◊ Tujuan :
Menegakkan diagnosis dan memberikan penanganan terhadap pasien dan
menentukan prognosis pasien
Hasil Pembelajaran :
1. Kasus pasien dengan Malaria Falcifarum
2. Menegakkan diagnosis Malaria
3. Mengetahui penatalaksanaan Malaria
4. Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien tentang penyakit mulai dari
gejala-gejala hingga pencegahan
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:
1. Subyektif:
Laki-laki 50 tahun masuk dengan keluhan demam tinggi sejak 5 hari
SMRS. Demam dirasakan terus menerus disertai menggigil selama 15-30
menit terasa panas dan berkeringat banyak. Keluhan disertai sakit kepala,
nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, disertai mual. Muntah disangkal. Biasa
konsistensi padat, BAB berdarah disangkal, BAB kehitaman disangkal. BAK
warna kuning jernih, tidak ada keluhan.
2. Obyektif:
Status Present:
Sakit Sedang / Gizi baik / Compos mentis
BB= 63 kg; TB= 171 cm; IMT= 21,57 kg/m2
Tanda Vital:
Tensi : 130/90 mmHg
Nadi : 88 kali/ menit (Reguler, kuat angkat)
Pernapasan : 20 kali/ menit (Thoracoabdominal)
o
Suhu : 39,2 C (axial)
Kepala:
Ekspresi : Meringis
Simetris Muka : Simetris
Deformitas : (-)
Rambut : Hitam, lurus, sulit dicabut
Telinga:
Inspeksi : lesi kulit (-)
Pendengaran dan keseimbangan : Kesan normal
Nyeri tekan di processus mastoideus : (-)
Mata :
Konjungtiva anemis (-/-)
Sclera ikterik (-/-),
Reflek cahaya (+/+), pupil isokor diameter ODS 2,5mm
Hidung:
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
Mulut:
Bibir : Kering (-), stomatitis (-)
Gigi Geligi : Karies (-)
Gusi : Candidiasis oral (-), perdarahan (-)
Farings : Hiperemis (-)
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Lidah : Kotor (-)
Leher:
Kel. Getah Bening: Tidak teraba, nyeri tekan (-)
Kel. Gondok : Tidak ada pembesaran, nyeri tekan (-)
DVS : R+1 cmH2O
Pembuluh Darah : Bruit (-)
Kaku Kuduk : (-)
Dada:
- Inspeksi : Simetris hemithoraks kiri dan kanan
- Bentuk : Normothoraks
- Pembuluh Darah : Bruit (-)
- Buah Dada : Tidak ada kelainan
- Sela Iga : Tidak ada pelebaran
- Lain-lain : Barrel chest (-), pigeon chest (-),
massa tumor (-)
Paru:
Palpasi:
Fremitus Raba : Kiri = Kanan
Nyeri Tekan : (-)
Perkusi:
Paru Kiri : Sonor
Paru Kanan : Sonor
Batas Paru Hepar : ICS VI anterior dextra
Batas Paru Belakang Kanan : Vertebra thorakal IX
Batas Paru Belakang Kiri : Vertebra thorakal X
Auskultasi:
Bunyi Pernapasan : Vesikuler
Bunyi Tambahan : Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung kanan:
linea parasternalis dextra, batas jantung kiri: linea midclavicularis
sinistra)
Auskultasi :
BJ I/II : Murni reguler
Bunyi Tambahan : Bising (-)
Perut:
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas, caput medusa (-)
Palpasi : Hepar 3 jari di bawah arcus costae dan lien tidak
teraba membesar. Nyeri tekan (+) epigastrium
Spleenomegali (+) schuffner 2 , Hepatomegali (-)
Perkusi : Timpani, Shifting dullness (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas
- Superior : refleks fisiologis (+) dextra et sinistra tidak
meningkat, refleks patologis (-/-), edema, deformitas dan atrofi
tidak ada.
- Inferior :
Refleks fisiologis (+/+), reflex patologis (-/-), edema (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 03 Juli 2017
Darah Lengkap
Hemoglobin : 9,8 gr%
Leukosit : 3600/mm3
Eritrosit : 5,09 juta/mm3
Trombosit : 21000/mm3
Hematokrit : 40 %
Urinalisa
Warna : kuning
Kejernihan : jernih
Protein : negatif
glukosa : negatif
sedimen
- epitel : (+) pos
- leukosit : 3-5/lpb
- eritrosit : 0-2/lpb
- amorf urat : (-) pos
Parasitologi
Malaria : Plasmodium falciparum (+) positif
3. Assesment
Malaria Falcifarum
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien ini adalah Malaria
Falcifarum
Anamnesis:
Pasien merupakan seorang laki-laki berusia 50 tahun. Dengan keluhan
Demam tinggi disertai menggigil dan keringat dingin,Malaria merupakan penyakit
yang dapat bersifat akut atau kronik yang disebabkan oleh Protozoa genus
Plasmodium, ditandai dengan Demam, menggigil, Anemia dan Splenomegali. 1
Pasien mengeluhkan demam sejak 5 hari yang lalu. Demam dirasakan
tinggi secara terus menerus disertai menggigil. Demam tidak turun setelah
menggunakan obat penurun panas. Pasien juga mengeluhkan menggigil dan
keringat dingin serta nyeri sendi dan nyeri ulu hati. Riwayat Bepergian ke daerah
Endemis Malaria ( Papua ).Hal ini sesuai dengan Trias Malaria, yaitu :
1. Demam
2. Menggigil
3. Berkeringat Dingin
4. Riwayat bepergian ke Daerah Endemis Malaria
5. Riwayat minumobat Malaria
Berdasarkan rekomendasi WHO untuk diagnosis malaria tanpa komplikasi
klinis berbeda untuk tiap daerah :
Pada daerah dengan risiko rendah, diagnosis harus berdasarkan adanya
pajanan malaria dan riwayat demam dalam 3 hari terakhir tanpa gambaran
penyakit berat lainnya.
