Permasalahan Gizi Kerja
Permasalahan Gizi Kerja
B. Varisela
Definisi
Infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit
dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf,
terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.
Sinonim
Cacar air, chicken pox.
Epidemiologi
Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak, tetapi dapat
juga menyerang orang dewasa. Transmisi penyakit ini secara aerogen.
Masa penularannya lebih kurang 7 hari dihitung dari timbulnya gejala
kulit.
Etiologi
Virus varisela-zoster. Penamaan virus ini memberi pengertian
bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit varisela, sedangkan
reaktivasi menyebabkan herpes zoster.
Gejala Klinis
Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14 sampai 21 hari. Gejala
klinis mulai gejala prodormal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi,
malese dan nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa
papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi
vesikel. Bentuk vesikel ini khas berupa tetesan embun (tear drops).
Vesikel akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta.
Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel yang baru
sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.
Penyebarannya terutama di daerah badan dan kemudian menyebar
secara sentrifugal ke muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput
lendir mata, mulut, dan saluran napas bagian atas. Jika terdapat infeksi
sekunder terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional. Penyakit ini
biasanya disertai rasa gatal.
Infeksi yang timbul pada trimester pertama kehamilan dapat
menimbulkan kelainan kongenital, sedangkan infeksi yang terjadi
beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan varisela kongenital
pada neonatus.
Pembantu Diagnosis
Dapat dilakukan percobaan Tzanck dengan cara membuat sediaan
hapus yang diwarnai dengan Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar
vesikel dan akan didapati sel datia berinti banyak.
Diagnosis Banding
Harus dibedakan dengan variola, penyakit ini lebih berat, memberi
gambaran monomorf, dan penyebarannya dimulai dari bagian akral tubuh,
yakni telapak tangan dan telapak kaki.
Pengobatan
Pengobatan bersifat simtomatik dengan antipiretik dan analgesik,
untuk menghilangkan rasa gatal dan diberikan sedativa. Lokal diberikan
bedak yang ditambah dengan zat anti gatal (mentol, kamfora) untuk
mencegah pecahnya vesikel secara dini serta menghilangkan rasa gatal.
Jika timbul infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika berupa salap dan
oral. Dapat pula diberikan obat-obat antivirus (lihat pengobatan herpes
zoster). V.Z.I.G. (varicella zoster immunoglobuline) dapat mencegah atau
meringankan varisela, diberikan intramuskular dalam 4 hari setelah
terpajan.
Vaksinasi
Vaksin varisela berasal dari galur yang telah dilemahkan. Angka
serokonversi mencapai 97%-99%. Diberikan pada yang berumur 12 bulan
atau lebih. Lama proteksi belum diketahui pasti, meskipun demikian
vaksinasi ulangan dapat diberikan setelah 4-6 tahun.
Pemberiannya secara subkutan, 0,5 ml pada yang berusia 12 bulan
sampai 12 tahun. Pada usia di atas 12 tahun juga diberikan 0,5 ml, setelah
4-8 minggu diulangi dengan dosis yang sama.
Bila terpajannya baru kurang dari 3 hari perlindungan vaksin yang
diberikan masih terjadi. Sedangkan antibodi yang cukup sudah timbul
antara 3-6 hari setelah vaksinasi.
Prognosis
Dengan perawatan yang teliti dan memperhatikan higiene memberi
prognosis yang baik dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit.
C. Moluskum Kontagiosum
Definisi
Moluskum kontagiosum adalah penyakit disebabkan oleh virus
poks, klinis berupa papul-papul, pada permukaannya terdapat lekukan,
berisi massa yang mengandung badan moluskum.
Epidemiologi
Penyakit ini terutama menyerang anak dan kadang-kadang juga
orang dewasa. Jika pada orang dewasa digolongkan dalam Penyakit akibat
Hubungan Seksual (P.S.H). Transmisinya melalui kontak kulit langsung
dan otoinokulasi.
Gejala Klinis
Masa inkubasi berlangsung satu sampai beberapa minggu.
