Anda di halaman 1dari 8

Nama : Rudiyanto

NIM : 140111100215

MAKUL : Hukum pidana internasional

Kelas :A

Dosen : Bapak Tolib Effendi., S.H, M.H.

TUGAS

1. Pengadilan internasional (International Military Tribunal) IMT Nurnberg

Proses Nurnberg adalah suatu rangkaian persidangan kasus-kasus yang berkaitan


dengan para anggota-anggota utama dari kelompok
pemimpin politik,militer dan ekonomi dari Nazi Jerman. Rangkaian persidangan ini
dilakukan di kota Nürnberg, Jerman, dari tahun 1945 sampai 1946, di gedung Pengadilan
Nürnberg (Nuremberg Palace of Justice). Persidangan pertama dan yang paling terkenal
dari rangkaian sidang-sidang yang dilakukan adalah sidang Para Penjahat Perang Utama
sebelum Pengadilan Militer Internasional (Trial of the Major War Criminals Before the
International Military Tribunal (IMT), yang mengadili 24 orang paling
penting Nazi Jerman yang tertangkap. Persidangan tersebut berlangsung dari 20
November 1945 sampai 1 Oktober 1946.

Sebuah dokumen yang dibeberkan pada tanggal 2 Januari 2006 dari Kabinet
Perang Inggris (War Cabinet) di London menunjukkan bahwa pada awal bulan Desember
1942, kabinet telah merundingkan kebijakan mereka untuk hukuman dari para
pemimpin Nazi apabila mereka tertangkap. Perdana Menteri Inggris (Prime Minister of
the United Kingdom) Winston Churchill lalu menganjurkan suatu kebijakan dari eksekusi
musim panas dengan menerapkan Undang-undang Pembatalan Hak Sipil (Act of
Attainder) guna menghindari rintangan hukum, dan hanya ini cara yang bisa dilakukan
guna menghindari tekanan Amerika kelak dalam peperangan. Pada akhir tahun 1943
selama berlangsungnya pertemuan tripartit saat jamuan makan malam (Tripartite Dinner
Meeting) pada Konferensi Teheran, pemimpin Soviet, Joseph Stalin, mengusulkan untuk
mengeksekusi 50.000-100.000 perwira Jerman. Tanpa menyadari bahwa Stalin serius
dalam hal ini, Presiden Amerika Franklin D. Roosevelt bercanda bahwa mungkin 49,000
dapat dilakukan. Churchill mencela ide dari "eksekusi berdarah dingin dari tentara yang
berperang bagi negaranya" . Namun, ia juga menyatakan bahwa para penjahat perang
harus membayar kejahatannya, dan untuk itu sesuai dengan Deklarasi Moskow yang
mana ditulisnya sendiri, mereka harus diadili ditempat dimana kejahatan itu dilakukan.
Churchill sangat bersemangat untuk menentang eksekusi "berdasarkan
kepentingan politik.

Menteri Keuangan Amerika (United States Secretary of the Treasury), Henry


Morgenthau Jr. menyarankan suatu rencana untuk denazifikasi total atas Jerman yang
dikenal dengan nama Rencana Morgenthau (Morgenthau Plan). Churchill dan Roosevelt
keduanya mendukung rencana ini, dan menggunakan otorisasinya pada Konferensi
Quebec pada bulan September 1944. Namun demikian, Uni Soviet mengumumkan
preferensinya untuk suatu proses hukum. Kelak, rinciannya bocor kepada publik dan
menuai protes keras yang meluas. Roosevelt, melihat ketidak setujuan publik yang kuat,
maka iapun membatalkan rencana tersebut, namun tidak meneruskan dukungan bagi
langkah-langkah lain untuk masalah tersebut. Kematian "Rencana Morgenthau"
menimbulkan kebutuhan atas metode alternatif guna memperlakukan pimpinan Nazi.
Rencana untuk "Pengadilan Kriminal Perang Eropa" (Trial of European War Criminals)
dikonsep oleh Sekretaris Perang Henry L. Stimson dan Departemen Perang. Roosevelt
meninggal dunia pada bulan April 1945. Presiden yang baru Harry S. Truman,
memberikan persetujuan tegas guna dilakukannya proses hukum. Setelah serangkaian
negosiasi dilakukan antara Amerika, Inggris, Uni Soviet , dan Perancis, maka proses
pemeriksaan pengadilan tersebut dicoba untuk dilaksanakan. Proses pemeriksaan tersebut
dimulai pada tanggal 20 November 1945, di kota Nuremberg

Di pertemuan pada Konferensi Teheran tahun 1943, Konferensi Yalta


Conference tahun 1945 dan pada Konferensi Potsdam Conference tahun 1945, tiga
kekuatan perang besar yaitu Amerika. Uni Sovyet, Inggris menyetujui bentuk
penghukuman terhadap orang-orang yang bertanggung jawab atas kejahatan perang
semasa Perang Dunia II. Perancis juga juga menyediakan sebuah tempat pengadilan.

