Kecelakaan kerja dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang dapat menimpa
setiap pekerja. Kecelakaan kerja dapat menyebabkan kerugian bagi pekerja dan
juga yang memperkerjakan. Maka dari itu mengidentifikasi bahaya kerja akan
mengurangi bahka mencegah bahaya melalui pengedalian bahaya kerja yang
dilakukan melalui hasil analisa identifikasi bahaya kerja.
Agar penanganan dari hasil identifikasi lebih maksimal maka perlu dilakukan
sebuah penilaian resiko. Penilaian resiko adalah metode sistematis dalam
melihat aktifitas kerja, memikirkan apa yang akan menjadi buruk, dan
memutuskan untuk mencegah terjadinya kerugian, kerusakan, dan cidera di
tempat kerja.
Terjadinya kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh beberapa hal, tetapi analisis
terjadinya kecelakaan kerja menunjukan bahwa hal-hal berikut adalah sebab-
sebab terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium :
Pencegahannya :
Pakai sepatu anti slip, jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu
longgar, hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin)
atau tidak rata konstruksinya dan pemeliharaan lantai dan tangga.
Pencegahannya :
Konstruksi bangunan yang tahan api, sistem penyimpanan yang baik dan
terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar, pengawasan terhadap terjadinya
kemungkinan timbulnya kebakaran didalam laboratoruim
1. Kasus :
Kasus kecelakaan kerja yang menimpa Anak Buah Kapal (ABK) dan para pekerja di
sekitar Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, tergolong tinggi. Rata-rata per hari, ABK
maupun pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan masuk ke Unit Gawat Darurat
(UGD) Rumah Sakit PHC Surabaya bisa mencapai 5-10 orang. kasus kecelakaan kerja
misalnya tangan patah karena tertimpa barang berat, kaki terlindas barang berat, jari
terjepit dan lainnya.
Cara penyelesaian :
Heri Kiswanto (28) yang sedang training di kawasan Jakarta International Container
Terminal (JICT) Tanjung Priok, Jakarta Utara, terjepit alat berat penyusun container.
sebelum terjepit, Heri berusaha masuk ke dalam ruang Rubber Tyred Gantry (RTG).
Namun secara tidak sengaja alat besar pemindah kontainer ke kapal tersebut bergerak.
Alat tinggi dan besar ini dioperasikan oleh tiga orang dan gerakan tiba-tiba tersebut
menjepit perut Heri.
Cara penyelesaian :
Seharusnya pekerja memiliki pengetahuan dan hafal dalam menggunakan alat berat
tersebut untuk mengurangi kecelakaan.
3. Kasus :
Cara penyelesaian :
Harusnya memeriksa semua mesin/alat lebih dahulu, jika rusak / ada kesalahan segera
diperbaiki agar tidak terjadi kecelakaan.
4. Kasus :
pekerja normalisasi sungai Ciliwung, Jakarta, meninggal dunia. Sugeng Widodo (41)
menghembuskan napas terakhir saat bekerja mengoperasikan mesin pengangkut
sampah di sungai yang membelah ibu kota itu. Korban bertugas mengoperasikan mesin
crane untuk mengangkut sampah kali Ciliwung, tiba-tiba air Ciliwung pasang, mesin
crane yang dalam posisi stand by tiba-tiba tergelincir arus air yang deras.
Cara penyelesaian :
5. Kasus :
Cara penyelesaian :
Harusnya lebih hati hati , lebih mematuhi peraturan dan mengikuti standar prosedur
kerja seperti memakai alat pengaman.
6. Kasus :
Seorang buruh bangunan, Saroyi (30), tersengat listrik saat berada di lantai dua
bangunan yang sedang dikerjakannya. Diduga tangan kanan korban menyentuh kabel
listrik dan tersengat listrik kemudian jatuh dari lantai dua. Posisi korban saat jatuh
kepala terlebih dahulu dan tewas seketika
Cara penyelesaian :
http://grasell.blogspot.co.id/2013/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
Contoh Kasus Kecelakaan Kerja Yang Terjadi Dengan Berbagai Faktor Beserta
Analisanya.