Kelainan kulit berupa papul miliar, kadang-kadang lentikular dan
berwarna putih seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian di tengahnya
terdapat lekukan (delle). Jika dipijit akan tampak ke luar massa yang
berwarna putih seperti nasi. Lokalisasi penyakit ini di daerah muka, badan
dan ektremitas, sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan
genitalia eksterna. Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder sehingga
timbul supurasi.
Histopatologi
Pada pemeriksaan histopatologi di daerah epidermis dapat
ditemukan badan moluskum yang mengandung partikel virus.
Pengobatan
Prinsip pengobatan adalah megeluarkan massa yang mengandung
badan moluskum. Dapat dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum
suntik, atau kuret. Cara lain dapat digunakan elektrokauterisasi atau bedah
beku dengan CO2, N2 dan sebagainya. Pada orang dewasa harus juga
dilakukan terapi terhadap pasangan seksualnya.
Prognosis
Dengan menghilangkan semua lesi yang ada, penyakit ini tidak
atau jarang residif.
D. Herpes Zoster
Definisi
Herpes zoster/dampa/cacar ular adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa,
infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.
Epidemiologi
Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini, seperti yang
diterangkan dalam definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
penderita mendapat varisela. Kadang-kadang varisela ini berlangsung
subklinis. Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan transmisi
virus secara aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau
herpes zoster.
Patogenesis
Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan
ganglion kranialis. Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang
setingkat dengan daerah persarafan ganglion tersebut. Kadang-kadang
virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranialis
sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik.
Gejala klinis
Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal, walaupun
daerah-daerah lain tidak jarang. Frekuensi penyakit ini pada pria dan
wanita sama, sedangkan mengenai umur lebih sering pada orang dewasa.
Sebelum timbul gejala kulit terdapat, gejala prodromal baik
sistemik (demam, pusing, malese), maupun gejala prodromal lokal (nyeri
otot-tulang, gatal, pegal dan sebagainya). Setelah itu timbul eritema yang
dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar
kulit yang eritematosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan jernih,
kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu), dapat menjadi pustul dan
krusta. Kadang-kadang vesikel mengandung darah dan disebut sebagai
herpes zoster hemoragik. Dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga
menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatriks.
Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi
baru yang tetap timbul berlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa
resolusi berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Di samping gejala kulit dapat
juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi
penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan
tempat persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik,
tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur
ganglion kranialis memungkinan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah
yang terkena memberi gejala yang khas. Kelainan pada muka sering
disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus (dengan
ganglion gaseri) atau nervus fasialis dan otikus (dari ganglion
genikulatum).
Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang pertama
nervus trigeminus, sehingga menimbulkan kelainan pada mata, di samping
itu juga cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah
persarafannya. Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh gangguan nervus
fasialis dan otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka
(paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan,
tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus dan nausea, juga
terdapat gangguan pengecapan. Herpes zoster abortif, artinya penyakit ini
berlangsung dalam waktu yang singkat dan kelainan kulitnya hanya
berupa beberapa vesikel dan eritem. Pada herpes zoster generalisata
kelainan kulitnya unilateral dan segmental ditambah kelainan kulit yang
menyebar secara generalisata berupa vesikel yang solitar dan ada
umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau pada orang yang
kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya pada penderita limfoma
malignum.
Neuralgia pascaherpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah
bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri
ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun
dengan gradasi nyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari-hari.
Kecenderungan ini dijumpai pada orang yang mendapat herpes zoster di
atas usia 40 tahun.
Komplikasi
Neuralgia pascahepatik dapat timbul pada umur di atas 40 tahun,
persentasenya 10-15%. Makin tua penderita makin tinggi presentasenya.
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa
komplikasi. Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi
H.I.V., keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel
sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.
Pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi berbagai komplikasi, di
antaranya ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis, dan
neuritis optik.
