Anda di halaman 1dari 15

REVIEW JURNAL

DAMPAK PENDIDIKAN HOLISTIK PADA PEMBENTUKAN


KARAKTER DAN KECERDASAN MAJEMUK
ANAK USIA PRASEKOLAH

NAMA : AZURAA

KELAS : C1 PAGI

NPM : 1702050108

MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN

DOSEN : SRI NURABDIAH PRATIWI, S.PD, M.HUM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

T. A 2017/2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah yang telah


memberikan kita banyak nikmat, sehingga penulis dapat menyelesaikan
review jurnal yang berjudul “Dampak Pendidikan Holistik Pada
Pembentukan Karakter dan Kecerdasan Majemuk Anak Usia Prasekolah”
Adapun tugas ini saya susun guna memenuhi persyaratan nilai tugas
dalam mata kuliah filsafat pendidikan. Terima kasih juga saya ucapkan
kepada dosen mata kuliah filsafat pendidikan yang telah memberikan
tugas ini kepada kami para mahasiswa sehingga dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman.
Saya selaku penyusun sadar akan ketidaksempurnaan dan
kekurangan dalam laporan review jurnal saya ini baik dalam hal sistem
penyusunan maupun hasil dari laporannya. Oleh sebab itu saya sangat
berharap atas kritik dan saran yang membangun guna mengembangkan
pengetahuan dan penunjang lebih lagi untuk laporan selanjutnya.

Medan, Desember 2017

Penyusun
Jur. Ilm. Kel. dan Kons., Januari 2009, p : 32-40 Vol. 2,
No.1
ISSN : 1907 – 6037

DAMPAK PENDIDIKAN HOLISTIK PADA PEMBENTUKAN


KARAKTER DAN KECERDASAN MAJEMUK
ANAK USIA PRASEKOLAH

The Impact of Character-Based Holistic Education to Children’s Multiple


Intelligences of Preschool Children

MELLY LATIFAH1*, NETI HERNAWATI1


1
Staf Pengajar Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor, Jalan Lingkar Kampus IPB Dramaga,
Bogor 16680

ABSTRACT. Character-based holistic education is new perspective that starting to be realized will give
impact not only to character building but also to others developmental tasks, especially in preschool
children. This study aims to analyze the impact of character-based holistic education to their multiple
intelligences which was held in the preschool education in North Aceh District, Nanggroe Aceh Darussalam
Province. This research design is cross sectional study. This study population is preschool age children (5-
7 years), consists of children that attended in Taman Bermain Anak Semai Benih Bangsa (TBASBB)- as a
nonformal education- and Taman Kanak Kanak (TK) -as a formal education-, and who do not attended in
TBA-SBB/TK. The total samples –and his/her family- were 208. The result of the research showed that
character of TBA-SBB participants significantly better than control group, even with a group of formal
education (TK). Participants of TBA-SBB had the highest multiple intelligences and significantly different in
all aspects of multiple intelligences than the control group. Character and multiple intelligences of the TBA-
SBB participants are strongly influenced by the implementation of holistic education in TBA-SBB.
Therefore, children who attend school with a good holistic education implementation will have a higher
character and multiple intelligences score.
Key words: character development, holistic education, multiple intelligences, preschool children

PENDAHULUAN Vietnam, namun kondisi tersebut


merupakan suatu parameter masih
Keberhasilan sebuah proses buruknya kondisi sosial ekonomi, tingkat
pembangunan sangat ditentukan oleh pendidikan, kesehatan dan gizi serta
kualitas sumber daya manusianya. pelayanan sosial di Indonesia, bahkan bila
Pembentukan karakter dengan demikian dibandingkan dengan negara Vietnam
haruslah menjadi prioritas dalam yang baru merdeka. Oleh karena itu, sudah
pembangunan kualitas sumberdaya saatnya bagi bangsa Indonesia untuk
manusia Indonesia, terutama dalam menempatkan pendidikan karakter dalam
menghadapi globalisasi informasi dan kurikulum pendidikan sejak usia
persaingan yang makin terbuka dengan prasekolah guna membentuk kualitas SDM
negara-negara tetangga di Asia. Menurut yang lebih baik. Dengan porsi
Indeks Pembangunan Manusia (Human pembentukan perilaku dan karakter pada
Development Index) disebutkan bahwa kurikulum pendidikan diharapkan akan
peringkat HDI Indonesia pada tahun 2003, terbentuk kualitas anak, termasuk kualitas
2004, dan 2005 berada di bawah negara- karakternya, yang jauh lebih baik.
negara tetangga seperti Malaysia, Diharapkan pada dekade mendatang akan
Thailand, Filipina, dan bahkan Vietnam. mampu bersaing dengan bangsa lain dalam
Meskipun pada tahun 2006 HDI Indonesia membentuk masyarakat yang makmur dan
mengalami kemajuan dan lebih baik dari sejahtera.
Di Kabupaten Aceh Utara, Propinsi Baktiya, dan Baktiya Barat. Total anak
NAD, hingga tahun 2006 telah didirikan contoh dan keluarga contoh yang terlibat
sekitar 113 TBA-SBB yang menerapkan dalam penelitian ini sebanyak 208.
kurikulum pendidikan holistik berbasis
karakter. TBA-SBB merupakan Teknik dan Cara Pengumpulan Data
pendidikan nonformal anak usia
prasekolah yang dikembangkan oleh the Teknik pengumpulan data dalam
Indonesia Heritage Foundation sejak tahun penelitian ini terbagi atas wawancara dan
2001. Oleh karenanya, pada tahun 2007 observasi pada anak dan pengasuhnya,
dilakukan penelitian payung dengan judul serta diskusi terarah (FGD), dan
“Studi Evaluasi Keberhasilan Program wawancara mendalam (indepth interview)
Taman Bermain Anak Semai Benih dengan ibu atau pengasuh utama anak,
Bangsa di Kabupaten Aceh Utara, NAD” pemimpin formal (camat, geucik), tokoh
(Hartoyo et al. 2007 dan Hastuti & masyarakat, guru TBA-SBB, TK dan SD,
Alfiasari 2008). Tujuan khusus, sebagai orang tua murid, jajaran tim penggerak
bagian dari penelitian payung tersebut, PKK, dan jajaran dinas pendidikan di
yang dimuat dalam artikel ini adalah: 1) kabupaten dan kecamatan.
menganalisis perbedaan karakter anak
peserta TBA-SBB dan bukan peserta Pengolahan dan Analisis Data
TBA-SBB (siswa TK formal dan anak usia
prasekolah yang tidak bersekolah); 2) Data hasil penelitian yang
menganalisis perbedaan kecerdasan dikumpulkan dengan menggunakan skala
majemuk anak peserta TBA-SBB dan ordinal dihitung menggunakan persentase
bukan peserta TBA-SBB; 3) menganalisis untuk memudahkan perbandingan,
perbedaan penerapan (praktek) pendidikan selanjutnya dikategorikan menjadi baik,
holistik sesuai dengan konsep kurang dan cukup mengikuti sebaran
Developmentally Appropriate Practices normatif, yaitu : 1) baik (≥80%), 2) cukup
(DAP) pada TBA-SBB dan bukan (60-80%), dan 3) kurang (<60%).
TBASBB (TK formal); 4) menganalisis Sementara itu, data bersifat interval
dampak pendidikan holistik yang dan rasio seperti data karakteristik anak
diterapkan di TBA-SBB terhadap dan keluarga dikategorikan mengikuti
kecerdasan majemuk anak; dan 5) sebaran normatif. Data kuantitatif yang
mengidentifikasi manfaat yang dirasakan terkumpul dalam penelitian ini, diolah
oleh orang tua, guru, dan masyarakat menggunakan nilai rata-rata, sebaran, dan
terhadap terselenggaranya pendidikan persentase serta disajikan dalam bentuk
holistik berbasis karakter di TBA-SBB dan tabulasi silang maupun dalam bentuk
bukan TBA-SBB. grafik. Selanjutnya data dianalisis
menggunakan uji beda untuk melihat
METODE perbedaan antar kelompok dan uji regresi
Desain, Populasi, dan Contoh Penelitian untuk menilai dampak.