1. Contoh Kecelakaan Kerja Akibat Faktor Non-Teknis.
Empat Pekerja di Pabrik Gula Tewas, Tersiram Air Panas
Cilacap–Empat pekerja cleaning servis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha
Sukses, Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (29/07/09), tewas setelah tersiram air panas didalam
tangki. Satu pekerja lainnya selamat namun mengalami luka parah. Diduga kecelakaan ini
akibat operator kran tidak tahu masih ada orang di dalam tangki. Pihak perusahaan terkesan
menutup-nutupi insiden ini.
Peristiwa tragis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses yang ada di
komplek Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap ini terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Musibah
bermula saat 5 pekerja tengah membersihkan bagian dalam tangki gula kristal di pabrik
tersebut. Tiba-tiba kran yang berada di atas dan mengarah kedalam tangki mengeluarkan
air panas yang diperkirakan mencapai 400 derajat Celsius. Akibatnya, keempat pekerja
yang ada didalamnya tewas seketika dengan kondisi mengenaskan karena panasnya uap.
Para korban yang tewas semuanya warga Cilacap yakni Feri Kisbianto, Jumono, Puji
Sutrisno dan Kasito. Sedangkan pekerja yang bernama Adi Purwanto berhasil
menyelamatkan diri, namun mengalami luka parah.
Menurut salah seorang rekan pekerja, air panas tersebut mengucur ke dalam tangki
setelah tombol kran dibuka oleh salah seorang karyawan pabrik. Diduga operator kran tidak
mengetahui jika pekerjaan didalam tangki tersebut belum selesai.
Hingga saat ini belum diperoleh keterangan resmi terkait kecelakaan kerja tersebut, karena
semua pimpinan di Pabrik PT Darma Pala Usaha Sukses berusaha menghindar saat ditemui
wartawan. Sementara polisi juga belum mau memberikan keterangan atas musibah
tersebut.
Analisis Kasus
Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan kerja
adalah human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada operator kran. Menanggapi
kecelakaan yang telah menewaskan empat orang tersebut, seharusnya sang operator kran
bersikap lebih hati-hati serta teliti yaitu dengan benar-benar memastikan bahwa tangki gula
krsital tersebut telah kosong serta aman dialirkan air ke dalamnya, maka mungkin
kecelakaan kerja tersebut tidak akan terjadi. Karyawan saat memasuki tangki seharusnya
juga mengenakan alat-alat pelindung diri agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja.
Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen
dalam bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut. Sistem
manajemen yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap alat ini menyadari
alat ini memiliki risiko yang besar untuk menghasilkan kerugian. Beberapa tindakan
manajemen yang bisa dilakukan adalah dengan meletakkan kamera-kamera di dalam alat
tersebut sehingga operator kran dapat memastikan bahwa di dalam tangki benar-benar tidak
ada orang. Kemudian, apabila teknologi yang lebih canggih dapat diterapkan di sana, maka
pada tangki tersebut dapat dipasang sebuah alat pendeteksi di mana apabila di dalam
tangki masih terdapat orang atau benda asing, maka ada sebuah lampu yang menyala yang
mengindikasikan di dalam tangki tersebut terdapat orang atau benda asing.
Analisa Kasus
Menurut pendapat saya, kecelakaan tersebut merupakan kecelakaan kerja akibat dari
faktor alam karena kecelakaan tersebut terjadi disebabkan adanya longsoran di lokasi
penambangan yang menyebabkan 40 orang penambang terjebak di dalam longsoran
tersebut. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja tersebut, sebaiknya perusahaan
harus melakukan analisa dan riset terlebih dahulu tentang keadaan alam yang ada di
daerah tersebut meliputi cuaca dan keadaan dan kontur tanah di tempat sekitar
penambangan. Dan bagi penambang haruslah mengikuti instruksi-instruksi untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja. Diantaranya dengan menggunakan helm, baju safety, sepatu
boot dan membawa alat komunikasi yang berguna untuk memberi tahu pekerja yang berada
di atas bila terjadi longsoran.