Dasar hukum pembentukan pengadilan tersebut adalah berdasarkan Piagam


London, yang dikeluarkan pada tanggal 8 Agustus 1945, yang membatasi kewenangan
pengadilan hanyalah untuk "menghukum para tokoh utama penjahat perang dari negara-
negara Eropa " . sebanyak 200 tersangka kejahatan perang dari jerman diadili di
Nuremberg, dan 1.600 orang lainnya diadili di pengadilan militer biasa. Dasar hukum
atas juridiksi pengadilan ini adalah sebagaimana ditetapkan oleh "instrumen dari
penyerahan atas kekalahan Jerman, dimana kewenangan politik atas Jerman telah
diserahkan kepada Dewan Pengawas Sekutu, yang memiliki kekuasaan penuh atas Jerman
serta berhak mengadili atas pelanggaran Hukum Internasional dan hukum perang . Sebab
kewenangan pengadilan terbatas hanya pada hukum perang maka pengadilan tidak
memiliki jurisdiksi atas kejahatan yang dilakukan sebelum masa pecahnya perang pada
tanggal 1 September 1939.

Pembatasan dari penuntutan dan penghukuman oleh pengadilan internasional atas


personel militer dari negara-negara Eropa ini telah menghasilkan tuntutan yang
disebut victor justice dan tentara Sekutu yang melakukan kejahatan perang tidak dapat
dihukum. Rancangan ini memasukkan isi dari kewajiban traktat internasional dan hukum
kebiasaan perang. Contohnya pada peradilan dari Otto Skorzeny, dimana pembelaannya
mengacu pada Petunjuk Lapangan (Field Manual) yang diterbitkan oleh Departemen
Perang dari Angkatan perang Amerika (War Department of the United States Army),
pada tanggal 1 Oktober 1940, dan Buku Pegangan Tentara Amerika (American Soldiers
Handbook) Apabila anggota tentara melakukan pelanggaran atas aturan militernya maka
ia akan diajukan kepada mahkamah perang . Apabila tentara sekutu yang melakukan
pelanggaran atas aturan liliternya maka mereka dapat dituntut berdasarkan proses
peradilan Nuremberg.

Uni Soviet menginginkan agar peradilan dilaksanakan di Berlin, tetapi


akhirnya Nuremberg yang terpilih sebagai tempat peradilan berdasarkan beberapa alasan
khusus :

 Lokasinya terletak di wilayah Amerika ( wilayah di Jerman yang dikuasai tentara


Sekutu, pada saat ini Jerman terbagi menjadi 4 wilayah.
 Gedung Pengadilan nya luas dan sebahagian besar utuh ( salah satu yang masih utuh
setelah pengeboman ekstensif oleh pasukan sekutu}. Sebuah penjara besar juga
terdapat dalam kompleks pengadilan ini.
 Sebab Nuremberg dahulu ditunjuk sebagai "kota dari Rapat Umum
Partai (Reichsparteitag)", maka akan ada makna simbolik untuk menjadikan tempat
ini sebagai tempat kematian partai Nazi.
Juga disepakati bahwa Perancis akan menjadi anggota tetap dari Pengadilan
Militer Internasional (IMT) dan peradilan pertama ( beberapa telah direncanakan) akan
dilaksanakan di Nuremberg. Sebab terjadinya Perang Dingin maka tidak ada peradilan
berikut setelahnya.

Masing-masing dari keempat negara menyediakan seorang hakim dan seorang cadangan
juga jaksa penuntut, mereka adalah :

 Kolonel Rt Hon Sir Geoffrey Lawrence (dari Inggris; hakim utama dan ketua)
 Sir Norman Birkett (dari Inggris; cadangan)
 Francis Biddle (dari Amerika; hakim utama)
 John Parker (dari Amerika; cadangan)
 Professor Henri Donnedieu de Vabres (dari Perancis; utama)
 Robert Falco (dari Perancis; cadangan)
 Major-General Iona Nikitchenko (dari Uni Soviet; utama)
 Lieutenant-Colonel Alexander Volchkov (dari Uni Soviet; cadangan)

Ketua jaksa penuntut umum adalah Robert H. Jackson dari Amerika, SirHartley
Shawcross dari Inggris, Letnan Jenderal R. A. Rudenko dari Uni Soviet, dan François de
Menthon serta Auguste Champetier de Ribes dari Perancis.