Paralisis motorik terdapat pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat
penjalaran virus secara per kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem
saraf yang berdekatan. Paralisis biasanya timbul dalam 2 minggu sejak
awitan munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi, misalnya di muka,
diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria, dan anus. Umumnya
akan sembuh spontan.
Infeksi juga dapat menjalar ke alat dalam, misalnya paru, hepar, dan otak
Pembantu Diagnosis
Pada pemeriksaan percobaan Tzanck dapat ditemukan sel datia
berinti banyak.
Diagnosis Banding
1. Herpes simpleks
2. Pada nyeri yang merupakan gejala prodromal lokal sering salah
diagnosis dengan penyakit reumatik maupun dengan angina pektoris,
jika terdapat di daerah setinggi jantung.
Pengobatan
Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik, untuk nyerinya
diberikan analgetik. Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.
Indikasi obat antiviral ialah herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan
defisiensi imunitas mengingat komplikasinya. Obat yang biasa digunakan
ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir. Obat yang lebih
baru ialah famsiklovir dan pensiklovir yang mempunyai waktu paruh
eliminasi yang lebih lama sehingga cukup diberikan 3x250 mg sehari.
Obat-obat tersebut diberikan dalam 3 hari pertama sejak lesi muncul.
Dosis asiklovir yang dianjurkan ialah 5x800 mg sehari dan
biasanya diberikan 7 hari, sedangkan valasiklovir cukup 3x1000 mg sehari
karena konsentrasi dalam plasma lebih tinggi. Jika lesi baru masih tetap
timbul obat-obat tersebut masih dapat diteruskan dan dihentikan sesudah 2
hari sejak lesi baru tidak timbul lagi.
Isoprinosin sebagai imunostimulator tidak berguna karena awitan
kerjanya baru setelah 2-8 minggu, sedangkan masa aktif penyakit kira-kira
hanya seminggu.
Untuk neuralgia pascaherpetik belum ada obat pilihan, dapat
dicoba dengan akupungtur.
Menurut FDA, obat pertama yang dapat digunakan untuk nyeri
neuropatik pada neuropati perifer diabetik dan neuralgia pasca herpetik
ialah pregabalin. Obat tersebut lebih baik daripada obat gaba yang analog
ialah gabapentin, karena efek sampingnya lebih sedikit, lebih poten (2-4
kali), kerjanya lebih cepat, serta pengaturan dosisnya lebih sederhana.
Dosis awalnya ialah 2x75 mg sehari, setelah 3-7 hari bila responsnya
kurang dapat dinaikkan menjadi 2x150 mg sehari. Dosis maksimumnya
600 mg sehari.
Efek sampingnya ringan berupa dizziness dan somnolen yang akan
menghilang sendiri, jadi obat tidak perlu dihentikan. Obat lain yang dapat
digunakan ialah antidepresi trisiklik (misalnya nortriptilin dan amitriptilin
yang akan menghilangkan rasa nyeri pada 44-67% kasus.
Efek sampingya antara lain gangguan jantung, sedasi, dan
hipotensi. Dosis awal amitriptilin ialah 75 mg sehari, kemudia ditinggikan
sampai timbul efek terapeutik, biasanya antara 150-300 mg sehari. Dosis
nortriptilin ialah 50-150 mg sehari.
Nyeri neuralgia pasca herpetik (derajat nyeri dan lamanya) bersifat
individual. Nyeri tersebut dapat hilang spontan, meskipun ada yang
sampai bertahun-tahun.
Indikasi pemberian kortikosteroid ialah untuk sindrom Ramsay
Hunt. Pemberian harus sedini-dininya untuk mencegah terjadinya
paralisis. Yang biasa kami berikan ialah prednison dengan dosis 3x20 mg
sehari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis
prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik digabung
dengan obat antiviral. Dikatakan kegunaannya untuk mencegah fibrosis
ganglion.
Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih
stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah
pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan
kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapat diberikan salap antibiotik.
Prognosis
Umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis
bergantung pada tindakan perawatan secara dini.
