Askep Evi Naibaho
Askep Evi Naibaho
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
NIM : 16 – 01 - 482
2
BAB I
PENDAHULUAN
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua
orang. Untuk dapat berfungsi secara optimal, maka setiap orang memerlukan
istirahat dan tidur yang cukup. Secara umum, istirahat merupakan keadaan yang
tenang, relaks tanpa tekanan emosional, dan bebas dari kegelisahan(Wahit dan
Nurul, 2007). Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi
dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun.
Hampir sepertiga waktu dari kita, kita gunakan untuk tidur. Hal tersebut
didasarkan pada keyakinan bahwa tidur memulihkan atau mengistirahatkan fisik
setelah seharian beraktivitas, mengurangi stres dan kecemasan, serta dapat
meningkatkan kemampuan dan konsentrasi saat hendak melakukan aktivitas
sehari-hari.
Tidak terkecuali juga pada orang yang sedang menderita sakit, mereka juga
memerlukan istirahat dan tidur yang memadai. Namun dalam keadaan sakit, pola
tidur seseorang biasanya terganggu, sehingga perawat perlu berupaya untuk
mencukupi ataupun memenuhi kebutuhan tidur tersebut.
Karena itulah penulis akan membahas tentang konsep istirahat dan tidur
untuk mengetahui pengertian dari istirahat dan tidur, tahapan tidur, faktor-faktor
yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur, serta gangguan tidur yang
sering terjadi.
3
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Definisi istirahat dari berbagai ahli (min 3)
2. . Definisi tidur dari berbagai ahli (min 3)
3. Fungsi istirahat
4. Fungsi tidur
5. Mekanisme tidur menurut teori chemics, teori vaskuler, para ahli
neurofisiologis, dari teori feed bak
6. Faktor yang mempengaruhi istirahat tidur (min 8)
7. Jenis-jenis insomnia
8. Narkolepsi
9. Sleep apnea
10. Nightmares
11. Pengkajian keperawatan riwayat tidur
12. Gejala klinis gangguan tidur
13. Penympangan tidur
14. Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari gangguan pola istirahat
dan tidur (min 6)
15. Intervensi keperawatan dari 6 diagonsa keperawatan tersebut (min 5
intervensi tiap diagnosa)
16. Implementasi keperawatan dari 6 diagnosa keperawatan tersebut (min 5
implementasi tiap diagnosa)
17. Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah istirahat tidur pada bayi
dan anak
18. Evaluasi dari hasil implementasi keperawatan untuk mengatasi gangguan
istirahat dan tidur
4
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa definisi dari istirahat
2. Untuk mengetahui apa definisi dari tidur
3. Untuk mengetahui fungsi istirahat
4. Untuk mengetahui fungsi tidur
5. Untuk mengetahui mekanisme tidur menurut teori chemics, teori
vaskuler, pada ahli neurofisiologis, dari teori feed bak
6. Untuk menegtahui apa saja yang faktor yang mempengaruhi istirahat
tidur
7. Untuk mengetahui jenis jenis dari insomnia
8. Untuk mengetahui tentang Narkolepsi
9. Untuk mengetahui tentang Sleep Apnea
10. Untuk mengetahui tentang Nightmares
11. Untuk memahami pengkajian keperawatan riwayat hidup
12. Untuk mengetahui gejala klinis gangguan riwayat tidur
13. Untuk mengetahui tentang penyimpangan tidur
14. Untuk memahami cara membuat diagnosa keperawatan yang dapat
diangkat dari gangguan pola istrahat dan tidur
15. Untuk memahami cara mebuat intervensi keperawatan dari masing
masing diagnosa keperawatan diatas
16. Untuk mengetahui cara membuat implementasi keperawatan dari masing
masing diagnosa keperawatan distas
17. Untuk mengetahui tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
istirahat tidur pada bayi dan anak
18. Untuk megetahui cara membuat evaluasi dari hasil implementasi
keperawatan untuk mengatasi gangguang istirahat dan tidur
5
BAB II
PEMBAHASAN
TIDUR
Terdapat beberapa pengertian Tidur Menurut Para Ahli. Tidur
didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat
dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya
(Guyton & Hall, 1997). Menurut Potter & Perry (2005), Tidur merupakan proses
fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan.
