Anda di halaman 1dari 47

7 A.

TERANGKAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT VIRUS PADA


KULIT
A. Variola
Pendahuluan
Cacar merupakan penyakit infeksi menular yang sudah dikenal
sejak berabad-abad sebelumnya. Penyakit ini dahulu pada daerah-daerah
tertentu dapat endemi atau epidemi.
Definisi
Variola/cacar/small pox ialah penyakit virus yang disertai keadaan
umum yang buruk, dapat menyebabkan kematian, efloresensinya bersifat
monomorf terutama terdapat di perifer tubuh.
Epidemiologi
Penyebaran penyakit ini kosmopolit, tetapi pada daerah tertentu
memberi insidens yang tinggi, misalnya di Amerika Tengah dan Selatan,
Hindia Barat, dan Timur Jauh. Dengan vaksinasi yang teratur dan
terorganisasi baik, maka insidens akan jauh menurun, sehingga di daerah
yang sebelumnya terdapat endemi tidak lagi dijumpai kasus variola dan
daerah ini dapat disebut sebagai bebas variola seperti di Indonesia. sejak
tahun 1984 oleh WHO seluruh dunia telah dinyatakan bebas dari penyakit
ini. Meskipun demikian kita harus waspada terhadap munculnya kembali
penyakit ini.
Etiologi
Penyebab variola ialah virus poks (pox virus variolae). Dikenal 2
tipe virus yang hampir identik, tetapi menyebabkan 2 tipe variola, yaitu
variola mayor dan variola minor (alastrim). Perbedaan kedua tipe virus
tersebut adalah bahwa virus yang menyebabkan variola mayor bila
diinokulasikan pada membran korioalantoik tumbuh pada suhu 38 o-38,5oC,
sedangkan yang menyebabkan variola minor tumbuh di bawah suhu 38 oC.
Virus ini sangat stabil pada suhu ruangan, sehingga dapat hidup di luar
tubuh selama berbulan-bulan.
Patogenesis
Transmisinya secara aerogen karena virus ini terdapat dalam
jumlah yang sangat banyak di saluran napas bagian atas dan juga
terdapat/terbawa dipakaian penderita. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus
akan mengalami multiplikasi dalam sistem retikuloendotelial, kemudian
masuk ke dalam darah (viremia) dan melepaskan diri melalui kapiler
dermis menuju sel epidermis (epidermotropik) dan membentuk badan
inklusi intra sitoplasma yang terletak di inti sel (badan Guarneri). Tipe
variola yang timbul bergantung pada imunitas, tipe virus, dan gizi
penderita.
Gejala Klinis
Inkubasinya 2-3 minggu, terdapat 4 stadium:
Stadium inkubasi erupsi (prodromal)
Terdapat nyeri kepala, nyeri tulang dan sendi disertai demam
tinggi, menggigil, lemas, dan muntah-muntah, yang berlangsung selama 3-
4 hari.
Stadium makulo-papular
Timbul makula-makula eritematosa yang cepat menjadi papul-
papul, terutama di muka dan ekstremitas, termasuk telapak tangan dan
telapak kaki. Pada stadium ini suhu tubuh normal kembali dan penderita
merasa sehat kembali dan tidak timbul lesi baru.
Stadium vesikulo-pustulosa
Dalam waktu 5-10 hari timbul vesikel-vesikel yang kemudian
menjadi pustul-pustul dan pada saat ini suhu tubuh meningkat lagi. Pada
kelainan tersebut timbul umbilikasi.
Stadium resolusi
Stadium ini berlangsung dalam waktu 2 minggu, timbul krusta-
krusta dan suhu tubuh mulai menurun. Kemudian krusta-krusta terlepas
dan meninggalkan sikatriks-sikatriks yang atrofi. Kadang-kadang dapat
timbul perdarahan yang disebabkan depresi hematopoetik dan disebut
sebagai black variola yang sering fatal. Mortilitas variola bervariasi di
antara 1-50%.
Variola Minor (alastrim)
Masa inkubasinya lebih singkat dan gejala prodromal tampak
ringan, sedangkan jumlah lesi yang timbul tidak banyak. Mortilitasnya
kurang dari 1%.
Varioloid
Bentuk ini timbul pada individu yang sudah mendapat vaksinasi
sehingga didapati imunitas parsial, walaupun mendapat serangan virus
yang cukup virulen. Gejala prodromalnya sedikit sekali atau tidak ada,
begitu pula gejala kulit. Biasanya lesi di dahi, lengan atas, dan tangan,
demam kedua seperti pada stadium vesikulo-pustulosa tidak dijumpai.
Komplikasi
Komplikasinya ialah bronkopneumonia, infeksi kulit sekunder
(furunkel, impetigo dan sebagainya), ulkus kornea, ensefalitis, efluvium,
dan telogen dalam waktu 3-4 bulan.
Pembantu Diagnosis
Pembantu diagnosis terdiri atas inokulasi pada korioalantoik,
pemeriksaan virus dengan mikroskop elektron, dan deteksi antigen virus
pada agar-sel. Kecuali itu juga pemeriksaan histopatologik dan tes
serologik (tes ikatan komplemen).
Profilaksis
Vaksinasi dengan virus vaksinia yang diberikan dengan metode
multiple puncture, merupakan teknik yang dianggap terbaik. Pada waktu
pemberian vaksinasi tempat tersebut tidak dibersihkan dengan alkohol,
tetapi cukup dengan eter atau aseton agar alkohol tidak menginaktifkan
virus vaksinia tersebut.
Kontraindikasi vaksinasi ialah: atopi, penderita yang sedang
mendapat kortikosteroid dan dengan defisiensi imunologik.
Pengobatan
Penderita harus dikarantinakan. Sistemik dapat diberikan obat
antiviral (asiklovir atau valasiklovir) misalnya isoprinosin, dan interferon,
dapat pula diberikan globulin gama. Kecuali itu obat yang bersifat
simtomatik, misalnya analgetik/antipiretik. Diawasi pula kemungkinan
timbulnya infeksi sekunder, maupun infeksi nosokomial, serta cairan tubuh
dan elektrolit. Jika di mulut masih terdapat lesi, diberikan makanan lunak.
Pengobatan topikal bersifat penunjang, misalnya kompres dengan
antiseptik atau salap antibiotik.
Prognosis
Prognosis sangat bergantung pada penatalaksanaan pertama dan
fasilitas perawatan yang tersedia, maka mortalitas sangat bervariasi di
antara 1-50%. Jaringan parut yang timbul dapat diperbaiki dengan
tindakan dermabrasi atau pemberian collagen implant.

B. Varisela
Definisi
Infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit
dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf,
terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.
Sinonim
Cacar air, chicken pox.
Epidemiologi
Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak, tetapi dapat
juga menyerang orang dewasa. Transmisi penyakit ini secara aerogen.
Masa penularannya lebih kurang 7 hari dihitung dari timbulnya gejala
kulit.
Etiologi
Virus varisela-zoster. Penamaan virus ini memberi pengertian
bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit varisela, sedangkan
reaktivasi menyebabkan herpes zoster.
Gejala Klinis
Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14 sampai 21 hari. Gejala
klinis mulai gejala prodormal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi,
malese dan nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa
papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi
vesikel. Bentuk vesikel ini khas berupa tetesan embun (tear drops).
Vesikel akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta.
Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel yang baru
sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.
Penyebarannya terutama di daerah badan dan kemudian menyebar
secara sentrifugal ke muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput
lendir mata, mulut, dan saluran napas bagian atas. Jika terdapat infeksi
sekunder terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional. Penyakit ini
biasanya disertai rasa gatal.
Infeksi yang timbul pada trimester pertama kehamilan dapat
menimbulkan kelainan kongenital, sedangkan infeksi yang terjadi
beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan varisela kongenital
pada neonatus.
Pembantu Diagnosis
Dapat dilakukan percobaan Tzanck dengan cara membuat sediaan
hapus yang diwarnai dengan Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar
vesikel dan akan didapati sel datia berinti banyak.
Diagnosis Banding
Harus dibedakan dengan variola, penyakit ini lebih berat, memberi
gambaran monomorf, dan penyebarannya dimulai dari bagian akral tubuh,
yakni telapak tangan dan telapak kaki.
Pengobatan
Pengobatan bersifat simtomatik dengan antipiretik dan analgesik,
untuk menghilangkan rasa gatal dan diberikan sedativa. Lokal diberikan
bedak yang ditambah dengan zat anti gatal (mentol, kamfora) untuk
mencegah pecahnya vesikel secara dini serta menghilangkan rasa gatal.
Jika timbul infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika berupa salap dan
oral. Dapat pula diberikan obat-obat antivirus (lihat pengobatan herpes
zoster). V.Z.I.G. (varicella zoster immunoglobuline) dapat mencegah atau
meringankan varisela, diberikan intramuskular dalam 4 hari setelah
terpajan.
Vaksinasi
Vaksin varisela berasal dari galur yang telah dilemahkan. Angka
serokonversi mencapai 97%-99%. Diberikan pada yang berumur 12 bulan
atau lebih. Lama proteksi belum diketahui pasti, meskipun demikian
vaksinasi ulangan dapat diberikan setelah 4-6 tahun.
Pemberiannya secara subkutan, 0,5 ml pada yang berusia 12 bulan
sampai 12 tahun. Pada usia di atas 12 tahun juga diberikan 0,5 ml, setelah
4-8 minggu diulangi dengan dosis yang sama.
Bila terpajannya baru kurang dari 3 hari perlindungan vaksin yang
diberikan masih terjadi. Sedangkan antibodi yang cukup sudah timbul
antara 3-6 hari setelah vaksinasi.
Prognosis
Dengan perawatan yang teliti dan memperhatikan higiene memberi
prognosis yang baik dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit.

