Anda di halaman 1dari 6

5.

1 Metabolisme Karbohidrat
Pencernaan karbohidrat dimulai di mulut, dimana bahan makanan bercampur
dengan ptialin, yaitu enzim yang dihasilkan oleh kelenjar saliva (saliva hewan
ruminansia sama sekali tidak mengandung ptyalin). Ptialin mencerna pati menjadi
maltosa dan dekstrin. Pencernaan tersebut sebagian besar terjadi di mulut dan lambung.
Mucin dalam saliva tidak mencerna pati, tetapi melumasi bahan makanan sehingga
dengan demikian bahan makanan mudah untuk ditelan.

Mikroorganisme dalam rumen merombak selulosa untuk membentuk asam-asam lemak


terbang. Mikroorganisme tersebut mencerna pula pati, gula, lemak, protein dan nitrogen
bukan protein untuk membentuk protein mikrobial dan vitamin B. Tidak ada enzim dari
sekresi lambung ruminansia tersangkut dalam sintesis mikrobial.

Amylase dari pankreas dikeluarkan ke dalam bagian pertama usus halus (duodenum)
yan kemudian terus mencerna pati dan dekstrin menjadi dekstrin sederhana dan maltosa.
Enzim-enzim lain dalam usus halus yang berasal dari getah usus mencerna pula
karbohidrat. Enzim-enzim tersebut adalah :

1
1. sukrase (invertase) yang merombak sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
2. maltase yang merombak maltosa menjadi glukosa
3. laktase yang merombak laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.

Mikroorganisme dalam caecum dan colon mencerna pula selulosa menjadi asam-asam
lemak terbang. Enzim yang dikeluarkan oleh tractus digestivus hewan tidak turut
campur dalam pencernaan selulosa tersebut di atas yang dilakukan oleh mikroorganisme
caecum dan colon.

Pakan ternak ruminansia terdiri atas hijauan dan konsentrat. Konsentrat terdiri atas
hijuan yang banyak mengandung pati. Pakan utama hijauan yang sebagian besar
komponen utamanya adalah serat kasar. Karbohidratnya banyak mengandung selulosa,
hemiselulosa, lignin (bukan KH) tetapi selalu menempel pada karbohidrat.
Pada ternak monogastrik, makanan setelah diintake masuk lambung. Karbohidrat yang
terkandung pada makanan dalam bentuk polisakarida akan diubah menjadi
monosakarida (glukosa) secara enzimatis. Di usus halus akan diserab (melalui villi) dan
diedarkan ke seluruh bagian tubuh melalui peredaran darah dan digunakan sebagai
sumber energi (di darah banyak mengandung glukosa)
Kelebihan glukosa akan disimpan dalam bentuk glikogen di hati (melalui proses
glikogenesis). Jika jumlahnya masih berlebih akan disimpan dalam bentuk asam lemak
(lemak hypoglisemia) dan dimanfaatkan jika sewaktu-waktu kekurangan energi
(pertama-tama yang digunakan adalah glikogen agar tidak terjadi glukogisemia yaitu
kekurangan glukosa darah.
Jika glikogen habis maka yang diambil adalah jaringan lemak (asam lemak diubah
menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis) dalam rangka menjaga sumber
glukosa darah.

2
Gambar 13 . Diagram proses glukoneogenesis.

Jika lemak di hati habis, maka yang dirombak adalah protein jaringan, diubah menjadi
asam amino dan dimanfaatkan menjadi energi. Tidak ada materi alternatif lain setelah
protein jaringan.
Energi dibutuhkan setiap saat, maka injeksi glukosa dapat dikerjakan jika diketahui
kadar glukosa darah menurun ( di bawah normal) atau kondisi kelaparan.
Kandungan lemak seharusnya lebih sedikit jika dibandingkan karbohidrat. Rumput
memiliki kadar lemak 2%, dan karbohidrat mencapai 75%.
Pada ternak ruminansia, setelah karbohidrat diintake saat masuk ke rumen akan
difermentasi oleh mikroba rumen menjadi VFA dan dijadikan sebagai sumber energi.
Dalam kondisi anaerob ATP yang dihasilkan dari VFA digunakan untuk pertumbuhan
mikroba. Populasi bakteri 1011/ml cairan rumen sedangkan populasi protozoa adalah
106/ml cairan rumen. Populasi tersebut harus tetap dijaga untuk mencerna serat kasar
(dalam proses fermentasi). Sebagian besar untuk ternak itu sendiri.
Proporsi VFA (asetat, propionat,butirat) bisa berubah tergantung jenis makanannya.
Pakan yang paling banyak mengandung serat (hijauan) paling banyak menghasilkan
asetat , sedangkan pakan yang banyak mengandung pati (konsentrat) paling banyak
menghasilkan propionat.
Ratio acetat dan propionat merupakan indeks untuk menentukan kualitas pakan. Jika
ratio acetat dibandingkan propionat nilaianya besar maka pakan tersebut banyak
mengandung SK berhubungan dengan produksi ternak.

3
Sapi perah menghasilkan air susu (dilihat dari kadar lemaknya). Jika banyak diberikan
asetat maka kadar lemaknya akan meningkat 73% karena asetat merupakan prekusor
untuk pembentukan lemak susu. Jika ingin kandungan lemak air susu tinggi, maka
konsumsi hijauan harus tinggi pula.
Propionat merupakan prekusor untuk pembentukan protein jaringan. Untuk konsentrat
yang diberikan adalah : pollard (sisa penggilingan gandum) dan bekatul.
Untuk sapi juga diberikan bungkil kelapa sawit (limbah pabrik minyak), bungkil biji
kapuk, premix sebagai sumber mineral. Selain itu dapat ditambahkan ampas tahu, ampas
tempe, ampas bir.
Pada sapi potong kereman, jika mengharapkan lemak karkas yang tinggi, maka perlu
diberikan hijauan.
Proporsi pakan yang baik untuk ternak RMT menghasilkan produksi yang optimal
adalah hijauan : konsentrat = 60 : 40 (dalam BK).
Karbohidrat utama dalam ternak ruminansia yaitu selulosa , hemiselulosa, pati dan
pektin. Karbohidrat tersebut akan diubah menjadi asam lemak terbang (VFA) yaitu asam
asetat, asam propionate, dan asam butirat. Proporsi karbohidrat dan protein yang masuk
ke tubuh ternak ruminansia harus seimbang untuk kelangsungan hidup mikroba rumen.
Karbohidrat yang ditemukan dalam darah adalah glukosa. Konsentrasi glukosa tertentu
dibutuhkan dalam aliran darah untuk aktivitas normal. Kelebihan glukosa akan dsimpan.
Jika terjadi kekurangan energi, simpanan glukosa akan dimanfaatkan untuk mensuplai
kebutuhan tersebut. Pada saat karbohidrat dicerna maka akan diuraikan menjadi glukosa.
Glukosa dismpan dalam bentuk glikogen pada hati selain itu dalam kuantitas besar
ditemukan pada otot. Kelebihan glukosa juga dapat diubah menjadi lemak simpanan.
Ketika energi dibutuhkan, glukosa akan dioksidasi untuk menghasilkan energi, dengan
produk sampingan adalah CO2 dan air. Sejumlah kecil karbohidrat juga ditemukan di
protoplasma.
Setelah mengkonsumsi makanan, karbohidrat kompleks akan diuraikan menjadi glukosa
yang diserab dari saluran pencernaan menuju pembuluh darah kapiler pada vili yang
terdapat pada usus halus yaitu usus halus kemudian menuju pada vena portal yang
menuju hati. Simpanan glukosa di dalam hati disebut glikogen. Glukosa yang tersisa
akan memasuki sistem sirkulasi sistemik (sistem peredaran darah tubuh) dan

4
akan ditranspotasikan ke jaringan. Keberadaannya dalam darah akan mengakibatkan
peningkatan level gula di dalam darah. Glukosa dipindahkan dari darah menuju sel
jaringan untuk dioksidasi sehingga menhasilkan energi atau disimpan sebagai glikogen
di dalam otot atau sebagai lemak pada jaringan lainnya untuk digunakan saat dibutuhkan.
Karena suplai yang kontinyu dari gula dibutuhkan oleh jaringan, maka glukosa secara
kontinyu juga akan dipindahkan dari darah. Jika kadar glukosa dalam darah tidak
dipertahankan pada level yang sesuai, maka kadar gula di dalam darah akan menuruh
hingga mencapai level yang kritis. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, tubuh secara
kontinyu akan memenuhi kebutuhan glukosa tersebut dengan menggunakan simpanan
glukosa dalam bentuk glikogen di dalam hati. Melalui mekanisme tersebut, level glukosa
di dalam darah akan dipertahannkan. Simpanan glukosa di hati akan dipergunakan
kekurangan glukosa dengan jalan mengubah molekul non karbohidrat khususnya protein
dan lemak menjadi glikogen.
Selama aktivitas yang berat, glikogen dalam otot dimanfaatkan untuk menghasilkan
energi, dan dengan ketidak hadiran jumlah oksigen yang memadai, maka asam laktat
akan diproduksi. Jika terlalu banyak asam laktat yang terbentuk melalui proses ini, maka
asam laktat tersebut akan memasuki aliran darah kemudian ditransportasian ke hati
selanjutnya akan dikonversikan kembali menjadi glikogen.

5
Gambar 14. Jalur metabolisme karbohidrat

Anda mungkin juga menyukai