DAFTAR PUSTAKA
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/makalah-keselamatan-dan-kesehatan
kerja.html#ixzz2UaJ0rL8E
http://hafizhamuliani.blogspot.com/2012/03/tugas-saya-kasus-kecelakaan-kerja.html
Berita SINDO.
http://zhainal99.blogspot.co.id/2014/05/contoh-contoh-kecelakaan-kerja-yang.html
Cilacap–Empat pekerja cleaning servis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses, Cilacap,
Jawa Tengah, Rabu (29/07/09), tewas setelah tersiram air panas didalam tangki. Satu pekerja lainnya
selamat namun mengalami luka parah. Diduga kecelakaan ini akibat operator kran tidak tahu masih
ada orang di dalam tangki. Pihak perusahaan terkesan menutup-nutupi insiden ini.
Peristiwa tragis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses yang ada di komplek Pelabuhan
Tanjung Intan Cilacap ini terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Musibah bermula saat 5 pekerja tengah
membersihkan bagian dalam tangki gula kristal di pabrik tersebut. Tiba-tiba kran yang berada di atas
dan mengarah kedalam tangki mengeluarkan air panas yang diperkirakan mencapai 400 derajat
Celsius. Akibatnya, keempat pekerja yang ada didalamnya tewas seketika dengan kondisi
mengenaskan karena panasnya uap.
Para korban yang tewas semuanya warga Cilacap yakni Feri Kisbianto, Jumono, Puji Sutrisno dan
Kasito. Sedangkan pekerja yang bernama Adi Purwanto berhasil menyelamatkan diri, namun
mengalami luka parah.
Menurut salah seorang rekan pekerja, air panas tersebut mengucur ke dalam tangki setelah tombol
kran dibuka oleh salah seorang karyawan pabrik. Diduga operator kran tidak mengetahui jika
pekerjaan didalam tangki tersebut belum selesai.
Hingga saat ini belum diperoleh keterangan resmi terkait kecelakaan kerja tersebut, karena semua
pimpinan di Pabrik PT Darma Pala Usaha Sukses berusaha menghindar saat ditemui wartawan.
Sementara polisi juga belum mau memberikan keterangan atas musibah tersebut. (Nanang Anna
Nur/Sup).
Analisis Kasus
Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan kerja adalah human
error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada operator kran. Menanggapi kecelakaan yang telah
menewaskan empat orang tersebut, seharusnya sang operator kran bersikap lebih hati-hati serta
teliti yaitu dengan benar-benar memastikan bahwa tangki gula krsital tersebut telah kosong serta
aman dialirkan air ke dalamnya, maka mungkin kecelakaan kerja tersebut tidak akan terjadi.
Karyawan saat memasuki tangki seharusnya juga mengenakan alat-alat pelindung diri agar terhindar
dari bahaya kecelakaan kerja.
Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen dalam bidang
kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut. Sistem manajemen yang baik
seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap alat ini menyadari alat ini memiliki risiko yang
besar untuk menghasilkan loss atau kerugian. Beberapa tindakan manajemen yang bisa dilakukan
adalah dengan meletakkan kamera-kamera di dalam alat tersebut sehingga operator kran dapat
memastikan bahwa di dalam tangki benar-benar tidak ada orang. Kemudian, apabila teknologi yang
lebih canggih dapat diterapkan di sana, maka pada tangki tersebut dapat dipasang sebuah alat
pendeteksi di mana apabila di dalam tangki masih terdapat orang atau benda asing, maka ada
sebuah lampu yang menyala yang mengindikasikan di dalam tangki tersebut terdapat orang atau
benda asing.
Kemudian apabila telah terjadi kecelakaan, seharusnya dilakukan investigasi kecelakaan, inspeksi,
pencatatan serta pelaporan kecelakaan kerja. Tujuan dari kegiatan ini tentu untuk meningkatkan
manajemen dari kesehatan, keamanan serta keselamatan pada perusahaan tersebut, menentukan
tindakan pencegahan yang tepat serta menurunkan faktor risiko pada kecelakaan tersebut. Namun,
sayangnya sikap dari pihak perusahaan yang menutup-nutupi kejadian kecelakaan kerja tersebut
dapat menghambat berjalannya investigasi tersebut. Perusahaan tidak akan dapat mengambil
pelajaran melalui kecelakaan ini. Ini berarti kecelakaan semacam ini masih memiliki kemungkinan
yang cukup besar untuk kembali terjadi, baik pada perusahaan yang sama maupun pada perusahaan
sejenisnya.
Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi resiko dari adanya
kecelakaan kerja. Salah satunya adalah pengusaha membentuk Panitia Pembina Kesehatan dan
Keselamatan Kerja untuk menyusun program keselamatan kerja. Beberapa hal yang menjadi ruang
lingkup tugas panitia tersebut adalah masalah kendali tata ruang kerja, pakaian kerja, alat pelindung
diri dan lingkungan kerja.
a. Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya gangguan
keamanan dan keselamatan kerja bagi semua orang di dalamnya. Barang-barang dalam ruang kerja
harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarkan dari gangguan yang ditimbulkan
oleh orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Jalan-jalan yang dipergunakan untuk lalu lalang
juga harus diberi tanda, misalnya dengan garis putih atau kuning dan tidak boleh dipergunakan
untuk meletakkan barang-barang yang tidak pada tempatnya.
Kaleng-kaleng yang mudah bocor atau terbakar harus ditempatkan di tempat yang tidak beresiko
kebocoran. Jika perusahaan yang bersangkutan mengeluarkan sisa produksi berupa uap, maka faktor
penglihatan dan sirkulasi udara di ruang kerja juga harus diperhatikan
b. Pakaian kerja sebaiknya tidak terlalu ketat dan tidak pula terlalu longgar. Pakaian yang terlalu
longgar dapat mengganggu pekerja melakukan penyesuaian diri dengan mesin atau lingkungan yang
dihadapi. Pakaian yang terlalu sempit juga akan sangat membatasi aktivitas kerjanya. Sepatu dan hak
yang terlalu tinggi juga akan beresiko menimbulkan kecelakaan. Memakai cincin di dekat mesin yang
bermagnet juga sebaiknya dihindari.
c. Alat pelindung diri dapat berupa kaca mata, masker, sepatu atau sarung tangan. Alat pelindung diri
ini sangat penting untuk menghindari atau mengurangi resiko kecelakaan kerja. Tapi sayangnya, para
pekerja terkadang enggan memakai alat pelindung diri karena terkesan merepotkan atau justru
mengganggu aktivitas kerja. Dapat juga karena perusahaan memang tidak menyediakan alat
pelindung diri tersebut.
d. Lingkungan kerja meliputi faktor udara, suara, cahaya dan warna. Udara yang baik dalam suatu
ruangan kerja juga akan berpengaruh pada aktivitas kerja. Kadar udara tidak boleh terlalu banyak
mengandung CO2, ventilasi dan AC juga harus diperhatikan termasuk sirkulasi pegawai dan
banyaknya pegawai dalam suatu ruang kerja. Untuk mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan,
tempatkan di ruangan yang dilengkapi dengan peredam suara. Pencahayaan disesuaikan dengan
kebutuhan dan warna ruang kerja disesuaikan dengan macam dan sifat pekerjaan. (Slamet Saksono,
1988: 104-111).
Untuk kasus seperti yang terjadi pada pabrik gula di atas, ada beberapa alternatif pencegahan
selain yang tadi telah disebutkan. Tindakan tersebut dapat berupa:
a. Dibuatnya peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk memilki standarisasi yang
berkaitan dengan keselamatan karyawan, perencanaan, konstruksi, alat-alat pelindung diri,
monitoring perlatan dan sebagainya.
b. Adanya pengawas yang dapat melakukan pengawasan agar peraturan perusahaan yang berkaitan
dengan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dipatuhi.
c. Dilakukan penelitian yang bersifat teknis meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang berbahaya,
pencegahan peledakan gas atau bahan beracun lainnya. Berilah tanda-tanda peringatan beracun
atau berbahaya pada alat-alat tersebut dan letakkan di tempat yang aman.
d. Dilakukan penelitian psikologis tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan
serta pemberian diklat tentang kesehatan dan keselamatan kerja pada karyawan.
e. Mengikutsertakan semua pihak yang berada dalam perusahaaan ke dalam asuransi. (Sutrisno dan
Kusmawan Ruswandi. 2007: 14).