Pendamping Jackson adalah pengacara Telford Taylor dan pendamping


Shawcross adalah Mayor Sir David Maxwell-Fyfe dan Sir John Wheeler-Bennett.
Shawcross juga merekrut seorang barrister muda bernama Anthony Marreco, yang
merupakan anak dari seorang sahabatnya untuk membantu tim Inggris mengatasi beban
kerja yang berat. Robert Falco adalah seorang hakim yang sangat berpengalaman dan
sudah banyak sekali mengadili perkara di pengadilan Perancis.

Pengadilan Militer Internasional dibuka pada tanggal 18 Oktober 1945, yang


bertempat di gedung Pengadilan Tinggi di Berlin. Peradilan sesi pertama dibuyka dan
diketuai oleh Nikitchenko, hakim dari Uni Soviet. Jaksa penuntut umum mengajukan
dakwaan terhadap 24 orang pelaku utama kejahatan perang dan 6 organisasi kriminal
yaitu Pemimpin partai Nazi, Schutzstaffel (SS) dan Sicherheitsdienst (SD),
Gestapo, Sturmabteilung (SA) dan Komandan Tertinggi dari angkatan perang Jerman
(OKW).

Dakwaan tersebut adalah atas kejahatan sebagai berikut :

a. Turut serta dalam suatu perencanaan atau konspirasi untuk melaksanakan kejahatan
terhadap perdamaian (crime against peace)
b. Merencanakan, memprakarsai, dan mengadakan peperangan agresi militer dan
ataupun kejahatan lainnya terhadap perdamaian
c. Kejahatan perang (War crime)
d. Kejahatan kemanusiaan

Melalui persidangan, khususnya antara bulan Januari dan Juli 1946, para
tersangka dan saksi telah diwawancarai oleh psikiater Amerika, Leon Goldensohn.
Catatannya memuat secara terinci tentang sikap, cara bertindak dan kepribadian dari para
tersangka yang selamat. Keputusan hukuman mati dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober
1946 dengan cara digantung di tiang gantungan dengan menggunakan cara yang standar.
Hakim Perancis menyarankan untuk menggunakan regu tembak dari militer bagi para
terhukum yang berasal dari militer, sebagaimana standar yang diberlakukan pada
peradilan militer, tetapi hal ini ditentang oleh Biddle dan hakim dari Uni Soviet. Mereka
mengajukan argumentasi bahwa perwira militer tersebut vtelah melanggar etos militer
mereka dan tidak berharga untuk diperhadapkan kehadapan regu tembak yang hanya
akan menaikkan derajat mereja saja. Para terdakwa yang dijatuhi hukuman penjara
dikirm ke Penjara Spandau (Spandau Prison) pada tahun 1947.

Definisi dari perbuatan yang digolongkan kedalam kejahatan perang diatur


dalam Prinsip Nuremberg (Nuremberg Principles), yautu suatu dokumen yang dibuat
sebagai hasil dari persidangan. Eksperimen medis yang dilakukan oleh para dokter
Jerman tersebut yang dituntut hukuman disebut Peradilan Dokter (Doctors' Trial) yang
dilakukan berdasarkan Nuremberg Code sebagai acuan untuk mengatur persidangan
dikemudian hari yang melibatkan umat manusia

2. Pengadilan intternasional (International Military Tribunal) IMT Tokyo

IMT Tokyo ini serupa dengan IMT Nuremberg yang bersifat sementara, dimulai
tahun 1946 sampai dengan 1948. Dasar hukum dari mahkamah ini yaitu Charter dan
Principle yang dibuat oleh pemenang perang. Selain itu dalam IMT Nuremberg dikenal
adanya command responsibility dan asas retroaktif. Pengadilan Ad Hoc ini telah
membawa penjahat perang ke meja hijau, yang diantaranya dijatuhi pidana mati sebanyak
7 orang, 16 orang divonis penjara seumur hidup, 2 orang penjara, 2 orang dinyatakan
meninggal dunia, dan 1 orang dinyatakan gila. Yurisdiksi materil dari pengadilan Ad Hoc
ini meliputi Crimes Against Peace, Crimes Against Humanity, dan War Crimes.