Tidur merupakan kondisi tiak sadar dimana induvidu dapat dibangunkan oleh
stimulasi atau sensoriyang sesuai (Guyton dalam Aziz Alimul H) atau juga dapat
dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan
penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang
berulang, dengan ciri adanya aktifitas yang minim, memiliki kesadaran yang
bervariasi terhadap perubahan fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap
rangsangan dari luar.
Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketengan tanpa
kegiatan yang erupakan urutan siklus yang berulan-ulang dan masing-masing
menyatakan fase kegiatan otak dan badanlah yang berbeda.
Tanda tanda kehidupan seperti kesadaran, puls, dan frekuensi pernapasan mengalami
perubahan. Dalam tidur normal biasanya fungsi saraf motorik juga saraf sensorik
untuk kegiatan yang memerlukan koordinasi dengan sistem saraf pusat akan
diblokade, sehingga pada saat tidur cenderung tidak bergerak dan daya tanggap pun
berkurang
Fase peralihan dari sadar ke tidur disebut sebagai pradormitium dan fase
peralihan dari tidur kembali ke sadar disebut sebagai postdormitium. Di dalam ilmu
kedokteran ilmu yang mempelajari gangguan tidur disebut sebagai somnologie.
Kebutuhan tidur dan istirahat yang sesuai sama pentingnya dengan kebutuhan nutrisi
dan olahraga yang cukup bagi kesehatan. Menurut Hodgson (1991) dalam Potter &
Perry (2005), kegunaan tidur masih belum jelas, namun diyakini tidur diperlukan
untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan kesehatan.
6
Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin, selama
tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap IV), tubuh melepaskan hormon
pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan sel
khusus seperti sel otak. Sintesa protein dan pembagian sel untuk pembaharuan
jaringan seperti pada kulit, sumsung tulang, mukosa lambung terjadi juga selama
tidur dan istirahat Oswold (1984) dalam Potter & Perry (2005) kegunaan tidur yang
lain adalah selama tidur tubuh akan menyimpan energi.
Menurut penelitian, orang yang tidur selama 6,5 sampai 7,5 jam dalam sehari
akan memiliki hidup yang lebih panjang dari pada yang tidurnya hanya memakan
waktu kurang dari 6,5 jam atau lebih dari 8 jam perhari (Japan Epidemiology
Association). Pada tidur REM terjadi perubahan dalam aliran darah serebral,
peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan
epinefrin, sehingga membantu penyimpanan memori dan pembelajaran maka tidur
REM penting untuk pemulihan kognitif. Tanpa kebutuhan tidur dan istirahat yang
cukup, konsentrasi dan pengambilan keputusan akan menurun (Potter & Perry,
2005).
ISTIRAHAT
Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan
hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan
ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai
untuk menyegarkan diri atau melepaskan diri dari segala hal yang membosankan,
menyulitkan bahkan menjengkelkan (Hidayat, 2008)
Menurut Asmadi (2008), Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas
meliputi bersantai menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas,
serta melepaskan diri dari apa pun yang membosankan, menyulitkan, atau
menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat merupakan
keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari kecemasan
(ansietas). Menurut Wong (2008) tidur merupakan fungsi protektif yang dimiliki
semua organisme memungkinkan terjadinya perbaikan dan pemulihan jaringan
setelah aktivitas. Seseorang dapat benar-benar istirahat bila:
a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya;
b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di manapun juga
termasuk ide-idenya diterima oleh orang lain;
c. Mengetahui apa yang terjadi;
7
d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan;
e. memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya;
f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-waktu bila memerlukannya.
Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan
hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yg membu
ketenangan Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk
santai di kursi empuk atau berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk
istirahat. Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit
mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa
melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat dalam hal ini
berperan dalam menyiapkan lingkungan atau suasana yang nyaman untuk
beristirahat bagi klien/pasien. Menurut Narrow (1645-1967) terdapat enam kondisi
seseorang dapat beristirahat, diantaranya yaitu :
a. Merasa segala sesuatu berjalan normal.
b. Merasa diterima.
c. Merasa diri mengerti apa yang sedang berlangsung.
d. Bebas dari perlukaan dan ketidak nyamanan.
e. Merasa puas telah melakukan aktifitas-aktifitas yang berguna.
f. Mengetahui bahwa mereka akan mendapat pertolongan bila membutuhkannya.
8
MEKANISME TIDUR.
1. Teori Chemics : peningkatan CO2 menyebabkan rasa ngantuk.
2. Teori Vaskuler : penurunan TD di otak yang menyebabkan rasa ngantuk. Salah
satu fungsi kelenjar hipofise sebagai pusat pengaturan tidur.
3. Para ahli neuriofisiologis : sekresi hormone serotonin yang menyebabkan rasa
ngantuk.
4. Teori Feed Back : Kelemahan sel-sel saraf yang menyebabkan rasa
ngantuk instink/naluri.
9
7. Makanan dan minimum.
Pola dan konsumsi makanan yang mengandung merica, gas/air yang banyak,
pola dan konsumsi minuman yang mengandung kafein ,gas dll.
8. Aktivitas.
Kurang beraktivitas dan atau melakukan aktivitas yang berlebihan justru akan
menyebabkan kesulitan untuk memulai tidur.
INSOMNIA
Pengertian insomnia mencakup banyak hal. Insomnia merupakan suatu
keadaan di mana seseorang sulit untuk memulai atau mempertahankan keadaan
tidurnya, bahkan seseorang yang terbangun dari tidur tapi merasa belum cukup tidur
dapat di sebut mengalami insomnia (Japardi, 2002).
Jadi insomnia merupakan ketidak mampuan untuk mencukupi kebutuhan
tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Insomnia bukan berarti seseorang tidak
dapat tidur/kurang tidur karena orang yang menderita insomnia sering dapat tidur
lebih lama dari yang mereka pikirkan, tetapi kualitasnya berkurang.
Jenis insomnia yaitu :
a. Insomnia insial adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur.
b. Insomnia intermiten adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat
mempertahankan tidur atau keadaan sering terjaga dari tidur.
c. Insomnia terminal adalah bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi.
Beberapa factor yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia yaitu
rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa kondisi, dan kondisi yang tidak
menunjang untuk tidur.
NARKOLEPSI.
Merupakan suatu keadaan tidur di mana seseorang sulit mempertahankan
keadaan terjaga/bangun/sadar. Penderita akan sering mengantuk hingga dapat tertidur
secara tiba-tiba, dapat di katakan pula bahwa narkolepsi adalah serangan mengantuk
yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di mana serangan
mengantuk tersebut datang. Narkolepsi dalam bahasa awam, bisa dikatakan sebagai
serangan tidur, di mana penderitanya amat sulit mempertahankan keadaan sadar.
Hampir sepanjang waktu ia mengantuk. Rasa kantuk biasanya hilang setelah tidur
10
selama 15 menit, tetapi dalam waktu singkat kantuk sudah menyerang kembali.
Sebaliknya di malam hari, banyak penderita narkolepsi yang mengeluh tidak dapat
tidur.
Penyebab
Gangguan terjadi pada mekanisme pengaturan tidur. Tidur, berdasarkan
gelombang otak, terbagi dalam tahapan-tahapan mulai dari tahap 1, 2, 3, 4 dan Rapid
Eye Movement (REM.) Tidur REM adalah tahapan di mana kita bermimpi. Pada
penderita narkolepsi gelombang REM seolah menyusup ke gelombang sadar.
Akibatnya kantuk terus menyerang, dan otak seolah bermimpi dalam keadaan sadar.
