BAB I
PENDAHULUAN
Respirasi adalah pertukaran gas-gas antara organisme hidup dan lingkungan sekitarnya. Pada
manusia dikenal dua macam respirasi yaitu eksternal dan internal.1 Respirasi eksternal ialah
pertukaran gas-gas antara darah dan udara sekitarnya. Pertukaran ini meliputi beberapa proses
yaitu ventilasi, distribusi, difusi, dan perfusi. Respirasi internal ialah pertukaran gas-gas antara
darah dan jaringan. Pertukaran ini meliputi beberapa proses yaitu efisiensi kardiosirkulasi dalam
menjalankan darah kaya oksigen, distribusi kapiler, difusi, dan metabolisme sel yang melibatkan
enzim. Pada prosesnya, keseluruhan proses ini melibatkan organ-organ pernafasan yang saling
melengkapi dan saling terkait baik dari struktur maupun fungsinya. Organ-organ ini tersusun
menjadi satu sama lain menjadi traktus respiratorius. Paru-paru sebagai organ perfusi memiliki
fungsi utama dalam menyediakan pertukaran gas terus-menerus antara udara insprasi dan darah
pada sirkulasi pulmoner, memberikan pasokan oksigen dan pengeluaran karbondioksida, yang
bergantung kepada proses ini menjadi mendasar, saling mendukung, dan efisien, bahkan ketika
dihadapkan pada penyakit atau kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Perkembangan lebih
lanjut telah menghasilkan berbagai mekanisme kompleks untuk mencapainya, dimana beberapa
diantaranya berkompromi dengan anetesi. Pemahaman yang baik akan fisiologi pernafasan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi ialah pertukaran gas -gas antara organism hidup dan lingkungan
sekitarnya. Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
keluar dari tubuh. Respirasi adalah pertukaran gas antara individu dan lingkungan atau
keseluruhan proses pertukaran gas antara udara atmosfir dan darah dan antara darah dengan
sel-sel tubuh. Organ-organ respiratorik juga berfungsi untuk produksi bicara dan
berperan dalam keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing,dan
Gambar 1. Sistem respirasi pada manusia (kiri) dan struktur alveolus (kanan)
3
Sistem respirasi dibedakan menjadi dua saluran yaitu, saluran nafas bagian atas dan saluran nafas
bagian bawah.
Rongga hidung
Faring, dan
Laring
Trakea
Bronkus
Bronkiolus, dan
Paru-paru
Saluran nafas atau traktus respiratorius merupakan suatu kesatuan dari beberapa organ yang
saling mendukung satu sama lainnya. Dalam menjalankan kinerjanya, mekanisme pernafasan,
traktus respiratorius tidak lah berdiri sendiri, sehingga proses bernafas menjadi sesuatu hal yang
kompleks dan saling mengikat. Komponen lain yang mendukung dan menjalankan mekanisme
Otot-otot Pernafasan3
Otot otot ventilasi adalah otot yang memiliki daya tahan. Nutrisi yang buruk, Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) dengan udara yang terperangkap, dan peningkatan resistensi jalan
nafas memicu terjadinya kegagalan ventilasi yang disebabkan oleh kelelahan otot ventilasi. Otot-
otot ventilasi antara lain adalah diafragma, otot intercostae, otot abdomen, otot cervical, otot
sternomastoid, dan otot intervertebrae. Otot ventilasi primer adalah diafragma, dengan sedikit
kontribusi dari otot-otot intercostae. Normalnya, pada saat istirahat, inspirasi membutuhkan
usaha sedangkan ekspirasi merupakan usaha pasif. Ketika usaha ventilasi meningkat, otot
abdomen diikuti dengan depresi iga, dan peningkatan tekanan intra abdomen memfasilitasi
terjadinya ekspirasi. Dengan peningkatan usaha, otot cervical membantu mengangkat sternum
dan dada bagian atas. Otot para vertebra pada bahu memiliki peran penting selama usaha
ventilasi maksimum. Pada paru-paru normal, proses bernafas dan batuk dapat dibantu oleh otot
diafragma. Otot-otot ventilasi harus memiliki usaha yang cukup untuk mengangkat iga dan
menciptakan tekanan subatmosfer pada rongga intrapleura. Bernafas memerlukan fiber otot
tahan lelah yang ditandai dengan kedutanl ambat yang merupakan respon terhadap stimulasi
elektrik. Fiber otot tersebut membentuk sekitar 50% fiber diafragma dan memiliki kapasitas
tinggi oksidatif. Kedutan cepat pada fiber otot yang memiliki peran pada kelelahan otot,
5
memiliki respon yang cepat terhadap stimulasi elektrik, menyediakan kekuatan, dan membantu
otot memproduksi usaha yang lebih selama periode tertentu. Oleh karena itu, diafragma yang
terdiri dari fiber-fiber kedut cepat berguna selama beberapa periode usaha ventilasi maksimal.