C. Moluskum Kontagiosum
Definisi
Moluskum kontagiosum adalah penyakit disebabkan oleh virus
poks, klinis berupa papul-papul, pada permukaannya terdapat lekukan,
berisi massa yang mengandung badan moluskum.
Epidemiologi
Penyakit ini terutama menyerang anak dan kadang-kadang juga
orang dewasa. Jika pada orang dewasa digolongkan dalam Penyakit akibat
Hubungan Seksual (P.S.H). Transmisinya melalui kontak kulit langsung
dan otoinokulasi.
Gejala Klinis
Masa inkubasi berlangsung satu sampai beberapa minggu.
Kelainan kulit berupa papul miliar, kadang-kadang lentikular dan
berwarna putih seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian di tengahnya
terdapat lekukan (delle). Jika dipijit akan tampak ke luar massa yang
berwarna putih seperti nasi. Lokalisasi penyakit ini di daerah muka, badan
dan ektremitas, sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan
genitalia eksterna. Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder sehingga
timbul supurasi.
Histopatologi
Pada pemeriksaan histopatologi di daerah epidermis dapat
ditemukan badan moluskum yang mengandung partikel virus.
Pengobatan
Prinsip pengobatan adalah megeluarkan massa yang mengandung
badan moluskum. Dapat dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum
suntik, atau kuret. Cara lain dapat digunakan elektrokauterisasi atau bedah
beku dengan CO2, N2 dan sebagainya. Pada orang dewasa harus juga
dilakukan terapi terhadap pasangan seksualnya.
Prognosis
Dengan menghilangkan semua lesi yang ada, penyakit ini tidak
atau jarang residif.

D. Herpes Zoster
Definisi
Herpes zoster/dampa/cacar ular adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa,
infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.
Epidemiologi
Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini, seperti yang
diterangkan dalam definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
penderita mendapat varisela. Kadang-kadang varisela ini berlangsung
subklinis. Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan transmisi
virus secara aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau
herpes zoster.
Patogenesis
Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan
ganglion kranialis. Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang
setingkat dengan daerah persarafan ganglion tersebut. Kadang-kadang
virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranialis
sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik.
Gejala klinis
Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal, walaupun
daerah-daerah lain tidak jarang. Frekuensi penyakit ini pada pria dan
wanita sama, sedangkan mengenai umur lebih sering pada orang dewasa.
Sebelum timbul gejala kulit terdapat, gejala prodromal baik
sistemik (demam, pusing, malese), maupun gejala prodromal lokal (nyeri
otot-tulang, gatal, pegal dan sebagainya). Setelah itu timbul eritema yang
dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar
kulit yang eritematosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan jernih,
kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu), dapat menjadi pustul dan
krusta. Kadang-kadang vesikel mengandung darah dan disebut sebagai
herpes zoster hemoragik. Dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga
menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatriks.
Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi
baru yang tetap timbul berlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa
resolusi berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Di samping gejala kulit dapat
juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi
penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan
tempat persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik,
tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur
ganglion kranialis memungkinan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah
yang terkena memberi gejala yang khas. Kelainan pada muka sering
disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus (dengan
ganglion gaseri) atau nervus fasialis dan otikus (dari ganglion
genikulatum).
Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang pertama
nervus trigeminus, sehingga menimbulkan kelainan pada mata, di samping
itu juga cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah
persarafannya. Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh gangguan nervus
fasialis dan otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka
(paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan,
tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus dan nausea, juga
terdapat gangguan pengecapan. Herpes zoster abortif, artinya penyakit ini
berlangsung dalam waktu yang singkat dan kelainan kulitnya hanya
berupa beberapa vesikel dan eritem. Pada herpes zoster generalisata
kelainan kulitnya unilateral dan segmental ditambah kelainan kulit yang
menyebar secara generalisata berupa vesikel yang solitar dan ada
umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau pada orang yang
kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya pada penderita limfoma
malignum.
Neuralgia pascaherpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah
bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri
ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun
dengan gradasi nyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari-hari.
Kecenderungan ini dijumpai pada orang yang mendapat herpes zoster di
atas usia 40 tahun.
Komplikasi
Neuralgia pascahepatik dapat timbul pada umur di atas 40 tahun,
persentasenya 10-15%. Makin tua penderita makin tinggi presentasenya.
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa
komplikasi. Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi
H.I.V., keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel
sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.
Pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi berbagai komplikasi, di
antaranya ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis, dan
neuritis optik.
Paralisis motorik terdapat pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat
penjalaran virus secara per kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem
saraf yang berdekatan. Paralisis biasanya timbul dalam 2 minggu sejak
awitan munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi, misalnya di muka,
diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria, dan anus. Umumnya
akan sembuh spontan.
Infeksi juga dapat menjalar ke alat dalam, misalnya paru, hepar, dan otak
Pembantu Diagnosis
Pada pemeriksaan percobaan Tzanck dapat ditemukan sel datia
berinti banyak.
Diagnosis Banding
1. Herpes simpleks
2. Pada nyeri yang merupakan gejala prodromal lokal sering salah
diagnosis dengan penyakit reumatik maupun dengan angina pektoris,
jika terdapat di daerah setinggi jantung.
Pengobatan
Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik, untuk nyerinya
diberikan analgetik. Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.
Indikasi obat antiviral ialah herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan
defisiensi imunitas mengingat komplikasinya. Obat yang biasa digunakan
ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir. Obat yang lebih
baru ialah famsiklovir dan pensiklovir yang mempunyai waktu paruh
eliminasi yang lebih lama sehingga cukup diberikan 3x250 mg sehari.
Obat-obat tersebut diberikan dalam 3 hari pertama sejak lesi muncul.
Dosis asiklovir yang dianjurkan ialah 5x800 mg sehari dan
biasanya diberikan 7 hari, sedangkan valasiklovir cukup 3x1000 mg sehari
karena konsentrasi dalam plasma lebih tinggi. Jika lesi baru masih tetap
timbul obat-obat tersebut masih dapat diteruskan dan dihentikan sesudah 2
hari sejak lesi baru tidak timbul lagi.
Isoprinosin sebagai imunostimulator tidak berguna karena awitan
kerjanya baru setelah 2-8 minggu, sedangkan masa aktif penyakit kira-kira
hanya seminggu.
Untuk neuralgia pascaherpetik belum ada obat pilihan, dapat
dicoba dengan akupungtur.
Menurut FDA, obat pertama yang dapat digunakan untuk nyeri
neuropatik pada neuropati perifer diabetik dan neuralgia pasca herpetik
ialah pregabalin. Obat tersebut lebih baik daripada obat gaba yang analog
ialah gabapentin, karena efek sampingnya lebih sedikit, lebih poten (2-4
kali), kerjanya lebih cepat, serta pengaturan dosisnya lebih sederhana.
Dosis awalnya ialah 2x75 mg sehari, setelah 3-7 hari bila responsnya
kurang dapat dinaikkan menjadi 2x150 mg sehari. Dosis maksimumnya
600 mg sehari.
Efek sampingnya ringan berupa dizziness dan somnolen yang akan
menghilang sendiri, jadi obat tidak perlu dihentikan. Obat lain yang dapat
digunakan ialah antidepresi trisiklik (misalnya nortriptilin dan amitriptilin
yang akan menghilangkan rasa nyeri pada 44-67% kasus.
Efek sampingya antara lain gangguan jantung, sedasi, dan
hipotensi. Dosis awal amitriptilin ialah 75 mg sehari, kemudia ditinggikan
sampai timbul efek terapeutik, biasanya antara 150-300 mg sehari. Dosis
nortriptilin ialah 50-150 mg sehari.
Nyeri neuralgia pasca herpetik (derajat nyeri dan lamanya) bersifat
individual. Nyeri tersebut dapat hilang spontan, meskipun ada yang
sampai bertahun-tahun.
Indikasi pemberian kortikosteroid ialah untuk sindrom Ramsay
Hunt. Pemberian harus sedini-dininya untuk mencegah terjadinya
paralisis. Yang biasa kami berikan ialah prednison dengan dosis 3x20 mg
sehari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis
prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik digabung
dengan obat antiviral. Dikatakan kegunaannya untuk mencegah fibrosis
ganglion.
Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih
stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah
pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan
kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapat diberikan salap antibiotik.
Prognosis
Umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis
bergantung pada tindakan perawatan secara dini.