Penyebabnya di duga juga terjadi akibat kerusakan genetika sistem saraf pusat di
mana periode REM tidak dapat dikendalikan. Serangan narkolepsi dapat
menimbulkan bahaya bila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang
bekerja pada alat-alat yang berputar-putar atau berada di tepi jurang.
Gejala
Katapleksi merupakan gejala khas narkolepsi yang ditandai dengan melemasnya otot
secara mendadak. Otot yang melemas bisa beberapa otot saja sehingga kepala
terjatuh, mulut membuka, menjatuhkan barang-barang, atau bisa juga keseluruhan
otot tubuh. Keadaan ini dipicu oleh lonjakan emosi, baik itu rasa sedih maupun
gembira. Biasanya emosi positif lebih memicu katapleksi dibanding emosi negatif.
Pada sebuah penelitian penderita narkolepsi diajak menonton film komedi, dan saat
ia terpingkal-pingkal tiba-tiba ia terjatuh lemas seolah tak ada tulang yang
menyangga tubuhnya.
Kelumpuhan Tidur adalah kelumpuhan otot volunter secara umum yang terjadi pada
waktu awal tidur. Peristiwa ini mungkin disertai rasa dikejar-kejar atau perasaan
akan adanya bahaya yang akan datang. Teror yang timbul dalam peristiwa tersebut
11
baru dapat diceritakan oleh pasien beberapa tahun kemudian. Peristiwa ini juga
dibatalkan dengan sentuhan sederhana. Kelumpuhan yang timbul pada pasien
narkolepsi tersebut diperkirakan sebagai akibat dari inhibisi motor yang sama seperti
yang terjadi pada tidur REM.Kelumpuhan saat tidur tanpa disertai narkolepsi dapat
terjadi pada orang sehat yang kurang tidurtetapi, juga sering kali terlihat pada pasien
dengan depresi. [1]
Halusinasi Hypnagogic/hypnopompic
Dengan gejala-gejala yang tidak biasa ini, tidak jarang keluarga menganggap
penderita narkolepsi mengidap gangguan jiwa
SLEEP APNEA
Sleep apnea atau apnea tidur adalah terganggunya pernapasan karena dinding
tenggorokan yang rileks dan menyempit ketika kita sedang tidur. Saat tidur, otot-otot
tenggorokan menjadi rileks dan lemas. Biasanya pelemasan otot tenggorokan ini
tidak berpengaruh pada kebanyakan orang, tapi bagi penderita apnea tidur, otot
menjadi terlalu lemas hingga menyebabkan penyempitan atau bahkan menutup
saluran udara.
Apnea tidur sendiri terbagi menjadi dua jenis, apnea tidur obstruksi yang muncul
akibat otot tenggorokan yang mengalami relaksasi berlebihan dan apnea tidur sentral
12
yang muncul karena otak tidak mengirimkan sinyal kepada otot untuk mengatur
pernapasan.
Orang yang menderita apnea tidur tidak akan menyadari bahwa dia
mengalami gangguan ketika tidur atau pun gejala yang muncul saat dia terjaga.
Kondisi ini biasanya diketahui jika ada pasangan, teman, maupun keluarga yang
menyadarinya.
Biasanya Anda tidak akan mengingat jika tidur Anda mengalami gangguan.
Gangguan ini akan membuat tubuh merasa lelah pada siang harinya. Berikut ini
adalah beberapa gejala yang mungkin Anda alami ketika tertidur:
13
Jika Anda mengalami beberapa gejala di atas, terutama jika gejala tersebut sudah
mengganggu rutinitas sehari-hari, maka segera temui dokter. Hal ini untuk
mengetahui dengan pasti apa penyebabnya, terutama jika Anda mendengkur dengan
keras karena banyak orang menganggap mendengkur merupakan hal yang biasa.