Jenis pabrik : industri minyak dan gas lepas pantai, platform dengan berat 20000 metrix tons di laut
utara yang memproduksi natural gas, crude oil, dan liquified petroleum gas (Nat Geo source).
Kapasitas pabrik : 125 barrel per hari
Lokasi : terletak di Laut Utara sekitar 110 kilometer dari Aberdeen, Skotlandia
Jenis kecelakaan : ledakan
Penyebab kecelakaan : kebocoran gas dari pompa yang belum selesai diperbaiki
Kronologi peristiwa :
Kejadian di mulai saat jam 6:00 PM, waktu dimana setiap Ijin Kerja harus di close-out atau
diperpanjang. Seorang pekerja (engineer) tidak menjalankan komunikasi kepada Supervisor saat ia
menutup Ijin Kerjanya, padahal pekerjaan tsb masih belum selesai dan akan dilanjutkan besok
harinya. Tanpa ada yang menyadari, sebuah Permit yg lain dikeluarkan untuk pekerjaan lain, dimana
pekerjaan tersbut seharusnya dilakukan setelah pekerjaan pertama selesai.
Pekerjaan kedua tsb menyebabkan gas yang bertekanan bocor.
Akibatnya:
Ledakan pertama, dikarenakan pipa gas berukuran 3 kaki yg bertekanan pecah
Berdasarkan desain dari platform itu sendiri , posisi Control Room sangat dekat dengan lokasi
kebakaran dimana CR tsb seharusnya berfungsi sebagai pusat komando apabila terjadi emergency,
dan design fire wall proof yang ada ternyata juga tidak mampu bertahan, maka akhirnya CR tsb
ditinggalkan /abandonned. Petugas CR hanya berhasil mengirim berita mayday yg diterima oleh rig-
rig tetangga yaitu Claymore dan Tartans. Public Announcemnt gagal dilakukan. Hingga pekerja-
pekerja tidak ada yg tahu apa yangg terjadi dan tidak menerima instruksi lebih lanjut.
Singkat kata, Emergency Response Plan gagal dieksekusi.
Kemudian, deluge-system sebagai sistem proteksi kebakaran tidak berfungsi karena kebetulan
sedang dalam kondisi MANUAL akibat ada pekerjaan penyelaman. Dari auto di switch ke manual
untuk menghindari si penyelam tersedot oleh system yang memanfaatkan air laut ini.
Dikarenakan sistem tanggap darurat yg gagal dilaksanakan, sistem boat penyelamatpun tidak sukses
dilakukan. Pekerja-pekerja yang tidak mendapat instruksi keadaan darurat tersebut berusaha
menyelamatkan diri. Beberapa yang tahu situasi berhasil meninggalkan rig. Beberapa ada yg
terpaksa melompat dari atas rig dgn ketinggian +/- 100 kaki (30 meteran). Sayangnya kebanyakan
dari mereka terperangkap di ruang tempat tinggalnya /living quarter.
Kedua rig tetangga yang menerima pesan darurat piper alpha ragu dengan apa yg sedang terjadi
karena communication link dari piper alpha terputus. Piper Alpha berada dtengah jaringan pipa
distribusi minyak dan gas onshore bersama Claymore dan Tartans rig. Akibat produksi minyak yang
tidak distop, terjadi tekanan balik ke Piper Alpha, ibaratnya sudah terbakar malah ditambah bahan
bakar yang bertekanan pula.
Gambar diambil dari sebual safety-vessel raksasa bernama Faros yang mencoba menolong pada saat
kebakaran /ledakan pertama. Namun sayangnya, fasilitas sistem pemadaman api gagal berfungsi
untuk menyemburkan airnya ke rig. Faros berusaha membentangkan gangway nya ke rig, namun
sayangnya pergerakannya sangat lambat, ia butuh waktu 5 menit. Hingga akhirnya terlambat.
Sementara dari kejauhan Claymore dan Tartans dapat melihat cakrawala yang terang benderang dari
lokasi Piper Alpha. Tapi mereka ragu dan tetap tidak bertindak menshut down produksinya.