Desain penelitian ini adalah cross HASIL DAN PEMBAHASAN


sectional study. Populasi penelitian ini Karakteristik Keluarga Contoh
adalah anak usia prasekolah (5-7 tahun),
baik yang bersekolah di TBA-SBB dan Terdapat perbedaan karakteristik
TK, maupun yang tidak bersekolah di keluarga antara keluarga dari kelompok
TBA-SBB/TK di 21 kecamatan di TBA-SBB, kelompok TK, dan kelompok
Kabupaten Aceh Utara, NAD. Penelitian tidak bersekolah. Perbedaan antar
ini dilaksanakan di 5 (lima) kecamatan kelompok tersebut signifikan secara
terpilih, yaitu Nisam, Syamtalira Aron, statistik pada pendapatan keluarga per
kapita per bulan, lama pendidikan ayah Pada karakter kemandirian dan tanggung
dan ibu contoh, besar keluarga, dan jawab, hasil penelitian menunjukkan
lingkungan fisik rumah contoh. adanya perbedaan signifikan dalam
Karakteristik keluarga dari anak kemandirian antar kelompok, yaitu anak
kelompok TK secara umum paling baik TBA-SBB lebih mandiri dibandingkan dua
dibandingkan dua kelompok lainnya, kelompok lainnya. Hal ini memperlihatkan
sementara keluarga dari kelompok bahwa anak TBA-SBB lebih mampu
TBASBB berbeda signifikan dengan menunaikan tugas “self help skills” bagi
kelompok TK hanya dalam lama anak umur prasekolah. Bahkan
pendidikan ayah. Sementara itu perbedaan kemampuan “self help skills” anak TBA-
umur hanya terdapat antara anak tidak SBB lebih baik dan berbeda signifikan
bersekolah dengan kelompok lainnya, secara statistik (p<0,05) dibandingkan
yaitu anak tidak bersekolah relatif lebih anak dari kelompok TK (Gambar 1).
muda dibandingkan anak TBA-SBB dan Berdasaran Gambar 1, anak dari
TK (Hartoyo et al. 2007). kelompok TBA-SBB dan TK hampir sama
dalam kejujuran dan amanahnya, namun
Karakter Anak perbedaan signifikan terdapat antara
kelompok TBA-SBB dan TK dengan anak
Manusia yang berkarakter adalah kelompok anak tidak bersekolah.
individu yang mengetahui tentang Kelompok anak tidak bersekolah
kebaikan, menginginkan dan mencintai umumnya lebih sering lupa dalam
kebaikan, serta melakukan kebaikan menyampaikan pesan, serta kurang mampu
(Lickona 2004). Karakter anak yang dalam melaporkan barang yang
diukur dalam penelitian ini mencakup 9 ditemukannya kepada orang dewasa.
pilar karakter yang dikembangkan dalam Karakter hormat dan santun adalah
kurikulum Pendidikan Holistik Berbasis kemampuan anak mengucapkan salam,
Karakter the Indonesia Heritage memohon izin dan permohonan bantuan
Foundation yang mencakup: 1) Cinta kepada orang dewasa yang ada
Tuhan dan ciptaan-Nya; 2) Kemandirian disekitarnya. Dari hasil penelitian
dan tanggung jawab; 3) Jujur, amanah, dan diperlihatkan bahwa anak TBA-SBB dan
dapat dipercaya; 4) Hormat dan santun; 5) TK memiliki karakter ini lebih baik
Dermawan, tolong menolong, dan daripada kelompok anak tidak bersekolah
kerjasama; 6) Percaya diri, kreatif, dan (Gambar 1).
pekerja keras; 7) Kepemimpinan dan Dalam pilar karakter dermawan,
keadilan; 8) Rendah hati; dan 9) Toleransi, suka menolong dan gotong royong, anak
cinta damai, dan persatuan. dari kelompok TBA-SBB memiliki skor
Dari hasil penelitian terlihat bahwa paling tinggi dari dua kelompok lainnya,
karakter cinta Tuhan dan ciptaan-Nya dari dan anak kelompok tidak bersekolah
anak TBA-SBB dan TK berbeda signifikan memiliki skor paling rendah (Gambar 1).
dengan anak kelompok anak tidak Perbedaan antar ketiga kelompok dalam
bersekolah (Gambar 1). Perbedaan cukup perilaku dermawan dan suka menolong
besar terdapat pada kemampuan anak yang signifikan secara statistik, sekaligus
telah bersekolah (baik TBA-SBB maupun menunjukkan pengaruh keberadaan
TK) untuk mengerti doa dan menjalankan sekolah pada karakter anak tersebut.
ibadah sesuai dengan tuntunan agama.
Gambar 1. Sebaran skor karakter anak contoh
menurut umur

Dari hasil penelitian terlihat bahwa mencela teman, merusak barang orang
karakter kepercayaan diri anak TBA-SBB lain, tidak suka mendorong teman saat
jauh lebih tinggi dibandingkan anak TK antri dan mau meminjamkan sesuatu bila
sekalipun (Gambar 1). Hasil uji statistik ada yang membutuhkan. Dari Gambar 1
juga memperlihatkan perbedaan yang terlihat bahwa karakter anak kelompok
signifikan antar kelompok. Perbedaan ini TBA-SBB paling baik daripada anak
mencerminkan adanya pengaruh eksternal kelompok tidak bersekolah maupun anak
dan internal seperti karakteristik keluarga TK.
dan sekolah dimana keduanya berada. Secara keseluruhan anak kelompok
Berdasaran Gambar 1 tampak TBA-SBB memiliki karakter total paling
bahwa karakter kepemimpinan dan baik daripada kelompok anak tidak
keadilan anak kelompok TBA-SBB bersekolah maupun anak kelompok TK
memiliki skor paling tinggi dibandingkan dan dari Gambar 2 terlihat bahwa karakter
dua kelompok lainnya, namun secara anak TBA-SBB lebih tinggi daripada anak
statistik perbedaan signifikan dalam kelompok lainnya, dan secara statistik
karakter tersebut pada kelompok TBA berbeda signifikan antar keduanya. Hasil
SBB hanya dengan kelompok anak tidak ini sejalan dengan hasil temuan Hastuti
bersekolah. Pada pilar karakter rendah (2006) pada anak kelompok TBA-SBB di
hati, hasil penelitian memperlihatkan Kota dan Kabupaten Bogor yang juga
bahwa secara umum, anak kelompok memiliki karakter lebih baik dibandingkan
TBA-SBB memiliki skor karakter rendah anak TK dan anak tidak bersekolah.
hati paling tinggi daripada dua kelompok Menurut Lickona (2004), salah satu
lainnya (Gambar 1). strategi tepat dalam membentuk karakter
Karakter toleransi dan cinta damai anak adalah melalui kerangka kurikulum
diukur dari kemampuan anak untuk tidak yang tepat, sosialisasi dan publikasi
kurikulum karakter, serta pembentukan
model pendidikan sekolah melalui lainnya. Hal ini memperlihatkan bahwa
pendekatan proses dan budaya sekolah kemampuan anak untuk mengenal huruf,
yang menunjang pendidikan karakter. menyusun kalimat, dan mengenal makna
kata pada anak TBA-SBB lebih baik
Kecerdasan Majemuk Anak dibandingkan anak TK terlebih
dibandingkan anak tidak bersekolah.
Pada kelompok TBA-SBB dan TK, Secara statistik perbedaan antara ketiga
anak-anak menerima stimulasi belajar, kelompok anak sangat signifikan (p<0,05).
akademik, bahasa, motorik, dan musik Kecerdasan logis matematis anak
melalui kurikulum pendidikan di sekolah diperoleh dengan menguji kemampuan
dan interaksi antar siswa di sekolah. Hasil mencocokkan angka dengan jumlah,
penelitian seperti ditunjukkan pada mengelompokkan, mengurutkan, dan
Gambar 3, memperlihatkan bahwa menghitung. Hasil uji beda menunjukkan
pendidikan melalui TK dan TBA-SBB perbedaan signifikan dalam kecerdasan
membuat anak pada kedua kelompok lebih logis antara anak kelompok TBA-SBB
tinggi dalam keterampilan motoriknya. dengan kelompok anak TK terlebih
Dilihat dari keterampilan berbahasa kelompok anak tidak bersekolah (Gambar
(Gambar 3), anak kelompok TBA-SBB 3).
lebih unggul daripada anak kelompok