Pada kebanyakan orang, relaksasi jaringan lunak dan otot-otot ini tidak mengganggu
pernapasan. Tapi bagi orang yang mengalami apnea tidur, otot dan jaringan lunak
mempersempit saluran pernapasan pada tenggorokan secara berlebihan hingga
akhirnya tersumbat. Kondisi ini mengganggu pasokan oksigen ke seluruh tubuh, dan
memicu otak untuk membangunkan Anda agar tersadar dan bisa kembali bernapas
dengan normal.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami apnea tidur:
14
Mengonsumsi minuman keras. Kebiasaan ini jika dilakukan sebelum tidur
akan memperburuk apnea tidur dan juga dengkuran Anda.
Saat bertemu dengan dokter, Anda akan ditanyai mengenai gejala-gejala yang
dialami akibat apnea tidur. Selain pemeriksaan fisik, mungkin tes darah akan
dilakukan untuk melihat apakah ada kondisi lain yang bisa mengakibatkan gejala
yang dialami.
Jika penyebab apnea tidur masih belum jelas, dokter bisa melakukan observasi tidur
malam Anda. Dalam observasi ini, pola pernapasan, detak jantung dan kadar oksigen
tubuh akan di monitor. Salah satu tes yang dapat dilakukan dikenal dengan nama
polisomnografi. Prosedur ini dilakukan dengan mengamati beberapa bagian tubuh
ketika Anda sedang tertidur. Berikut ini beberapa tes lain yang menyertai prosedur
polisomnografi:
Melalui observasi yang lengkap, dokter bisa mengetahui pasti jika Anda menderita
apnea tidur dan tingkat keparahannya.
Perubahan gaya hidup Anda akan disarankan untuk menjalani pola hidup sehat
sebagai awal dari pengobatan apnea tidur, beberapa di antaranya adalah:
15
Menghindari obat-obatan penenang dan obat tidur.
Menurunkan berat badan jika Anda mengalami kelebihan berat badan.
Hindari tidur terlentang, usahakan untuk tidur dengan posisi miring.
Hidung tersumbat.
Hidung berair atau iritasi.
Sakit kepala.
Sakit telinga.
Sakit perut dan perut kembung.
Jika Anda merasa tidak nyaman atau mendapatkan efek samping yang mengganggu
dengan prosedur pengobatan yang dilakukan, sebaiknya Anda beri tahu dokter yang
menangani agar bisa disesuaikan dengan tingkat kenyamanan Anda.
MAD (Mandibular Advancement Device) Alat ini didesain untuk menahan rahang
dan lidah untuk mencegah penyempitan pada saluran pernapasan yang menyebabkan
seseorang mendengkur. Alat ini dipakai di atas gigi saat Anda sedang tidur.
Prosedur operasi Langkah ini hanya dilakukan jika tidak ada cara lain untuk
mengatasi apnea tidur yang diderita dan kondisinya yang cukup parah. Berikut ini
beberapa prosedur operasi yang dilakukan untuk menangani apnea tidur:
16
Komplikasi Akibat Apnea Tidur
Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi karena apnea tidur:
Gambaran klinis berikut adalah esensial untuk diagnosis secara pasti terhadap mimpi
buruk, yaitu:
1. Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan mimpi yang
menakutkan yang dapat diingat kembali secara terperinci dan jelas (vivid), biasanya
perihal ancaman kelangsungan hidup, keamanan atau harga diri; terbangunnya dapat
terjadi kapan saja selama periode tidur, tetapi yang khas adalah pada paro kedua
masa tidur. Pada anak, setelah mimpi buruk setelah menceritakan mimpinya biasanya
tidur kembali setelah ditenangkan oleh orang tuanya.
2. Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu segera sadar dan mampu
mengenali lingkungannya.
3. Pengalaman mimpi itu dan akibat dari tidur yang terganggu, menyebabkan
penderitaan yang cukup berat bagi individu.
17
Teror tidur (night terrors) adalah keadaan menakutkan yang muncul selama
tidur, disertai dengan teriakan, keluarnya keringat, memukul-mukul, menangis, atau
bahkan halusinasi.
