Oleh:
Universitas Jember
2018
PENDAHULUAN
Akuntansi adalah pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran peristiwa-
peristiwa ekonomi dengan cara yang logis dan bertujuan menyediakan informasi
keuangan untuk mengambil suatu keputusan. Di dalam sektor publik, pengambilan
keputusan terkait dengan keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Pada dasarnya
akuntansi baik pada sektor swasta maupun pada sektor publik, dibagi menjadi dua bagian,
yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan dapat
didefinisikan sebagai suatu prinsip, metode, dan teknik pencatatan dan pengorganisasian
data keuangan atas operasi atau kegiatan suatu entitas untuk menghasilkan dan
memberikan informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang
rasional.
Sistem akuntansi yang dirancang dan dijalankan secara baik akan menjamin
dilakukannya prinsip stewardship dan accountability dengan baik pula. Pemerintah atau
unit kerja pemerintah perlu memiliki sistem akuntansi yang tidak saja berfungsi sebagai
alat pengendalian transaksi keuangan, akan tetapi sistem akuntansi tersebut hendaknya
mendukung pencapaian tujuan organisasi.
PEMBAHASAN
2.1 Teori Akuntansi Sektor Publik
Suatu teori perlu didukung dari berbagai riset yang didalamnya terdapat hipotesa
-hipotesa yang di uji kebenaranya. Teori memiliki 3 karakteristik, yaitu:
a. Kemampuan untuk menerangkan atau menjelaskan fenomena yang ada (the ability to
explain).
b. Kemampuan untuk memprediksi (the ability to predict).
c. Kemampuan mengendalikan fenomena (the ability to control given phenomena).
Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan dapat di
andalkan terdapat beberapa kendala yang dihadapi akuntansi sektor publik. Hambatan
tersebut adalah :
1. Obyektivitas
Obyektivitas merupakan kendala utama dalam menghasilkan laporan keuangan
yang relevan. Sering kali terjadi masalah obyektivitas laporan kinerja disebabkan oleh
adanya benturan kepentingan antara kepentingan manajemen dengan kepentingan
stakeholder. Masalah obyektifitas juga dapat dijelaskan melalui teori kontrak, menajemen
menggunakan variable artivisial misalnya dengan pemilihan teknik akuntansi yang bisa
menujukkan kinerja yang lebih baik dan menggunakan variabel rill (transaksional) yang
dilakukan dengan cara melakukan manipulasi transaksi. Oleh karena itu, teknik akuntansi
yang di gunakan manajemen harus memiliki derajat obyektivitas yang dapat diterima
semua pihak yang menjadi stakeholder.
2. Konsistensi
Konsistensi mengacu pada penggunaaan metode atau teknik akuntansi yang sama
untuk menghasilkan laporan keuangan organisasi selama beberapa periode waktu secara
berturut – turut. Tujuannya adalah agar laporan keuangan dapat di bandingkan kinerjanya
dari tahun ketahun. Konsistensi penerapan metode akuntansi merupakan hal yang sangat
penting karena organisasi memiliki orientasi jangka panjang (going concern), sedangkan
laporan keuangan hanya melaporkan kinerja selama satu periode. Dan agar tidak terjadi
keterputusan proses evaluasi kinerja organisasi oleh pihak ekternal, maka organisasi perlu
konsisten dalam menerapkan metode akuntansinya.
3. Daya banding
Laporan keuangan sektor publik hendaknya dapat diperbandingkan antar periode
waktu dan dengan instansi lain yang sejenis. Dengan demikian, daya banding berarti
bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membandingkan kinerja organisasi
dengan organisasi lain yang sejenis. Kendala daya banding terkait dengan obyektivitas
arena semakin obyektif suatu laporan keuangan maka akan semakin tinggi daya
bandingnya, karena dengan dasar yang sama akan dapat dihasilkan laporan yang
berbeda. Adanya alternative penggunaan akuntansi juga dapat menyulitkan tercapainya
daya banding.
4. Tepat waktu
Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu agar dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta untuk menghindari tertundanya
keputusan tersebut. Permasalahnya adalah semakin banyak kebutuhan informasi maka
semakin banyak pula waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan informasi tersebut.
6. Materialitas
Suatu informasi di anggap material apabila mempengaruhi keputusan atau jika
informasi tersebut dihilangkan akan menghasilkan keputusan yang berbeda. Penentuan
materialitas memang bersifat pertimbangan subjektif, namun pertimbangan tersebut tidak
dapat dilakukan menurut selera pribadi. Pertimbangan yang digunakan merupakan
professional–judgement yang berdasarkan pada teknik tertentu.
2.2 Perlunya Sistem Akuntansi Sektor Publik
Masisi (1978) dalam Giynn (1993) menjelaskan aturan dasar sistem akuntansi
keuangan sebagai berikut:
5. Akuntansi Akrual
Akuntansi akrual dianggap lebih baik daripada akuntansi kas. Teknik akuntansi
berbasis akrual dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih
akrual, komprehensif dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan
politik. Basis akrual diterapkan berbeda antara proprietary fund (fund
accrual) dengan governmental fund (modified accrual) karena biaya (expense) diukur
dalam proprietary fund, sedangkan expenditure fokus padageneral funds. Expense adalah
jumlah sumber daya yang dikonsumsi selama periode akuntansi. Expenditure adalah
jumlah kas yang dikeluarkan atau akan dikeluarkan selama periode akuntansi.
Pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sektor publik adalah untuk
menentukan cost of service and charging for service, yaitu untuk mengetahui besarnya
biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan publik serta penentuan harga
pelayanan yang dibebankan kepada publik.
Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan dapat
diandalkan, terdapat beberapa kendala yang dihadapi akuntansi sektor publik. Hambatan
tersebut adalah: objektivitas, konsistensi, daya banding, tepat waktu, ekonomis dalam
penyajian laporan, dan materialitas. Terdapat beberapa teknik akuntansi pada organisasi
sektor publik, yaitu:
Terdapat dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor publik, yaitu:
REFERENSI
Mahmudi. 2016. Akuntansi Sektor Publik, Edisi Revisi.Yogyakarta: UII Press