Otot otot dinding abdomen, otot ekspirasi yang paling kuat, sangat penting untuk usaha ekspulsif
seperti proses batuk. Dengan sistem respirasi yang lengkap, jaringan paru yang mengembang
mengisi rongga pleura. Pleura viseralis dan parietalis secara konstan bersentuhan satu sama lain,
menciptakan rongga intrapleura yang tekanannya menurun ketika diafragma depresi dan rongga
toraks mengembang. Pada akhir inspirasi, akibat dari tekanan subatmosfer intrapleura terjadi
usaha antara kecenderungan paru untuk kolaps dan otot dinding dada untuk tetap mengembang.
Usaha pada akhir inspirasi menyebabkan Kapasitas SisaF ungsional (Functional Residual
Capacity), volume udara paru pada akhir ekspirasi. Rongga intrapleura normalnya memiliki
tekanan sub ambient (-2 s/d -3 mmHg) pada Kapasitas Sisa Fungsional. Dengan inspirasi,
Traktus Respiratorius
Fungsi utama respirasi ialah pertukaran O2 dan CO2 antara darah dan udara pernapasan. Fungsi
tambahan ialah pengendalian keseimbangan asam basa, metabolism hormon dan pembuangan partikel.
Paru ialah satu-satunya organ tubuhyang menerima darah dari seluruh curah jantung.2
Pada manusia dikenal dua macam respirasi yaitu eksternal dan internal
Respirasi eksternal ialah pertukaran gas-gas antara darah dan udara sekitarnya. Pertukaran ini
1. Ventilasi : proses masuknya udara sekitar dan pembagian udara tersebut ke alveoli
4. Perfusi : pengambilan gas-gas oleh aliran darah kapiler paru yang adekuat
Respirasi internal adalah pertukaran gas-gas antara darah dan jaringan. Pertukaran ini meliputi
2. Distribusi kapiler
Fungsi utama respirasi adalah pertukaran O2 dan CO2 antaa darah dan udara pernapasan. Fungsi
tambahan ialah pengendalian keseimbangan asam basa, metabolism hormon dan pembuangan
partikel. Paru adalah satu-satunya organ tubuh yang menerima darah dari seluruh curah jantung.
Secara fisiologi system respirasi dibagi menjadi bagian kondksi dari ruang hidung sampai
bronkioli terminalis dan bagian respirasi terdiri dari respiratorius sampai alveoli.
7
segmental adalah 4-3mm, bronkus kecil ±1mm, bronkiolus utama 1-0,5mm, bronkiolus
terminalis ±0,5mm, bronkiolus respiratorius ±0,5mm, duktus alveolaris 0,3 mm dan sakus
alveolaris 0,3mm. Trakea terdiri dari sel-sel bersilia dan sel-sel yang dapat mensekresi lensir.
Setiap sel memiliki 200 silia yang selalu bergerak 12-20 kali setiap menitnya mendorong lender
Secara fisiologis sistem pernafasan dibagi menjadi bagian konduksi, dari ruang hidung sampai
bronkioli terminalis dan bagian respirasi terdiri dari bronkioli respiratorius sampai alveoli. Paru
kanan terdiri dari tiga lobus (atas, tengah, bawah) dan paru kiri dua lobus (atas dan bawah).1
Pengetahuan tentang kerja segmen bronkopulmonar penting untuk lokalisasi patologis paru,
interpretasi radiograf paru, identifikasi regio paru pada bronkoskopi,dan operasi paru. Masing-
masing segmen bronkopulmonar dipisahkan dari segmen yang berdekatan oleh jaringan
pengikat. Oleh karena itu, patologi paru tetap segmental. Parenkim paru dapat dibagi menjadi
Jalan nafas konduksi menyediakan transport dasar udara dan tidak terjadi pertukaran udara.
Bagian selanjutnya yang memiliki diameter yang lebih kecil adalah jalan nafas transisional.
