Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak adalah tingkah laku Wajib Pajak yang melakukan dan

melaporkan informasi yang diperlukan pada waktunya, mengisi secara benar jumlah

pajak terutang dan membayar pajak pada waktunya tanpa tindakan-tindakan pemaksaan

(Kiryanto, 1999). Sedangkan Budiamanto (1999) menjelaskan bahwa kepatuhan

merupakan suatu aspek perilaku manusia (Wajib Pajak) dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya. Dalam ketentuan perpajakan di Indonesia, Wajib Pajak patuh disebut

Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang penetapan dan pencabutannya ditentukan

dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03/2012 sebagai petunjuk

pelaksanaan dari Undang-undang tentang ketentuan umum dan tata cara Perpajakan

Pasal 17C ayat (3), syarat dari Wjib Pajak Kriteria tertentu adalah sebagai berikut :

1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan yang

telah memperoleh ijin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak

3. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik lembaga pengawas keuangan

pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tuga) tahun

berturut-turut
4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan

berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam

jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

2.1.2 Sanksi Perpajakan

Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-

undangan Perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau bisa

dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar Wajib

Pajak tidak melanggar norma perpajakan. Dalam undang-undang perpajakan dikenal

dua macam sanksi, yaitu sanksi Administrasi dan sanksi Pidana. Ancaman terhadap

pelanggaran suatu norma ada yang diancam dengan sanksi Administrasi saja, ada

yang diancam dengan sanksi Pidana saja, ada pula yang diancam dengan sanksi

Administrasi dan sanksi Pidana (Mardiasmo, 2001) . Perbedaan sanksi Administrasi

dan sanksi Pidana menurut undang – undang adalah sebagai berikut :

1. Sanksi Administrasi

Merupakan pembayaran kerugian kepada negara, khususnya yang berupa bunga

dan kenaikan.

2. Sanksi Pidana

Merupakan siksaan atau penderitaan. Merupakan suatu alat terakhir atau benteng

hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi.


2.1.3 Kesadaran Membayar Pajak

Kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak merupakan perilaku Wajib Pajak

berupa pandangan atau perasaan yang melibatkan pengetahuan, keyakinan, dan

penalaran disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai stimulus yang diberikan oleh

sistem dan ketentuan pajak tersebut (Fikriningrum, 2012).

2.1.4 Etika Wajib Pajak

Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, diperlukan tatacara yang baik dalam

bertindak, aturan berperilaku dan sesuai dengan akhlak yang baik. Jadi etika manusia

adalah cara manusia perperilaku, mengetahui hal-hal yang baik dan buruk, berperangai

dengan norma dan adat. Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yakni

adat atau kebiasaan; watak; sikap; dan cara berfikir. Ada beberapa para ahli yang

mengungkapkan pengertian-pengertian etika. Diantaranya:

1. James J. Spillane SJ

Etika ialah mempertimbangkan atau memperhatikan tingkah laku manusia dalam

mengambi suatu keputusan yang berkaitan dengan moral. Etika lebih mengarah pada

penggunaan akal budi manusia dengan objektivitas untuk menentukan benar atau

salahnya serta tingkah laku seseorang kepada orang lain.

2. Prof. DR. Franz Magnis Suseno

Etika merupakan suatu ilmu yang memberikan arahan, acuan dan pijakan kepada

tindakan manusia.
3. Soergarda Poerbakawatja

Etika merupakan sebuah filsafat berkaitan dengan nilai-nilai, tentang baik dan buruknya

tindakan dan kesusilaan.

4. Drs. H. Burhanudin Salam

Mengungkapkan bahwa etika ialah suatu cabang ilmu filsafat yang berbicara tentang nilai

-nilai dan norma yang dapat menentukan perilaku manusia dalam kehidupannya.

5. Drs. O.P. Simorangkir

Menjelaskan bahwa etika ialah pandangan manusia terhadap baik dan buruknya perilaku

manusia.
2.2 Penelitian Terdahulu

Banyak penelitian tentang kepatuhan pajak dengan menggunakan pendekatan teori

perilaku terencana maupun etika, baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Di luar negeri

penelitian diantaranya dilakukan oleh Hanno dan Violette (1996), Blanthorne (2000), Bobek dan

Hatfield (2003) serta Trivedi et. al (2005). Sementara di dalam negeri penelitian diantaranya

dilakukan oleh Mustikasari (2007), Damayanti (2012), Ernawati dan Purnomosidhi (2011),

Harinurdin (2009), serta Wangsa (2009).

Hanno dan Violette (1996) menemukan bahwa sikap dan norma subjektif berpengaruh positif

terhadap niat dan perilaku kepatuhan Wajib Pajak. Sementara blanthorne (2000) yang melakukan

pendekatan Teori Perilaku Terencana dengan menambahkan variabel etika tidak bisa

membuktikan pengaruh sikap terhadap niat kepatuhan Wajib Pajak namun menemukan bahwa

pengaruh orang sekitar (subjective norms) dan kontrol perilaku yang dipersepsikan berpengaruh

negatif terhadap niat ketidak patuhan pajak.

Sedangkan Bobek dan Hatfield (2003) menemukan bahwa sikap terhadap ketidakpatuhan pajak

dan norma subyektif berpengaruh positif terhadap niat untuk tidak patuh. Sedangkan Trivedi,

Shehata dan Mestelman (2005) yang meneliti sikap dan etika masyarakat Kanada mendapatkan

kesimpulan bahwa etika dan sikap memiliki pengaruh yang lebih besar daripada kontrol perilaku

yang dipersepsikan dan audit.

Mustikasari (2007) melakukan penelitian tentang kepatuhan Wajib Pajak Badan pada perusahaan

industri pengolahan kelas menengah dan besar di Surabaya.


Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Mustikasari Independent 1. Tax professional yang memiliki

(2007) 1. Kewajiban moral (X1) sikap terhadap ketidakpatuhan

2. Kondisi keuangan perusahaan positif, niat ketidakpatuhan pajaknya

(X2) tinggi;

3. fasilitas perusahaan (X3) 2. Pengaruh orang sekitar (perceived

4. Iklim keorganisasian (X4) social pressure) yang kuat

mempengaruhi niat tax professional

untuk berperilaku patuh;

3. Tax professional yang memiliki

kewajiban moral yang tinggi, niat

ketidakpatuhan pajaknya rendah atau

sebaliknya;

4. Semakin rendah persepsi tax

professional atas kontrol yang

dimilikinya akan mendorong tax

professional berniat patuh;


Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Harinurdin Independent (1) persepsi kontrol perilaku tidak

(2009) 1. Kewajiban moral (X1) signifikan berpengaruh langsung

2. Kondisi keuangan perusahaan pada kepatuhan pajak, persepsi

(X2) kontrol perilaku mempunyai

3. fasilitas perusahaan (X3) pengaruh positif yang signifikan

4. Iklim keorganisasian (X4) terhadap niat,

pengaruh perilaku individu dari tax (3) kondisi keuangan mempunyai

professional sebagai pekerja pengaruh positif yang signifikan

perusahaan dan kondisi organisasi terhadap kepatuhan pajak,

atau perusahaan terhadap Wajib Pajak (4) kondisi fasilitas perusahaan

Badan yang terdaftar di KPP Wajib mempunyai pengaruh positif yang

Pajak Besar signifikan terhadap kepatuhan pajak,

(5) kondisi iklim organisasi

mempunyai pengaruh positif yang

signifikan terhadap kepatuhan pajak,

(6) niat mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kepatuhan pajak,

(7) tax profesional memiliki kontrol

perilaku terhadap kepatuhan positif,

niat kepatuhan pajaknya tinggi dan


pengaruh lingkungan perusahaan

yang kuat mempengaruhi tax

profesional untuk berperilaku patuh

dalam menjalankan kewajiban

perpajakan perusahaan yang

diwakilinya.

Damayati (2012) meneliti Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Salatiga dengan pendekatan perilaku memperoleh kesimpulan bahwa perilaku

kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh niat untuk mematuhi. Sementara niat untuk mematuhi

dipengaruhi oleh sikap terhadap kepatuhan pajak, norma subjektif dan kontrol perilaku yang

dirasakan. Norma subjektif memberikan pengaruh terbesar pada niat untuk menjadi patuh

dibandingkan sikap dan kontrol perilaku yang dipersepsikan.


Sikap Kepatuhan (X1)

Norma Subyektif (X2)


Kepatuhan WP (Y) Niat untuk mematuhi (X)
Kontrol Perilaku yang
di presepsikan (X3)

Gambar 2.1

Kerangka Teori Penelitian Terdahulu


2.3 Kerangka Teoritis

Tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakan di

Indonesia masih rendah. Pemerintah pun secara terbuka mengakui bahwa mengejar wajib pajak

orang pribadi untuk memenuhi kewajibannya memang memiliki tingkat kesulitan yang cukup

tinggi. Peneliti melakukan kajian faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak dengan membentuk pola kerangka teoritis guna mempermudah

penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab atas permasalahan dalam hal kepatuhan wajib

pajak. Menurut Nurmantu (2003; 149) Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam hal

membayar pajak di pengaruhi oleh :

1. Kepatuhan Formal

Yakni memenuhi ketentuan penyampaian SPT sebelum batas waktu

2. Kepatuhan Material

Wajib Pajak mengisi dengan jujur, baik dan benar dalam penyampaian SPT sesuai

dengan ketentuan UU, sikap moral dan kondisi lingkungan, sadar kewajiban untuk

membayar pajak

Sanksi Perpajakan (X1)

Kepatuhan WP (Y) Kepatuhan Membayar Pajak (X2)

Etika Perpajakan (X3)

Gambar 2.2

Kerangka Teori Peneliti


2.4. Hipotesis

Hipotesis ialah dugaan yang sifatnya sementara dilakukan untuk mengambil kesimpulan.

Dalam penelitian ini menganalisa faktor- faktor yang mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak.

Hipotesis yang dialkukan adalah sebagai berikut :

H1 : Kesadaran membayar pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

H2 : Presepsi sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

H3 : Etika atau perilaku Wajib Pajak yang sadar akan sanksi dan pembayaran pajak

juga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Anda mungkin juga menyukai