Dilihat dari kecerdasan visual Kecerdasan interpersonal anak diukur


spasial terlihat bahwa secara umum dengan kemampuan menyelesaikan dan
kemampuan visual spasial anak kelompok mengembalikan tugas, kemampuan
SBB lebih baik daripada kelompok lainnya berbelanja, dan mematuhi aturan bermain.
(Gambar 3). Kecerdasan visual spasial Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
anak diukur dengan menguji kemampuan anak kelompok TBA-SBB paling tinggi
meniru gambar geometris, menyusun kecerdasan interpersonalnya dibandingkan
puzzle geometris, membangun sesuatu dua kelompok lainnya (Gambar 3).
bentuk. Kecerdasan intrapersonal anak diukur
Hasil uji statistik juga dengan kemampuan anak
menunjukkan adanya perbedaan signifikan mengekspresikan emosi (marah, sedih,
antar kelompok TBA-SBB dengan menyesal, senang, takut), serta
kelompok TK maupun anak tidak menceritakan tindakan yang tepat saat
bersekolah dalam kecerdasan visual ini. disodori oleh situasi dalam gambar.
Kecerdasan intrapersonal anak kelompok demokratis. Pendidikan holistik berbasis
SBB lebih tinggi dibandingkan kelompok pada karakter yang dijabarkan dalam
TK dan anak tidak bersekolah (Gambar 3). sembilan pilar, dialirkan di kelas dengan
Kecerdasan musik seorang anak diukur menggunakan pendekatan
dari sensitivitas anak terhadap nada, Developmentally Appropriate
ketukan, irama, dan alat musik itu sendiri. Practic (DAP). Dalam pelaksanaannya,
Kecerdasan musik juga sering kurikulum pendidikan holistik di TBA-
dihubungkan dengan rasa indah, estetika, SBB dijabarkan dalam Satuan Kegiatan
dan ekspresi emosi diri. Dari hasil Semester (SKS). SKS ini selanjutnya
penelitian terlihat bahwa kecerdasan musik dijabarkan lagi ke dalam bentuk Satuan
anak kelompok SBB jauh lebih baik Kegiatan Mingguan (SKM). Setiap SKM
daripada anak dari dua kelompok lainnya umumnya terdiri atas satu tema dan setiap
(Gambar 3). tema dapat selesai dalam satu SKM atau
Dilihat dari skor kecerdasan lebih tergantung keluasan dan kedalaman
majemuk secara total terlihat bahwa anak suatu tema. Setiap SKM terdiri dari enam
dari kelompok TBA-SBB memiliki skor hari belajar dari Senin sampai Sabtu,
paling tinggi dibandingkan anak kelompok dimana untuk setiap harinya dibuat Satuan
TK maupun anak tidak bersekolah Kegiatan Harian (SKH) sebagai
(Gambar 4). Hal ini sejalan dengan hasil penjabaran dari SKM. Di dalam setiap
penelitian Hastuti (2006); Akmalia (2006); SKH dialirkan pilar karakter. Setiap pilar
Hamzah (2006) di Kota dan Kabupaten karakter dialirkan selama satu minggu atau
Bogor. Skor kecerdasan majemuk yang lebih. Untuk setiap SKH, waktu belajar
tinggi pada anak kelompok TBA-SBB juga mengajar adalah tiga jam mulai pukul
sejalan dengan skor karakter yang tinggi 08.00-11.00, yang terdiri atas: 1)
pada kelompok ini, sehingga dapat pembukaan yang mencakup jurnal pagi
dikatakan konsisten. atau morning circle selama 30 menit; 2)
penyampaian pilar karakter yang
mencakup salah satu dari dimensi
pengetahuan (knowing), perasaan (feeling),
dan perbuatan (acting) selama 20 menit; 3)
makan pagi selama 30 menit; 4) kegiatan
sentra I selama 30 menit; 5) kegiatan
bermain bebas selama 30 menit; 6)
kegiatan sentra II selama 30 menit; dan 7)
penutup selama 10 menit. Tema yang
terdapat pada SKS sesuai dengan tema
yang umumnya diterapkan di TK seperti
Sekolahku, Aku, Negaraku, Panca Indera,
Proses Pendidikan Holistik di TBASBB Keluargaku, Rumahku, Binatang,
dan TK Ramadhan, dan Binatang Kesayangan.
Untuk mengalirkan tema pada setiap SKH
Pendidikan holistik adalah konsep terdapat dua kegiatan sentra. Sentra
pendidikan yang mengembangkan potensi tersebut antara lain adalah sentra
anak secara fisik, emosi, sosial, kreativitas, persiapan, sentra rancang bangun, sentra
spiritual, dan intelektual (Megawangi et al. eksplorasi, sentra imajinasi, sentra kebun,
2004). Hal ini sejalan dengan tujuan serta sentra seni dan kreativitas.
pendidikan nasional yaitu menjadikan Berdasarkan acuan komponen
manusia beriman dan bertakwa, berakhlak terpadu yang disusun Megawangi et al.
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, (2004), kemudian disusun 12 parameter
mandiri, dan menjadi warga negara yang untuk menilai pencapaian penerapan
pendidikan holistik (Tabel 1). Dari 12 menciptakan suasana kelas yang nyaman
parameter capaian tersebut dijabarkan ke (100% dan 85,7%). Selain itu data
dalam 51 aspek sehingga skor keberhasilan menunjukkan bahwa manajemen kelas
penerapan pendidikan holistik berkisar 0 cukup baik (92,9% di SBB dan 71,4% di
sampai dengan 51. Pencapaian penerapan TK) dan telah dapat menjadikan anak
pendidikan holistik dikategorikan menjadi mampu bekerjasama dengan cukup baik
tiga yaitu: (85,7% di SBB dan 76,2% di TK).
(1) rendah, jika capaian kurang dari 60% Walaupun secara umum SBB telah
(skor 0-30), menerapkan pendidikan holistik akan
(2) sedang, jika capaian 60- 80% (skor 31- tetapi masih terdapat beberapa parameter
40), dan yang perlu ditingkatkan lagi terutama
(3) tinggi, jika capaian lebih dari 80% keterampilan guru dalam mengembangkan
(skor 41-51). fokus terhadap rasa ingin tahu anak
Berdasarkan jenis penerapan (59,5%) dan penyediaan alat bantu ajar
pendidikan holistik tampak bahwa di dalam kelas yang bersifat edukatif dan
kedua kelompok SBB dan TK telah dapat pemasangan hasil karya sebagai apresiasi
membina hubungan dengan orang tua (66,7%).
secara baik (100% dan 92,9%) dan dapat