E. Veruka
Definisi
Veruka ialah hiperplasi epidermis disebabkan oleh human papilloma
virus tipe tertentu.
Sinonim
Pelbagai nama yang diberikan, misalnya untuk veruka vulgaris diberi
nama kutil atau common wart dan kondiloma akuminatum disebut sebagai
genital wart.
Epidemiologi
Tersebarnya kosmopolit dab transmisinya melalui kontak kulit,
maupun autoinokulasi. Bergantung pada jenis kutil yang ditemukan, ada
yang terdapat terutama pada usia anak atau pada usia dewasa.
Etiologi
Virus penyebabnya tergolong dalam virus papiloma (grup papova),
virus DNA dengan karakteristik replikasi terjadi intranuklear.
Klasifikasi
Penyakit veruka mempunyai beberapa bentuk klinis.
1. Veruka vulgaris dengan varian veruka filiformis
2. Veruka plana juvenilis
3. Veruka plantaris
4. Veruka akuminatum (kondiloma akuminatum)
Gejala Klinis
Veruka vulgaris
Kutil ini terutama terdapat pada anak, tetapi juga terdapat pada
dewasa dan orang tua. Tempat predileksinya terutama di ekstremitas
bagian ekstensor, walaupun demikian penyebarannya dapat ke bagian lain
tubuh termasuk mukosa mulut dan hidung. Kutil ini bentuknya bulat
berwarna abu-abu, besarnya lentikular atau kalau berkonfluensi berbentuk
plakat, permukaan kasar (verukosa). Dengan goresan dapat timbul
autoinokulasi sepanjang goresan (fenomen Köbner).
Dikenal pula induk kutil yang pada suatu saat akan menimbulkan
anak-anak kutil dalam jumlah yang banyak. Ada pendapat yang
menggolongkan sebagai penyakit yang sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Varian veruka vulgaris yang terdapat di daerah muka dan kulit kepala
berbentuk sebagai penonjolan yang tegak lurus pada permukaan kulit dan
permukaannya verukosa disebut sebagai verukosa filiformis.
Veruka Plana Juvenilis
Kutil ini besarnya miliar atau lentikular, permukaan licin dan rata,
berwarna sama dengan warna kulit atau agak kecoklatan. Penyebarannya
terutama di daerah muka dan leher, dorsum manus dan pedis, pergelangan
tangan, serta lutut. Juga terdapat fenomen Köbner dan termasuk penyakit
yang dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Jumlah kutil dapat sangat
banyak. Terutama terdapat pada anak dan usia muda, walaupun juga dapat
ditemukan pada orang tua.
Veruka Plantaris
Kutil ini terdapat di telapak kaki terutama di daerah yang
mengalami tekanan. Bentuknya berupa cincin yang keras dengan di tengah
agak lunak dan berwarna kekuning-kuningan. Permukaannya licin karena
gesekan dan menimbulkan rasa nyeri pada waktu berjalan, yang
disebabkan oleh penekanan oleh massa yang terdapat di daerah tengah
cincin. Kalau beberapa veruka bersatu dapat timbul gambaran seperti
mozaik.
Histopatologi
Jika gambaran klinis tidak jelas dapat dilakukan pemeriksaan
histopatologik melalui biopsi kulit. Gambaran histopatologis dapat
membedakan bermacam-macam papiloma.
Pengobatan
Macam-macam terapi topikal:
1. Bahan kaustik, misalnya larutan Ag NO3 25%, asam triklorosetat 50%,
dan fenol likuifaktum.
2. Bedah beku, misalnya CO2, N2 dan N2O.
3. Bedah skalpel
4. Bedah listrik
5. Bedah laser
Prognosis
Penyakit ini sering residif, walaupun diberikan pengobatan yang adekuat.

F. Kondiloma Akuminatum
Definisi
Kondiloma akuminatum ialah vegetasi oleh human papilloma virus
tipe tertentu, bertangkai, dan permukaannya berjonjot.
Epidemiologi
Penyakit ini termasuk Penyakit akibat Hubungan Seksual (P.H.S).
Frekuensinya pada pria dan wanita sama. Tersebar kosmopolit dan
transmisi melalui kontak kulit langsung.
Etiologi
Virus penyebabnya adalah Virus Papilloma Humanus (VPH), ialah
virus DNA yang tergolong dalam keluarga virus Papova. Sampai saat ini
telah dikenal sekitar 70 tipe VPH, namun tidak seluruhnya dapat
menyebabkan kondiloma akuminatum. Tipe yang pernah ditemui pada
kondiloma akuminatum adalah tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39, 41,
42, 44, 51, 52, dan 56.
Beberapa tipe VPH tertentu mempunyai potensi onkogenik yang
tinggi, yaitu tipe 16 dan 18. Tipe ini merupakan jenis virus yang paling
sering dijumpai pada kanker serviks. Sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering
dijumpai pada kondiloma akuminatum dan neoplasia intraepitelial serviks
derajat ringan.
Gejala Klinis
Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab,
misalnya di daerah genitalia eksterna. Pada pria tempat predileksinya di
perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, glans penis, muara uretra
eksterna, korpus, dan pangkal penis. Pada wanita di daerah vulva dan
sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang pada porsio uteri. Pada wanita
yang banyak mengeluarkan fluor albus atau wanita yang hamil
pertumbuhan penyakit lebih cepat.
Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna
kemerahan kalau masih baru, jika telah lama agak kehitaman.
Permukaannya berjonjot (papilomatosa) sehingga pada vegetasi yang
besar dapat dilakukan percobaan sondase. Jika timbul infeksi sekunder
warna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak
enak.
Vegetasi yang besar disebut sebagai giant condyloma (Buschke) yang
pernah dilaporkan menimbulkan degenerasi maligna, sehingga harus
dilakukan biopsi.
Diagnosis Banding
1. Veruka vulgaris: vegetasi yang tidak bertangkai, kering dan berwarna
abu-abu atau sama dengan warna kulit
2. Kondiloma latu: sifilis stadium II, klinis berupa plakat yang erosif,
ditemukan banyak Spirochaeta pailidum.
3. Karsinoma sel skuamosa: vegetasi yang seperti kembang kol, mudah
berdarah, dan berbau.
Pengobatan
1. Kemoterapi
a. Podofilin
Yang digunakan ialah tingtur podofilin 25%. Kulit di sekitarnya
dilindungi dengan vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi, setelah 4-
6 jam dicuci. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangin setelah 3
hari. Setiap kali pemberian jangan melebihi 0,3 cc karena akan diserap
dan bersifat toksik. Gejala toksisitas ialah mual, muntah, nyeri
abdomen, gangguan alat napas, dan keringat yang disertai kulit dingin.
Dapat pula terjadi supresi sumsum tulang yang disertai
trombositopenia dan leukopenia. Pada wanita hamil sebaiknya jangan
diberikan kerena dapat terjadi kematian fetus.
Cara pengobatan dengan podofilin ini sering dipakai. Hasilnya baik
pada lesi yang baru, tetapi kurang memuaskan pada lesi yang lama atau
yang berbentuk pipih.
b. Asam triklorasetat
Digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap
minggu. Pemberiannya harus berhati-hati karena dapat menimbulkan
ulkus yang dalam. Dapat diberikan pada wanita hamil.
c. 5-fluorourasil
Konsentrasinya antara 1-5% dalam krim, dipakai terutama pada
lesi di meatus uretra. Pemberiannya setiap hari sampai lesi hilang.
Sebaiknya penderita tidak miksi selama 2 jam setelah pengobatan.
2. Bedah listrik (elektrokauterisasi)
3. Bedah beku (N2, N2O cair)
4. Bedah skalpel
5. Laser karbondioksida
Luka lebih cepat sembuh dan meninggalkan sedikit jaringan parut,
bila dibandingkan elektrokauterisasi.
6. Interferon
Dapat diberikan dalam bentuk suntikan (i.m. atau intralesi) dan
topikal (krim). Interferon afa diberikan dengan dosis 4-6 mU. i.m. 3
kali seminggu selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5 mU. i.m. selama
6 minggu. Interferon beta diberikan dengan dosis 2x106 unit i.m.
selama 10 hari berturut-turut.
7. Imunoterapi
Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap
pengobatan dapat diberikan pengobatan bersama dengan
imunostimulator.
Prognosis
Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Faktor
predisposisi dicari, misalnya higiene, adanya fluor albus, atau kelembaban
pada pria akibat tidak disirkumsisi.

8. A Terangkan tentang dermatomikosis dan tatalaksananya


Dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut, dan mukosa
yang disebabkan infeksi jamur. Dermatomikosis mempunyai arti umum,
yaitu semua penyakit jamur yang menyerang kulit.
Etiologi Dermatomikois
Dermatofit merupakan kelompok fungi patogen terbesar pada
manusia.Ada tiga genera penyebab dermatomikosis yaitu; Trichophyton,
Microsporum, dan Epidermophyton. Fase aseksual pada kapang-kapang
tersebut menghasilkan mikrokonidia amerospora ( hanya satu sel ) yang
tidak berpigmen, berbentuk seperti tetesan air mata, dan berdinding halus.
Di samping itu juga dihasilkan makro-konidia yang terbentuk pada bagian
tepi atau pada ujung hifa, berbentuk silindris atau seperti cerutu,
berdinding halus atau kasar, dan bersepta lebih dari satu.
Ketiga genera tersebut dapat dibedakan dari tipe konidia yang
dihasilkan.Trichophyton danMicrosporum memiliki mikrokonidia dan
makrokonidia, sedangkan Epidermophyton tidak memiliki mikrokonidia.
Makrokonidia pada Microsporum berdinding kasar dan halus serupa
dengan Trichophyton. Trichophyton dan Microsporumadalah
Ascomycetes. Fase seksual ( teleomorf ) pada Trichophyton adalah genus
Nannizzia. Kapang-kapang tersebut bersifat keratinofilik, yaitu menyerang
rambut, kulit, dan kuku. Mikosis tersebut juga ditemukan pada hewan,
misalnya Trichophyton mentagrophytes ditemukan pada binatang
mengerat, Trichophyton verrucosum pada ternak, dan Microsporum canis
pada anjing.
Faktor– faktor yang mempengaruhi dermatomikosis.
Faktor yang mempengaruhiadalah:
a. Udara yang lembab
b. Lingkungan yang padat
c. Sosial ekonomi yang rendah
d. Adanya sumber penularan disekitarnya
e. Sering berkontak dengan tanah, air, binatang
f. Pakaian berlapis / tidak menyerap keringat
g. Obesitas
h. Penyakitsistemik
i. Penggunaan steroid
j. Sistem imun tubuh
k. Higienitas dan gizi kurang
Klasifikasi dermatomikosis
Ada dua golongan jamur yang menyebabkan mikosis superfisialis yaitu
non dermatofita dan dermatofita.
Jamur Lokasi Penyakit
Dermatofita
Microsporum canis rambut, kulit
Microsporum audouini rambut
Microsporun gypseum kulit, rambut
Trychophyton tonsurans rambut, kulit, buku
Trychophyton rubrum rambut, kulit, kuku
Trychophyton mentagrophytes rambut, kulit
Trychophyton violaceum Rambut,kulit,kuku
Epidermophyton flocosum kulit
Non-Dermatofita
Pityrosporum orbiculare kulit Tinea vesikolor
(Malasezia furfur)
Clasdoporium werneckii kulit Tinea nigra
Piedraia rambut Piedra hitam
Trichosporon beigelii rambut Piedra putih

a. Dermatofitosis
Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang
menjadizat tanduk, seperti kuku, rambut, dan sratum korneum pada
epidermis yang disebabkan oleh jamur dermatofita.
Dermatofitosis (Tinea) adalah infeksi jamur dermatofit (species
microsporum, trichophyton, dan epidermophyton) yang menyerang
epidermis bagian superficial (stratum korneum), kuku dan rambut.
Microsporum menyerang rambut dan kulit. Trichophyton menyerang
rambut, kulit dan kuku. Epidermophyton menyerang kulit dan jarang kuku.
Golongan jamur ini bersifat mencernakan keratin, dermatofita
termasuk kelas fungi imperfecti. Gambaran klinik jamur dermatofita
menyebabkan beberapa bentuk klinik yang khas, satu jenis dermatofita
menghasilkan klinis yang berbeda tergantung lokasi anatominya.
Bentuk–bentuk gejala klinis dermatofitosis
1) TineaKapitis

