak ada.
- Inferior :
Refleks fisiologis (+/+), reflex patologis (-/-), edema (-/-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 03 Juli 2017
Darah Lengkap
Hemoglobin : 9,8 gr%
Leukosit : 3600/mm3
Eritrosit : 5,09 juta/mm3
Trombosit : 21000/mm3
Hematokrit : 40 %

Urinalisa
Warna : kuning
Kejernihan : jernih
Protein : negatif
glukosa : negatif
sedimen
- epitel : (+) pos
- leukosit : 3-5/lpb
- eritrosit : 0-2/lpb
- amorf urat : (-) pos
Parasitologi
Malaria : Plasmodium falciparum (+) positif

3. Assesment
Malaria Falcifarum
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien ini adalah Malaria
Falcifarum
Anamnesis:
Pasien merupakan seorang laki-laki berusia 50 tahun. Dengan keluhan
Demam tinggi disertai menggigil dan keringat dingin,Malaria merupakan penyakit
yang dapat bersifat akut atau kronik yang disebabkan oleh Protozoa genus
Plasmodium, ditandai dengan Demam, menggigil, Anemia dan Splenomegali. 1
Pasien mengeluhkan demam sejak 5 hari yang lalu. Demam dirasakan
tinggi secara terus menerus disertai menggigil. Demam tidak turun setelah
menggunakan obat penurun panas. Pasien juga mengeluhkan menggigil dan
keringat dingin serta nyeri sendi dan nyeri ulu hati. Riwayat Bepergian ke daerah
Endemis Malaria ( Papua ).Hal ini sesuai dengan Trias Malaria, yaitu :
1. Demam
2. Menggigil
3. Berkeringat Dingin
4. Riwayat bepergian ke Daerah Endemis Malaria
5. Riwayat minumobat Malaria
Berdasarkan rekomendasi WHO untuk diagnosis malaria tanpa komplikasi
klinis berbeda untuk tiap daerah :
 Pada daerah dengan risiko rendah, diagnosis harus berdasarkan adanya
pajanan malaria dan riwayat demam dalam 3 hari terakhir tanpa gambaran
penyakit berat lainnya.
 Pada daerah dengan risiko tinggi, diagnosis harus berdasarkan adanya riwayat
demam dalam 24 jam terakhir dan/atau adanya anemia (pucat pada telapak
tangan dapat dipakai sebagai patokan anemia pada anak-anak).

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya Demam yang bersifat periodic,
Demam ini berkaitan dengan pecahnya skizon matang (sporulasi) yang
mengeluarkan berbagai antigen. Antigen akan merangsang sel makrofag, monosit,
dan limfosit yang memproduksi sitokin seperti TNF (Tumor Necrosing Factor).
TNF akan dibawa ke Hipotalamus yang mengatur suhu Tubuh. Proses pematangan
skizon berbeda untuk tiap jenis. Pada P.falcifarum diperlukan waktu 36-48 jam.
Pada p.vivax/ovale 48 jam dan p.malariae 72 jam. Demam pada p.falcifarum
dapat terjadi setiap hari. Pada vivax/ovale selang 1 hari (setiap 3 hari/tertiana) dan
p.malaria e demam timbul selang waktu 2 hari (setiap 4 hari/kuartana)
Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan spleenomegali schuffner 2 , Hal
ini membuktikan bahwa telah terjadi proses kronik. Limpa mengalami kongesti,
menghitam dan mengeras karena timbunan penghancuran parasite, pigmen, sel
radang, dan jaringan ikat.

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Darah Lengkap
Hemoglobin : 9,8 gr%
Leukosit : 3600/mm3
Eritrosit : 5,09 juta/mm3
Trombosit : 21000/mm3
Hematokrit : 40 %
Urinalisa
Warna : kuning
Kejernihan : jernih
Protein : negatif
glukosa : negatif
sedimen
- epitel : (+) pos
- leukosit : 3-5/lpb
- eritrosit : 0-2/lpb
- amorf urat : (-) pos
Parasitologi
Malaria : Plasmodium falciparum (+) positif

Pada penderita Malaria juga dapat terjadi Anemia. Anemia terjadi akibat
pecahnya eritrosit yang terinfeksi maupun tidak terinfeksi. P. falcifarum
menginfeksi semua jenis eritrosit. P.vivax/ovale menginfeksi eritrosit muda (2%
dari total eritrosit) dan p.malariae menginfeksi eritrosit tua (1% dari total
eritrosit). Selain karena alas an diatas , p.falcifarum menyebabkan anemia yang
lebih berat karena terjadi penurunan masa hidup eritrosit dan gangguan
pembentukan eritrosit akibat depresi eritropoiesis sumsum tulang.