Rendahnya persentase penerapan pada Kurikulum Berbasis Kompetensi


pendidikan holistik di TK disebabkan oleh 2004 yang dikeluarkan Depdiknas yang
rendahnya pemahaman guru tentang menjadi acuan penerapan kurikulum. Cara
pendidikan holistik. Untuk itu perlu pembelajaran yang disampaikan pada
perbaikan metode belajar mengajar agar siswa cenderung klasikal dan “teacher
setiap TK dapat melaksanakan penerapan centered oriented”, dengan konsentrasi
pendidikan holistik yang mengacu kepada pada pengembangan kemampuan dasar
DAP dengan baik. Hal ini dimaksudkan yaitu kognitif dibandingkan kemampuan
agar pendidikan kepada anak usia bahasa, seni, dan motorik.
prasekolah yang ditujukan bagi Kaidah pembelajaran aktif dan
pembentukan manusia secara holistik menyenangkan belum diterapkan di TK
dapat tercipta. Secara umum TK yang yang diamati. Sementara pada TBA-SBB,
diamati belum menggunakan sistem area seluruhnya sudah menerapkan sistem
atau sentra sebagaimana yang dianjurkan sentra namun terdapat variasi dalam
jumlah sentra yang diberikan setiap Dampak Pendidikan Holistik pada
harinya. Hal ini disesuaikan dengan Pembentukan Karakter dan
ketersediaan sarana dan prasarana yang Kecerdasan Majemuk Anak
ada. Pembelajaran yang menyenangkan
dan menghargai keragaman sifat dan minat Pendidikan holistik berbasis
telah diterapkan hampir pada semua TBA- karakter adalah pendidikan yang
SBB. Skor pencapaian penerapan menfokuskan pada konsep
pendidikan holistik di TBASBB 37-44 Developmentally Appropriate Practices
dengan rata-rata 40,6 lebih tinggi daripada (DAP) dan kecerdasan majemuk anak.
di TK yang berkisar 18-38 dengan rata-rata DAP adalah konsep pendidikan yang
26,1. Hal ini juga dibuktikan dari hasil uji menekankan bahwa setiap anak berhak
statistik yang menunjukkan perbedaan mendapatkan proses pendidikan sesuai
nyata antara keduanya dalam hal dengan tahapan perkembangan umur dan
penerapan pendidikan holistik. perkembangan berpikirnya (Megawangi et
Secara umum tampak bahwa TBA- al. 2000). Dari hasil penelitian ini terlihat
SBB lebih baik dalam penerapan bahwa beberapa peubah karakteristik anak
pendidikan holistik daripada TK yang dan keluarga serta peubah pendidikan
ditunjukkan oleh persentase capaian untuk holistik berpengaruh signifikan kepada
seluruh parameter. Berdasarkan tingkat kualitas anak baik karakter maupun
pencapaian penerapan pendidikan holistik, kecerdasan majemuknya.
persentase terbesar TBA-SBB termasuk Kontribusi model dengan peubah
dalam kategori tinggi (6 parameter) dan yang diteliti terhadap terbentuknya
sedang (5 parameter), dan hanya satu karakter anak adalah sebesar 33% (R2 =
parameter yang masih dalam kategori 0,33). Dari model tersebut terlihat bahwa
kurang yaitu fokus terhadap rasa ingin peningkatan setiap unit pendidikan holistik
tahu. Sebaliknya, pada TK, delapan akan meningkatkan skor karakter 0,34 unit
parameter justru masih dalam kondisi (B=0,34) dengan nilai alpha untuk
kurang dan masing-masing terdapat dua pendidikan holistik <0,05. Sementara asal
parameter yang menunjukkan kondisi sekolah (peubah dummy sekolah) tidak
sedang dan tinggi (Tabel 2). menentukan kualitas karakter anak, namun
selama skor pendidikan holistik pada
sekolah baik maka karakter anak akan
meningkat pula. Namun demikian hasil
penelitian holistik di TBA-SBB lebih
inggi daripada di TK. Dalam pembentukan
kecerdasan majemuk, peubah karakteristik
anak (gender dan umur), karakteristik
keluarga (pendapatan keluarga dan
Secara keseluruhan, data pada pendidikan ibu), serta pendidikan holistik
Tabel 2 menunjukkan bahwa empat dari adalah peubah yang secara signifikan
tujuh TBA-SBB yang diteliti, penerapan mempengaruhi kecerdasan majemuk anak
pendidikan holistiknya berada pada contoh dalam penelitian ini. Kontribusi
kategori sedang dan sisanya adalah model regresi ini terhadap kecerdasan
kategori tinggi. Sebaliknya, enam dari majemuk anak contoh sangat tinggi yaitu
tujuh TK yang diteliti menunjukkan bahwa mencapai 57% (R2 = 0,57). Dalam model
penerapan pendidikan holistiknya masih tersebut, pengaruh pendidikan holistik
dalam kategori kurang. adalah paling dominan serta berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kecerdasan
majemuk anak (p=0,00; B=0,77). Dengan
nilai B=0,77 pada pendidikan holistik,
berarti setiap peningkatan skor pendidikan majemuk anak yang bersekolah di TBA-
holistik 1 poin akan meningkatkan skor SBB.
kecerdasan majemuk 0,77 poin. Namun
demikian dalam hal asal sekolah, tidak KESIMPULAN DAN SARAN