Adalah kelainan kulit pada daerah kepala rambut yang disebabkan


jamur golongan dermatofita. Disebabkan oleh species dermatofita
trichophyton dan microsporum. Gambaran klinik keluhan penderita
berupa bercak pada kepala, gatal sering disertai rambut rontok ditempat
lesi. Ditemukan juga Grey patch ring worm, kerion, blck dot, dan favus.
Mikosis pada rambut dapat dibedakan sebagai penyakit rambut ;
a) ektoriks (fungi ada di bagian luar rambut) misalnya;
Microsporum audouinii, M, canis, M. ferrugineum, Trichophyton
verrucosum, T. mentagrophytes, T. megnini, dan T. rubrum.
b) endotriks (fungi ada di dalam rambut) misalnya; Trichophyton
tonsurans, t. violaceum, T. soudanensis, T. gourvilli, dan T.
youndei.
Penyakit favus disebabkan oleh T. schoenleinii, yaitu skutula
dibentuk di dalam folikel rambut, sedangkan hifa tumbuh di dalam
rambut. Diagnosis ditegakkan berdasar gambaran klinis, pemeriksaan
lampu wood dan pemeriksaan mikroskopis dengan KOH, pada
pemeriksaan mikroskopis terlihat spora diluar rambut atau didalam
rambut. Pengobatan pada anak peroral griseofulvin 10-25 mg/kg BB
perhari, pada dewasa 500 mg/hr selama 6 minggu.

2) Tinea Favosa
Adalah infeksi jamur kronis terutama oleh trychophiton schoen
lini, trychophithon violaceum, dan microsporum gypseum. Penyakit ini
mirip tinea kapitis yang ditandai oleh skutula warna kekuningan bau
seperti tikus pada kulit kepala, lesi menjadi sikatrik alopecia permanen.
Gambaran klinik mulai dari gambaran ringan berupa kemerahan pada
kulit kepala dan terkenanya folikel rambut tanpa kerontokan hingga
skutula dan kerontokan rambut serta lesi menjadi lebih merah dan
luas kemudian terjadi kerontokan lebih luas, kulit mengalami atropi
sembuh dengan jaringan parut permanen.
Diagnosis dengan pemeriksaan mikroskopis langsung. Prinsip
pengobatan tinea favosa sama dengan pengobatan tinea kapitis yaitu
pengobatan pada anak peroral griseofulvin 10-25 mg/kg BB perhari,
pada dewasa 500 mg/hr selama 6 minggu. Higienitas harus dijaga.
3) TineaKorporis

Adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit halus (globurus skin) di


daerah muka, badan, lengan dan glutea. Penyebab terseringa dalah
T.rubrum dan T. mentagropytes. Gambaran klinik biasanya berupa lesi
terdiri atas bermacam-macam efloresensi kulit, berbatas tegas dengan
konfigurasi anular, arsinar, atau polisiklik, bagian tepi lebih aktif dengan
tanda peradangan lebih jelas. Daerah sentral biasanya menipis dan terjadi
penyembuhan, sementara tepi lesi meluas sampai ke perifer. Kadang
bagian tengahnya tidak menyembuh, tetapi tetap meninggi dan tertutup
skuama sehingga menjadi bercak yang besar.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan
lokalisasinya serta kerokan kulit dengan mikroskop langsung dengan
larutan KOH 10-20% untuk melihat hifa atau spora jamur.
Pengobatan sistemik berupa griseofulvin 500 mg sehari selama 3-4
minggu, itrakenazol 100mg sehari selama 2 minggu ,obat topical salep
whitfield.

4) Tinea Imbrikata
Adalah penyakit yang disebabkan jamur dermatofita yang
memberikan gambaran khas berupa lesi bersisik yang melingkar- lingkar
dan gatal. Disebabkan oleh dermatofita T.concentricum. Gambaran klinik
dapat menyerang seluruh permukaan kulit halus, sehingga sering
digolongkan dalam tinea korporis. Lesi bermula sebagai macula
eritematosa yang gatal, kemudian timbul skuama agak tebal terletak
konsensif dengan susunan seperti genting, lesi tambah melebar tanpa
meninggalkan penyembuhan dibagian tangahnya.
Diagnosis berdasar gambaran klinis yang khas berupa lesi
konsentris. Pengobatan sistemik griseofulvin 500 mg sehari selama 4
minggu, sering kambuh setelah pengobatan sehingga memerlukan
pengobatan ulang yang lebih lama, ketokonazol 200 mg sehari, obat
topical tidak begitu efektif karena daerah yang terserang luas.
5) TineaKruris

Adalah penyakit jamur dermatifita didaerah lipat paha, genitalia


dan sekitar anus,yang dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah.
Penyebab E. floccosum, kadang-kadang disebabkan oleh T. rubrum.
Gambaran klinik lesi simetris dilipat paha kanan dan kiri mula-mula lesi
berupa bercak eritematosa, gatal lama kelamaan meluas sehingga dapat
meliputi scrotum, pubis ditutupi skuama, kadang-kadang disertai banyak
vesikel-vesikel kecil.
Diagnosis berdasar gambaran klinis yang khas dan ditemukan
elemen jamur pada pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskopis
langsung memakai larutan KOH 10-20%.
Pengobatan sistemik griseofulvin 500 mg sehari selama 3-4
minggu, ketokonazol, obat topical salp white field, tolsiklat, haloprogin,
siklopiroksolamin, derivat azol dan naftifin HCL

6) Tinea Manuset Pedis


Merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur
dermatofita didaerah kilit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan
kaki, jari-jari tangan dan kaki serta daerah interdigital. Penyebab
tersering T.rubrum, T.mentagrophytes, E.floccosum. Gambaran klinik
ada 3 bentuk klinis yang sering dijumpai yaitu:
a) Bentuk intertriginosa berupa maserasi, deskuamasi, dan erosi pada
sela jari tampak warna keputihan basah terjadi fisura terasa nyeri bila
disentuh, lesi dapat meluas sampai ke kuku dan kulit jari. Pada kaki
lesi sering mulai dari selajari III,IV danV.
b) Bentuk vesikular akut ditandai terbentuknya vesikula-vesikula dan
bila terletak agak dalam dibawah kulit sangat gatal, lokasi yang
sering adalah telapak kaki bagian tengah melebar serta vesikulanya
memecah.
c) Bentuk moccasin foot pada bentuk ini seluruh kaki dan telapak tepi
sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan berskuama, eritema
biasanya ringan terutama terlihat pada bagian tepi lesi.
Diagnosis ditegakkan berdasar gambaran klinik dan pemeriksaan
kerokan kulit dengan larutan KOH 10-20% yang menunjukkan elemen
jamur.
Pengobatan cukup topical saja dengan obat-obat antijamur untuk
interdigital dan vesikular selama 4-6 minggu.

7) Tinea unguium
Adalah kelainan kuku yang disebabkan infeksi jamur dermatofita.
Penyebab tersering adalah T. mentagrophites, T. rubrum. Gambaran
klinik biasanya menyertai tinea pedis atau manus penderita berupa kuku
menjadi rusak warna menjadi suram tergantung penyebabnya, destruksi
kuku mulai dari distal, lateral, ataupun keseluruhan.
Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur
penyebab dan permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila
dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung
dan Leukonikia trikofita bila dimulai dari bawah kuku. Permukaan kuku
tampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual
hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya detritus yang banyak
mengandung elemen jamur.
Diagnosis ditegakkan berdasar gejala klinis pada pemeriksaan
kerokan kuku dengan KOH10-20% atau biakan untuk menemukan elemen
jamur. Pengobatan infeksi kuku memerlukan ketekunan, pengertian
kerjasama dan kepercayaan penderita dengan dokter karena pengobatan
sulit dan lama. Pemberian griseofulvin 500 mg sehari selama 3-4 bulan
untuk jari tangan untuk jari kaki 9-12 bulan. Obat topical dapat diberikan
dalam bentuk losion atau krim.

8) Kandidiasis
Adalah suatu penyakit kulit akut atau subakut, disebabkan jamur
intermediate yang menyerang kulit, kuku, selaput lender dan alat- alat
dalam. Penyebab jamur golongan candida yang pathogen dan
merupakankan di diasisa dalah candida albicans. Gambaran klinik
berbentukkan didiasis sistemik dan lokal.
Kandidiasis local terdiri dari:
a) Kandidiasis oral dimana kelainan ini sering terjadi pada bayi berupa
bercak putih seperti membran pada mukosa mulut dan lidah bila
membran tersebut diangkat tampak dasar kemerahan dan erosif.

b) Perleche berupa retakan sudut mulut, pedih dan nyeri bila tersentuh
makanan atau air.
c) Kandidiasis vaginal kelainan berupa bercak putih diatas mukosa yang
eritematosa erosif, mulai dari servik sampai introitus vagina,
didapatkan fluoralbus putih kekuningan disertai semacam butiran
tepung kadang seperti susu pecah terasa gatal serta dispareuni karena
ada erosi.

d) Balanitis biasanya terjadi pada laki-laki yang tidak sunat, terasa gatal
disertai timbulnya membran atau bercak putih pada gland
penis.
Kandidiasis kulit terdiri dari:
a) Kandidiasis intertriginosa sering terjadi pada orang gemuk
menyerang lipatan kulit yang besar seperti inguinal, aksila, lipat
payudara, yang khas adalah bercak kemerahan agak lebar dengan
dikelilingi oleh lesi-lesi satelit.

b) Kandidiasis kuku infeksi jamur pada kuku dan jaringan sekitar terasa
nyeridan peradangan sekitar, kuku rusak dan menebal lesi berwarna
kehijauan.
c) Kandidiasis granulomatosa bentuk ini jarang dijumpai, manifestasi
berupa granuloma terjadi akibat penumpukan krusta serta
hipertropi setempat, biasa terdapat dikepala atau ektremitas.
d) Kandidida adalah suatu alergi terhadap elemen jamur atau metabolit
candida SSP.
Diagnosis dengan pemeriksaan langsung kerokan kulit atau usap
mukokutan dengan larutan KOH 10% atau pewarnaan gram yang terlihat
sel ragi, blastospora atau hifasemu. Pengobatan kandidiasis kulit dan
kandidiasis selaput lendir yang lokal dengan memberi obat anti jamur
topikal.
Pengobatan kandidiasis oral berupa lozenges atau oral gel yang
mengandung nistatin atau mikonazole, pengobatan kandidiasis vaginal
obat yang dipakai adalah preparat khusus intravaginal yang mengandung
imidasol selama 1-5 hari, terapi oral juga diberikan 1-5 hari.
Pengobatan dermatofitosis sering tergantung pada klinis.Sebagai
contoh lesi tunggal pada kulit dapat diterapi secara adekuat dengan
antijamur topikal.walaupun pengobatan topikal pada kulit kepala dan kuku
sering tidak efektif dan biasanya membutuhkan terapi sistemik untuk
sembuh. Infeksi dermatofitosis yang kronik atau luas, tinea dengan
implamasi akut dan tipe "moccasin" atau tipe kering jenis t.rubrum
termasuk tapak kaki dan dorsum kaki biasanya juga membutuhkan terapi
sistemik.Idealnya, konfirmasi diagnosis mikologi hendaknya diperoleh
sebelum terapi sistemik antijamur dimulai. Pengobatan oral, yang dipilih
untuk dermatofitosis adalah:
Infeksi Rekomendasi Alternatif
Tinea unguium Terbinafine 250 mg/hr 6 Itraconazole 200 mg/hr /3-5 bulan atau
(Onychomycosis) minggu untuk kuku jari 400 mg/hr seminggu per bulan selama
tangan, 12 minggu untuk 3-4 bulan berturut-turut.
kuku jari kaki Fluconazole 150-300 mg/ mgg s.d
sembuh (6-12 bln) Griseofulvin 500-
1000 mg/hr s.d sembuh (12-18 bulan)
Tinea capitis Griseofulvin 500mg/day Terbinafine 250 mg/hr/4 mgg
(≥ 10mg/kgBB/hari) Itraconazole 100 mg/hr/4mgg
sampai sembuh (6-8 Fluconazole 100 mg/hr/4 mgg
minggu)
Tinea corporis Griseofulvin 500 mg/hr Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4
sampai sembuh (4-6 minggu Itraconazole 100 mg/hr selama
minggu), sering 15 hr atau 200mg/hr selama 1 mgg.
dikombinasikan dengan Fluconazole 150-300 mg/mggu selama
imidazol. 4 mgg.
Tinea cruris Griseofulvin 500 mg/hr Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg
sampai sembuh (4-6 Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr
minggu) atau 200 mg/hr selama 1 mgg.
Fluconazole 150-300 mg/hr selama 4
mgg.
Tinea pedis Griseofulvin 500mg/hr Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg
sampai sembuh (4-6 Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr
minggu) atau 200mg/hr selama 1 mgg.
Fluconazole 150-300 mg/mgg selama
4 mgg.
Chronic and/or Terbinafine 250 mg/hr Itraconazole 200 mg/hr selama 4-6
widespread selama 4-6 minggu mgg. Griseofulvin 500-1000 mg/hr
non-responsive sampai sembuh (3-6 bulan).
tinea.
b. Non Dermatofitosis
Pitiriasis versikolor (Panu)
Adalah penyakit jamur superfisial yang kronik biasanya tidak
memberikan keluhan subjektif berupa bercak skuama halus warna putih
sampai coklat hitam, meliputi badan kadang-kadang menyerang ketiak,
lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka, kulit kepala yang
berambut. Disebabkan oleh malassezia furfur robin. Gambaran klinik
kelainan terlihat bercak- bercak warna warni, bentuk teratur sampai
tidak teratur batas jelas sampai difus kadang penderita merasa gatal
ringan.
Diagnosis pada sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH
20% terlihat campuran hifa pendek dan spora-spora bulat yang dapat
berkelompok.
Pengobatan harus dilakukan menyeluruh tekun dan konsisten. Obat
yang dapat dipakai suspen sesel enium sulfida ( selsun) dipakai sebagai
sampo 2-3x seminggu. Obat lain derivate azolmissal mikonazole, jika
sulit disembuhkan ketokonazole dapat dipertimbangkan dengan dosis
1x200 mg sehari selama 10 minggu.

Pilihan terapi oral untuk infeksi jamur pada kulit


Pada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid
sistemik sebagai antiinflamasi, yakni prednisone 3x5 mg atau
prednisolone 3x4 mg sehari selama dua minggu, bersamaaan dengan
pemberian grisiofulvine yang diberikan berlanjut 2 minggu setelah lesi
hilang. Terbinafine juga diberikan sebagai pengganti griseofulvine
selama 2-3 minggu dosis 62,5-250 mg sehari tergantung berat badan.
Efek samping griseofulvine jarang dijumpai, yang merupakan
keluhan utama ialah sefalgia yang didapati pada 15% penderita. Efek
samping lain berupa gangguan traktus digestifus yaitu: nausea, vomitus,
dan diare. Obat tersebut bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu
fungsi hepar.
Efek samping terbinafine ditemukan kira-kira 10% penderita,
yang tersering gangguan gastrointestinal diantaranya nausea, vomitus,
nyeri lambung, diarea, konstipasi, umumnya ringan. Efek samping lain
berupa ganguan pengecapan, persentasinya kecil. Rasa pengecapan
hilang sebagian atau keseluruhan setelah beberapa minggu minum obat
dan hanya bersifat sementara. Sefalgia ringan dilaporrkan pula 3,3%-7%
kasus.
Pada kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan
ketokonazol sebagai terapi sistemik 200 mg per hari selam 10 hari
sampai 2 minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazol
kontraindikasi untuk kelainan hepar.