E. Veruka
Definisi
Veruka ialah hiperplasi epidermis disebabkan oleh human papilloma
virus tipe tertentu.
Sinonim
Pelbagai nama yang diberikan, misalnya untuk veruka vulgaris diberi
nama kutil atau common wart dan kondiloma akuminatum disebut sebagai
genital wart.
Epidemiologi
Tersebarnya kosmopolit dab transmisinya melalui kontak kulit,
maupun autoinokulasi. Bergantung pada jenis kutil yang ditemukan, ada
yang terdapat terutama pada usia anak atau pada usia dewasa.
Etiologi
Virus penyebabnya tergolong dalam virus papiloma (grup papova),
virus DNA dengan karakteristik replikasi terjadi intranuklear.
Klasifikasi
Penyakit veruka mempunyai beberapa bentuk klinis.
1. Veruka vulgaris dengan varian veruka filiformis
2. Veruka plana juvenilis
3. Veruka plantaris
4. Veruka akuminatum (kondiloma akuminatum)
Gejala Klinis
Veruka vulgaris
Kutil ini terutama terdapat pada anak, tetapi juga terdapat pada
dewasa dan orang tua. Tempat predileksinya terutama di ekstremitas
bagian ekstensor, walaupun demikian penyebarannya dapat ke bagian lain
tubuh termasuk mukosa mulut dan hidung. Kutil ini bentuknya bulat
berwarna abu-abu, besarnya lentikular atau kalau berkonfluensi berbentuk
plakat, permukaan kasar (verukosa). Dengan goresan dapat timbul
autoinokulasi sepanjang goresan (fenomen Köbner).
Dikenal pula induk kutil yang pada suatu saat akan menimbulkan
anak-anak kutil dalam jumlah yang banyak. Ada pendapat yang
menggolongkan sebagai penyakit yang sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Varian veruka vulgaris yang terdapat di daerah muka dan kulit kepala
berbentuk sebagai penonjolan yang tegak lurus pada permukaan kulit dan
permukaannya verukosa disebut sebagai verukosa filiformis.
Veruka Plana Juvenilis
Kutil ini besarnya miliar atau lentikular, permukaan licin dan rata,
berwarna sama dengan warna kulit atau agak kecoklatan. Penyebarannya
terutama di daerah muka dan leher, dorsum manus dan pedis, pergelangan
tangan, serta lutut. Juga terdapat fenomen Köbner dan termasuk penyakit
yang dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Jumlah kutil dapat sangat
banyak. Terutama terdapat pada anak dan usia muda, walaupun juga dapat
ditemukan pada orang tua.
Veruka Plantaris
Kutil ini terdapat di telapak kaki terutama di daerah yang
mengalami tekanan. Bentuknya berupa cincin yang keras dengan di tengah
agak lunak dan berwarna kekuning-kuningan. Permukaannya licin karena
gesekan dan menimbulkan rasa nyeri pada waktu berjalan, yang
disebabkan oleh penekanan oleh massa yang terdapat di daerah tengah
cincin. Kalau beberapa veruka bersatu dapat timbul gambaran seperti
mozaik.
Histopatologi
Jika gambaran klinis tidak jelas dapat dilakukan pemeriksaan
histopatologik melalui biopsi kulit. Gambaran histopatologis dapat
membedakan bermacam-macam papiloma.
Pengobatan
Macam-macam terapi topikal:
1. Bahan kaustik, misalnya larutan Ag NO3 25%, asam triklorosetat 50%,
dan fenol likuifaktum.
2. Bedah beku, misalnya CO2, N2 dan N2O.
3. Bedah skalpel
4. Bedah listrik
5. Bedah laser
Prognosis
Penyakit ini sering residif, walaupun diberikan pengobatan yang adekuat.
F. Kondiloma Akuminatum
Definisi
Kondiloma akuminatum ialah vegetasi oleh human papilloma virus
tipe tertentu, bertangkai, dan permukaannya berjonjot.