terdapat pengaruh signifikan apakah anak Kesimpulan
berasal dari TK dan TBA-SBB, karena
pengaruh dummy sekolah adalah negatif Karakter anak peserta TBA-SBB
namun tidak signifikan (1=TBA-SBB dan secara signifikan lebih baik dibandingkan
2=TK). anak kelompok tidak bersekolah, demikian
Artinya terdapat faktor lain yang juga dibandingkan dengan anak kelompok
berhubungan negatif dengan kondisi di TK. Dalam kecerdasan majemuknya, anak
TBA-SBB itu sendiri. Hal ini berarti, dari kelompok TBASBB memiliki
selama praktek pendidikan holistik kecerdasan majemuk paling tinggi dan
diterapkan di sekolah tersebut, maka berbeda signifikan dalam semua aspek
seorang anak akan memiliki skor kecerdasan majemuk. Karakter dan
kecerdasan majemuk yang lebih baik. kecerdasan majemuk anak sangat
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dipengaruhi oleh penerapan pendidikan
dilakukan di Kota dan Kabupaten Bogor holistik. Dikontrol dengan peubah sekolah,
oleh Hastuti (2006) pada anak yang berada umur, dan jenis kelamin anak, serta peubah
di tingkat prasekolah dan tingkat SD kelas keluarga, anak yang mengikuti sekolah
1. Hasil ini dengan demikian penunjang yang menerapkan pendidikan holistik akan
konsep DAP yang diterapkan di TBA- memiliki skor karakter dan kecerdasan
SBB. Temuan ini menunjukkan bahwa majemuk yang lebih tinggi.
pendidikan holistik berbasis karakter
bukan hanya meningkatkan kualitas Saran
karakter siswa didik, tetapi juga
kecerdasan majemuknya. Hasil ini sejalan Penerapan pendidikan holistik
dengan pendapat Lickona (2004) yang dari merupakan faktor penting dalam
kajian evaluasinya terhadap pendidikan membentuk karakter dan kecerdasan
karakter di Amerika Serikat ternyata juga majemuk anak. Oleh karenanya, perlu
menunjukkan peningkatan prestasi adanya pengayaan pengetahuan dan
akademik siswanya. ketrampilan dari para guru dan pengelolah
Penerapan pendidikan holistik di pendidikan anak usia prasekolah
TBA-SBB siswa diajarkan untuk berkenaan dengan penyelenggaraan
berpartisipasi aktif dalam proses pendidikan holistik yang baik terutama
pengajaran, diberikan kesempatan untuk dalam upaya untuk meningkatkan
bertanya dan membuktikan, dengan pengakuan akan kompetensi, fokus
suasana kelas menyenangkan, terhadap rasa ingin tahu, penekanan
memperhatikan minat siswa yang unik, evaluasi, penyediaan alat bantu ajar dan
dan keterbukaan komunikasi dengan orang penyusunan tugas akademik.
tua. Disamping itu digunakan kurikulum
berbasis karakter mulai dari kegiatan UCAPAN TERIMA KASIH
awal/pembuka, kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Berdasarkan penerapan Penulis mengucapkan terima kasih
pendidikan holistik berbasis karakter kepada Departemen Ilmu Keluarga dan
tersebut hasil penelitian menunjukkan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia,
adanya dampak yang signifikan dan positif IPB dan Exxon MobilOil Indonesia, Inc.
dari proses pendidikan holistik terhadap Hasil penelitian yang disajikan ini
terbentuknya karakter dan kecerdasan menggunakan sebagian data penelitian
hasil kerja sama kedua institusi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Ilmu Keluarga dan Konsumen
1:34-45.
Hartoyo, Hastuti D, Latifah M, Yuliati LN, Hikmayati, AA. 2006. Hubungan kualitas
Retnaningsih, Alfiasari. 2007. pengasuhan, interpersonal
Studi evaluasi keberhasilan intelligence, dan karakter suka
program Taman Bermain menolong pada anak lulusan
Anak Semai Benih Bangsa di kelompok prasekolah Semai Benih
Kabupaten Aceh Utara, NAD 2007 Bangsa [skripsi]. Bogor: Fakultas
[laporan]. Bogor: Departemen Ilmu Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Keluarga dan Konsumen, FEMA, Lickona T. 2004. Raising Good Raising
IPB. Good Children : From Birth
Hastuti D. 2006. Analisis pengaruh model Through he Teenage Years.
pendidikan prasekolah pada Bantam Books, New York,
pembentukan anak sehat, cerdas Toronto, London, Sydney,
dan berkarakter secara Auckland.
berkelanjutan [disertasi]. Bogor: Megawangi R. 2004. Pendidikan Karakter,
Program Pascasarjana, Institut Solusi yang Tepat untuk
Pertanian Bogor. Membangun Bangsa. Jakarta:
Hastuti D, Alfiasari. 2008. Stimulasi Indonesian Heritage Foundation.
psikososial dan pengaruhnya pada Megawangi R, Latifah M, Dina WF. 2000.
karakter anak yang bersekolah dan Pendidikan Holistik: Aplikasi KBK
tidak bersekolah di Taman Bermain untuk Menciptakan Lifelong
Semai Benih Bangsa, Kabupaten Learners. Jakarta: Indonesia
Aceh Utara, Provinsi NAD. Jurnal Heritage Foundation.
CRITICAL REVIEW JURNAL

