Anda di halaman 1dari 14

BAB III

DESAIN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang berbentuk

asosiatif. Lokasi penelitian yaitu Bursa Efek Indonesia yang menyediakan data

perushaaan-perusahaan IPO periode 2012-2016. Jenis data dalam penelitian ini

adalah data kuantitatif yaitu nilai-nilai dari total akrual merupakan penelitian

explanatori Badriah (2012) menjelaskan bahwa penelitian explanatori merupakan

penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang akan di

teliti, serta menjelaskan hubungan satu variabel dengan yang lain melalui

pengujian hipotesis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen laba

sebelum IPO terhadap return saham dengan ukuran perusahaan sebagai variabel

moderasi. Terdapat tiga variabel dalam penelitian ini yaitu manajemen laba, return

saham dan ukuran perusahaan.

3.2 Definisi Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada

variabel, dengan tujuan memberikan arti atau menspesifikannya. Dalam penelitian

ini definisi operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut:

3.2.1 Manajemen Laba

Dalam penelitian ini manajemen laba merupakan variabel independen.

Dalam penelitian ini manajemen laba diproksi dengan menggunakan model Jones

yang dimodifikasi, karena pada penelitian Dechow tahun 1995 dalam Setiawati

32
33

dan Saputro (2014) membuktikan bahwa model ini lebih mampu mendeteksi

tingkat manajemen laba dibandingkan model estimasi lain seperti model Jones

(1991), model Healy (1985), model DeAngelo (1986) dan model indistri. Proksi

tersebut digunakanuntuk mengetahui besarnya akrual yang diskresioner (DA),

karena manajemen laba terjadi apabila nilai DA > 0. Adapun pengujian nilai DA

dilakukan dengan pendekatan statistik parametrik, yaitu one sample t-test.

Discretionary Accrual dan Nilai total akrual diestimasi dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

TA it = N I it – CFO it

DA it = TA it – NDA it

TA it / A it-1 = 1 ( 1 / A it-1) + 2 ( REV it / A it-1 -  REC it / A it-1) +  (PPE it /Ait-

1) +  it

DA it = TA it /A it-1 - 1 ( 1 / A it-1) + 2 ( REV it / A it-1 -  REC it / A it-1) + 

(PPE it /Ait-1) +  it

Keterangan

TA = Total accrual

NI = Net Income / Laba bersih

A it-1 = total aktiva perusahaan i tahun t-1

CFO = Arus kas dari kegiatan operasi

DA = Discretionary accrual

 REV = Perubahan pendapatan dari tahun t-1ketahun t (REVt - REV t-1)

 REC = Perubahan nilai bersih dari tahun t-1ketahun t (REC t – REC t-1)

PPE = Nilai kotor aktiva tetap pada tahun t


34

3.2.2 Return Saham

Dalam penelitian ini return saham sebagai variable dependen. Return

saham merupakan indikasi yang diukur dengan menggunakan abnormal return

yang merupakan selisih return yang sesungguhnya terjadi dengan return normal

pada periode 7 hari setelah perusahaan masuk ke pasar sekunder. Return normal

merupakan return ekspektasi, dengan demikian abnormal return merupakan selisih

antara return sesungguhnya dengan return ekspektasi. Pengukuran return saham

menggunakan comulative abnormal return (CAR) yang dihitung dengan

pendekatan Market Adjused Model Hubungan manajemen laba dan return saham

dibuktikan dengan koefisien persamaan sebagai berikut :

CARi = 0 + 1 DAi + ei

CARi : Cumulative Abnormal Return untuk perusahaan i periode pengujian

DAi : Diskresioner Akrual perusahaan i sebelum IPO

Variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan Cumulative Abnormal

Return (CAR) yang dihitung dengan pendekatan Market Adjusted Model (model

pasar disesuaikan). Formula CAR adalah sebagai berikut :

CARit =  ((1+ Rit / 1 + Rmt) -1)