Epidemiologi
Penyakit ini termasuk Penyakit akibat Hubungan Seksual (P.H.S).
Frekuensinya pada pria dan wanita sama. Tersebar kosmopolit dan
transmisi melalui kontak kulit langsung.
Etiologi
Virus penyebabnya adalah Virus Papilloma Humanus (VPH), ialah
virus DNA yang tergolong dalam keluarga virus Papova. Sampai saat ini
telah dikenal sekitar 70 tipe VPH, namun tidak seluruhnya dapat
menyebabkan kondiloma akuminatum. Tipe yang pernah ditemui pada
kondiloma akuminatum adalah tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39, 41,
42, 44, 51, 52, dan 56.
Beberapa tipe VPH tertentu mempunyai potensi onkogenik yang
tinggi, yaitu tipe 16 dan 18. Tipe ini merupakan jenis virus yang paling
sering dijumpai pada kanker serviks. Sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering
dijumpai pada kondiloma akuminatum dan neoplasia intraepitelial serviks
derajat ringan.
Gejala Klinis
Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab,
misalnya di daerah genitalia eksterna. Pada pria tempat predileksinya di
perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, glans penis, muara uretra
eksterna, korpus, dan pangkal penis. Pada wanita di daerah vulva dan
sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang pada porsio uteri. Pada wanita
yang banyak mengeluarkan fluor albus atau wanita yang hamil
pertumbuhan penyakit lebih cepat.
Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna
kemerahan kalau masih baru, jika telah lama agak kehitaman.
Permukaannya berjonjot (papilomatosa) sehingga pada vegetasi yang
besar dapat dilakukan percobaan sondase. Jika timbul infeksi sekunder
warna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak
enak.
Vegetasi yang besar disebut sebagai giant condyloma (Buschke) yang
pernah dilaporkan menimbulkan degenerasi maligna, sehingga harus
dilakukan biopsi.
Diagnosis Banding
1. Veruka vulgaris: vegetasi yang tidak bertangkai, kering dan berwarna
abu-abu atau sama dengan warna kulit
2. Kondiloma latu: sifilis stadium II, klinis berupa plakat yang erosif,
ditemukan banyak Spirochaeta pailidum.
3. Karsinoma sel skuamosa: vegetasi yang seperti kembang kol, mudah
berdarah, dan berbau.
Pengobatan
1. Kemoterapi
a. Podofilin
Yang digunakan ialah tingtur podofilin 25%. Kulit di sekitarnya
dilindungi dengan vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi, setelah 4-
6 jam dicuci. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangin setelah 3
hari. Setiap kali pemberian jangan melebihi 0,3 cc karena akan diserap
dan bersifat toksik. Gejala toksisitas ialah mual, muntah, nyeri
abdomen, gangguan alat napas, dan keringat yang disertai kulit dingin.
Dapat pula terjadi supresi sumsum tulang yang disertai
trombositopenia dan leukopenia. Pada wanita hamil sebaiknya jangan
diberikan kerena dapat terjadi kematian fetus.
Cara pengobatan dengan podofilin ini sering dipakai. Hasilnya baik
pada lesi yang baru, tetapi kurang memuaskan pada lesi yang lama atau
yang berbentuk pipih.
b. Asam triklorasetat
Digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap
minggu. Pemberiannya harus berhati-hati karena dapat menimbulkan
ulkus yang dalam. Dapat diberikan pada wanita hamil.
c. 5-fluorourasil
Konsentrasinya antara 1-5% dalam krim, dipakai terutama pada
lesi di meatus uretra. Pemberiannya setiap hari sampai lesi hilang.
Sebaiknya penderita tidak miksi selama 2 jam setelah pengobatan.
2. Bedah listrik (elektrokauterisasi)
3. Bedah beku (N2, N2O cair)
4. Bedah skalpel
5. Laser karbondioksida
Luka lebih cepat sembuh dan meninggalkan sedikit jaringan parut,
bila dibandingkan elektrokauterisasi.
