Landasan Teori
A. Kajian Teori
1. Kurikulum 2013
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1
ayat 19, disebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Pengembangan kurikulum hendaknya mengacu pada Sisdiknas. Sejak zaman
kemerdekaan, telah terjadi 11 kali perubahan (penyempurnaan) kurikulum di Indonesia.
Berawal dari Kurikulum Tahun 1947, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum
1973, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum SMK 1999,
Kurikulum 2004 (KBK), Kurikulum 2006 (KTSP), dan terakhir Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari KTSP. Tujuan kurikulum 2013 yaitu
untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, afektif, serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia.
Dalam Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 untuk SMA/MA dan
SMK/MAK tentang Rambu-rambu Penyusunan Rencana Pelaksanan Pembelajaran
(RPP) Mengacu pada Standar Proses dengan Menggunakan Pendekatan Scientific dan
Penilaian Autentik, dijelaskan bahwa kerangka atau lay out RPP boleh berbeda-beda
tetapi semua komponen dalam RPP harus tercantum dan disajikan secara sistematis.
Selain itu perlu diperhatikan estetika, efisiensi, kepraktisan dan kebermaknaan isi RPP
2. Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK)
Ujian Nasional Berbasis Komputer yang selanjutnya disebut UNBK adalah ujian
yang menggunakan komputer sebagai media untuk menampilkan soal dan proses
menjawabnya (BSNP, 2017: 8). Pelaksanaan UN tahun 2016/ 2017 menggunakan
mode Ujian Nasional Berbasis Komputer. Perluasan pelaksanaan UNBK dimaksudkan
untuk meningkatkan efisien, mutu, reliabilitas, kredibilitas, dan integritas ujian. Satuan
pendidikan yang ditetapkan sebagai pelaksanaan UNBK tidak melaksanakan UNKP,
kecuali ada peserta UN yang memerlukan pengaturan khusus sebagai diatur pada BAB
XIV (BSNP, 2017 : 34). Penyelenggaraan UNBK pertama kali dilaksanakan pada
tahun 2014 secara online dan terbatas di SMP Indonesia Singapura SMP Indonesia
Kuala Lumpur (SIKL). Hasil penyelenggaraan UNBK pada kedua sekolah tersebut
cukup menggembirakan dan semakin mendorong untuk meningkatkan literasi siswa
terhadap teknologi. Selanjutnya secara bertahap pada tahun 2015 dilaksanakan rintisan
UNBK dengan mengikutsertakan sebanyak 556 sekolah yang terdiri dari 42 SMP/
MTs, 135 SMA/ MA, dan 379 SMK di 29 provinsi dan Luar Negeri. Pada tahun 2016
dilaksanakan UNBK dengan mengikutsertakan sebanyak 4328 sekolah yang terdiri
dari 984 SMP/ MTs, 1298 SMA/ MA, dan 2100 SMK. Penyelenggaraan UNBK saat
ini menggunakan sistem semi online yaitu soal dikirim dari server pusat secara online
melalui jaringan (singkronisasi) ke server lokal (sekolah), kemudian ujian siswa
dilayani oleh server lokal (sekolah) secara offline. Selanjutnya hasil ujian dikirim
kembali dari server lokal (sekolah) ke server pusat secara online (upload)
(Kemendikbud, 2017 : https://ubk.kemdikbud.go.id/).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau dikenal dengan istilah Higher Order
Thinking Skills (HOTS) pada Taksonomi Bloom, merupakan dimensi proses kognitif
dari tingkat rendah ke tinggi. Agar lebih relevan digunakan dalam dunia pendidikan
abad ke-21. Taksonomi Bloom versi lama berupa kata benda yaitu: pengetahuan,
pemahaman, terapan, analisis, sintesis, evaluasi. Setelah direvisi menjadi kata kerja:
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak
sekadar mengingat, menyatakan kembali, atau merujuk tanpa melakukan pengolahan.
Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan adalah sebagai berikut:
Berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan pada level atas taksonomi kognitif
Bloom, tujuan pembelajaran berdasarkan taksonomi kognitif Bloom melengkapi
peserta didik untuk dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk konteks
baru. Maksudnya adalah penerapan konsep yang oleh peserta didik belum terpikirkan
sebelumnya, ini berarti belum tentu sesuatu yang baru. Berpikir tingkat tinggi berarti
kemampuan peserta didik untuk menghubungkan pembelajaran mereka untuk hal-hal
lain di luar yang pernah dipelajari. Berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan
berpikir menurut taksonomi Bloom, yang meliputi: menganalisis (analyze),
mengevaluasi (evaluate), dan mengkreasi (create). Peringkat kognitif Bloom. Menurut
Moore, dan Stanley, (2010), taksonomi Bloom yang mencakup; menganalisis,
mengevaluasi, dan mengkreasi merupakan level kognitif tingkat tinggi.
Pengembangan soal HOTS memerlukan berbagai kriteria baik dari segi bentuk
soalnya maupun konten materi subjeknya. Teknik penulisan soal-soal HOTS baik yang
berbentuk pilihan ganda atau uraian secara umum sama dengan penulisan soal tingkat
rendah, tetapi ada beberapa ciri yang membedakannya dalam Tabel berikut.