P𝑖𝑡−P𝑖−1 IHSGt−IHSGt−1
Rit = Rmt =
P𝑖t−1 IHSG t−1

Rit = Return sesungguhnya saham i pada hari t

Pit = Harga penutupan (closing price) saham i pada hari t

Pit-1 = Harga penutupan (closing price) saham i pada hari t-1

Rmt = Return pasar

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan pada hari t


35

IHSGt-1= Indeks Harga Saham Gabungan pada hari t-1

3.2.3 Ukuran Perusahaan

Definisi dari ukuran perusahaan menurut Riyanto (2012:313), yaitu:

"Besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai total penjualan,

atau nilai total aktiva”. Menurut Undang-undang No. 9 tahun 1995 tentang ysaha

kecil poin b, menjelaskan bahwa “ perusahaan yang memiliki hasil penjualan

tahunan paling banyak Rp. 1. 000.000.000,- (satu milyar rupiah) digolongkan

kelompok usaha kecil”. Dengan adanya ketentuan ini,maka dapat dinyatakan

bahwa perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan di atas satu milyar

rupiah dapat dikelompokkan ke dalam industry menengah dan besar.

Maka di dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan

mengacu pada pendapat Riyanto dan juga mengacu pada undang-undang No. 9

tahun 1995 di mana ukuran perusahaan diproxy dengan nilai logaritma natural

dari total penjualan. Secara sistematis dapat diformulasikan sebagai berikut:

Firm Size = Ln Total Revenues

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Badriah (2012:202) bahwa populasi adalah kelompok subyek

yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagai suatu populasi

kelompok subyek tersebut harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik bersama yang

membedakannya dari kelompok subyek yang lain. Total populasi data dari

perusahaan yang diteliti adalah 109 perusahaan (data perusahaan-perusahaan di

Bursa Efek Indonesia yang melakukan IPO atau Initial Public Offerings pada

tahun 2012-2016) yang dapat dibuat tabel sebagai berikut:


36

Tabel 4.1 Populasi Penelitian

Tahun IPO (Initicial Public Offering) Jumlah Emiten


Tahun 2012 22
Tahun 2013 30
Tahun 2014 23
Tahun 2015 16
Tahun 2016 15
Total 106
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian (2017)

Populasi diambil berdasarkan data dari website idx.co.id dengan melihat

perusahan-perusahan yang melakukan IPO pada tahun 2012 sampai dengan 2016.

Menurut Badriah (2012:102) sampel adalah sebagian dari populasi, karena ia

merupakan bagian dari populasi tentulah ia memiliki ciri-ciri yang dimiliki

populasinya. Teknik pengambilan sempel dari populasi disebut sampling.

Teknik sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode Purposive

sampling dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan tidak tergolong ke dalam jenis industri jasa keuangan. Hal ini

karena jenis industri keungan sangat rentan terhadap regulasi dan memiliki

perbedaan karakteristik akrual dibandingkan jenis industri lainnya.

2. Perusahaan tidak tergolong ke dalam jenis industri perhotelan, travel dan real

estate. Hal ini karena jenis industri tersebut memiliki karakteristik keuangan

yang berbeda dengan jenis industri perdagangan dan jenis pemanufakturan.

3. Peruahaan memiliki propektus yang berisi laporan keuangan dua tahun

sebelum IPO, tidak termasuk laporan keuangan periode dilakukannya IPO.

4. Data-data mengenai variabel-variabel yang akan diteliti tersedia lengkap dalam

laporan keuangan perusahaan.


37

Berdasarkan data dari Indonesian Capital Market Directory, terdapat 106

perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana (IPO). Perusahaan yang

memenuhi kriteria purposif sampling sebagaimana yang telah ditetapkan adalah

sebanyak 62 perusahaan. Hasil seleksi sampel dengan menggunakan purposive

sampling dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.2 Sempel Penelitian


Keterangan Jumlah emiten
Perusahaan go public selama periode 2012-2016 109
Perusahaan brgerak di bidang perhotelan, travel dan 31
real estate

Perusahaan tidak memiliki prospektus yang berisi 10


laporan keuangan dua tahun sebelum IPO
Perusahaan yang datanya tidak lengkap 16
Perusahaan yang terpilih sebagai sempel 49
Sumber: data diolah (2017)

Data dalam tabel menunjukkan bahwa dari 106 perusahaan yang

melakukan IPO pada periode 2012-2016 hanya terdapat 62 perusahaan yang

memenuhi kriteria purposive sampling yang ditetapkan. Hal ini dikarenkan

perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bidang perhotelan, perusahaan

travel dan real estate 31 perusahaan Perusahaan tidak memiliki prospektus yang

berisi laporan keuangan dua tahun sebelum IPO dan perusahaan yang datanya

tidak lengkap 16 perusahaan, sehingga perusahaan perusahaan tersebut harus

dikeluarkan dari sempel.


38

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

observasi non partisipan yaitu teknik pengumpulan data dengan observasi atau

pengamatan di mana penulis tidak terlihat langsung dan hanya sebagai pengamat

independen (Sugiyono: 2013). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara mengamati, mencatat, serta mempelajari uraian-uraian dari buku-

buku, karya ilmiah berupa skripsi atau tesis, artikel, dan dokumen-dokumen yang

erdapat di Indonesian Capital Market Directory (ICMD), serta mengakses

langsung website BEI: www.idx.co.id, data yang dikumpulkan dalam penelitian

ini laporan keuangan tahunan dan emiten.

3.5 Metode Analisis Data

Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan sofware SPSS

(Statictical Program of Social Science) Versi 21., dengan harapan tidak terjadi

tingkat kesalahan.

Adapun rumusan rancangan analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

3.5.1 Statistika Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan bidang ilmu statistika yang mempelajari

cara-cara pengumpulan, penyusunan, dan penyajian data suatu penelitian. Statistik

deskriptif adalah bagian dari ilmu statistik yang meringkas, menyajikan dan

mendeskripsikan data dalam bentuk yang mudah dibaca sehingga memberikan

informasi tersebut lebih lengkap. Statistik deskriptif hanya berhubungan dengan

hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data


39

atau keadaan atau fenomena, dengan kata lain hanya melihat gambaran secara

umum dari data yang didapatkan. Statistika deskriptif adalah metode-metode yang

berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu data sehingga memberikan

informasi yang berguna (Walpole, 2013). Statistik deskriptif berfungsi untuk

mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data

sampel atau populasi (Badriah, 2012). Data yang disajikan daam statistika

deskriptif biasanya dalam bentuk pemusatan data (Mean, Median, Modus), ukuran

data (Standar Deviasi, varians, table, dan grafik).

Dalam penelitian ini statistika deskriptif yang digunakan berentuk:

Minimum, Maksimum dan Mean. Minimum merupakan angka terendah dari

variabel, Maksimum merupakan angka tertinggi dari variabel, Mean biasa

diterjemahkan rata-rata atau rerata, Mean dilakmbangkan dengan tanda x yang

diberi garis diatasnya atau biasa disebut x bar. Pada mean suatu populasi

dilambangkan dengan µ, sedangkan untuk sampel dilambangkan x

(Kuswanto,2012). Apabila mempunyai variabel X yaitu X1, X2, X3, ....., XN

sebagai hasil pengamatan, maka bisa dihitung rata-rata dari sampel tersebut

dengan rumus sebagai berikut:

X1+X2+X3…..+Xn
x̅ =
n

di sederhanakan menjadi :

∑𝑛
𝑖 =1 X𝑖
x̅ =
𝑛

Keterangan :

x̅ = rata-rata hitung
40

Xi = nilai sampel ke i

n = jumlah sampel

∑ = Nilai x ke i sampel ke n

3.5.2 Statistika Inferensial

Statistik inferensial adalah teknik analisis data yang digunakan untuk

menentukan sejauh mana kesamaan antara hasil yang diperoleh dari suatu sampel

dengan hasil yang akan didapat pada populasi secara keseluruhan. Jadi statistik

inferensial membantu peneliti untuk mencari tahu apakah hasil yang diperoleh

dari suatu sampel dapat digeneralisasi pada populasi. Sejalan dengan pengertian

statistik inferensial menurut Creswell, Muhammad Nisfiannoor (2013:4)

berpendapat bahwa statistik inferensial adalah metode yang berhubungan dengan

analisis data pada sampel untuk digunakan untuk penggeneralisasian pada

populasi. Penggunaan statistic inferensial didasarkan pada peluang (probability)

dan sampel yang dipilih secara acak (random)