6. Interferon
Dapat diberikan dalam bentuk suntikan (i.m. atau intralesi) dan
topikal (krim). Interferon afa diberikan dengan dosis 4-6 mU. i.m. 3
kali seminggu selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5 mU. i.m. selama
6 minggu. Interferon beta diberikan dengan dosis 2x106 unit i.m.
selama 10 hari berturut-turut.
7. Imunoterapi
Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap
pengobatan dapat diberikan pengobatan bersama dengan
imunostimulator.
Prognosis
Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Faktor
predisposisi dicari, misalnya higiene, adanya fluor albus, atau kelembaban
pada pria akibat tidak disirkumsisi.
a. Dermatofitosis
Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang
menjadizat tanduk, seperti kuku, rambut, dan sratum korneum pada
epidermis yang disebabkan oleh jamur dermatofita.
Dermatofitosis (Tinea) adalah infeksi jamur dermatofit (species
microsporum, trichophyton, dan epidermophyton) yang menyerang
epidermis bagian superficial (stratum korneum), kuku dan rambut.
Microsporum menyerang rambut dan kulit. Trichophyton menyerang
rambut, kulit dan kuku. Epidermophyton menyerang kulit dan jarang kuku.
Golongan jamur ini bersifat mencernakan keratin, dermatofita
termasuk kelas fungi imperfecti. Gambaran klinik jamur dermatofita
menyebabkan beberapa bentuk klinik yang khas, satu jenis dermatofita
menghasilkan klinis yang berbeda tergantung lokasi anatominya.
Bentuk–bentuk gejala klinis dermatofitosis
1) TineaKapitis
2) Tinea Favosa
Adalah infeksi jamur kronis terutama oleh trychophiton schoen
lini, trychophithon violaceum, dan microsporum gypseum. Penyakit ini
mirip tinea kapitis yang ditandai oleh skutula warna kekuningan bau
seperti tikus pada kulit kepala, lesi menjadi sikatrik alopecia permanen.
Gambaran klinik mulai dari gambaran ringan berupa kemerahan pada
kulit kepala dan terkenanya folikel rambut tanpa kerontokan hingga
skutula dan kerontokan rambut serta lesi menjadi lebih merah dan
luas kemudian terjadi kerontokan lebih luas, kulit mengalami atropi
sembuh dengan jaringan parut permanen.
Diagnosis dengan pemeriksaan mikroskopis langsung. Prinsip
pengobatan tinea favosa sama dengan pengobatan tinea kapitis yaitu
pengobatan pada anak peroral griseofulvin 10-25 mg/kg BB perhari,
pada dewasa 500 mg/hr selama 6 minggu. Higienitas harus dijaga.
3) TineaKorporis
4) Tinea Imbrikata
Adalah penyakit yang disebabkan jamur dermatofita yang
memberikan gambaran khas berupa lesi bersisik yang melingkar- lingkar
dan gatal. Disebabkan oleh dermatofita T.concentricum. Gambaran klinik
dapat menyerang seluruh permukaan kulit halus, sehingga sering
digolongkan dalam tinea korporis. Lesi bermula sebagai macula
eritematosa yang gatal, kemudian timbul skuama agak tebal terletak
konsensif dengan susunan seperti genting, lesi tambah melebar tanpa
meninggalkan penyembuhan dibagian tangahnya.
Diagnosis berdasar gambaran klinis yang khas berupa lesi
konsentris. Pengobatan sistemik griseofulvin 500 mg sehari selama 4
minggu, sering kambuh setelah pengobatan sehingga memerlukan
pengobatan ulang yang lebih lama, ketokonazol 200 mg sehari, obat
topical tidak begitu efektif karena daerah yang terserang luas.
5) TineaKruris
7) Tinea unguium
Adalah kelainan kuku yang disebabkan infeksi jamur dermatofita.
Penyebab tersering adalah T. mentagrophites, T. rubrum. Gambaran
klinik biasanya menyertai tinea pedis atau manus penderita berupa kuku
menjadi rusak warna menjadi suram tergantung penyebabnya, destruksi
kuku mulai dari distal, lateral, ataupun keseluruhan.
Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur
penyebab dan permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila
dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung
dan Leukonikia trikofita bila dimulai dari bawah kuku. Permukaan kuku
tampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual
hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya detritus yang banyak
mengandung elemen jamur.
Diagnosis ditegakkan berdasar gejala klinis pada pemeriksaan
kerokan kuku dengan KOH10-20% atau biakan untuk menemukan elemen
jamur. Pengobatan infeksi kuku memerlukan ketekunan, pengertian
kerjasama dan kepercayaan penderita dengan dokter karena pengobatan
sulit dan lama. Pemberian griseofulvin 500 mg sehari selama 3-4 bulan
untuk jari tangan untuk jari kaki 9-12 bulan. Obat topical dapat diberikan
dalam bentuk losion atau krim.
8) Kandidiasis
Adalah suatu penyakit kulit akut atau subakut, disebabkan jamur
intermediate yang menyerang kulit, kuku, selaput lender dan alat- alat
dalam. Penyebab jamur golongan candida yang pathogen dan
merupakankan di diasisa dalah candida albicans. Gambaran klinik
berbentukkan didiasis sistemik dan lokal.
Kandidiasis local terdiri dari:
a) Kandidiasis oral dimana kelainan ini sering terjadi pada bayi berupa
bercak putih seperti membran pada mukosa mulut dan lidah bila
membran tersebut diangkat tampak dasar kemerahan dan erosif.
b) Perleche berupa retakan sudut mulut, pedih dan nyeri bila tersentuh
makanan atau air.
c) Kandidiasis vaginal kelainan berupa bercak putih diatas mukosa yang
eritematosa erosif, mulai dari servik sampai introitus vagina,
didapatkan fluoralbus putih kekuningan disertai semacam butiran
tepung kadang seperti susu pecah terasa gatal serta dispareuni karena
ada erosi.
d) Balanitis biasanya terjadi pada laki-laki yang tidak sunat, terasa gatal
disertai timbulnya membran atau bercak putih pada gland
penis.
Kandidiasis kulit terdiri dari:
a) Kandidiasis intertriginosa sering terjadi pada orang gemuk
menyerang lipatan kulit yang besar seperti inguinal, aksila, lipat
payudara, yang khas adalah bercak kemerahan agak lebar dengan
dikelilingi oleh lesi-lesi satelit.
b) Kandidiasis kuku infeksi jamur pada kuku dan jaringan sekitar terasa
nyeridan peradangan sekitar, kuku rusak dan menebal lesi berwarna
kehijauan.
c) Kandidiasis granulomatosa bentuk ini jarang dijumpai, manifestasi
berupa granuloma terjadi akibat penumpukan krusta serta
hipertropi setempat, biasa terdapat dikepala atau ektremitas.
d) Kandidida adalah suatu alergi terhadap elemen jamur atau metabolit
candida SSP.
Diagnosis dengan pemeriksaan langsung kerokan kulit atau usap
mukokutan dengan larutan KOH 10% atau pewarnaan gram yang terlihat
sel ragi, blastospora atau hifasemu. Pengobatan kandidiasis kulit dan
kandidiasis selaput lendir yang lokal dengan memberi obat anti jamur
topikal.
Pengobatan kandidiasis oral berupa lozenges atau oral gel yang
mengandung nistatin atau mikonazole, pengobatan kandidiasis vaginal
obat yang dipakai adalah preparat khusus intravaginal yang mengandung
imidasol selama 1-5 hari, terapi oral juga diberikan 1-5 hari.
