Kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja merupakan risiko yang dihadapi oleh tenaga kerja
yang melakukan pekerjaan. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilannya
yang diakibatkan oleh kematian atau cacad karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka
perlu adanya Jaminan Kecelakaan Kerja.
Mengingat gangguan mental akibat kecelakaan kerja sifatnya sangat relative sehingga sulit ditetapkan
derajat cacadnya maka jaminan atau santunan hanya diberikan dalam hal terjadi cacad mental tetap
yang mengakibatkan tenaga kerja yang bersangkutan tidak bida bekerja lagi.
2. Jaminan Kematian :
Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan mengakibatkan terputusnya
penghasilan, dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga yang ditinggalkan.
Oleh karena itu, diperlukan Jaminan Kematian dalam upaya meringankan beban keluarga baik dalam
bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang.
Hari tua dapat mengakibatkan terputusnya upah karena tidak lagi mampu bekerja. Akibat terputusnya
upah tersebut dapat menimbulkan kerisauan bagi tenaga kerja dan mempengaruhi ketenangan kerja
sewaktu mereka masih bekerja, terutama bagi mereka yang penghasilannya rendah. Jaminan Hari Tua
memberikan kepastian penerimaan penghasilan yangdibayarkan sekaligus dan atau berkala pada saat
tenaga kerja mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun atau memenuhi persyaratan tertentu.
Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga dapat
melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan di bidang penyembuhan
(kuratif). Oleh karena, upaya penyembuhan memerlukan dana yang tidak yang tidak sedikit dan
memberatkan jika dibebankan kepada perorangan, maka sudah selayaknya diupayakan
penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program jaminan sosial tenaga kerja disamping itu
pengusaha tetap berkewajiban mengadakan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja yang meliputi
upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan
(rehabilitatif). Dengan demikian diharapkan tercapainya derajat kesehatan tenaga kerja yang optimal
sebagai potensi yang produktif bagi pembangunan. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan selain untuk
tenaga kerja yang bersangkutan juga untuk keluarganya.
Sementara BPJS Kesehatan mempunyai sistem yang berbeda. Layanan kesehatan yang diberikan
terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Faskes I): tempat pelayanan kesehatan pertama yang didatangi
pasien BPJS yang ingin berobat, seperti puskesmas, klinik, atau dokter umum. Disebut juga Faskes
Primer.
Fasilitas Kesehatan Tingkat Kedua (Faskes II): tempat pelayanan kesehatan lanjutan setelah mendapat
rujukan dari Faskes I yang spesialistis yang dilakukan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis.
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan (FKRTL): tempat pelayanan kesehatan lanjutan terakhir kalau
Faskes II tak sanggup menangani, seperti klinik utama atau yang setara, rumah sakit umum, dan
rumah sakit khusus.
Diberikannya rujukan pada peserta BPJS dari pelayanan kesehatan level rendah ke level yang lebih
tinggi, didasarkan atas:
perujuk tidak dapat menangani pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan, dan/atau sumber
daya.
Mengapa Faskes I?
Faskes I adalah gerbang awal bagi peserta BPJS untuk mendapatkan layanan kesehatan. Pasien BPJS
diwajibkan untuk datang ke Faskes I terlebih dahulu jika mengalami masalah kesehatan dan ingin
mendapatkan penanganan. Apabila setelah dilakukan pengecekan dan dirasa perlu untuk dirujuk,
akan dibuatkan surat rujukan ke dokter spesialis atau rumah sakit.
Dalam sistem BPJS, pesertalah yang memilih Faskes I (puskesmas, klinik umum, atau dokter keluarga)
sebagai tempat yang akan memberikan layanan kesehatan pertama kali. Apabila peserta melakukan
pendaftaran secara online, web BPJS akan menampilkan daftar seluruh Faskes I yang bisa dipilih.
Penting untuk diingat, peserta BPJS hanya bisa berobat ke Faskes I yang sudah dipilih sebelumnya.
Nama Faskes I ini akan tercantum di kartu BPJS tiap-tiap peserta. Namun, peserta bisa mengubah
Faskes yang dipilihnya dengan memenuhi sejumlah syarat.
4.Mengapa teman pak tabi tidak di rujuk? ( yang dm, luka robek?)
5. Mengapa dengan BPJS, teman bapak tabi mendapatkan obat DM untuk sebulan?
Jaminan pensiun adalah jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan
yang layak bagi peserta dan/atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta
memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.