Ledakan kedua pun terjadi akibat akumulasi aliran minyak dari rig Tartan dan rig Claymore, yang
menghasilkan back pressure ke jaringan pipa minyak dan gas Piper Alpha. Manajer kedua rig
tetangga tersebut tidak berani mengambil keputusan menyetop produksi, karena konsekuensi yang
sangat amat mahal dari sisi produksi. Ia harus menelepon manajer onshore untuk mengkonfirmasi
lebih dahulu. Sang asisten sudah teriak-teriak: "CAN WE JUST SHUT IT DOWN NOW?!!! THERE IS A
SECOND EXPLOSION!!!", akhirnya si manajer dengan terbata-bata: "o okay shut it down....". Tapi
sayang... sudah terlambat. Si platform besar itu akhirnya meleleh akibat panas ribuan derajat
Celcius.
Musibah bermula sebelumnya sekitar pukul 07.40 saat akan dilakukan penggantian jam kerja,
korban mengambil sampel lateks dibagian produksi. Namun sebelum mengambil sampel korban
memutar arah jalan dari tempat yang dituju sehingga melintas dari bagian mesin yang bukan area
lintasan. Saat melewati salah satu mesin, tiba-tiba ujung jilbab korban yang terjuntai kebawah
tersangkut puli dinamo sehingga tergulung akibat jilbab tergulung akhirnya leher korban tercekik
ditempat kejadian perkara dalam keadaan sepi karena seluruh karyawan bersiap-siap untuk pulang
kerja untuk penggantian jam kerja sekitar pukul 08.00.
Akibatnya tidak ada yang melihat korban sehingga tidak ada yang menolong dan
mengakibatkan korban meninggal dunia.
Analisa :
TAHAPAN PENYEBAB
· Penyebab Umum
Jilbab korban yang terjuntai ke bawah tersangkut pada puli dinamo yang sedang berputar
· Penyebab Terperinci
Kelalaian korban dalam mengambil arah jalan yang bukan areal lintasan dan dalam memilih
penggunaan pakaian kerja.
· Penyebab Pokok
Kurang memberikan pelatihan dan perhatian kepada pegawai mengenai keselamatan kerja agar
tidak lalai dalam mengambil suatu tindakan yang beresiko tinggi.
Analisa :
Strategi Pengendalian
· memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatati dan kesehatan kerja yang diperlukan pekerja
guna meningkatkan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja, demi mencegah terjadinya
kecelakaan yang sama.
· selama melakukan proses pekerjaaan yang berbahaya, seperti pembersihan mesin, penambahan
minyak, pemeriksaan, perbaikan, pengaturan, mesin harus berhenti beroperasi. Untuk mencegah
orang lain menghidupkan mesin, maka mesin harus dikunci atau diberi tanda peringatan,
perusahaan harus memasang tutup pengaman atau peralatan pembatas.
· Operator mesin ataupun alat produksi lainnya sebailrnya diberi peringatan setiap sesudah dan
sebelumnya mengoperasikan apakah ada petugas yang masih disana ataupun tidak. sebaiknya
operator mesin dilatih agar tetap siaga dan tanggap dengan tanggung jawabnya.
· Seluruh tugas keselamatan dan kesehatan tenaga kerjaa harus bertanggung jawab menjalankan
penanggulangan kecelakaan, rencanaa penanganan darurat, serta melakukan bimbingan
pelaksanaan setiap bagian.
· Komunikasi antar pegawai hams selalu terjaga dengan baik agar saling memperhatikan satu sama lain
sehingga mampu meminimalisir peluang kecelakaan yang terjadi.
Di abad ke-21 ini semua bangsa tidak dapat lepas dari proses industrialisasi. Indikator keberhasilan
dunia industri sangat bergantung pada kualitas tenaga kerja yang produktif, sehat dan berkualitas.
Kita ambil contoh industri bidang konstruksi, yang merupakan kegiatan di lapangan, memiliki
fenomena kompleks yang menyangkut perilaku dan manajemen keselamatan. Di dalam industri
konstruksi terjadinya kecelakaan berat lima kali lipat dibandingkan industri berbasis manufaktur.
Pekerjaan dan pemeliharaan konstruksi mempunyai sifat bahaya secara alamiah. Oleh sebab itu
masalah bahaya harus ditempatkan pada urutan pertama program keselamatan dan kesehatan. Di
sebagian besar negara , keselamatan di tempat kerja masih memprihatinkan. Seperti di Indonesia,
rata-rata pekerja usia produktif (15 – 45 tahun) meninggal akibat kecelakaan kerja. Kenyataanya
standard keselamatan kerja di Indonesia paling buruk dibandingkan dengan negara-negara lain di
kawasan Asia Tenggara.
Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat dihindari sehingga
tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan penyebabnya, terjadinya
kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung.
Adapun sebab kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan(zat kimia yang tidak aman,
kondisi fisik dan mekanik) dan faktor manusia(lebih dari 80%).
Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya
pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi, yang kesemuanya
mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri konstruksi.
Para pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk merencanakan,
melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan beban kerja serta faktor-faktor
dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang disebut roda
keseimbangan dinamis.
Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan agar para buruh
tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja, yaitu:
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui apakah calon pekerja
tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun mental.
2. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor
penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja
3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para buruh secara kontinu
agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.
4. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja sebelum mereka
memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya.
5. Penggunaan pakaian pelindung
6. Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses pencampuran bahan
kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang sangat bising.
7. Pengaturan ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat dihisap dan dialirkan
keluar.
8. Substitusi bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak
berbahaya sama sekali.
9. Pengadaan ventilasi umum untuk mengalirkan udara ke dalam ruang kerja sesuai dengan
kebutuhan.
Dapat disimpulkan bahwa pekerja sebagai sumberdaya dalam lingkungan kerja konstruksi harus
dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu produktivitas yang tinggi. Keinginan untuk mencapai
produktivitas yang tinggi harus memperhatikan segi keselamatan kerja, seperti memastikan bahwa
para pekerja dalam kondisi kerja aman.
DAFTAR PUSTAKA:
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/makalah-keselamatan-dan- kesehatan-
kerja.html#ixzz2UaJ0rL8E
http://jamilboys.blogspot.com/2010/11/contoh-kecelakaan-kerja-
industri.html http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/makalah-keselamatan-dan-kesehatan-
kerja.html#ixzz2UaJ0rL8E
http://hukumindustri.blogspot.com/2010/03/usaha-usaha-pencegahan-terjadinya.html
TUGAS DASAR K3 (KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)
TENTANG KECELAKAAN KERJA DI BERBAGAI BIDANG
PENDAHULUAN
Bekerja adalah suatu kewajiban yang harus dijalani seseorang dalam upaya
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Di dalam melakukan pekerjaanya seseorang
harus selalu dalam kondisi yang aman serta terlindungi agar kesehatan pekerja
tersebut selalu terjaga.
Oleh sebab itu kesehatan dan keselamatan kerja sangat dibutuhkan demi
menjamin produktivitas dari pekerja tersebut.
TUJUAN
PERMASALAHAN
Sebelum tahun 1911, tentang keselamatan kerja dalam industri hampir tidak
diperhatikan. Pekerja tidak dilindungi dengan hukum. Tidak ada santunan
kecelakaan bagi pekerja. Bila terjadi kecelakaan, perusahaan menganggap bahwa
kecelakaan itu :
Tidak hanya upah besar yang mejadi tolok ukur dalam menentukan jenis
pekerjaan. Keselamatan kerja adalah hal yang seharusnya juga menjadi prioritas.
Apalah artinya gaji yang besar jika keselamatan diri tergadaikan? Bukankah
kita tidak akan menikmatinya jika nyawa atau kesehatan kita terancam?
Perlu Anda ketahui, dua hal terbesar yang menjadi penyebab kecelakaan
kerjaantara lain :
Tentu saja, cara yang paling efektifuntuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
adalah dengan menghindari terjadinya lima perilaku tidak aman yang telah
disebutkan di atas.
Keselamatan kerja
a) Pelindung badan, meliputi pelindung mata, tangan, hidung, kaki, kepala, dan
telinga.
b) Pelindung mesin, sebagai tindakan untuk melindungi mesin dari bahaya yang
mungkin timbul dari luar atau dari dalam atau dari pekerja itu sendiri
dan sebagainya.
ANOTOMI KECELAKAAN
1. terjepit, terlindas
2. teriris, terpotong
3. jatuh terpeleset
5. tertabrak
7. terjatuh, terguling
1. teriris, terpotong
2. terlindas, tertabrak
4. kebocoran gas
1. terjepit, terlindas
3. jatuh terpeleset
Ø Petrokimia (minyak dan produksi batu bara, produksi karet, produksi karet,
produksi plastik) :
1. terjepit, terlindas
3. jatuh terpelest
5. tertabrak
Ø Konstruksi :
1. jatuh terpeleset
suhu dingin
6. terjatuh, terguling
7. terjepit, terlindas
8. tertabrak
1. terjepit, terlindas
3. terkena ledakan
Ada 4 orang pekerja yang sedang lembur dan sedang mengerjakan suatu proyek pemasangan tiang
sambungan telepon di jalan raya Adiwerna, Tegal . Kecelakaan kerja yang terjadi akibat kelalaian dan
kurang lengkapnya peralatan keselamatan kerja yang digunakan oleh 4 orang pekerja. Korban
kecelakaan diduga kurang hati hati dan lalai pada saat pemasangan kabel listrik yang tidak terpasang
lalu kabel listrik tersebut menyentuh tiang listrik yg sedang dipijak oleh para pekerja . Akibatnya 2
orang yang sedang berpijak di tiang listrik tersengat oleh arus listrik yg berasal dari salah satu kabel
yang sedang diperbaiki kemudian kabel itu menyentuh tiang listrik yg sedang dipijak oleh pekerja
tersebut , akibanya 2 orang tewas dan 2 orang lagi menderita luka bakar di telapak kakinya .
2. PENYEBAB KECELAKAAN KERJA
Dalam kasus kecelekaan kerja tersebut terdapat beberapa penyebab terjadinya kecelakaan
kerja tersebut yaitu :
a. Kelalaian dari pekerja sendiri yaitu mengabaikan kabel yang masih dialiri listrik dibiarkan
menggantung dan akhirnya kabel tersebut menempel ke tiang listrik yang sedang dipijak pekerja
tersebut
- Sepatu karet
- Helm safety
Dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan pasti akan selalu mengandung resiko bahaya
kecelakaan kerja masing- masing baik ringan maupun berat dan bisa juga berupa kematian , berikut
dibawah ini adalah tata cara agar kita dapat menghindari kecelakaan kerja tersebut :
“Bagian Pakaian Korban yang Tersangkut Puli Dinamo Yang Sedang Berputar”
Musibah bermula sebelumnya sekitar pukul 07.40 saat akan dilakukan penggantian jam kerja,
korban mengambil sampel lateks dibagian produksi. Namun sebelum mengambil sampel korban
memutar arah jalan dari tempat yang dituju sehingga melintas dari bagian mesin yang bukan area
lintasan. Saat melewati salah satu mesin, tiba-tiba ujung jilbab korban yang terjuntai kebawah
tersangkut puli dinamo sehingga tergulung akibat jilbab tergulung akhirnya leher korban tercekik
ditempat kejadian perkara dalam keadaan sepi karena seluruh karyawan bersiap-siap untuk pulang
kerja untuk penggantian jam kerja sekitar pukul 08.00. Akibatnya tidak ada yang melihat korban
sehingga tidak ada yang menolong dan mengakibatkan korban meninggal dunia.
a. Penyebab Umum Jilbab korban yang terjuntai ke bawah tersangkut pada puli dinamo yang sedang
berputar.
b. Penyebab Terperinci Kelalaian korban dalam mengambil arah jalan yang bukan areal lintasan dan
dalam memilih penggunaan pakaian kerja.
c. Penyebab Pokok Kebijakan pabrik Perusahaan Kurang memberikan pelatihan dan perhatian kepada
pegawai mengenai keselamatan kerja agar tidak lalai dalam mengambil suatu tindakan yang
beresiko tinggi. Kurangnya komunikasi yang baik antar pegawai, kurangnya kepekaan pegawai
terhadap lingkungannya tempat bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
1.http://tv.liputan6.com/read/2297528/2-pekerja-telkom-di-tegal-tewas-tersengat-listrik
2. http://arieherryan.blogspot.co.id/2014/05/contoh-kasus-
kecelakaan-kerja-di-dunia.html
3 Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.