DAMPAK PENDIDIKAN HOLISTIK PADA PEMBENTUKAN


KARAKTER DAN KECERDASAN MAJEMUK
ANAK USIA PRASEKOLAH

I. Identitas Jurnal
A. Judul Jurnal
Dampak Pendidikan Holistik Pada Pembentukan
Karakter Dan Kecerdasan Majemuk Anak Usia Prasekolah
B. Nama Jurnal
Jur. Ilm. Kel. dan Kons
C. Nama Penulis
Melly Latifah dan Neti Hernawati
D. Tahun
Januari 2009
E. Volume
Vol. 2, No.1

II. Latar Belakang

Keberhasilan sebuah proses pembangunan sangat ditentukan oleh


kualitas sumber daya manusianya. Pembentukan karakter dengan
demikian haruslah menjadi prioritas dalam pembangunan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia, terutama dalam menghadapi globalisasi
informasi dan persaingan yang makin terbuka dengan negara-negara
tetangga di Asia. Di Kabupaten Aceh Utara, Propinsi NAD, hingga tahun
2006 telah didirikan sekitar 113 TBA-SBB yang menerapkan kurikulum
pendidikan holistik berbasis karakter. TBA-SBB merupakan pendidikan
nonformal anak usia prasekolah yang dikembangkan oleh the Indonesia
Heritage Foundation sejak tahun 2001.
Penelitian ini sendiri bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis
perbedaan karakter anak peserta TBA-SBB dan bukan peserta TBA-SBB
(siswa TK formal dan anak usia prasekolah yang tidak bersekolah),
perbedaan kecerdasan majemuk anak peserta TBA-SBB dan bukan
peserta TBA-SBB, perbedaan penerapan (praktek) pendidikan holistik
sesuai dengan konsep Developmentally Appropriate Practices (DAP)
pada TBA-SBB dan bukan TBASBB (TK formal), menganalisis dampak
pendidikan holistik yang diterapkan di TBA-SBB terhadap kecerdasan
majemuk anak dan mengidentifikasi manfaat yang dirasakan oleh orang
tua, guru, dan masyarakat terhadap terselenggaranya pendidikan holistik
berbasis karakter di TBA-SBB dan bukan TBA-SBB.
Sudah saatnya bagi bangsa Indonesia untuk menempatkan pendidikan
karakter dalam kurikulum pendidikan sejak usia prasekolah guna
membentuk kualitas SDM yang lebih baik. Diharapkan pada dekade
mendatang akan mampu bersaing dengan bangsa lain dalam membentuk
masyarakat yang makmur dan sejahtera.