Manfaat pensiun adalah sejumlah uang yang dibayarkan setiap bulan kepada peserta yang memasuki
usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau kepada ahli waris bagi peserta yang meninggal dunia.
Peserta BPJS Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran, termasuk pensiunan;
ü Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
ü Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang mendapat hak pensiun;
ü Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun lain yang mendapat hak pensiun.
6. Bagaimana sistem kesehatan nasional meregulasi klinik sehingga mencapai derajat kesehatan
masyarakat?
1. Umur harapan hidup (Life expectations) : Umur harapan hidup diharapkan meningkat pada tahun1980 umur
50 tahun, pada tahun 2000 menjadi sekurang-kurangnya berumur 60 tahun.
2. Angka kematian bayi (infant mortality) dan balita menurun : PADA tahun 1980, angka kematianbayi sekitar 100/1000 kelahiran
hidup, maka diharapkan pada tahun 2000 menjadi setinggi-tingginya45/1000 kelahiran hidup. Angka kematian
balita menurun dari 40/1000 balita saat ini menjadisetinggi-tingginya 15/1000 balita di masa yang akan datang.
3. Tingkat kecerdasan penduduk : Hal ini dapat diukur dengan tingkat pendidikan gologngan wanitadiharapkan
meningkat dengan penurunan angka buta huruf dari sekitar 50 % pada tahun 1977menjadi sekitar 25 % pada
tahun 2000.
4. Bayi lahir : Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan berat badang 2500 gram atau yang kurang yangdewasa ini
adalah sekitar 14 % diharapkan akan turun menjadi setinggi-tingginya 7% pada masa yangakan datang
Terdapat beberapa sistem pembayara dokter yang telah diterapkan di Indonesia, antara lain :
Pada sistem pembayaran ini, dokter akan menerima penghasilan tetap di tiap bulannya sebagai
balas jasa atas layanan kesehatan yang telah diberikan. Termasuk di dalamnya sistem pembayaran
pada penyedia layanan kesehatan yang bekerja di instansi dimana dokter dibayar berdasar gaji
bulanan di instansi tersebut, bukan dari jenis layanan kesehatan yang diberikannya.
4. Sistem reimbursement
Sistem penggantian biaya kesehatan oleh pihak perusahaan berdasar layanan kesehatan yang
dikeluarkan terhadap seorang pasien. Metode ini pada dasarnya mirip dengan fee for service, hanya
saja dana yang dikeluarkan bukan berasal dari pasien, namun dari pihak perusahaan yang
menanggung biaya kesehatan pasien, namun berbeda dengan kapitasi karena metode ini melihat
jumlah kunjungan dan jenis layanan yang diberikan oleh provider
10. Bagaimana upaya Indonesia untuk mencapai Universal Health Coverage pada tahun 2019?
Guna mewujudkan jaminan kesehatan cakupan semesta (universal health coverage) pada tahun 2019,
salah satu langkah strategis yang perlu diambil oleh Pemerintah Daerah (Pemda) adalah melakukan
integrasi Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) ke dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
- Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dikelola BPJS Kesehatan.
Kedua, Dengan INA-CBGs, standar tarif yang digunakan untuk membayar pelayanan di RS yang
melayani pasien peserta JKN-KIS sudah ditentukan oleh pemerintah. Model tarif INA-CBGs sejatinya
merupakan tarif paket berdasarkan diagnosa penyakit yang sudah mencakup semua biaya yang
dihabiskan dalam pengobatan suatu penyakit yang telah dihitung total dari biaya obat, perawatan
maupun operasi, sehingga pelayanan pada pasien pun sesuai standar. Standardisasi tarif diharapkan
dapat meningkatkan mutu dan efisiensi RS dengan merubah cara pandang dan perilaku RS dalam
mengelola dan memberikan pelayanan sehingga mampu mengendalikan RS untuk tidak melakukan
prosedur tindakan yang tidak perlu terhadap pasien. Dengan adanya penambahan tarif ini diharapkan
pelayanan RS pada pasien BPJS Kesehatan semakin meningkat dan semakin banyak RS swasta yang
bergabung menjadi mitra BPJS Kesehatan. Dengan demikian, hal ini akan menjadi sokongan utama
bagi terciptanya jaminan sosial semesta (universal coverage).