1. Gejala utamanya yaitu satu atau lebih episode bangun dari tidur, mulai dengan
berteriak karena panic, disertai anxietas (kecemasan) yang hebat, seluruh tubuh
bergetar dan hiperaktivitas otonomik seperti jantung berdebar-debar, napas cepat,
pupil melebar dan berkeringat.
2. Episode ini dapat berulang dan lamanya setuap episode berkisar 1-10 menit, dan
biasanya terjadi pada sepertiga awal tidur malam.
3. Relatif tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain untuk mempengaruhi
keadaan teror tidurnya, dan kemudian dalam beberapa menit setelah bangun biasanya
terjadi disorientasi dan gerakan-gerakan berulang.
4. Ingatan terhadap kejadian, kalaupun ada sangat minimal (biasanya terbatas pada satu
atau dua bayangan yang terpilah-pilah).
Penyebab
Perawatan
18
- dan melaporkan keberhasilan dalam perawatannya dengan menambah karbohidrat
pada makan malam atau sebelum pergi tidur.
GEJALA KLINIS
a. Perasaan Lelah.
b. Gelisah.
c. Emosi.
d. Apetis.
PENYIMPANGAN TIDUR
Seperti telah dijelaskan pada bab oembahasan di atas, gangguan tidur yang
mungkin terjadi adalah :
a. Insomnia.
b. Somnabulisme.
19
c. Enuresis.
d. Narkolepsi.
e. Nightmare dan Night Terrors (mimpi buruk).
f. Apnea / tidak bernapas dan Mendengkur.
DIAGNOSA.
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari gangguan pola istirhat tidur
diantaranya yaitu :
1. Gangguan pola tidur b/d kerusakan transfer oksigen, gangguan metabolisme,
kerusakan eliminasi, pengaruh obat, imobilisasi, nyeri pada kaki, takut operasi,
lingkungan yang mengganggu.
2. Cemas b/d ketidak mampuan untuk tidur, henti nafas saat tidur, (sleep apnea) dan
ketidak mampuan mengawasi prilaku.
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan insomnia.
4. Gangguan ukaran gas berhubungan henti nafas saat tidur.
5. Potensial cedera berhubungan dengan Semnambolisme.
6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan penyimpangn tidur hipersomia.
INTERVENSI.
Tujuan :
Mempertahankan kebutuhan istirahat dan tidur dalam batas normal.
Rencana Tindakan :
a. Lakukan identifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur.
b. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal yang dapat mengganggu tidur.
c. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
d. Coba untuk memicu tidur.
e. Kurangi potensial cedera selama tidur
f. Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika di perlukan.
IMPLEMENTASI.
Tindakan keparawatan pada orang dewasa :
20
1. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur.
a. Bila terjadi pada pasien rawat inap, masalah tidur di hubungkan dengan
lingkungan rumah sakit, maka :
1) Libatkan pasien dalam pembuatan jadwal aktivitas.
2) Berikan obat analgesik sesuai prosedur.
3) Berikan linngkungan yang suportif.
4) Jelaskan dan berikan dukungan pada pasien agar tidak takut akan cemas.
b. Bila faktor insomnia, maka :
1) Anjurkan pasien memakan makanan yang berprotein tinggi sebelum tidur.
2) Anjurkan pasien tidur pada waktu sama dan hindari tidur pada waktu siang dan
sore hari.
3) Anjurkan pasien tidur saat mengantuk.
4) Anjurkan pasien mennghindari kegiatan yang membangkitkan minat sebelum
tidur.
5) Anjurkan pasien menggunakan teknik pelepasan otot serta meditasi sebelum
tidur.
c. Bila terjadi somnabulisme, maka :
1) Berikan rasa aman pada diri pasien.
2) Bekerjasama dengan diazepam dalam tindakan pengobatan..
3) Cegah timbulnya cidera.
d. Bila terjadi enuresa, maka :
1) Anjurkan pasien mengurangi minum beberapa jam sebelum tidur.
2) Anjurkan pasien melakukan pengosongan kandungan kemih sebelum tidur.