9.A Terangkan sediaan injeksi, peroral, topikal, paten, generic Anti


histamin
A.PENGERTIAN
Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau
menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok
reseptor –histamin (penghambatan saingan). Pada awalnya hanya dikenal
satu tipe antihistaminikum, tetapi setelah ditemukannya jenis reseptor
khusus pada tahun 1972, yang disebut reseptor-H2, maka secara
farmakologi reseptor histamin dapat dibagi dalam dua tipe , yaitu
reseptor-H1 da reseptor-H2.
Berdasarkan penemuan ini, antihistamin juga dapat dibagi dalam
dua kelompok, yakni antagonis reseptor-H1 (singkatnya disebut H1-
blockers atau antihistaminika) dan antagonis reseptor H2 ( H2-blockers
atau zat penghambat-asam.
1. H1-blockers (antihistaminika klasik)
Mengantagonir histamin dengan jalan memblok reseptor-H1 di otot
licin dari dinding pembuluh,bronchi dan saluran cerna,kandung kemih
dan rahim. Begitu pula melawan efek histamine di kapiler dan ujung
saraf (gatal, flare reaction). Efeknya adalah simtomatis, antihistmin tidak
dapat menghindarkan timbulnya reaksi alergi Dahulu antihistamin dibagi
secara kimiawi dalam 7-8 kelompok, tetapi kini digunakan penggolongan
dalam 2 kelompok atas dasar kerjanya terhadap SSP, yakni zat-zat
generasi ke-1 dan ke-2.
a. Obat generasi ke-1: prometazin, oksomemazin, tripelennamin,
(klor) feniramin, difenhidramin, klemastin (Tavegil), siproheptadin
(periactin), azelastin (Allergodil), sinarizin, meklozin, hidroksizin,
ketotifen (Zaditen), dan oksatomida (Tinset).
Obat-obat ini berkhasiat sedatif terhadap SSP dan kebanyakan
memiliki efek antikolinergis
b. Obat generasi ke-2: astemizol, terfenadin, dan fexofenadin,
akrivastin (Semprex), setirizin, loratidin, levokabastin (Livocab)
dan emedastin (Emadin). Zat- zat ini bersifat khasiat antihistamin
hidrofil dan sukar mencapai CCS (Cairan Cerebrospinal), maka
pada dosis terapeutis tidak bekerja sedative. Keuntungan lainnya
adalah plasma t⅟2-nya yang lebih panjang, sehingga dosisnya
cukup dengan 1-2 kali sehari. Efek anti-alerginya selain
berdasarkan, juga berkat dayanya menghambat sintesis mediator-
radang, seperti prostaglandin, leukotrin dan kinin.
2. H2-blockers (Penghambat asma)
Obat-obat ini menghambat secara efektif sekresi asam lambung
yang meningkat akibat histamine, dengan jalan persaingan terhadap
reseptor-H2 di lambung. Efeknya adalah berkurangnya hipersekresi
asam klorida, juga mengurangi vasodilatasi dan tekanan darah
menurun. Senyawa ini banyak digunakan pada terapi tukak lambug
usus guna mengurangi sekresi HCl dan pepsin, juga sebagai zat
pelindung tambahan pada terapi dengan kortikosteroida. Lagi pula
sering kali bersama suatu zat stimulator motilitas lambung (cisaprida)
pada penderita reflux. Penghambat asam yang dewasa ini banyak
digunakan adalah simetidin, ranitidine, famotidin, nizatidin dan
roksatidin yang merupakan senyawa-senyawa heterosiklis dari
histamin.
Obat Sediaan Dosis
Peroral Injeksi Topikal
AKRIVASTIN 3 x 8 mg/hari,
Semprex 8 mg kap kecuali pd
anak < 12 thn
dan lansia
ASTEMIZOL Maks : 10
Hismanal 10 mg tab mg/hari 6-12
5mg/5mL syr thn maks 5
Ikazol 10 mg tab mg/hari
Scanthis 10 mg tab
5mg / 5mL
Talensip susp
10 mg tab
AZATADIN MELEAT 2 x 1-2 mg
Bufazad /hari
Zadin 1 mg kap 1-6thn : 2x
1 mg tab 250
0,1 mg/mL syr mikrogram / hr
, 6-12th: 2x
0,5-1 mg /hari
DEKSBROMFENIRAMI Dewasa : 2
N MELEAT mg, anak : 2-
Bufarasmin 2 mg kap 6thn : 0,5 mg,
Dece 2 mg tab 6-12 thn 1 mg.
Dexteem 2 mg tab Berikan 3 – 4
Fentika 2mg kaptab x/hari
Histaclor 2mg tab
Polaris 2 mg tab
Vilergi 2 mg tab
Ramahist 2 mg tab
Polaramin 2 mg tab
2 mg /5 mL syr
DEFENHIDRAMIN 12,5 mg/5mL 10mg/mL Dewasa : 3 x
HIDROCLORIDA 25– 50mg/hari
Adidryl 10mg/mL anak: 5 mg /
Drimpy 25 mg tabsal kgBB/ hari
Neo Utradip 50mg kap
Novadryl 10mg/mL
Otede 50 mg tab
Recodryl 10mg/mL
DENEBHIDRINAT 50 mg tab 2-3 x50-
Amnum 50 mg tab 100mg / hari,
Antimab 50mg tab anak 7-12 thn
Antimo 50mg tab 25-50mg
12,5mg/5mL
susp
Dramamim 50 mg tab 50 mg/ mL
KLOFERAMIN MELEAT 4mg tab ORAL : 4mg
CTM (generik) 4 mg tab tiap 4-6 jam,
4 mg kaptab max 24mg/hr,
Aficitom 4 mg tab 1-2thn 2x1mg,
Allergen 4 mg kaptab 2-5tn 1 mg
Alleron 4 mg kaptab tiap 4-6jam, 6-
Bephenon 10 mg/mL 12 thn 2mg
Bernamin 2mg/5mL syr tiap 4-6 jam.
Ceteem 4 mg kap Inj. Subk / IM
Chlophenon 4 mg tab 10 mg/mL 10-20 mg, max
Cohistan 4 mg tab 40mg dalam
Decaphenon 4 mg tab 10 mg/mL 24 jam. Inj. IV
Defemin 4 mg tab lambat
Histacure 4 mg tab 1menit : 10-20
Hufaphenon 4 mg tab mg dalam
Metachlor 4 mg tab spuit dengan
Paraphenon 4 mg tab NaCl 0,9%
LORATADIN 10 mg tab 10 mg /hari
10 mg kap Anak; 1-12 thn
1 mg / mL syr < 30 kg,
5 mg / 5mL syr 5mg/hari, >
Alernitis 10 mg tab 30mg 10
Allohex 10 mg tab mg/hari
5mg/5mL syr
Claradin 10 mg tab
Dinazen 10 mg tab
Folerin 10 mg tab
5 mg/5mL syr
Imunex 5 mg/5mL syr
10 mg tab
SETIRIZIN HCL Dewasa dan
Cetirizin (generik) 10mg kapsalsel anak > 6thn 10
10mg tabsalsel mg / hr malam
10 mg kap hari bersama
Alergin 10 mg tap makanan.
Cerini 10 mg kap
Cetymin 10 mg tab
Cetryn 5 mg/mL syr
10 mg tabsal
10mg/mL drop
Rydian 10 mg tabsalsel

9.B Terangkan sediaan injeksi, peroral, topikal,paten, generic


Antibiotik
1. Golongan Penisilin
No Nama Obat Sediaan
1 Amoxillin 500 mg
2 Ampicilin 500 mg
3 Sultamisilin tesilat 375 mg
4 Tetrasiklin Hcl 250 mg
5 Sulbenisilin 1g
6 Na kloksasilin 250 mg
7 Oksitetrasiklin Hcl 50 mg
8 Levoflaksasin 500 mg

2. Golongan Aminoglikosida

No Nama Obat Sediaan


1 Amikasin Sulfat 500 mg
2 Tobramisin 40 mg / ml
3 Gentamisin 40 mg / ml inj
4 Paromomisin Basa 250 mg / tab 125 mg / 5 ml
5 Kenamisin Sulfat 1 g / vial
3. Golongan Kloramfenikol

No Nama Obat Sediaan


1 Kloramfenikol 250 mg / tab , 125 mg / 5 ml sirup
2 Tiamfenikol 500 mg
4. Golongan Kuinolon
No Nama Obat Sediaan
1 Pefloksasin 400 mg
2 Ofloksasin 200 mg , 400 mg
3 Siprofloksasin 250 mg , 500 mg
4 Levoflaksasin 500 mg
5 Getifloksasin 400 mg
6 Norfloksasin 400 mg

5. Golongan Makrolid

No Nama Obat Sediaan


1 Klaritromisin 250 mg , 500 mg
2 Roksitromisin 150 mg
3 Azitromisin basa 250 mg
4 Eritromisin 250 mg
5 Siprofloksasin 500 mg

6. Golongan Sefalosporin
No Nama Obat Sediaan
1 Sefuroksim 500 mg
2 Sefadroksil 250 mg , 500 mg
3 Sefotaksim 1g
4 Na . Seftriakson 1g
5 Na . Sefazolin 1g
6 Sefaklor 500 mg
7 Sefditoren Pivoksil 100 mg
8 Sefpironil 1g
9 Sefdinir 100 mg
7. Golongan Tetrasiklin

No Nama Obat Sediaan

1 Tetrasiklin Hcl 250 mg , 500 mg


2 Oksitetrasiklin 250 mg
3 Doksisiklin 100 mg
8. Golongan Lain-lain

No Nama Obat Sediaan


1 Klindamisin 150 mg , 200 mg
2 Metronidazol 250 mg , 500 mg
3 Lincomisin 500 mg
4 Etrinidazol 200 mg
5 Sekridazol 500 mg
6 Spiramisin 500 mg
7 Merupeneum 100 mg , 1 g

Berdasarkan rumus kimianya, golongan ini dibagi menjadi :