Pada daerah dengan risiko tinggi, diagnosis harus berdasarkan adanya riwayat
demam dalam 24 jam terakhir dan/atau adanya anemia (pucat pada telapak
tangan dapat dipakai sebagai patokan anemia pada anak-anak).
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya Demam yang bersifat periodic,
Demam ini berkaitan dengan pecahnya skizon matang (sporulasi) yang
mengeluarkan berbagai antigen. Antigen akan merangsang sel makrofag, monosit,
dan limfosit yang memproduksi sitokin seperti TNF (Tumor Necrosing Factor).
TNF akan dibawa ke Hipotalamus yang mengatur suhu Tubuh. Proses pematangan
skizon berbeda untuk tiap jenis. Pada P.falcifarum diperlukan waktu 36-48 jam.
Pada p.vivax/ovale 48 jam dan p.malariae 72 jam. Demam pada p.falcifarum
dapat terjadi setiap hari. Pada vivax/ovale selang 1 hari (setiap 3 hari/tertiana) dan
p.malaria e demam timbul selang waktu 2 hari (setiap 4 hari/kuartana)
Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan spleenomegali schuffner 2 , Hal
ini membuktikan bahwa telah terjadi proses kronik. Limpa mengalami kongesti,
menghitam dan mengeras karena timbunan penghancuran parasite, pigmen, sel
radang, dan jaringan ikat.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Darah Lengkap
Hemoglobin : 9,8 gr%
Leukosit : 3600/mm3
Eritrosit : 5,09 juta/mm3
Trombosit : 21000/mm3
Hematokrit : 40 %
Urinalisa
Warna : kuning
Kejernihan : jernih
Protein : negatif
glukosa : negatif
sedimen
- epitel : (+) pos
- leukosit : 3-5/lpb
- eritrosit : 0-2/lpb
- amorf urat : (-) pos
Parasitologi
Malaria : Plasmodium falciparum (+) positif
Pada penderita Malaria juga dapat terjadi Anemia. Anemia terjadi akibat
pecahnya eritrosit yang terinfeksi maupun tidak terinfeksi. P. falcifarum
menginfeksi semua jenis eritrosit. P.vivax/ovale menginfeksi eritrosit muda (2%
dari total eritrosit) dan p.malariae menginfeksi eritrosit tua (1% dari total
eritrosit). Selain karena alas an diatas , p.falcifarum menyebabkan anemia yang
lebih berat karena terjadi penurunan masa hidup eritrosit dan gangguan
pembentukan eritrosit akibat depresi eritropoiesis sumsum tulang.
Pengobatan
Non Farmakologi :
Istirahat, Tirah Baring
Diet tinggi kalori tinggi protein
Banyak minum, jenis minuman : air bening, teh manis, sirup, jus buah,
susu.
Farmakologi :
IVFD RL 20 tpm
D-Artepp 1 x 3 tab selama 3 hari
Ranitidin 1 amp/ 8j / IV
Paracetamol drips 500 cc/ 8j / IV
Sohobion 1 amp / 24 jam/ drips
Omeprazole 0-0-1
HB Vit 1 x 1
a. Lini pertama
DHP + Primakuin
Atau
ACT + Primakuin
Tabel 4. Pengobatan Lini Pertama Malaria vivaks menurut berat badan dengan
Artesunat + Amodiakuin dan Primakuin
Tabel 5. Pengobatan Lini Kedua untuk Malaria falsiparum (obat kombinasi Kina
dan Doksisiklin)
Tabel 6. Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria Falsiparum (obat kombinasi Kina
dengan Tetrasiklin)
Kina + Primakuin
Kombinasi ini digunakan untuk pengobatan malaria vivaks
yang tidak respon terhadap pengobatan ACT.
Atau
4. Plan
Diagnosis : Malaria Falcifarum
Pengobatan :
Rawat inap
Evaluasi keadaan umum dan tanda vital
Perbanyak asupan cairan oral
IVFD RL 20 tpm
D-Artevv 1 x 3 tab selama 3 hari
Ranitidin 1 amp/ 12j / IV
Paracetamol drips 500 cc/ 8j / IV
Sohobion 1 amp / 24 jam/ drips
Omeprazole 0-0-1
HB Vit 1 x 1
Rencana Pemeriksaan Selanjutnya : Pemeriksaan Hb, SGOT/SGPT , Ur/Cr
, Darah Rutin kontrol.
Pendidikan :
Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan kewaspadaan
terhadap risiko malaria, mencegah gigitan nyamuk, pengendalian vektor
dan kemoprofilaksis. Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan
menggunakan kelambuberinsektisida, kawat kasa nyamuk, dll.
Obat yang digunakan untuk kemoprofilaksis adalah Doksisiklin dengan
Dosis 100 mg / hari. Obat ini diberikan 1 – 2 hari sebelum bepergian,
selama berada di daerah tersebut sampai 4 minggu, dan setelah kembali.
Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak dibawah 8 tahun dan tidak
boleh diberikan lebih dari 6 bulan.
Rujukan : -
Kontrol
Peserta, Pendamping,