3) Bangunkan pasien pada malam hari untuk buang air kecil.
e. Bila terjadi Narkolepsi, maka :
1) Berikan obat kelompok Amfetamin /kelomppok Metilfenidat hidroklorida (ritalin)
untuk mengendalikan narkolepsi.
2). Mengurangi distraksi lingkungan dan hal yang mengganggu tidur.
a. Tutup pintu kamar pasien .
b. Pasang kelambu/garden tempat tidur.
c. Matikan pesawat telapon.
d. Bunyikan musik yang lembut.
e. Redupkan atau matikan lampu.
f. Kurangi jumlah stimulus.
g. Tempatkan pasien dengan kawan sekamar yang cocok.
21
3. Meningkatkan aktivitas pada siang hari.
a. Buat jadwal aktivitas yang dapat menolong pasien.
b. Usahakan pasien tidak tidur pada siang hari.
4. Membuat Pasien untuk memicu tidur.
a. Anjurkan pasien mandi sebelum tidur.
b. Anjurkan pasien minum susu hangat.
c. Anjurkan pasien membaca buku.
d. Anjurkan pasien menonton televisi.
e. Anjurkan pasien menggosok gigi sebelum tidur.
f. Anjurkan pasien embersihkan muka sebelum tidur.
g. Anjurkan pasien membersuihkan tempat tidur.
5. Mengurangi potensial cedera sebelum tidur.
a. Gunakan cahaya lampu malam.
b. Posisikan tempat tidur yang rendah.
c. Letakkan bel dekat pasien.
d. Ajarkan pasien untuk meminta bantuan.
e. Gantungkan selang drainase di tempat tidur dan cara memindahkannya bila
pasien memekainnya.
6. Memberi pendidikan kesehatan dan rujukan.
a. Ajarkan rutinitas jadwal tidur di rumah.
b. Ajarkan pentingkan latihan reguler ± ½ jam.
c. Penerangan tentang efek samping obat hipnotik.
d. Lakukan rujukan segera bila gangguan tidur kronis.
Tindakan Keperawatan Pada Anak :
1. Masa Neonatus dan bayi.
a. Beri sprei kering dan tebal untuk menutupi perlak.
b. Hindarkan pemberian bantal yang terlalu banyak.
c. Atur suhu ruangan menjadi 18˚-21˚C pada malam dan 15,5˚-18˚C pada siang.
d. Berikan cahaya lampu yang lembut.
e. Yakinkan bayi merasa nyaman dan kering.
f. Berikan aktivitas yang tenang sebelum menidurkan bayi.
2. Masa Anak.
a. Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang secara konsisten.
b. Tempel jadwal tidur
c. Berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur.
22
d. Dukung aktivitas ”pereda ketegangan” seperti bercerita.
3. Masa Sebelum Sekolah.
a. Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang secara konsisten.
b. Tempel jadwal tidur.
c. Berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur.
d. Dukung aktivitas ”pereda ketegangan” seperti bercerita.
e. Sering perlihatkan ketergantungan selama menjelang tidur.
f. Berikan rasa aman dan nyaman.
g. Nyalakan lampu agak terang.
4. Masa Sekolah.
a. Mengingatkan waktu istirahat dan tidur karena umumnya banyak beraktivitas.
5. Masa Remaja.
a. Usia ini sering memrlukan waktu sebelum tidur cukup lama untuk berias dan
membersihkan diri
6. Masa Dewasa (Muda, Paruah Baya, dan Tua).
a. Bantu melepaskan ketegangan sebelum tidur.
Berikan hiburan.
Kurangi rasa nyeri.
Bersihkan tempat tidur.
b. Membuat lingkungan menjadi aman serta dekat dengan perawat.
Berikan selimut sehingga tidak kedinginan.
Anjurkan pasien latihan relaksasi.
Berikan makan ringan atau susu hangnt sebelum tidur.
Berikan obat sedaktif sesuai program terapi kolaboratif.
Bantu pasien mendapatkan posisi tidur yang nyaman.
TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK
Kebutuhan Tidur
23
18 bulan - 3 tahun Masa Anak 11-12 jam/hari
3 tahun - 6 tahun Masa Prasekolah 11 jam/hari
6 tahun - 12 tahun Masa Sekolah 10 jam/hari
12 tahun - 18 tahun Masa Remaja 8,5 jam/hari
18 tahun - 40 tahun Masa Dewasa Muda 7-8 jam/hari
40 tahun - 60 tahun Masa Paruh Baya 7 jam/hari
60 tahun ke atas Masa Dewasa Tua 6 jam/hari
1. Masa neonatus dan bayi. Beri sprei yang kering dan tebal untuk menutupi perlak
dan buat permukaan kasur tegang dan rata, hindarkan pemberian bantal yang
terlalu banyak, atur suhu ruangan sekitar 18-210c pada malam hari dan 15.5-180c
pada siang hari serta hindarkam pasien dari angin dan pakaikan selimut, berikan
cahaya lampu yang lembut, yakinkan bahwa bayi merasa nyaman dan kering,
berikan aktivitas yang tenang sebelum menidurkan bayi misalnya membelai,
meminang bersenandung dan berikan lingkungan yang nyaman.
2. Masa Anak. Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang hari secara
konsisten, tempel jadwal tidur, berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur,
dukung aktivitas “pereda ketegangan” seperti bercerita dan memberikan mainan.
3. Masa sebelum sekolah. Berikan kebiasaan waktu tidur malam san siang secara
konsisten, tempel jadwal tidur, berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur,
dukung aktivitas “pereda ketegangan” seperti bercerita dan memberikan mainan,
sering perlihatkan ketergantungan selama menjelang tidur, dorong pasien untuk
mengekspresikan ketakutannya dan jelaskan bahwa perawat selalu dekat
dengannya, nyalakan lampu yang agak terang.
4. Masa Sekolah. Perawat perlu mengingatkan waktu istirahat dan tidur karena anak
pada usia ini memiliki banyak aktivitas.
5. Masa remaja. Usia ini sering memerlukan waktu sebelum tidur yang cukup lama
unutk berdandan dan membersihkan diri.
6. Masa dewasa (muda, paruh baya dan tua)
a) Bantu pasien melepaskan ketegangan sebelum tidur. Berikan hiburan,
kurangi rasa nyeri, bersihkan tempat tidur sehingga tempat tidur nyaman
dan bebas dar bau-bauan.
24
b) Sediakan lingkungan dimana pasien merasa aman dan nyaman serta
dekat dengan perawat. Berikan selimut sehingga tidak kedinginan,
anjurkan pasien untuk latihan relaksasi, berikan makanan ringan atau
susu hangat sebelum tidur, berikan obat sedatif sesuai dengan program
terapi kolaborasi, bantu pasien untuk mendapatkan posisi tidur yang
nyaman.
EVALUASI.
1. Klien menggunakan terapi relaksasi setiap makan malam sebelum pergi tidur
dengan meminta klien melaporkan keberhasilan tidur dan tetap tidur.
2. Klien melaporkan perasaan nyaman setelah terbangun di pagi hari dengan
meminta klien melaporkan keberhasilan tidur dan tetap tidur.
3. Klien melaporkan dapat menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan dalam 4
minggu dengan mengobservasi ekspresi dan prilaku nonverbal pada saat klien
terjaga.
4. Pola tidur normal untuk masa anak adalah 11-12 jam /hari terpenuhi, masa
sekolah 10 jam/hari terpenuhi, masa remaja 7-8 jam/hari terpenuhi.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua
orang. Untuk dapat berfungsi secara normal, maka setiap orang memerlukan istirahat
dan tidur yang cukup. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses
pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang
optimal. Setiap individu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda.
Pola istirahat dan tidur yang baik dan teratur memberikan efek yang baik untuk
kesehatan. Namun dalam kondisi sakit, pola tidur seseorang biasanya terganggu.
3.2 SARAN
26
DAFTAR PUSTAKA
27