GENE NAMA
NO SEDIAAN FUNGSI DOSIS
RIK DAGANG
1. Strepto Tuberkulosis
misin sehari 1g
dosis tunggal
atau dalam 2
dosis terbagi,
selama 6-12
atau lebih.
Streptomic Untuk mengobati
Meningitis
yn infeksi karena
Injeksi: Vial atau nefritik
(Streptomis Microbacterium
(1g dan 5g) tuberkulosis
in Sulfat tuberculosis,
sehari 2 g
1g/5g) H.influenzae
dosis tunggal
datau dalam
dosis terbagi
secara terus
menerus
tanpa
interval
Diagon
Stop
(Sreptomisi
n Sulfat 65
mg,
ftalilsulfati Sirup (60 Antiefektikum
-
azol, 250 mL) saluran cerna
mg, Ca-
Pantotenat
50 mg,
kliokinol
100mg)
Kaolana Botol (60 Pengobatan Bayi: sehari
mL) penyakit infeksi 3-4 x 1
usus, termasuk
sendok the,
diare pada bayi
anak: sehari
maupun diare
4-6 x 1
karena infeksi yag
sendok teh,
disebabkan oleh
dewasa:
mikroorganisme
sehari 6x 2
yang peka atau zat
sendok teh
beracun
Dewasa 6 x
Gastroenteritis sehari 10
Botol (60 disebabkan kuman mL, anak 6 x
Entromix
mL) yang pake obat ini sehari 5 mL,
dan berbagai toksin bayi 4 x
sehari 5 mL
Dewasa 1-2
sendok takar
Semua bentuk diare
Botol (60 3 x sehari;
Viostreptin basiler despeptik
mL) anak-anak 1
enteritis
sendok takar
2-3 x sehari
2. Neomis Untuk mengobati
yn inflamasi dari
Bevalex
dermatosis
(Betametas
responsif terhadap
on 17 Oleskan pada
kortikosteroid bila
Valerat Krim tube 5 tempat yang
terkomplikasi
0,1%, g sakit sehari
dengan infeksi
Neomisin 2-3 x
sekunder
Sulfat
disebabkan
0,5%)
organisme rentan
terhadap neomisin
Untuk mengobati
Neocenta terapi luka bakar,
(Neomisin Ulkus kronik, ulkus
Oleskan pada
Sulfat dekubital, eksim
Krim tube 15 daerah yang
0,5%, pioderma,
g sakit sehari
Ekstrak impetigo,
4-6 x
Plasenta furunkulosis dan
10%) penyakit kulit
lainnya
Neosinol
(Neomisin Untuk mengobati
Sulfat 5mg, dermatitis yang
Krim tube 10 Oleskan tipis
Fluosinolon terinfeksi oleh
g sehari 2-3 x
asetonida kuman yang peka
0,25 mg terhadap neomisin
per g)
Nabacetin Botol 5 g Untuk pencegahan Sehari
Serbuk serbuk dan pengobatan beberapa
(Neomisin infeksi lokal pada kali,
sulfat 5 mg, kulit dan mukosa taburkan
basitrasin pada bagian
250 UI per
yang sakit
g)
Untuk mengobati
NB Topical
impetigo, terbakar,
(Neomisisn
pioderma, Oleskan
sulfat 5 mg,
folikulitis barbae, langsung
Zn Salep 5g
furunkolitis, akne pada daerah
Basitrasin
nekrotika, ulse lesi
500 UI per
dekubitus, eksema
g)
disertai infeksi
3. Kanami Infeksi kuman peka
Kanabiotic Sehari 15
syn kanamisisn atau
(Kanamisin Injeksi Dus mg/KgBB
kuman yang
sulfat 1000 10 Vial dalam 2-4
resisren terhadap
mg/vial) dosis
antibiotik lain
Infeksi akut:
Infeksi saluran
Sehari 1-2 g,
nafas, TB, ISK, GO
TB:
Kanamycin dan supuratif,
Seminggu
INJ MEIJI petusis, disentri
sehari 3 x 1 g
(Kanamisin Injeksi: Vial basiler, diare akut,
atau
500 mg, 1g, adnektisis, peny.
semingggu
2g) Weil, profilaksis
sehari 2x 2 g,
infeksi paska
Go: Dosis
operasi
tunggal
Kanamycin 10 x 10 Supresi Bakteri Sterillasi
Meiji kaplet, 60 usus sebelum usus: dewasa
(Kanamisin mL sirup operasi usus, terapi 1g per jam
Monosulfat tambahan pada selama 4
250 mg, 50 koma hepatika, jam,
mg/ml) disentri basiler, kemudian 1
diare akut dan g tiap 6 jam
infeksi lainnya selama 36-72
pada usus jam, anak
dan bayi
150-
250mg/kgBB
/hari dalam
dosis terbagi
tiap jam
selama 6
jam. Terapi
tambahan
pada koma
hepatika:
Dewasa:
sehari 8-12g
dalam dois
terbagi.
Diberikan
sehari 4x 20
kg: 5-10 mL
10kg: 2,5-
5mL 8kgg:
2-4 mal 4
kg:1-2 mL
Infeksi saluran
nafas, taringtis,
bronkitis
10mg / kgBB
Kanarco bronkopneumonia,
/ hari terbagi
(Kanamisin Injeksi: Vial ISK, sistitis, GO,
dalam 2
sulfat 1g) uretritis, otitis
dosis
media,
osteomielitis dan
karbunkel
Dewasa: IM
sehari 1-2 g
dalam dosis;
anak, Im, 10-
ISK, saluran nafas,
30
TBC paru, infeksi
Kanoxin mg/kgBB/ha
bakteri supuratif
(Kanamisin Injeksi: Vial ri dalam 2
dan pencegah
sulfat 1g) dosis ;
infeksi setelah
gonore, IM 2
operasi
g, TBC paru,
IM seminggu
2x 2 g dalam
2 dosis
4. Gentami Garamycin Tube 5g dan Untuk infeksi kulit Oleskan tipis
syn (Gentamisi 15g Krim, primer dan pada bagian
n Sulfat 1 Tube 5 g dan sekunder karenna yang sakit
mg/g krim 15 g salep bakteri yang rentan sehari 3-4 x
Dermatitis atopik,
dermatitis kontak,
dermatitis statis,
Digenta dermtitis
(Gentamisi eksfoliatif,
Tube 10 g Oleskan tiap
n 1 mg, neurodermatitis,
krim hari 2-3 x
betametaso linchen planus,
n 0,5 mg) eksim, intertigo,
psoriasis, pruritus
anogenital dan
senilis
Pengobtan infeksi Sehari 3-4 x
Sagestam telinga luar (otitis 2-4 tetes
Tts Telinga eksternal) yang di pada telinga
Botol 5 mL
(Gentamisi sebabkan oleh yang sakit
n 3 mg/ml) organisme yang pada malam
senssitif gentamisin hari
Derticort Tube 5 g Terapi inflamasi Oleskan tipis
(Gentamisi Krim dan 10 kulit yang resposif dan merata
n sulfat, g terhadap pada bagian
betametaso kortikosteroid yang sakit
n dengan infeksi
sekunder oleh
dipropriona organisme yang
t sensitif terhadap
gentamisin sulfat
Sehari 6x 1-2
tetes pada
mata yang
sakit, infesi
Pengobatan infeksi
berat, dosis
pada bagian luar
awal 1 atau 2
Sagestam bola mata dan
tetes setiap
Tts Mata Botol 5 mL adneksanya yang
15 atau 20
(Gentamisi tetes mata disebbakan oleh
menit,
n 3 mg/ml) organisme yang
frekuensi
sensitif terhadap
dikurangi
gentamisin
secara
bertahap agar
infeksi
terkontrol
5. Framiset Gunakan
yn selapis pada
luka dengan
pembalut
Luka bakar, yang sesuai
Kasa Steril
traumatik, ulcratif, untuk luka
Sofra Tulle (Pak 10
electif, infeksi kulit yang
lembar)
sekunder mengeluarka
eksudat,
ganti
pembalut
sehari 1x
Potong
Kasa Luka bakar, luka
ukuran yang
Daryant Pembalut infeksi sekunder,
sesuai,
Tulle (Dus 10 tukak dan setelah
letakkan
Pembalut) operasi
pada luka
Blecidex Botol tetes 5 Mata, pengobatan Tetes mata:
(Framisetin mL jangka pendek yang 1-2 tetes,
sulfat 5 mg, memerlukan teteskan pada
gramisidin steroid. Telinga amta yang
0,05 mg, otitis ekstrena akut sakit tiap 1-2
deksametas dan kronis jam selama
on 0,5 2-3 hri,
mg/ml lanjutkan
sehari 3-4 x
1-2 tetes.
Tetes telinga
sehari 1-4 x
2-3 tetes,
teteskan dala
telinga yang
sakit
Mata,
teteskan 1-2
Sofradex
tetes sampai
(Framisetin Pengobatan jangka
6x sehari
sulfat 5 mg, pendek, inflamasi
Botol Tetes atau lebih
gramisidin infeksi okular
mata dan bila
0,05 mg, disebabkan
telinga 8 mL diperlukan.
deksametas organisme yang
Telinga,
on 0,5 sensitif
teteskan
mg/ml
sehari 3-4 x
2-3 tetes
Topifram
(Gramisisdi Eksem, Dermatitis,
1-4 x sehari
na 0,25 mg, epidermatitis, luka
oleskan paa
desoksimet Krim bakar,
bagian yang
on 2,5 mg, fotosensitisasi yang
sakit
framisetina terinfksi bakteri
7,5 mg)
6. Tobrami Ringan atau
syn Terapi infeksi sedang 1-2
Bralifex bagian luar mata tete setiap 4
Botol 5 mL
(Tobramisi dan adneksanya jam; berat: 2
tetes mata
n 3 mg/mL) disebabkan bakteri tts setiap jam
yang peka hingga
sembuh
Septikimia, sepsis
neonatus, infeksi
pernapasan bawah
Infeksi
dan
sedang, 2-3
gastrointestinum
mg/kgBB/ha
salurran kemih,
ri; infeksi
Nebcin Amp 1,5 kulitt, tulang,
berat 3
(Tobramisi mL/60 mg; jaringan lunak
mg/kgBB/ha
n sulfat 60 vial 2 mL/80 terutama oleh
ri; Infeksi
mg/1,5 mL mg Pseudomonas
paling berat:
aeruginosa E.Coli,
>5
Klebsiela,
mg/KgBB/ha
Streptococcus
ri
faecalis,
staphylococcus;
aereus
3-
5mg/kgBB/h
Infeksi gigi T,
Tobryne ari dalam 3
peritinitis, Infeksi
(Trobramisi Injeksi: Dus dosis terbagi;
saluran nafas
sn sulfat 1 Vial anak-anak
bawah, kulit, tulang
40mg/mL) 1,5-1,9
dan jaringan lunak
mg/kgBB
tiap 12 jam
Bralifex Botol 5 mL Infeksi mata bakteri 1-2 tetes
plus tetes mata superfisial atau diteteskan
(Tobramisis adanya resiko pada kantung
infeksi bakteri yang konjungtiva
membuttuhkan setiap 4-6
kortikosteroida, jam selama
n 3 mg, uveitis anterior 24-48 jam
deksametas kronik, luka pada pertama,
on 1 kornea karena zat dosis harus
mg/mL) kimia, radiasi, ditingkatkan
terbakar karena menjadi 1-2
panas atau karena tetes setiap 2
penetrasi zat asing jam
Tobradex
(Tobramisi
n 0,3%, Salep Infeksi mata -
deksametas
on 0,1%)
7. Amikas IM:
yn 15mg/kgBB/
hari dibagi 2
dosis.
Neonatus
dan
prematur:
Dosis Awal
10mg/kgBB/
Infeksi kuman hari
gram negatif pada dilanjtkan 15
intra abdominal, mg/kgBB/ha
Alostil jaringan lunak, ri dibagi 2
(Amikasin Injeksi: Vial combustio, jaringan dosis. IV:
Sulfat 500 500 mg tulang dan sendi. 500 mg
mg) Saluran nafas alostin
bawah, saluran dilarutkan
kemih, paska dalam
operasi. NaCl/dekstro
sa 5%
Dewasa/anak
: IV dalam 1-
2 jam. Dosis
maksimal
sehari 1,5 g,
pengobatan
jangan lebih
dari 10 hari
Amikin Injeksi: Vial Terapi pendek Sehari
(Amikasin infeksi parah 15mg/kgBB
Sulfat 250 disebabkan kuman dibagi dalm
mg, 500 gram negatif yang 2 dosis. Bayi
mg dan 1g) peka termasuk baru lahir
spesies atau byi
pseudomonas, prematur.
E.Coli, Proteus Sp, Dosis awal:
Providencia, 10mg/kgBB/
hari diikuti
Klebsiella, dengan
Enterobacter sehari
serratia, sp, dan 15mg/kgBB
acinobacter sp dibagi dalam
2 dosis
Dewasa,
anak dan
bayi yang
lebih besar:
7,5 mg/kgBB
tiap 12 jam
Bakteremia,
atau 5
septikemia, infeksi
mg/kgBB
saluran nafas,
tiap 8 jam,
tulang dan sendi
Mikasin bayi baru
berat, infeksi SSP,
(Amikasin lahir:
kulit,
sulfat 250 Injeksi: Vial 10mg/kgBB/
intraabdominal,
mg, 500 hari
luka bakar
mg) kemudian
terinfeksi, infeksi
7,5 mg/kgBB
paska OP, ISK
tiap 12 jam.
dengan komplikasi
Maksimal 15
dan ISK berulang
mg/kgBB/
hari. Lama
terapi 7-10
hari; ISK:
sehari 2x
250mg
BB> 50 kg,
Sehari:
2x150mg
atau sehari 1
x 300mg,
Infeksi bakteri BB<50kg
Netilmis serius karena strain sehari:
8. Netromycin Injeksi: Vial
yn yang resisten 2x100mg
gentamisin atau sehari
1x200 mg.
Dosis rata-
rata 4-6
mg/kgBB/ha
ri
9. Paromo Gabbroral Sirup dan Diare yang Amubiasis:
mycin (Paromomi tablet disebabkan amuba dewasa/anak:
sin sulfat baik akut maupun 25-
250mg, kronik, terapi 35mg/kgBB/
125mg/5m penunjang pada hari, tebagi
L kasus koma dalam 3
hepatikum dosis selama
5-10 hari.
Manajemen
pada koma
hepatikum:;
4g sehari
dalam dosis
terbagi, 5-6
hari
Amubiasis
intestinal,
dewasa dan
anak 25-35
mg/kgBB/hai
terbagi
dalam 3
Terapi amebiasis
dosis, selama
intestinal ringan
7-10 hari.
sampai sedang
Tetapi dapat
Tablet dan yang disebabkan
Gabbryl diulangi
sirup entamoeba
dengan
histolytica. Terapi
interval 2
penunjang untuk
minggu.
koma hepatikum.
Oma
hepatikum
sehari 4g
dalam dosis
terbagi.
Selama 5-6
hari