Bagian transisional adalah saluran untuk difusi udara dan pertukaran udara yang terbatas. Dan
fungsi primer jalan nafas yang paling kecil adalah pertukaran udara. Pada dewasa, trakea adalah
saluran fibromuskular denganpanjang ~10-12 cm dengan diameter luar ~20mm. Struktur trakea
ditunjang oleh 20 kartilago hialin berbentuk U, dengan bagian U menghadap posterior. Membran
krikoid menghubungkan trakea ke kartilago krikoid pada level ke-6 vertebra servikalis. Trakea
memasuki mediastinum superior dan membagi sudut sternum (barisbagian terbawah dari toraks
vertebrae ke-4). Setengah trakea adalah intratorak dansetengahnya lagi adalah ekstratorak. Kedua
akhir trakea melekat pada struktur yang mobile. Oleh karena itu, carina dewasa dapat bergerak
ke superior sejauh 5 cm dari posisi istirahat normal. “Gerak” jalan nafas memiliki peran penting
pada pasien yang terintubasi. Pada dewasa, ujung orotrakeal tube bergerak rata-rata 3,8 cm pada
gerak fleksi dan ekstensi leher tetapi leher dapat bergerak rata-rata 6,4cm. Pada bayi dan anak-
anak, gerakan trakeal tube sangat penting, kesalahan letak 1 cm saja dapat menggerakkan tube
diatas cord atau dibawah carina. Saluran nafas selanjutnya terdiri dari batang bronkus kanan dan
kiri. Diameter bronkus kanan lebih besar dari pada kiri . Pada dewasa, bronkus kanan
meninggalkan trakea pada ~25O dari axis vertikal trakea, dimana sudut bronkus kiri ~45O. Oleh
karena itu, intubasi endobronkial atau aspirasi benda asing lebih sering terjadi pada paru kanan
dari pada kiri. Oleh karena itu, lobus bronkus kanan atas menghilang pada sudut ~90O posterior
dari bronkus kanan. Benda asing dan aspirasi cairan biasanya jatuh ke lobus kanan atas. Pada
anak-anak kurang dari 3 tahun sudut yang dibuat oleh bronkus kanan dan kiri biasanya sama,
dengan sudut sekitar 550. Bronkus kanan dewasa memiliki panjang ~2,5 cm sebelum bercabang
menjadi bronkiolus. Tetapi sekitar 10% orang dewasa, bronkus kanan atas berpisah dari bronkus
9
utama kanan kurang dari 2,5 cm dari carina. Pada 2-3% orang dewasa bronkus kanan atas
terbukake trakea diatas carina. Pasien dengan kelainan ini membutuhkan pertimbangan khusus
ketika memasang trakeal tube double lumen, khususnya jika diperlukan pemasangan
endobronkial tube sebelah kanan. Bronkus kiri memiliki panjang ~5cm sebelum akhirnya
bercabang menjadi lobus kiri atas dan lingual. Dan berlanjut kebronkus kiri bawah. Bronkiolus
dengan diameter 1 mm, terdiri dari jaringan kartilago dan sebagian besar otot polos pada
dindingnya. Tiga perempat bagian bronkiolus,bagian akhir adalah bronkiolus terminalis yang
merupakan komponen terakhir jalan nafas yang tidak berperan dalam pertukaran udara.3,5
Alveoli-kapiler memiliki struktur yang rumit dan desain yang mensupport pertukaran udara.
Dilihat dari mikroskop electron, dinding alveoli terdiri dari selepitel kapiler, membran basement,
sel endotel kapiler paru, dan lapisan surfaktan. Selalveoli tipe I skuamosa meliputi 80%
permukaan alveoli. Sel tipe 1 terdiri dari nuclei dan ekstensi sitoplasma yang sangat tipis yang
menyediakan permukaan untuk pertukaran udara. Sel-sel tipe I terbatas dalam diferensiasi dan
metabolik yang meningkatkan risiko perlukaan. Ketika sel-sel tipe I terluka (karena luka akut
paruatau sindroma gawat napas pada dewasa), sel-sel tipe II bereplikasi dan bermodifikasi untuk
membentuk sel-sel tipe I yang baru. Sel-sel alveoli tipe II berselang-seling dengan sel-sel tipe I
khususnya pada ikatan septum alveoli. Sel-sel poligonal ini memiliki aktivitas metabolik dan
enzimatik yang luas, dan memproduksi surfaktan. Aktivitas enzimatik yang diperlukan untuk
produksi surfaktan sekitar 50% aktivitas total enzimatik pada sel-sel tipe II. Sisa aktivitas
enzimatik mengatur keseimbangan elektrolit lokal, seperti pada endotel dan fungsi sel sel
limfatik. Sel-sel alveoli tipe Idan II memiliki ikatan kuat intraseluler, oleh karena itu
memproduksi barrier non permeabel terhadap cairan. Sel-sel alveoli tipe III, makrofag alveoli,
sangat penting untuk perlindungan paru. Perpindahan dan aktivitas fagositik menyebabkan
10
proses penghancuran beda asing dalam rongga alveoli. Walaupun secara fungsional makrofag
paru mengurangi insiden infeksi paru, mereka juga merupakan bagian dari respon inflamasi paru.