III. Metode Penelitian


 Metode Cross Sectional Study
Penelitian ini dilakukan pada anak usia prasekolah (5-7 tahun), baik
yang bersekolah di TBA-SBB dan TK, maupun yang tidak bersekolah di
TBA-SBB/TK di 21 kecamatan di Kabupaten Aceh Utara, NAD dan
dilaksanakan di 5 (lima) kecamatan terpilih, yaitu Nisam, Syamtalira
Aron, Baktiya, dan Baktiya Barat. Total anak contoh dan keluarga contoh
yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 208.
IV. Hasil Penelitian
1. Karakter anak
Dari hasil penelitian terlihat bahwa karakter cinta Tuhan dan
ciptaan-Nya dari ana TBA-SBB dan Tk berbeda signifikan dengan ana
kelompok anak tidak bersekolah. Perbedaan cukup besar terdapat pada
kemampuan anak yang telah bersekolah (baik TBA-SBB maupun TK)
untuk mengerti doa dan menjalankan ibadah sesuai dengan tuntunan
agama. Dalam pilar karakter dermawan, suka menolong dan gotong
royong, anak dari kelompok TBA-SBB memiliki skor paling tinggi dari
dua kelompok lainnya, dan anak kelompok tidak bersekolah memiliki
skor paling rendah. Perbedaan antar ketiga kelompok dalam perilaku
dermawan dan suka menolong signifikan secara statistik, sekaligus
menunjukkan pengaruh keberadaan sekolah pada karakter anak tersebut.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa karakter kepercayaan diri anak TBA-
SBB jauh lebih tinggi dibandingkan ana TK sekalipun. Perbedaan ini
menunjukkan adanya pengaruh eksternal dan internal seperti karakteristik
keluarga dan sekolah dimana keduanya berada.
2. Kecerdasan majemuk anak

Pada kelompok TBA-SBB dan TK, anak-anak menerima stimulasi


belajar, akademik, bahasa, motorik, dan musik melalui kurikulum
pendidikan di sekolah dan interaksi antar siswa di sekolah. Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa pendidikan melalui TK dan TBA-SBB
membuat anak pada kedua kelompok lebih tinggi dalam keterampilan
motoriknya.
Dilihat dari keterampilan berbahasa anak kelompok TBA-SBB lebih
mampu untuk mengenal huruf, menyusun kalimat, dan mengenal makna
kata pada anak TBA-SBB lebih baik dibandingkan anak TK terlebih
dibandingkan anak tidak bersekolah.
Dilihat dari kecerdasan visual spasial terlihat bahwa secara umum
kemampuan visual spasial anak kelompok SBB lebih baik daripada
kelompok lainnya. Kecerdasan intrapersonal anak kelompok SBB lebih
tinggi dibandingkan kelompok TK dan anak tidak bersekolah.
Kecerdasan musik juga sering dihubungkan dengan rasa indah,
estetika, dan ekspresi emosi diri. Dari hasil penelitian terlihat bahwa
kecerdasan musik anak kelompok SBB jauh lebih baik daripada anak dari
dua kelompok lainnya .
Dilihat dari skor kecerdasan majemuk secara total terlihat bahwa anak
dari kelompok TBA-SBB memiliki skor paling tinggi dibandingkan anak
kelompok TK maupun anak tidak bersekolah.

3. Proses Pendidikan Holistik di TBA-SBB dan TK


Kaidah pembelajaran aktif dan menyenangkan belum diterapkan di
TK yang diamati. Sementara pada TBA-SBB, seluruhnya sudah
menerapkan sistem sentra namun terdapat variasi dalam jumlah sentra
yang diberikan setiap harinya. Hal ini disesuaikan dengan ketersediaan
sarana dan prasarana yang ada. Pembelajaran yang menyenangkan dan
menghargai keragaman sifat dan minat telah diterapkan hampir pada
semua TBA-SBB. Hal ini juga dibuktikan dari hasil uji statistik yang
menunjukkan perbedaan nyata antara keduanya dalam hal penerapan
pendidikan holistik. Secara keseluruhan, data pada hasil penelitian
menunjukkan bahwa empat dari tujuh TBA-SBB yang diteliti, penerapan
pendidikan holistiknya berada pada kategori sedang dan sisanya adalah
kategori tinggi. Sebaliknya, enam dari tujuh TK yang diteliti
menunjukkan bahwa penerapan pendidikan holistiknya masih dalam
kategori kurang.

4. Dampak Pendidikan Holistik pada Pembentukan Karakter


dan Kecerdasan Majemuk Anak
selama praktek pendidikan holistik diterapkan di sekolah tersebut,
anak akan memiliki skor kecerdasan majemuk yang lebih baik ini
menunjukkan bahwa pendidikan holistik berbasis karakter bukan hanya
meningkatkan kualitas karakter siswa didik, tetapi juga kecerdasan
majemuknya. Berdasarkan penerapan pendidikan holistik berbasis
karakter tersebut hasil penelitian menunjukkan adanya dampak yang
signifikan dan positif dari proses pendidikan holistik terhadap
terbentuknya karakter dan kecerdasan majemuk anak yang bersekolah di
TBA-SBB.

V. Kesimpulan
Setiap anak memiliki karakternya tersendiri tetapi dari hasil
penelitian diatas menunjukkan bahwa karakter anak peserta TBA-SBB
lebih baik dibandingkan anak kelompok tidak bersekolah dan anak
kelompok TK. Begitu juga dalam kecerdasan majemuknya, anak dari
kelompok TBA-SBB memiliki kecerdasan majemuk paling tinggi.
Karakter dan kecerdasan majemuk anak sangat dipengaruhi oleh
penerapan pendidikan holistik anak yang mengikuti sekolah yang
menerapkan pendidikan holistik akan memiliki skor karakter dan
kecerdasan majemuk yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai