Anda di halaman 1dari 21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR


DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pasar Modal

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.

Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda dan

tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh

pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial Belanda.

Meskipun pasar modal sudah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan

pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan selama

beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia I dan II, perpindahan

kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan

berbagai kondisi yang menyebabkan kegiatan pasar modal tidak dapat berjalan

sebagaimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mulai mengaktifkan kembali pasar modal

pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami

pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan

pemerintah. Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang

Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan

dengan penawaran umum dan perdagangan Efek, Perusahaan publik yang

berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang

11
12

berkaitan dengan Efek. Pasar modal menurut Widoatmojo (2012:15) adalah pasar

abstrak, dimana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu

dana yang keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun.

Sedangkan menurut Husnan (2015:3) Secara formal pasar modal dapat

didefinisikan sebagai pasar untuk instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka

panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal

sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities , maupun perusahaan

swasta.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah pasar

yang digunakan sebagai sarana melakukan penawaran umum dan perdagangan

efek yang diterbitkan oleh perusahaan publik maupun pemerintah serta lembaga

dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Manfaat Pasar Modal Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan,

karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh

return bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Jadi

diharapkan dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi

meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-

perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dan pada akhirnya

memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas.

Manfaat pasar modal dapat dilihat Sudut Pandang Emiten Pasar modal

merupakan sarana untuk mencari tambahan modal untuk menjalankan aktivitas

operasional usahanya. Perusahaan bisa mendapatkan modal dengan biaya lebih

murah dan hal tersebut bisa diperoleh di pasar modal. Hal ini dikarenakan modal
13

pinjaman dalam bentuk obligasi lebih murah dibandingkan kredit jangka panjang

perbankan. Perusahaan lebih memilih meningkatkan modal sendiri daripada

meningkatkan modal pinjaman. Jadi, pasar modal dapat dijadikan sebagai sarana

untuk memperbaiki struktur modal perusahaan. Perusahaan yang masuk ke pasar

modal cenderung lebih dikenal karena setiap hari nama mereka akan muncul di

berita televisi, radio, dan surat kabar. Perusahaan yang sudah dikenal akan dengan

mudah menjalankan bisnisnya dengan perusahaan domestik maupun perusahaan

asing.

2.1.2 Manajemen Laba

Setiawati dan Saputro (2004) dalam Ifonie (2012) menyatakan bahwa

manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses penyusunan

laporan keuangan eksternal guna mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan

untuk menguntungkan dirinya sendiri (atau perusahaannya sendiri). Sedangkan

menurut Schipper (1989) dalam Saiful (2014) mendefinisikan manajemen laba

sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan

keuangan eksternal dengan sengaja memperoleh beberapa keuntungan

pribadi.Copeland (1968) dalam Utami (2015) mendefinisikan manajemen laba

sebagai some ability to increase or decrease reported net income at will, ini

berarti kemampuan manajemen untuk memaksimalkan atau meminimkan laba

sesuai keinginan manajemen.

Menurut Scott (2006:374) dalam Rahman, Nadirsyah dan Yahya (2012)

ada dua segi untuk memahami manajemen laba: Pertama, melihatnya sebagai

perilaku oportunistik (opportunistic earnings) untuk memaksimumkan


14

utilitaskontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs. Kedua, memandang

manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings

Management), dimana manajemen laba memberikan manajer fleksibilitas untuk

melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian

yang tak terduga.

Utami (2015) menjelaskan bahwa pengukuran atas akrual adalah hal yang

sangat penting untuk diperhatikan dalam mendeteksi ada tidaknya manajamen

laba. Total akrual adalah selisih antara laba dan arus kas yang berasal dari

aktivitas operasi. Total akrual dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

Pertama, bagian akrual yang memang sewajarnya ada dalam proses penyusunan

laporan keuangan, disebut normal accruals atau non discretionary accruals.

Kedua, bagian akrual yang merupakan manipulasi data akuntansi yang disebut

dengan abnormal accruals atau discretionary accruals.

Ada tiga hipotesis dalam teori akuntansi positif yang dipergunakan untuk

menguji perilaku etis dalam mencatat transaksi dan menyusun laporan keuangan

yaitu: (Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Aryani, 2014)

a. The Bonus Plan Hypothesis

Bonus plan hypothesis menyatakan bahwa “managers of firms with bonus

plans are more likely to use accounting methods that increase current

period reported income”. Hipotesis ini menyatakan bahwa rencana bonus

atau kompensasi manajerial akan membuat manajer cenderung memilih

dan menggunakan metode-metode akuntansi yang akan membuat laba

yang dilaporkan menjadi lebih tinggi. Pada perusahaan yang memiliki


15

rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metode

akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini

sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih

menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini.

b. The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis)

Debt to equity hypothesis yang menyatakan bahwa “the larger the firms

debt to equity ratio, the more likely managers use accounting methods that

increase income”. Dalam konteks perjanjian hutang manajer akan

mengelola dan mengatur labanya agar kewajiban hutangnya yang

seharusnya diselesaikan pada tahun tertentu dapat ditunda untuk tahun

berikutnya. Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi,

manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang

dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan rasio debt

to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana

tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar

perjanjian utang.

c. The Political Cost Hypothesis

Political cost hypothesis yang menyatakan bahwa “larger firms rather

than small firms are more likely to use accounting choices that reduce

reported profits”. Hipotesis ini menyatakan pada perusahaan besar yang

memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih metode

akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang

ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang


16

dilaporkan. Biaya politik muncul dikarenakan profitabilitas perusahaan

yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen.

Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui Positive Accounting

Theory (PAT) dan Agency Theory. Agency theory memiliki asumsi bahwa

masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan diri sendiri

sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pemegang

saham sebagai pihak principal mengadakan kontrak untuk memaksimumkan

kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Manajer

sebagai agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi

dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun

kontrak kompensasi (Helen, Meiden dan Tobing, 2015)

Menurut Rankin et al. (2012) ada 2 motivasi utama yang mendorong

manajer untuk melakukan manajemen laba. Motivasi pertama adalah untuk

menguntungkan perusahaan, yaitu untuk memenuhi ekpektasi investor dan analis;

memaksimalkan harga saham dan nilai perusahaan; menyampaikan informasi

privat secara akurat; serta untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang.

Motivasi kedua adalah untuk memaksimalkan kompensasi yang diterima oleh

manajer.

2.1.3 Penawaran Umum Perdana atau Initial Public Offering (IPO)

Pengertian Initial Public Offering (IPO) merupakan penawaran saham

pertama kali yang dilakukan oleh perusahaan yang go public. Go public artinya

perusahaan telah memutuskan untuk menjual sahamnya kepada publik dan siap

untuk dinilai oleh public secara terbuka. Go public atau penawaran umum
17

merupakan kegiatan yang dilakukan emiten untuk menjual sekuritas kepada

masyarakat, berdasarkan tata cara yang diatur undang-undang dan

peraturannpelaksanaannya. Saat pertama kali perusahaan go public sering disebut

dengan Initial Public Offering (IPO) Fahmi (2013). Langkah pertama yang

dilakukan sebelum go public adalah perusahaan mencari pihak yang akan

memberikan pelayanan dalam penjualan sahamnya (underwriter). Underwriter

berusaha untuk menjual saham perusahaan yang ditawarkan perdana pada saat

harga yang terbaik (Hartono: 2013).

Menurut Hartono (2013), perusahaan yang belum go public, awalnya

saham-saham perusahaan tersebut dimiliki oleh manajer-manajernya, sebagian

lagi oleh pegawai-pegawai kunci dan hanya sejumlah kecil yang dimiliki oleh

para investor. Salah satu alasan mengapa perusahaan melakukan go public karena

sebagaimana biasanya jika perusahaan berkembang, kebutuhan modal tambahan

sangat dirasakan, sehingga perusahaan tersebut melakukan penghimpunan dana

dari masyarakat melalui penerbitan saham.

Salah satu yang ditetapkan Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM)

dalam hal ini merupakan lembaga tertinggi di pasar modal yang melakukan

pengawasan dan pembinaan atas pasar modal, mewajibkan kepada setiap

perusahaan yang akan melakukan penawaran saham perdana di pasar modal untuk

menerbitkan prospektus. Pada saat perusahaan melakukan IPO, tidak ada harga

pasar saham sampai dimulainya penjualan saham di pasar sekunder. Pada saat

tersebut umumnya investor memiliki informasi terbatas yang diungkapkan dalam

prospektus.
18

Dari segi perusahaan, dana yang masuk dari masyarakat ke perusahaan

akan memperkuat posisi permodalan, khususnya hutang berbanding modal. Dana

dapat digunakan untuk ekspansi diversifikasi produk, atau mengurangi hutang.

Jadi, dengan menjual saham baru kepada masyarakat akan meningkatkan

kemampuan perusahaan.

Go public memungkinkan masyarakat maupun manajemen mengetahui

nilai perusahaan, yaitu di cerminkan pada kekuatan tawar menawar saham.

Apabila perusahaan diperkirakan sebagai perusahaan yang mempunyai prospek

pada masa yang akan datang, nilai saham menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila

perusahaan dinilai kurang mempunyai prospek maka harga saham menjadi

rendah.

Perusahaan yang beroperasi sebagai perusahaan public pada dasarnya

harus siap dengan berbagai konsekuensi dan permasalahannya, yaitu memenuhi

ketentuan yang berlaku dalam undang-undang beserta aturan pelaksanaan yang

mengikutinya. Sebagai perusahaan publikpara pemilik lama ataupun para pendiri

harus menerima keterlibatan pihak-pihak lain, bahkan para pesaing sekalipun.

Perusahaan-perusahaan yang hendak melakukan penawaran umum perlu

mempertimbangkan beberapa faktoruntung atau rugi dari penawaran umum.

Menurut Hartono (2013), keuntungan dari penawaran umum diantaranya

adalah sebagai berikut :

1. Kemudahan meningkatkan modal dimasa mendatang

Untuk perusahaan yang tertutup, calon investor biasanya enggan untuk

menanamkan modalnya disebabkan kurangnya keterbukaan informasi


19

keuangan antara pemilik dan investor. Sedangkan untuk perusahaan yang

sudah go public, informasi keuangan harus di laporkan ke publik secara

regular yang kelayakanya sudah diperiksa oleh akuntan publik.

2. Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham.

Untuk perusahaan yang masih tertutup yang belum mempunyai pasar

untuk sahamnya, pemegang saham akan lebih sulit untuk menjual

sahamnya dibandingkan jika perusahaan sudah go public.

3. Nilai pasar perusahaan diketahui.

Untuk alasan-alasan tertentu, nilai pasar perusahaan perlu diketahui.

Misalnya jika perusahaan ingin memberikan intensif dalam bentuk opsi

saham (stock option) kepada manajer-manajernya, maka nilai sebenarnya

dari opsi tersebut perlu diketahui. Jika perusahaan masih tertutup, nilai

dari opsi sulit ditentukan

Disamping keuntungan dari penawaran umum, Hartono (2013) juga menjelaskan

beberapa kerugianya yaitu sebagai berikut ini

1. Biaya laporan yang meningkat.

Untuk perusahaan yang sudah go public, setiap kuartal dan tahunannya

harus menyerahkan laporan-laporan kepada regulator. Laporan-laporan ini

sangat mahal terutama untuk perusahaan yang sangat kecil.

2. Pengungkapan (disclousure).

Beberapa pihak diperusahaan umumnya keberatan dengan ide

pengungkapan. Manajer enggan mengungkapkan semua informasi yang

dimiliki karena dapat digunakan oleh pesaing


20

3. Ketakutan untuk diambil alih.

Manajer perusahaan yang henya memiliki hak veto kecil khawatir jika

perusahaan going public. Manajer perusahaan publik dengan hak veto

yang rendah umumnya diganti dengan manajer yang baru jika perusahaan

diambil alih.

2.1.4 Return Saham

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi, sedangkan saham

adalah tanda bukti kepemilikan dalam suatuperusahaan yang berbentuk Perseroan

Terbatas (PT). Maka Return saham merupakan pembayaran yang diterima karena

hakkepemilikannya. Dengan kata lain, bisa disebut sebagai

keuntunganberinvestasi atau tingkat pengembalian. Setiapinvestasi,baik

jangkapendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utamamendapatkan

keuntungan yang disebut return, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam melakukan investasi, investor yangrasional akan mempertimbangkan dua

hal, yaitu expected return (tingkat pengembalian yang diharapkan) dan risk

(risiko) yang terkandung dalam alternatif investasi yang dilakukan. (Rika

Verawati, 2014:23-24)

Menurut Brigham dan Houston (2016), return saham berbanding positif

dengan risiko,artinya semakin besar risiko yang ditanggung oleh pemegang

saham, maka keuntungan akan semakin besar pula, begitu juga sebaliknya.

Komponen return terdiri dari dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar),

dan Capital Gain (keuntungan selisih harga). Current income merupakan

keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periode seperti


21

pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividen dan sebagainya. Current

income disebut sebagai pendapatan lancar, karena keuntungan yang diterima

biasanya dalam bentuk kas, sehingga dapat diuangkan secara cepat, seperti bunga

atau jasa giro, dan dividen tunai, juga dapat dalam bentuk setara kas seperti bonus

atau dividen saham yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham dan dapat

dikonversikan menjadi uang kas.(Rika Verawati, 2014:24-25)

Komponen kedua dari returnsaham adalahcapital gain, yaitu keuntungan

yangditerima karena adanya selisih antara harga jual dengan harga beli saham

suatu instrumen investasi. Capital gain sangat bergantung dari harga pasar

instrumen investasi, yang berartibahwa instrumen investasi harus diperdagangkan

di pasar saham.

Dengan adanya perdagangan di pasar saham maka akan timbul perubahan

nilai suatu instrumen investasi yang memberikan capitalgain. Adanya capital gain

dapat digunakan untuk menentukan besarnya tingkat kembalian yang diperoleh

melalui return histories yang terjadi pada periode sebelumnya.(Rika Verawati,

2014: 25)

Menurut Jogiyanto (2010: 205) dalam Rika Verawati (2014), return dibagi

menjadi dua macam:

1. Return Realisasi (Realized Return)

Return realisasi merupakan hasil perolehan dari investasi yangtelah terjadi.

Macam ini dianggap sebagai salah satu yang penting dalam pengukur

kinerja dari perusahaan. Return Realisasi juga mempunyai fungsi sebagai

penentuan return ekspetasi.


22

2. Return Ekspetasi (Expected Return)

Return ekspetasi merupakan hasil perolehan dari investasi yang

diharapkan investor untuk diperoleh lagi pada masa mendatang. Dengan

kata lain return ekspetasi ini sifatnya belum terjadi.

Menurut Alwi Z. Iskandar (2003) dalam RikaVerawati (2014), terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi return saham, antara lain:

1. Faktor Internal

a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan,

rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan

produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.

b. Pengumuman pendanaan (financing ennouncements), seperti pengumuman

yang berhubungan dengan ekuitas atau hutang.

c. Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director

announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur manajemen,

dan struktur organisasi.

d. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger,

investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi,

laporan divestasi dan lainnya.

e. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan

ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya.

f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi

baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.


23

g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba

sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, Earnings Per

Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS), Price Earnings Ratio (PER),

Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA), Return On Equity

(ROE), Price to Book Value (PBV), maupun EconomicValue Added

(EVA), dan Market Value Added(MPV) yang nilainya tidak tercantum

dalam laporan keuangan, dan lain-lain.

2. Faktor Eksternal

a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan

deposito, kurs valuta asing, inflasi serta berbagai regulasi dan deregulasi

ekonomi yang dikeluarkanoleh pemerintah.

b. Pengumuman hokum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan

terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan

terhadap manajernya.

c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements) seperti laporan

pertemuan tahunan, insider trading, valume atau harga saham

perdagangan, pembatasan atau penundaan trading.

d. Gejolak politik luar negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor

yang berpengaruh signifikan padaterjadinya pergerakan harga saham di

bursa efek suatu negara.

e. Berbagai isu baik dalam negeri dan luar negeri. Menurut Mohamad

Samsul (2006: 335) terdapat banyak factor yang mempengaruhi return

saham baik yang bersifat makro maupunmikro ekonomi. Faktor makro ada
24

yang bersifat ekonomi maupunnon ekonomi. Untuk faktor makro terinci

dalam beberapa variable ekonomi misalnya inflasi, suku bunga, kurs

valuta asing, tingkat pertumbuhan ekonomi, harga bahan bakar minyak di

pasar internasional, dan indeks saham regional. Faktor makro non-

ekonomi mencakup peristiwa politik domestik, peristiwa sosial, peristiwa

hukum, dan peristiwa politik internasional. Sedangkan,faktor mikro terinci

dalam beberapa variable ekonomi, misalnya laba per lembar saham,

dividen per saham, nilai buku per saham, debt euity ratio, dan rasio

keuangan lainnya. (Rika Verawati, 2014:29)

2.1.5 Ukuran Perusahaan

Menurut Brigham & Houston (2010:4) dalam Verawati (2014) ukuran

perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan yang ditunjukan

atau dinilai oleh total asset, total penjualan, jumlah laba, beban pajak dan lain-

lain.

Menurut Hartono (2013:14) ukuran perusahaan (firm size) adalah sebagai

besar kecilnya perusahaan dapat diukur dengan total aktiva/ besar harta

perusahaan dengan menggunakan perhitungan nilai logaritma total aktiva.

Kemudian ukuran perusahaan menurut Torang (2012:93) adalah Ukuran

organisasi adalah menentukan jumlah anggota yang berhubungan dengan

pemilihan cara pengendalian kegiatan dalam usaha mencapai tujuan”.

Kemudian menurut Consoladi et al. dalam Heni Oktaviani (2014)

mengatakan bahwa ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kinerja sosial


25

perusahaan karena perusahaan yang besar mempunyai pandangan yang lebih jauh,

sehingga lebih berpartisipasi dalam menumbuhkan kinerja sosial perusahaan.

Dari definisi tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa ukuran

perusahaan merupakan nilai besar kecilnya perusahaan yang ditunjukan olehtotal

aset, total penjualan, jumlah laba, sehingga mempengaruhi kinerja sosial

perusahaan dan menyebabkan tercapainya tujuan perusahaan.

Klasifikasi ukuran perushaan menurut UU No. 20 Tahun 2008 dibagi

kedalam 4 (empat) kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan

usaha besar. Pengertian dari usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha

besar menurut UU No. 20 Tahun 2008 Pasal 1 (Satu ) adalah sebagai berikut:

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana

diatur dalam undang-undang ini.

2. Usaha kecil adalah usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menajdi bagian langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah

atau besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud

dalam undang-undang ini.

3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perushaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung


26

dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau

hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

4. Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan

usaha dengan sejumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih

besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik Negara

atau Swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan

ekonomi di Indonesia”.

Kriteria ukuran perushaan yang diatur dalam UU No. 20 Tahun 2008 adalah

sebagai berikut :

Tabel 2.1

Kriteria Ukuran Perusahaan

Kriteria
Ukuran Perusahaan
Assets (tidak termasuk tanah dan Penjualan Tahunan
bangunan tempat usaha)
Usaha Mikro Maksimal 300 juta
Maksimal 50 juta
 Dari 300 juta – 2,5
Usaha Kecil  50 juta- 500 juta M
Usaha Menengah 2,5 M – 50 M
 10 juta- 10 M
Usaha Besar  50 M
 10 M

Menurut Yogiyanto (2007 :282) dalam Verawati (2014) pengukuran

perusahan adalah ukuran aktiva digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan,

ukuran aktiva tersebut diukur sebagai logaritma dari total aktiva. Menurut

Harahap (2013 :23) pengukuran ukuran perusahaan adalah ukuran perusahaan

diukur dengan logaritma natural (Ln) dari rata-rata total aktiva (total asset)
27

perusahaan. Penggunaan total aktiva berdasarkan pertimbangan bahwa total aktiva

mencerminkan ukuran perusahaan dan diduga mempengaruhi ketepatan waktu.

Menurut I Gusti Ngurah Gede Rudangga dan Gede Merta Sudiarta (2016 )

mengatakan bahwa ukuran perusahaan dapat dinyatakan dengan total asset yang

dimiliki oleh perusahaan. Dalam ukuran perusahaan terdapat tiga variabel yang

dapat menentukan ukuran perusahaan yaitu total asset, penjualan, dan kapitalisasi

pasar. Karena variabel itu dapat menentukan besarnya suatu perusahaan.

Menurut Taliyang (2011) dalam Lina (2013) Ukuran perusahaan diukur

dengan menggunakan logaritma natural total asset. Skala pengukurannya adalah

skala rasio.

Pengukuran variable ukuran perusahaan adalah sebagai berikut :

Ukuran Perusahaan = Ln Total Aktiva

Berdasarkan uraian di atas menunjukan bahwa untuk menentukan ukuran

perusahaan digunakan dengan ukuran aktiva yang diukur sebagai logaritma dari

total aktiva

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2
Daftar Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Media
No Judul Penelitian Hasil Pemelitian
dan Tahun Publikasi
1. Sayari et.al The Impact of Earning International Manajemen laba bepengaruh
(2014) Management on Stock Return Journal.org terhadap pengembalian saham
2. Oduma (2015) Relationship between Earnings International Manajemen laba, ukuran
Management and Stock Journal of perusahaan, dan pasar untuk
Returns, among Companies Nairobi memesan nilai rasio
Listed in Nairobi University mempengaruhi return saham di
Nairobi
3. Sayyd et.al The Effect of Earnings Journal and Manajemen laba yang lebih
(2012) Management on Stock Returns Books tinggi berpengaruh signifikan
Liquidity of Listed Companie Departemen terhadap return saham yang
28

in Tehran Economic of tinggi di perushaan Tehran


Tehran
4. Felicia (2014) Earning Management and International Manajemen laba berpengaruh
Stock Market Return Journal of positif terhadap returns saham di
Business, pasar modal
Economics
and
Management,
Pak
Publishing
Group
5. Cruz Dela et.al Earning Management Choice: Journal of Manajemen laba yang didukung
(2015) An empirical Study on the Accounting ukuran perusahaan berpengaruh
Impact of Earning Departement positif terhadap return saham
Management on Stock Returns Manila
University
6. Nguyet et.al The Relationship between firm International Ukuran perusahaan dan
(2016) size and Earning Management Joural of Chi manajmen laba mempengaruhi
on Stock Return of Service Mint nilai return saham di pasar
Setor in Ho Chimin City modal HoChi Mint
7. Hani (2014) Pengaruh Manajemen Laba Jurnal Imliah Manajemen laba berpengaruh
(Earning Management) Manajemen positif terhadap return saham
terhadap Return saham pada Bisnis dan pada perusahaan Manufaktur
Perusahaan Manufaktur yang Terapan
terdaftar di Bursa Efek tahun XI No
Indonesia 1
8. Wicitra (2016) Pengaruh Manajemen Laba E-Journal Hasil penelitian memberikan
sebelum IPO terhadap return Akuntansi bukti bahwa perusahaan
saham Universitas melakukan manajemen laba satu
Udayana tahun sebelum IPO berpengaruh
positif terhadap return saham
9. Angga (2012) Hubungan Manajemen Laba E-journal Terdapat kecenderungan
Ssebelum IPO terhadap Return Undip Vol 1 manajemen laba yang dilakukan
Saham dengan ukuran perusahaan IPO tidak dapat
Perusahaan sebagai Variabel memprediksi return saham .
Moderasi Ukuran perusahaan memoderasi
hubungan manajemen laba
sebelum IPO terhadap return
saham 7 hari setelah perusahaan
masuk pasar sekunder.
10. Solechan Pengaruh Manajemen Laba E-Journal Terdapat hubungan yang
(2014) terhadap Return Saham Undip signifikan antara manajemen
laba terhadap return saham
29

2.3 Kerangka pemikiran

Menurut Ridwan (2014:25) kerangka berfikir adalah dasar pemikran dari

penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah penelitian.