Pengobatan
Non Farmakologi :
 Istirahat, Tirah Baring
 Diet tinggi kalori tinggi protein
 Banyak minum, jenis minuman : air bening, teh manis, sirup, jus buah,
susu.
Farmakologi :
 IVFD RL 20 tpm
 D-Artepp 1 x 3 tab selama 3 hari
 Ranitidin 1 amp/ 8j / IV
 Paracetamol drips 500 cc/ 8j / IV
 Sohobion 1 amp / 24 jam/ drips
 Omeprazole 0-0-1
 HB Vit 1 x 1

Pada dasarnya pengobatan Malaria bersifat simptomatis yaitu mengurangi


gejala yang diderita. Pada terapi awal diberikan terapi untuk mengatasi kehilangan
cairan plasma sebagai peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat dari
reaksi penghancuran eritrosit. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka
kematian dapat diturunkan hingga kurang dari 1%.
Sebagai terapi simptomatis, dapat diberikan antipiretik berupa
parasetamol, serta obat simptomatis untuk mengatasi keluhan dispepsia.
Pemberian aspirin ataupun obat antiinflamasi nonsteroid sebaiknya dihindari
karena berisiko terjadinya perdarahan pada saluran cerna bagian atas
(lambung/duodenum)7.
Obat Anti Malaria terdiri dari 5 jenis, yakni :
1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasite pra eritrosit :
proguanil, pirimetamin
2. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasite eksoeritrosit :
primakuin
3. Skizontisid darah yang membasmi parasite fase eritrosit , : kina, kloroquin,
amodiakuin
4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual : primakuin (untuk semua
jenis plasmodium) dan kina, klorokuin, amodiakuin (tidak efektif untuk
p.falcifarum)
5. Sporontosid yang mencegah gametosit dalam darah membentuk ookista
dan sporozoit dalam nyamuk : primakuin, proguanil.

1. Regimen Terapi Malaria


Sejak tahun 2004 obat pilihan utama untuk malaria falsifarum digunakan
obat kombinasi derivat Artemisinin yang dikenal dengan Artemisinin Combination
Theraphy (ACT) Regimen yang dipakai saat ini adalah Artesunat dan Amodiakuin
serta injeksi Artemeter untuk malaria berat disamping injeksi Kina. Terapi anti
malaria menggunakan kombinasi 2 atau lebih obat skizontosida darah yang
memiliki cara kerja berbeda. Penggunaan obat kombinasi terbukti lebih efektif
dan menurunkan risiko resistensi.
Terapi dengan ACTs terdiri dari artemisinin dan derivatnya (artesunat,
artemeter, dihidroartemisinin). Artemisinin dapat membunuh parasite dan
memperbaiki gejala dengan cepat dengan menurunkan jumlah parasit 100 – 1000
kali lipat per siklus aseksual. Artemisinin dan derivatnya dieliminasi secara cepat,
bila diberikan dalam kombinasi dengan obat lain yang juga memiliki eliminasi
secara cepat (seperti tetrasiklin, klindamisin), diperlukan 7 hari pengobatan.
Namun bila diberikan dalam kombinasi dengan antimalaria yang dieliminasi
lambat, maka dapat diberikan dalam waktu yang lebih singkat, selama 3 hari.
Artemisinin juga membunuh gametosit sehingga menurunkan risiko transmisi
penyakit.
Saat ini yang digunakan program nasional adalah derivat artemisinin
dengan golongan aminokuinolin, yaitu:
1. Kombinasi tetap (Fixed Dose Combination = FDC) yang terdiri atas
Dihydroartemisinin dan Piperakuin (DHP). 1 (satu) tablet FDC mengandung 40
mg dihydroartemisinin dan 320 mg piperakuin. Obat ini diberikan per – oral
selama tiga hari dengan range dosis tunggal harian sebagai berikut:
Dihydroartemisinin dosis 2-4 mg/kgBB; Piperakuin dosis 16-32mg/kgBB
2. Artesunat – Amodiakuin (ACT)
Kemasan artesunat – amodiakuin yang ada pada program pengendalian malaria
dengan 3 blister, setiap blister terdiri dari 4 tablet artesunat @50 mg dan 4
tablet amodiakuin 150 mg.