10. A Terangkan dan Penatalaksanaan Psoriasis


Definisi
Psoriasis merupakan sebuah penyakit autoimun kronik residif
yang muncul pada kulit. Penyakit ini tergolong dalam dermatosis
eritroskuamosa dan bersifat kronik dan residif. Penyakit ini
menimbulkan warna kemerahan, plak bersisik muncul di kulit, disertai
oleh fenomena tetesan lilin, tanda Auspitz, dan Kobner. Psoriasis ini
juga disebut dengan psoriasis vulgaris.
Psoriasis adalah peradangan menahun yang ditandai dengan plak
eritematosa dengan skuama lebar, kasar, berlapis dan putih seperti
mika. Perjalanan penyakit ini kronis residif. Dapat menyerang
perempuan maupun laki-laki dengan resiko yang sama. Mengenai
semua umur terutama 30-40 tahun. Faktor genetik mempunyai
keterkaitan yang besar dengan psoriasis tipe satu: yaitu psoriasis
dengan awitan sebelum berumur 40 tahun. Sebaliknya psoriasis tipe
dua yaitu bila awitannya lebih dari 40 tahun sedikit dikaitkan dengan
faktor genetik. Biasanya psoriasis menempati daerah ekstensor, skalp,
siku, lutut, dan bokong. Dapat juga mengenai lipatan (psoriasis
inversa) atau palmo-plantar (psoriasis plamoplantar). Luas lesi dapat
terlokalisir atau meluas ke hampir seluruh tubuh. Berbagai bentuk
ragam psoriasis dapat dijumpai: Bila ukuran lesi lentikular disebut
psoriasis gutata, bentuk tersering adalah psoriasis vulgaris dengan
ukuran lebih besar dari lentikular. Selain kulit badan, psoriasis juga
menyerang kulit kepala, kuku, sendi dan mukosa (geographictounge).
Psoriasis bentuk berat adalah psoriasis yang luas, psoriasis
pustulosa generalisata, psoriasis eritroderma, dan psoriasis
arthritis,dan umumnya 1/3 kasus termasuk dalam kategori ini. Kualitas
hidup pasien menjadi perhatian utama, walaupun seseorang dengan
lesi tidak luas namun mengganggu kualitas hidupnya dapat
dikategorikan berat. Lesi sering terasa gatal, panas dan kering.
Garukan atau trauma akan memicu reaksi Koebner, yaitu timbul lesi
baru pada daerah tersebut. Berbagai faktor dapat menimbulkan
kekambuhan antara lain: trauma, infeksi, faktor endokrin,
hipokalsemia, stress emosional, obat-obatan (antimalaria, litium, beta
andrenergic blocking agent) dan alkohol.
Penatalaksanaan
Saat ini terdapat berbagai pengobatan psoriasis yang aman dan
efektif. Pengobatan tersebut memperbaiki keadaan kulit serta
mengurangi keluhan gatal. Dari banyaknya jenis pengobatan, hanya
sebagian kecil saja pengobatan psoriasis dapat membersihkan kelainan
kulit. Proses tersebut dinamakan clearance atau remisi. Setelah remisi
masih diperlukan pengobatan lanjutan (pengobatan pemeliharaan)
yang diberikan dalam jangka waktu lama untuk mempertahankan
remisi atau mengontrol timbulnya kelainan kulit baru. Sampai saat ini
belum ada obat yang dapat menyembuhkan psoriasis secara total.
Semua pengobatan yang ada hanya dapat menekan gejala psoriasis.
Sebagian besar penderita tidak pernah mencapai suatu keadaan remisi
yang bebas pengobatan.
Tujuan pengobatan pada psoriasis ialah mengurangi keparahan
(derajat kemerahan, tebal dan sisik) dan luas kelainan kulit sedemikian
rupa sehingga penyakit tidak lagi menunggu pekerjaan, kehidupan
pribadi dan sosial, dan kesejahteraan penderita. Agar perawatan ini
berhasil, diperlukan kerjasama antara dokter dan penderita.
Hal lain yang harus diperhatikan sebelum memilih pengobatan
psoriasis adalah derajat keparahan yang diderita. Juga lokasi penyakit,
tipe, usia dan jenis kelamin juga riwayat kesehatan penderita. Langkah
pertama yang dilakukan adalah pengobatan luar (topical). Langkah ini
dapat dilakukan untuk penderita psoriasis ringan dengan luas kelainan
kulit kurang dari 5 persen. Obat yang bisa digunakan antara lain ter
batubara, kortikosteroid, calcipotriol, antralim, retinoid
topical (tazaroten), asam salisilat, pimekrolimus, emolien dan
keratolitik.
Langkah kedua atau fototerapi biasanya dipakai untuk mengobati
psoriasis yang berhasil dengan pengobatantopical. Langkah ketiga
adalah pengobatan sistemik, yaitu obat yang dimakan atau
dimasukkan melalui suntik. Obat tersebut akan diserap dan masuk ke
dalam aliran darah kemudian tersebar ke seluruh tubuh.
Obat sistemik biasanya disediakan khusus untuk psoriasis sedang
sampai berat, atau psoriasis arthritis berat (disertai dengan cacat
tubuh). Juga dipakai untuk psoriasis eritroderma atau psoriasis
pustulosa. (AS/E-5)
Cara pengobatan ortodoks, biasanya menggunakan pengolesan
obat luar, seperti salf, krim, dan lotion, tetapi teknik pelaksanaan bisa
berbeda beda dari mulai dengan mandi ter (tar). Sampai
fotokemoterapi. Dengan menggunaka senar lesser. Sekali lagi hasilnya
tidak selalu konsisten dari berhasil sampi gagal dan tidak ada
gunanya. Zalf campuran steroid dan flourin, injeksi steroid, dan
glukokortikosteroid sering juga digunakan, namun harus diawasi dan
dipantau oleh dokter dengan ketat, sebab sering mengakibatkan efek
samping yang buruk.
1. Penjelasan tentang penyakit, jenis obat yang dapat mengatasi dan
tersedia di wilayah kerja, efek samping obat-obatan. Kompromi
pengobatan dengan pasien agar mendapat kepatuhan yang tinggi
2. Psoriasis ringan bila luas lesi < 15% luas permukaan tubuh.
3. Terapi topikal:
a Pelembab: vaselin album, urea 10%
b Ter likuor karbonis detergen 5-10%, (untuk kulit dan skalp) dan
asam salsilat 3% tidak boleh untuk daerah lipatan
c Kortikosteroid poten-superpoten (tidak lebih dari
50gram/minggu), dalam waktu kurang dari dua minggu), untuk
daerah lipatan pakai kortiko-steroid lemah –sedang tergantung
ketebalan lesi.
d Antralin 2%
e Kalsipotriol (vitamin D3 analog) topikal
f .Tazaroten
4. Lebih dari 15% atau bila rekalsitran
5. Fototerapi UVB, PUVA
Psoriasis berat
a. Fototerapi: UVB/PUVA
b. Pengobatan sistemik: metotreksat, asitretin, siklosporin,terapi biologi
antara lain infliximab, alefacept, etanercept dan efalizumab.

Gambar. Psoriasis

Anda mungkin juga menyukai