3.5.2.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk

menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran

data tersebut berdistribusi normal ataukah tidak. Berdasarkan pengalaman empiris

beberapa pakar statistik, data yang banyaknya lebih dari 30 angka (n > 30), maka

sudah dapat diasumsikan berdistribusi normal. Biasa dikatakan sebagai sampel

besar. Namun untuk memberikan kepastian, data yang dimiliki berdistribusi

normal atau tidak, sebaiknya digunakan uji normalitas. Karena belum tentu data

yang lebih dari 30 bisa dipastikan berdistribusi normal, demikian sebaliknya data
41

yang banyaknya kurang dari 30 belum tentu tidak berdistribusi normal. Uji

normalitas yang dapat digunakan diantaranya: uji grafik, Chi Square, Kolmogorov

Smirnov, Lilliefors dan Shapiro Wilk.

3.5.2.2 Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi klasik adalah analisis yang dilakukan untuk menilai apakah di

dalam sebuah model regresi linear Ordinary Least Square (OLS) terdapat

masalah-masalah asumsi klasik. syarat-syarat yang harus dipenuhi pada model

regresi linear OLS agar model tersebut menjadi valid sebagai alat penduga. Tujuan

pengujian asumsi klasik adalah untuk memberikan kepastian bahwa persamaan

regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan

konsisten. Dalam penelitian ini hanya di uji tiga asumsi klasik yaitu:

1. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan salah satu uji dari uji asumsi klasik yang

merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengidentifikasi suatu model regresi

dapat dikatakan baik atau tidak. Secara konsep, multikolinearitas adalah situasi

dimana terdapat dua variabel yang saling berkorelasi. Adanya hubungan diantara

variabel bebas adalah hal yang tak bisa dihindari dan memang diperlukan agar

regresi yang diperoleh bersifat valid. Namun, hubungan yang bersifat linier harus

dihindari karena akan menimbulkan gagal estimasi (multikolinearitas sempurna)

atau sulit dalam inferensi (multikolinearitas tidak sempurna). Uji Multikolinieritas

dilakukan untuk melihat apakah ada keterkaitan antara hubungan yang sempurna antara

variable-variabel independen. Jika didalam pengujian ternyata didapatkan sebuah

kesimpulan bahwa antara variable independent tersebut saling terikat, maka pengujian

tidak dapat dilakukan kedalam tahapan selanjutnya yang disebabkan oleh tidak dapat
42

ditentukannya koefisien regresi variable tersebut tidak dapat ditentukan dan juga nilai

standard errornya menjadi tak terhingga.Untuk mengetahui hasil uji dari uji

multikolinieritas dapat dilihat dari beberapa cara, yakni dengan melihat nilai

tolerance yaitu pabila nilai tolerancenya sendiri lebih besar dari 0,10 maka dapat

disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas, sedangakan bilan nila tolerancenya

lebih kecil dari 0,10 maka kesimpulan yang didapat adalah terjadi

multikolinieritas dan engan melihat nilai VIF yaitu jika nilai VIF lebih dari 10,

maka kita akan mendapat kesimpulan bahwa data yang kita uji tersebut memiliki

multikolinieritas, sedangkan jika nilai VIF dibawah 10, maka kita akan mendapat

kesimpulan bawa data yang kita uji tidak memiliki kolinieritas. Rumus: VIF=1/1-

R2 .

2. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi adalah sebuah analisis statistik yang dilakukan untuk

mengetahui adakah korelasi variabel yang ada di dalam model prediksi dengan

perubahan waktu. Uji autokorelasi di dalam model regresi linear, harus dilakukan

apabila data merupakan data time series atau runtut waktu. Sebab yang dimaksud

dengan autokorelasi sebenarnya adalah: sebuah nilai pada sampel atau observasi

tertentu sangat dipengaruhi oleh nilai observasi sebelumnya. Uji Durbin watson

adalah uji autokorelasi yang menilai adanya autokorelasi pada residual.