A. Pengobatan malaria tanpa komplikasi


1. Pengobatan malaria falsifarum dan vivax
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini
menggunakan ACT ditambah primakuin.
Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria
vivaks sedangkan obat primakuin untuk malaria falsiparum hanya
diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,75 mg/kgBB dan
untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg/kgBB. Lini
pertama pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah
seperti yang tertera di bawah ini:

a. Lini pertama

DHP + Primakuin

Tabel 1. Pengobatan Lini Pertama Malaria falsiparum menurut berat


badan dengan DHP dan Primakuin
Tabel 2. Pengobatan Lini Pertama Malaria vivaks menurut berat badan
dengan DHP dan Primakuin

Dosis obat : Dihydroartemisinin = 2 – 4 mg/kgBB


Piperakuin = 16 – 32 mg/kgBB
Primakuin = 0,75mg/kgBB (P. falciparum untuk1
hari )
Primakuin = 0,25 mg/kgBB (P. vivax selama 14
hari)
Keterangan :
Sebaiknya dosis pemberian DHA + PPQ (Dihydroartemisinin dan
Piperakuin) berdasarkan berat badan. Apabila penimbangan berat badan tidak
dapat dilakukan maka pemberian obat dapat berdasarkan kelompok umur.
1. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel
pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.
2. Dapat diberikan pada ibu hamil trimester 2 dan 3
3. Apabila pasien P. falciparum dengan BB >80 kg datang kembali dalam waktu 2
bulan setelah pemberian obat dan pemeriksaan Sediaan Darah masih positif P.
falciparum, maka diberikan DHP dengan dosis ditingkatkan menjadi 5
tablet/hari selama 3 hari.

Atau

ACT + Primakuin

Tabel 3. Pengobatan Lini Pertama Malaria falsiparum menurut berat badan


dengan Artesunat + Amodiakuin dan Primakuin

Tabel 4. Pengobatan Lini Pertama Malaria vivaks menurut berat badan dengan
Artesunat + Amodiakuin dan Primakuin

b. Lini kedua untuk malaria falsifarum

Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin


Pengobatan lini kedua Malaria falsiparum diberikan jika
pengobatan lini pertama tidak efektif, dimana ditemukan gejala klinis
tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten)
atau timbul kembali (rekrudesensi).

Tabel 5. Pengobatan Lini Kedua untuk Malaria falsiparum (obat kombinasi Kina
dan Doksisiklin)

Tabel dosis doksisiklin


Catatan: Dosis Kina diberikan sesuai BB (3x10mg/kgBB/hari)
Dosis Doksisiklin 3.5 mg/kgBB/hari diberikan 2 x sehari (> 15
tahun)
Dosis Doksisiklin 2.2 mg/kgBB/hari diberikan 2 x sehari (8-14
tahun)

Tabel 6. Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria Falsiparum (obat kombinasi Kina
dengan Tetrasiklin)

Tabel 7.Tabel dosis tetrasiklin

Catatan : Dosis Tetrasiklin 4 mg/kgBB/kali diberikan 4 x sehari Tidak diberikan


pada anak umur<8 tahun

c. Lini kedua untuk malaria vivax

Kina + Primakuin
Kombinasi ini digunakan untuk pengobatan malaria vivaks
yang tidak respon terhadap pengobatan ACT.