Pengobatan dermatofitosis sering tergantung pada klinis.Sebagai
contoh lesi tunggal pada kulit dapat diterapi secara adekuat dengan
antijamur topikal.walaupun pengobatan topikal pada kulit kepala dan kuku
sering tidak efektif dan biasanya membutuhkan terapi sistemik untuk
sembuh. Infeksi dermatofitosis yang kronik atau luas, tinea dengan
implamasi akut dan tipe "moccasin" atau tipe kering jenis t.rubrum
termasuk tapak kaki dan dorsum kaki biasanya juga membutuhkan terapi
sistemik.Idealnya, konfirmasi diagnosis mikologi hendaknya diperoleh
sebelum terapi sistemik antijamur dimulai. Pengobatan oral, yang dipilih
untuk dermatofitosis adalah:
Infeksi Rekomendasi Alternatif
Tinea unguium Terbinafine 250 mg/hr 6 Itraconazole 200 mg/hr /3-5 bulan atau
(Onychomycosis) minggu untuk kuku jari 400 mg/hr seminggu per bulan selama
tangan, 12 minggu untuk 3-4 bulan berturut-turut.
kuku jari kaki Fluconazole 150-300 mg/ mgg s.d
sembuh (6-12 bln) Griseofulvin 500-
1000 mg/hr s.d sembuh (12-18 bulan)
Tinea capitis Griseofulvin 500mg/day Terbinafine 250 mg/hr/4 mgg
(≥ 10mg/kgBB/hari) Itraconazole 100 mg/hr/4mgg
sampai sembuh (6-8 Fluconazole 100 mg/hr/4 mgg
minggu)
Tinea corporis Griseofulvin 500 mg/hr Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4
sampai sembuh (4-6 minggu Itraconazole 100 mg/hr selama
minggu), sering 15 hr atau 200mg/hr selama 1 mgg.
dikombinasikan dengan Fluconazole 150-300 mg/mggu selama
imidazol. 4 mgg.
Tinea cruris Griseofulvin 500 mg/hr Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg
sampai sembuh (4-6 Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr
minggu) atau 200 mg/hr selama 1 mgg.
Fluconazole 150-300 mg/hr selama 4
mgg.
Tinea pedis Griseofulvin 500mg/hr Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg
sampai sembuh (4-6 Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr
minggu) atau 200mg/hr selama 1 mgg.
Fluconazole 150-300 mg/mgg selama
4 mgg.
Chronic and/or Terbinafine 250 mg/hr Itraconazole 200 mg/hr selama 4-6
widespread selama 4-6 minggu mgg. Griseofulvin 500-1000 mg/hr
non-responsive sampai sembuh (3-6 bulan).
tinea.
b. Non Dermatofitosis
Pitiriasis versikolor (Panu)
Adalah penyakit jamur superfisial yang kronik biasanya tidak
memberikan keluhan subjektif berupa bercak skuama halus warna putih
sampai coklat hitam, meliputi badan kadang-kadang menyerang ketiak,
lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka, kulit kepala yang
berambut. Disebabkan oleh malassezia furfur robin. Gambaran klinik
kelainan terlihat bercak- bercak warna warni, bentuk teratur sampai
tidak teratur batas jelas sampai difus kadang penderita merasa gatal
ringan.
Diagnosis pada sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH
20% terlihat campuran hifa pendek dan spora-spora bulat yang dapat
berkelompok.
Pengobatan harus dilakukan menyeluruh tekun dan konsisten. Obat
yang dapat dipakai suspen sesel enium sulfida ( selsun) dipakai sebagai
sampo 2-3x seminggu. Obat lain derivate azolmissal mikonazole, jika
sulit disembuhkan ketokonazole dapat dipertimbangkan dengan dosis
1x200 mg sehari selama 10 minggu.
2. Golongan Aminoglikosida
5. Golongan Makrolid
6. Golongan Sefalosporin
No Nama Obat Sediaan
1 Sefuroksim 500 mg
2 Sefadroksil 250 mg , 500 mg
3 Sefotaksim 1g
4 Na . Seftriakson 1g
5 Na . Sefazolin 1g
6 Sefaklor 500 mg
7 Sefditoren Pivoksil 100 mg
8 Sefpironil 1g
9 Sefdinir 100 mg
7. Golongan Tetrasiklin
Gambar. Psoriasis