Autokorelasi first order adalah korelasi antara sampel ke-i dengan sampel

ke-i-1 seperti yang sudah dibahas di atas sebelumnya. Uji Durbin watson akan

menghasilkan nilai Durbin Watson (DW) yang nantinya akan dibandingkan

dengan dua (2) nilai Durbin Watson Tabel, yaitu Durbin Upper (DU) dan Durbin
43

Lower DL). Dikatakan tidak terdapat autokorelasi jika nilai DW > DU dan (4-

DW) > DU atau bisa dinotasikan juga sebagai berikut: (4-DW) > DU < DW.

Untuk menentukan autokorelasi negatif atau positif.

3. Uji Heteroskedatisitas

Uji Heteroskedastisitas adalah uji yang menilai apakah ada ketidaksamaan

varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi linear. Uji ini

merupakan salah satu dari uji asumsi klasik yang harus dilakukan pada regresi

linear. Apabila asumsi heteroskedastisitas tidak terpenuhi, maka model regresi

dinyatakan tidak valid sebagai alat peramalan. Salah satu uji heteroskedatisitas

adalah uji Glejser.

3.6 Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah metode pengambilan keputusan yang didasarkan dari

analisis data, baik dari percobaan yang terkontrol, maupun dari observasi (tidak

terkontrol). Dalam statistik sebuah hasil bisa dikatakan signifikan secara statistik

jika kejadian tersebut hampir tidak mungkin disebabkan oleh faktor yang

kebetulan, sesuai dengan batas probabilitas yang sudah ditentukan sebelumnya.

Dalam penelitian ini uji uji hipotesis yang digunakan yaitu: uji R 2, Uji F, dan Uji

Analisis Regresi linier berganda dan Uji-t.

3.6.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2012: 97) koefisien determinasi (R2) merupakan alat

untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol atau satu. Nilai

R2yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan


44

variasi variabel dependen amat terbatas. Dan sebaliknya jika nilai yang mendekati

1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen

3.6.2 Uji F (uji simultan)

Menurut Ghozali (2012: 98) Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan

apakah semua variabel independen atau variabel bebas yang dimasukkan dalam

model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variable dependen

atau variabel terikat. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan

kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. Jika nilai F lebih besar dari 4 maka H0 ditolak pada derajat kepercayaan

5% dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatife, yang menyatakan

bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan

mempengaruhi variabel dependen.

b. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan F menurut tabel. Bila

nilai F hitung lebih besar dari pada nilai F tabel, maka Ho ditolak dan

menerima Ha.

3.6.3 Uji T (Parsial)

Menurut Ghozali (2012: 98) Uji beda t-test digunakan untuk menguji

seberapa jauh pengaruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini

secara individual dalam menerangkan variabel dependen secara parsial. Dasar

pengambilan keputusan digunakan dalam uji t adalah sebagai berikut:


45

1. Jika nilai probabilitas signifikansi > 0,05, maka hipotesis ditolak.

Hipotesis ditolak mempunyai arti bahwa variabel independen tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai probabilitas signifikansi < 0,05, maka hipotesis diterima.

Hipotesis tidak dapat ditolak mempunyai arti bahwa variabel independen

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3.6.4 Analisis Linier Regresi Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah regresi linier untuk menganalisis

besarnya hubungan dan pengaruh variabel independen yang jumlahnya lebih dari

dua (Suharyadi dan Purwanto, 2013:508). Adapun persamaan model regresi

berganda tersebut adalah (Suharyadi dan Purwanto, 2013:210):

Y = a+ b1 X1 + b2 X2 + ...+ b kXk

Pada penelitian ini dapat dibuat rumus sebagai berikut:

CAR = a + b1 Da + B2 SIZE + B3 SIZE + ei

Keterangan:

CAR : Comulative Abnormal Return

Da : Discretionery Accrual ( Manajemen laba 1 tahun sebelum IPO)

SIZE : Ukuran Pererusahaan yang diukur dengan menggunakan Log of assets

ei : Kesalahan residual

Anda mungkin juga menyukai