Tabel 8. Pengobatan Lini Kedua Malaria Vivaks


d. Pengobatan malaria vivax yang relaps
Dugaan Relaps pada malaria vivaks adalah apabila
pemberian primakuin dosis 0,25 mg/kgBB/hari sudah diminum
selama 14 hari dan penderita sakit kembali dengan parasit positif
dalam kurun waktu 3 minggu sampai 3 bulan setelah pengobatan.
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan
lagi regimen ACT yang sama tetapi dosis primakuin ditingkatkan
menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang
dicurigai melalui anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin
coklat kehitaman setelah minum obat (golongan sulfa, primakuin,
kina, klorokuin dan lain-lain), maka pengobatan diberikan secara
mingguan selama 8-12 minggu dengan dosis mingguan
0,75mg/kgBB. Pengobatan malaria pada penderita dengan
Defisiensi G6PD segera dirujuk ke rumah sakit dan
dikonsultasikan kepada dokter ahli.

2. Pengobatan Malaria ovale


a. Lini Pertama untuk Malaria ovale
Pengobatan Malaria ovale saat ini menggunakan
Artemisinin Combination Therapy (ACT), yaitu
Dihydroartemisinin Piperakuin(DHP) atau Artesunat +
Amodiakuin. Dosis pemberian obatnya samadengan untuk malaria
vivaks
b. Lini Kedua untuk Malaria ovale
Pengobatan lini kedua untuk malaria ovale sama dengan
untuk malaria vivaks.
3. Pengobatan Malaria malariae
Pengobatan P. malariae cukup diberikan ACT 1 kali per
hari selama 3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria
lainnya dan tidak diberikan primakuin

4. Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivaks/P. ovale


Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivaks/P.
ovale dengan ACT. Pada penderita dengan infeksi campur
diberikan ACT selama 3 hari serta primakuin dengan dosis 0,25
mg/kgBB/hari selama 14 hari.

Tabel 9. Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P. Ovale dengan


DHP

Atau

Tabel 10. Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P. Ovale dengan


Artesunat + Amodiakuin

Artesunat = 4 mg/kgBB dan Amodiakuin basa = 10 mg/kgBB

5. Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. malariae


Infeksi campur antara P. falcifarum dengan P. malariae diberikan regimen ACT
selama 3 hari dan Primakuin pada hari I

4. Plan
Diagnosis : Malaria Falcifarum
Pengobatan :
 Rawat inap
 Evaluasi keadaan umum dan tanda vital
 Perbanyak asupan cairan oral
 IVFD RL 20 tpm
 D-Artevv 1 x 3 tab selama 3 hari
 Ranitidin 1 amp/ 12j / IV
 Paracetamol drips 500 cc/ 8j / IV
 Sohobion 1 amp / 24 jam/ drips
 Omeprazole 0-0-1
 HB Vit 1 x 1
Rencana Pemeriksaan Selanjutnya : Pemeriksaan Hb, SGOT/SGPT , Ur/Cr
, Darah Rutin kontrol.

Pendidikan :
Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan kewaspadaan
terhadap risiko malaria, mencegah gigitan nyamuk, pengendalian vektor
dan kemoprofilaksis. Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan
menggunakan kelambuberinsektisida, kawat kasa nyamuk, dll.
Obat yang digunakan untuk kemoprofilaksis adalah Doksisiklin dengan
Dosis 100 mg / hari. Obat ini diberikan 1 – 2 hari sebelum bepergian,
selama berada di daerah tersebut sampai 4 minggu, dan setelah kembali.
Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak dibawah 8 tahun dan tidak
boleh diberikan lebih dari 6 bulan.

Konsultasi : Perlu dilakukan konsultasi kepada spesialis penyakit dalam


apabila terdapat tanda-tanda icterus, penurunan kesadaran, kejang, sesak
napas, urin berwarna gelap.

Rujukan : -

Kontrol

Kegiatan Periode Hasil yang diharapkan


Penanganan Saat masuk Pasien dapat merasakan
rasa nyeri yang
berkurang.
Konsul ke bagian Saat masuk Diagnosis ditegakkan
penyakit dalam dengan KU yang mulai
membaik.
Jeneponto, 14 Oktober 2017

Peserta, Pendamping,

dr. Ainun Rachmi AR dr. Hj. Sri Mulya


NIP. 196706202006042009

Anda mungkin juga menyukai