Anda di halaman 1dari 5

PERCOBAAN II

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIDIABETES

I. Tujuan
Memahami aktivitas obat antidiabetes pada model hewan percobaan
dengan induksi aloksan.

II. Teori Dasar

Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada


seseorang akibat tubuh mengalami gangguan dalam mengontrol kadar gula
darah. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh sekresi hormon insulin atau
fungsi insulin terganggu (resistensi insulin) (Soegondo, 2005). Diabetes Melitus
(DM) adalah penyakit gangguan metabolik menahun yang lebih dikenal sebagai
pembunuh manusia secara diamdiam atau “Silent killer”. Diabetes juga dikenal
sebagai “Mother of Disease” karena merupakan induk atau ibu dari penyakit-
penyakit lainnya seperti hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah,
stroke, gagal ginjal dan kebutaan (Depkes RI, 2008).
Penderita penyakit ini dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Data
global menunjukkan bahwa jumlah kejadian diabetes pada tahun 1987 adalah 37
juta orang dan pada tahun 1993 menjadi 100 juta orang. Menurut Sidartawan
Sugondo (Soegondo, 1995), pada tahun 2020 perkiraan jumlah penduduk di
Indonesia yang berusia di atas 20 tahun adalah 178 juta jiwa, sehingga jika
diperkirakan prevalensi diabetes mellitus (DM) adalah 5%, maka penderita
diabetes diperkirakan 9 juta orang (Soegondo, 1995).
Glibenklamid termasuk golongan antidiabetik oral turunan sulfonilurea
generasi kedua yang diberikan secara oral (Katzung,1997). Mekanisme kerja
glibenklamid dengan membebaskan insulin yang dapat dimobilisasi sel-β
pankreas dan pada saat yang sama memperbaiki tanggapan terhadap rangsang
glukosa fisiologik (Mutschler, 1999). Efek samping utama glibenklamid adalah
hipoglikemia (Hardjasaputra et al., 2002).
Pengujian aktivitas antidiabetes dapat dilakukan dengan metode induksi
EDTA. Fungsi dari pemberian larutan EDTA adalah untuk menghasilkan
kondisi diabetik pada mencit sama halnya dengan diabetogen lainnya. Larutan
EDTA dapat merusak substansi esensial di dalam sel β-pankreas sehingga
menyebabkan berkurangnya insulin di dalam sel β-pankreas (Radiansah, 2013).

III. Alat dan Bahan

a. Hewan Percobaan

Mencit putih sebanyak 30 ekor, dipuasakan 8-12 jam sebelum


percobaan dan minum tetap diberikan.

b. Bahan dan obat

Kontrol positif : Glibenclamide dosis 0.013 mg/20 gram BB

Kontrol negatif : Na-CMC 1 %

Sediaan uji :

1. Obat A

2. Obat B

3. Obat C

4. Obat D

c. Alat

a. Batang Pengaduk,
b. Beaker Glass,
c. Check Strip
d. Gelas ukur
e. Glukometer
f. Kertas Perkamen
g. Sonde oral
h. Spatula
i. Syringe
j. Timbangan mencit.

d. Bahan

a. Aquadest
b. Glibenclamide
c. Na CMC
d. Na EDTA
e. Obat A
f. Obat B
g. Obat C
h. Obat D

IV. Prosedur Praktikum

Pembuatan Sediaan

a. Pembuatan Koloid Na-CMC 1 % b/v dan Suspensi Glibenklamid

Timbang 1 gram Na-CMC dan taburkan diatas air panas sebanyak 50.ml dan
dibiarkan mengembang (kurang lebih 15 menit) Kemudian digerus hingga
terbentuk mucilage. Pindahkan ke labu ukur 100 ml dan diad aquadest hingga
tanda batas.

b. Suspensi glibenklamid

dibuat dengan menimbang serbuk glibenklamid sebanyak 0,013 mg dan


setelah itu ditambahkan dengan koloid Na-CMC 1% b/v sedikit demi sedikit
sambil diaduk hingga homogen.

Masukan dalam labu ukur 100 mL kemudian cukupkan hingga volumenya


100 mL dengan kolid NaCMC1%.

c. Pembuatan Larutan EDTA

??
Perlakuan Hewan

1. Bobot hewan ditimbang terlebih dahulu untuk menghitung pemberian

dosis.

2. Glukosa darah pada mencit diukur sebelum di induksi dengan Na-EDTA

3. Na-EDTA diinjeksikan secara intraperitonial dengan dosis 70 mg/Kg BB

4. Satu hari kemudian dilakukan pengukuran kadar glukosa.

5. Selama perlakuan mencit tetap diberikan pakan.

6. Pada hari berikutnya (ketiga), mencit dibagi menjadi 6 kelompok dan


diberikan perlakuan sebagai berikut :

P1 : Perlakuan 1 (Glibenklamid + Na-CMC)

P2 : Perlakuan 2 (Na-CMC)

P3 : Perlakuan 3 (Obat A dosis I)

P4 : Perlakuan 4 (Obat A dosis II)

P5 : Perlakuan 5 (Obat B dosis I)

P6 : Perlakuan 6 (Obat B dosis II)

7. Seluruh kelompok percobaan diberi larutan uji melalui rute per oral. Setiap
kelompok terdiri dari 6 ekor hewan percobaan..

8. Glukosa darah pada mencit dikurur pada 8 jam setelah pemberian larutan
uji. Sampel darah diambil dengan cara melukai ujung ekor mencit, kemudian
di cek dengan glukometer.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Pengendalian Diabetes mellitus dan


Penyakit Metabolic . Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Hardjasaputra, P., Budipranoto, G., Sembiring., Kamil, L. 2002. Data Obat


Indonesia. Jakarta : Grafidian Medipess.

Katzung, B.G. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi VI 673 – 678. Jakarta.

Lahamado, O.T., Sabang, S.M. and Mustapa, K., Ekstrak Daun Asam Jawa
(Tamarindus Indica L.) Sebagai Antidiabetes. Jurnal Akademika Kimia,
6(1), pp.1-6.

Mutschler, E. 1999. Dinamika Obat, diterjemahkan oleh Mathilda B.Widianto dan


Anna Setiadi Ranti, Edisi V. Bandung : Penerbit ITB.

Soegondo S. 1995. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: FKUI.

Soegondo S. 2005. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus Terkini. Dalam


Soegondo S dkk (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta.
Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai