Cekungan Gorontalo
Cekungan Gorontalo
CEKUNGAN GORONTALO
OLEH:
KELOMPOK 1
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam makalah ini akan membahas topik tentang “cekungan gorontalo”
yang dimana permasalahan materinya akan segera dibahas selanjutnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tak terlepas dari adanya
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka dalam menerima kritikan dan
saran yang tentunya membangun demi perbaikan makalah ini dan untuk tugas-
tugas makalah kedepan.
Akhir kata kelompok pemateri sebagai penyusun dan penulis berharap
semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
2.3 Stratigrafi………………………………………….…...............8
3.2 Reservoir……………………………………….………............11
3.3 Batuan Induk………………………………………............…...12
3.4 Migrasi…………………………………………......….…….…12
3.5 Jebakan…………………………………………….......…..…...13
3.6 Seal / Cap Rock……………………………………...........……14
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………………………........…..…...21
5.2 Saran…………………………………………….....….…….....21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Rumusan masalah yang dapat diambil dalam membuat makalah ini yaitu
sebagai berikut :
1.3 Tujuan
Tujuan yang dapat diambil dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai
berikut:
GEOLOGI REGIONAL
Cekungan ini berada di kawasan utara Sulawesi diapit oleh lengan timur
Sulawesi, disusun oleh batuan Komplek Ofiolit Sulawesi Timur dan batuan
sedimen Tersier terimbrikasi dan lengan utara Sulawesi yang disusun oleh batuan
gunung api Tersier - Kuarter (Lemigas, 2006). Bentuk cekungan itu sendiri tidak
ada informasi sebelumnya apakah berupa graben, half-graben atau lainnya.
Sedangkan berkaitan dengan posisi geografisnya, kemungkinan sumber sedimen
dominan berasal dari arah selatan Cekungan Gorontalo terbentuk akibat block-
faulting selama anjakan ke arah tenggara komplek ofiolit Sulawesi timur pada saat
tumbukan mikro kontinen Banggai-Sula. Cekungan tersebut secara cepat diisi
oleh endapan berumur Akhir Tersier-Kuarter sampai dengan ketebalan 5000m
(Hamilton, 1979). Arah pembukaan dan rotasi pembentukan Cekungan Gorontalo
yang berbeda menurut pendapat tiga ahli (Walpersdorf 1998, Kadarusman 2004
dan Hinschberger 2005).
Dilihat dari tektoniknya, daerah penelitian ini termasuk dalam lengan utara
Sulawesi yang merupakan busur gunungapi yang terbentuk karena adanya
tunjaman ganda, yaitu Lajur Tunjaman Sulawesi Utara disebelah utara lengan
utara Sulawesi dan Lajur Tunjaman Sangihe Timur disebelah timur dan selatan
lengan utara (Simanjuntak 1986).
Dilihat dari peta gorontalo bahwa terdapat beberapa zona yang diantaranya
Zona Pegunungan Utara Telongkabila-Boliohuto umumnya terdiri dari formasi-
formasi batuan gunung api berumur Miosen – Pliosen (kira-kira 23 juta hingga 2
juta tahun yang lalu). Umumnya terdiri dari batuan beku intermedier hingga asam,
yaitu batuan-batuan intrusif berupa diorit, granodiorit, dan beberapa granit.
Batuan lainnya merupakan batuan sedimenter bersumber dari gunung api terdiri
dari lava, tuf, breksi, atau konglomerat.
Zona kedua merupakan cekungan di tengah-tengah Provinsi Gorontalo,
yaitu Dataran Interior Paguyaman-Limboto. Dataran yang cukup luas yang
terbentang dari Lombongo sebelah timur Kota Gorontalo, menerus ke Gorontalo,
Danau Limboto, hingga Paguyaman, dan Botulantio di sebelah barat, merupakan
pembagi yang jelas antara pegunungan utara dan selatan. Dataran ini merupakan
cekungan yang diduga dikontrol oleh struktur patahan normal seperti dapat
diamati di sebelah utara Pohuwato di Pegunungan Dapi-Utilemba, atau di utara
Taludaa di Gunung Ali, Bone.
Sejak itu, proses-proses tektonik telah mengangkat laut ini menjadi lebih
dangkal yang akhirnya surut. Setelah menjadi dataran, cekungan ini menjadi
danau yang luas. Tetapi kembali terjadi proses pendangkalan hingga sekarang dan
hanya menyisakan Danau Limboto kira-kira seluas 56 km² dengan kedalaman 2,5
m yang merupakan kedalaman terdangkal dari seluruh danau di Indonesia
(Lehmusluoto dan Machbub, 1997). Proses-proses tektonik pengangkatan daratan
yang memang aktif di Indonesia Timur menyebabkan drainase menjadi lebih baik.
Air danaupun berproses menyurut dan sekarang ditambah dengan proses
sedimentasi dari perbukitan disekilingnya yang mempercepat proses
pendangkalan Danau Limboto.
Berdasarkan peta geologi lembar Tilamuta (S. Bachri, dkk, 1993) dan
lembar Kotamobagu (T.Apandi, dkk, 1997) dari Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Bandung, stratigrafi wilayah Cekungan Limboto disusun
oleh formasi / satuan batuan sebagai berikut (Gambar 2.7):
a. Endapan Permukaan
1. Alwium (Qal),
2. Endapan Danau (Qpl),
SISTEM PETROLEUM
3.2 Reservoir
Ada beberapa pengertian dari batuan induk ataupun sorce rock yaitu
sebagai berikut :
a. Batuan induk (Source rocks) adalah batuan sedimen berbutir halus yang
memiliki kapabilitas sebagai sumber hidrokarbon (Waples, 1985)
b. Pengertian batuan induk adalah batuan sedimen yang sedang, akan, atau
telah menghasilkan hidrokarbon (Tissot and Welte, 1984 vide Peter and
Cassa, 1994).
c. Source rock adalah batuan karbonat yang berasal dari zat-zat organic yang
terendapkan oleh batuan sedimen. Sehingga tidak terjadi siklus carbon
seperti selayaknya. Justru karbonat terendapkan dan menjadi batu. Jadi,
batuan induk itu adalah batuan sedimen yang bisa menghasilkan
hidrokarbon. Pada bukti yang terdapat pada data-data geokimia,
hidrokarbon berasal dari material organik yang terkubur dalam batuan
sedimen yang disebut batuan induk. Untuk mengetahui dan
memperkirakan distribusi dan jenis dari batuan induk dalam ruang dan
waktu, sangat penting untuk mengetahui sumber biologis dari petroleum.
Lapisan batuan induk (source beds) terbentuk ketika sebagian kecil dari
karbon organik yang bersikulasi dalam siklus karbon di bumi tekubur
dalam lingkungan sedimentasi dimana oksidasi terhalang untuk dapat
berlangsung.
3.4 Migrasi
3.5 Jebakan
d. Pengertian perangkap
Perangkap merupakan suatu kondisi geologi di bawah permukaan yang
menjadi tempat akumulasi petroleum dan membatasi adanya migrasi petroleum ke
arah permukaan bumi. Industri eksplorasi hidrokarbon sangat berkepentingan
dalam menemukan tempat akumulasi petroleum ini.
e. Jenis perangkap
Tujuan utama dari klasifikasi perangkap adalah untuk melakukan satu
perbandingan antara satu prospek, atau satu play dengan yang lain. Suatu tipe
perangkap tertentu dalam suatu cekungan mungkin ditunjukkan oleh distribuasi
ukuran lapangan dan rasio sukses pemboran yang berbeda. Klasifikasi perangkap
lebih jauh lagi akan menunjukkan suatu estimasi yang berguna tentang prospek,
volume dari petroleum play dan juga resiko (risk) nya. Terdapat berbagai macam
perangkap, antara lain:
- Perangkap struktur
Perangkap struktur adalah perangkap yang diakibatkan oleh tektonik,
diapirisme, proses gravitasi dan kompaksi. Peragkap jenis ini merupakan sumber
utama cadangan petroleum yang telah ditemukan. Satu point yang penting dari
perangkap ini adalah pergerakan terjadi pada isi cekungan (basin fill) pada suatu
saat setelah terjadinya proses deposisi. Perkembangan dari kebanyakan perangkap
struktur dapat diketahui dari mekanisme pembentukan cekungan, setting tektonik
dan sejarah penimbunan dari isi cekungan (basin-fil).
- Perangkap stratigrafi
Perangkap stratigrafi adalah perangkap yang dihasilkan oleh perbedaan
kelompok stratigrafis baik secara lateral ataupun vertikal. Geometri dari
perangkap jenis ini berasal dari morfologi pengendapan dari pengisian cekungan
yang asli, atau dari perubahan diagenesa. Suatu perangkap stratigrafi yang paling
banyak diketahui adalah akibat dari perubahan fasies atau ketidaselarasan
(unconformity), dan dapat juga termasuk tertutupnya pori oleh biodegraded oil,
gas hidrat atau permafrost.
PROSPEK HIDROKARBON
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran yang dapat diambil dari makalah ini agar selalu dilakukan koreksi-
koreksi dan masukan yang bersifat membangun yang dapat menberikan
pemahaman dan ilmu yang benar dan tepat sehingga juga dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Jablonski, D., Priyono, P., Westlake, S., Larsen, O. A., 2007, Geology and
Exploration Potential of the Gorontalo Basin, Central Indonesia-Eastern
of the North Makassar Basin, Indonesian Pet. Assoc., 31st Annual
Convention Proceeding. PERTAMINA dan BEICIP - FRANLAB, 1992,
Global Geodynamics, Basin Classification and Exploration Play-Types In
Indonesia, Vol. I, PERTAMINA, hal.209.42 Proceedings.
Kingstone, J., 1978, Oil and Gas Generation, Migration and Accumulation in the
North Sumatera Basin,Indonesian Pet. Assoc., 7thAnnual Convention
Neben, S., 2003, Seismik Stratigraphy of the Celebes Sea, IAGI 32nd and HAGI
28th Annual Convention and Exhibition. Jakarta.Peter KE and Cassa MR.,
1994, Applied Source Rock Geochemistry, in Magoon
LB and Dow WG, 1994, The Petroleum System from Source to
Trap,AAPG Memoir 60, p. 93-117