3. Pengadilan internasional International Criminal Tribunal for the former (ICT)


Yugoslavia

International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia (ICTY) adalah sebuah
badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang didirikan untuk mengadili para penjahat
perang di Yugoslavia. Pengadilan atau tribunal ini berfungsi sebagai sebuah
pengadilan ad-hoc yang merdeka dan terletak di Den Haag,Belanda.

Badan ini didirikan oleh Resolusi 827 dari Dewan Keamanan PBB, yang
diluncurkan pada tanggal 25 Mei 1993. Badan ini memiliki yurisdiksi mengenai beberapa
bentuk kejahatan yang dilakukan di wilayah mantan negara Yugoslavia semenjak 1991:
pelanggaran berat Konvensi Jenewa 1949, pelanggaran undang-undang perang, genosida,
dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Badan ini hanya bisa mengadili orang secara
pribadi dan bukan organisasi atau pemerintahan. Hukuman maksimum
adalah penjara seumur hidup. Beberapa negara telah menanda-tangani perjanjian dengan
PBB mengenai pelaksanaan hukuman ini. Vonis terakhir dijatuhkan pada 15 Maret 2004.
Badan ini memiliki tujuan untuk mengakhiri semua sidang pada akhir 2008 dan semua
kasus banding pada 2010.
ICTY adalah perang pengadilan kejahatan pertama kali yang diciptakan oleh PBB
dan penegakan pertama pengadilan kejahatan internasional sejak Nuremberg dan
pengadilan Tokyo. Ini didirikan oleh Dewan Keamanan sesuai dengan Bab VII Piagam
PBB.tujuan dari pembentukan ini adalah,tanggung jawabnya terhadap kejahatan
kejahatan yang mengerikan seperti pembunuhan, penyiksaan, pemerkosaan, perbudakan,
perusakan harta milik dan kejahatan lainnya yang tercantum dalam Tribunal
statute.dengan membawa pelaku ke pengadilan.ICTY bertujuan untuk mencegah
kejahatan di masa depan dan membuat keadilan untuk para korban korbannya.

Di sini ICTY memberantas masalah masalah kejahatan terutama yang berada di


Yugoslavia,dalam pemberantasan masalah ini ICTY Sejak 2003 telah bekerja sama
dengan peradilan lokal dan pengadilan di bekas Yugoslavia, bekerja dalam kemitraan
sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk melihat keadilan dilayani.

Tidak diragukan lagi, pekerjaan Tribunal telah memiliki dampak besar pada
negara-negara bekas Yugoslavia. Cukup dengan menghapus beberapa penjahat yang
paling senior dan terkenal dan menahan mereka bertanggung jawab Majelis telah mampu
mengangkat noda kekerasan, memberikan kontribusi untuk mengakhiri impunitas dan
membantu membuka jalan untuk rekonsiliasi.

Sudah kita lihat bahwa banyaknya pengaruh ICTY dalam hal pemberantas
kejahatan dan memajukan keadilan untuk orang orang yang terkena sebagai korban.ini
merupakan salah satu tindakan PBB yang bagus untuk menjunjung tinggi bahwa Hak
Asasi Manusia itu adalah penting.dan harus di tegakan agar tidak adanya kekerasaan dan
menghukum bagi yang melanggarnya.
4. Pengadilan internasional (International Criminal Tribuna) ICT Rwanda
Seperti halnya dengan ICTY, mahkamah ini dibentuk berdasarkan DK PBB
melalui resolusi no. 955, 8 November 1994, dibawah wewenang Bab VII Piagam.
Yurisdiksi ICTR ini hanya meliputi peristiwa-peristiwa yang terjadi oada tahun 1994 saja
dimana kelompok mayoritas etnik Hutu melakukan pembantaian terhadap kelompok etnis
minoritas Tutsi yang menelan korban jiwa sekitar 800.000 orang, sehingga dapat
dikatakan bahwa yurisdiksi mahkamah ini adalah internal armed conflict. Sedangkan
yurisdiksi materilnya meliputi Genosida, pelanggaran konvensi Geneva, dan Kejahatan
terhadap kemanusiaan. ICTR dalam melakukan kegiatannya secara pararel dengan sistem
peradilan Rwanda yang menuntut mereka yang melakukan perbuatan genosida dan dalam
melaksanakan tugas-tugasnya mendapatkan dukungan dan kerja sama yang baik dari
negara-negara Afrika lainnya. Pembentukan ICTR dan keberhasilan dalam melaksanakan
tugasnya ini memiliki arti yang penting bagi benua Afrika yang sering dilanda perang
saudara dan kudeta.

Anda mungkin juga menyukai