Kerangka pikir memuat teori-teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan

dasar penelitian. Uaraian dalam kerangka berpikir ini menjelaskan hubungan antar

variabel. Pada penelitian ini yang menadi objek permasalahan adalah pengaruh

manajemen laba sebelum IPO (Initial Public Offerings) terhadap return saham

dengan ukuran perusahaan sebagai variabel moderasi pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI tahun 2012-2016.

Berdasarkan teori-teori yang sudah dijelaskan sebelumnya serta penelitian

terdahulu dan fenomena yang terjadi maka proses penelitian dapat dijabarkan

dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:

Manajemen Laba Return Saham


(X) (Y)

Ukuran Perusahaan
(Z)

Gambar 3.1 Kerangka Pikir

2.4 Hipotesis

Sugiyono mengemukakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah. Dikatakan sementara karena jawaban jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data. Jadi hipotesis masih masih berupa jawaban teoritis belum
30

berupa empiris. Hipotesis dalam penelitian ini merupakan hipotesis statistik yaitu

mengguakan sampel.

2.4.1 Pengaruh Manajemen Laba sebelum IPO terhadap Return Saham

Teori sinyal menjelaskan bahwa manajemen mempunyai informasi akurat

mengenai nilai perusahaan yang tidak diketahui investor lain. Ketika perusahaan

menyampaikan suatu informasi ke pasar maka informasi tersebut akan direspon

oleh pasar sebagai suatu sinyal adanya peristiwa tertentu yang dapat

mempengaruhi nilai perusahaan (Teoh, et.al, 1998) dalam Angga (2012).

Penelitian ini berfokus pada manajemen laba sebelum IPO dengan tujuan untuk

menguji keandalan informasi prospektus dan respon pasar terhadap informasi

yang disajikan dalam prospektus tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

Ha1 : Manajemen Laba sebelum IPO berpengaruh positif terhadap

return saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

pada periode 2012-2016

2.4.2 Pengaruh Manajemen Laba terhadap Return Saham dengan Ukuran

Perusahaan sebagai Variabel Moderasi

Didalam teori akuntasi positif, motivasi praktik manajemen laba

disebabkan karena besar kecilnya ukuran perusahaan yang berkaitan dengan biaya

politis. Semakin besar ukuran perusahaan semakin besar juga kewajiban

perusahaan dalam membayar pajak kepada pemerintah, dan sebaliknya pada

perusahaan berukuran kecil. Oleh sebab itu , kebutuhan manajer untuk melakukan
31

manajemen laba bervariasi tergantung pada ukuran perusahaan tersebut (Sulistyo,

2008) dalam Angga (2012).

Menurut Nuryaman (2013), besar kecilnya ukuran perusahaan mampu

mempengaruhi praktek manajemen laba. Di dalam perusahaan besar, informasi

yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan

investasi dalam saham tersebut akan semakin banyak. Hal ini disebabkan karena

perusahaan yang besar lebih memiliki tanggung jawab yang besar terhadap para

investor maupun pemerintah. Dengan tanggung jawab yang besar tersebut, maka

perusahaan akan cenderung melaporkan informasi laba yang terkesan baik melalui

pelaporan laab aoportunis agar manajer mendapatkan bonus atas hasil kinerjanya.

Dengan adanya motivasi untuk menekan biaya politis yang diproksi

melalui ukuran perusahaan tersebut, maka angka dalam informasi laba yang

dilaporkan dapat menyesatkan para invesstor yang mealkukan keputusan investasi

ketika pelaporan laba perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan utilitas

manajer. Hal tersebut dapat digambarkan dalam pergerakan dari return saham dari

waktu ke waktu terutama dalam jangka tujuh hari setelah perusahaan masuk ke

pasar sekunder.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

Ha2 : Ukuran Perusahaan Memoderasi hubungan antara Manajemen

Laba sebelum IPO terhadap Return saham pada perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2012-2016

Anda mungkin juga menyukai