Oleh karena itu, baik (untuk mengurangi perubahan akibatinfeksi) buruknya (berkontribusi pada
respon inflamasi) keberadaaan mereka masih kontroversial. Sebagian besar sel-sel endotel
kapiler meningkatkan area permukaan.Mereka juga menyediakan kontak yang intim antara sel-
sel endotel kapiler dan volumdarah sirkulasi. Oleh karena itu, membran alveoli-kapiler memiliki
dua fungsi utama yaitu transport udara respirasi dan produksi beberapa variasi substansi lokal
dan humoral.
Dua sistem sirkulasi utama mensuplai darah bagi kedua paru, yaitu pembuluh darah pulmoner
dan bronkial. Sistem vaskular pulmoner mengirimkan percampuran darah vena dari ventrikel
kanan ke dasar kapiler pulmoner melalui arteri pulmoner. Setelah pertukaran gas terjadi pada
dasar kapiler pulmoner, darah kaya oksigen dan miskin karbon dioksida kembali ke atrium kiri
melalui vena pulmoner. Vena-vena pulmoner berjalan secara independen sepanjang jaringan ikat
dan oksigenasi parenkim alveolar. Akan tetapi, sistem arteri bronkial harus menyediakan oksigen
anatomis antara sirkulasi vena bronkial dan pulmoner menciptakan pintasan absolut 2% hingga
Oksigen berdifusi dari bagian konduksi paru ke bagian respirasi paru sampai ke alveoli. Setelah
O2 menembus epitel alveoli, membrane basalis danendotel kapiler, dalam darah sebagian besar
O2 bergabung dengan hemoglobin (97%) dan sisanya larut dalam plasma (3%).1
Dewasa muda pria muda jumlah darahnya ±75ml/kg, wanita ±65ml/kg. Satu ml darah pria
mengandung 4,3-5,9 juta eritrosit, wanita 3,5-5,5 juta eritrosit. Satu sel eritrosit mengandung
kira-kira 280 juta molekul Hb. Satu molekul Hb sanggup mengikat 4 molekulO2 membentuk
HbO2, oksihemoglobin. Satu gram Hb dapat mengikat 1,34-1,39 mlO2. Hb adalah protein
12
konjugasi dengan berat molekul 66.700. bentuk Hb normal hanya HbA(dewas) mengandung
banyak 2,3 DPG (DiPhosphoGliserat) yang memudahkan O2 lepas dari Hb dan HbF (fetal)
mengandung sedikit 2,3 DPG. HbF menghilang setelah bayi berusia 4-6 bulan. Jenis Hb lain
abnormal. MyoHb adalah jenis Hb yang berada di otot lurik yang hanya sanggup mengikat 1
Dalam keadaan normal, 100 ml darah yang meninggalkan kapiler alveoli mengangkut 20 ml O2.
Rata-rata dewasa muda normal membutuhkan 225 ml O2 setiap menitnya. Oksigen yang masuk
ke dalam darah dari alveoli sebagian besar diikat oleh Hb dan sisanya larut dalam plasma:1
O2 + Hb ↔ HbO2 (97%)
Jika semua molekul Hb mengikat O2 secara penuh, maka saturasi nya 100%. Jika kemampuan
setiap molekul Hb hanya mengikat 2 molekul O2, maka saturasinya 50%. Jumlah O2 larut dalam
100 ml darah adalah 0,29 ml pada tekanan PaO2 95 mmHg dan tunduk pada hukum Henry1.
Karbondioksida (CO2) adalah hasil metabolisme aerobic dalam jaringan perifer dan produksinya
bergantung jenis makanan yang dikonsumsi. Dalam darah sebagian besar CO2(70%) diangkut
dan diubah menjadi asam karbonat dengan bantuan enzim carbonic anhidrase (23%) larut dalam
plasma:1
Pada mekanisme pernafasan, gradasi tekanan dibutuhkan untuk menciptakan aliran udara. Pada
alveoli (dalam kisaran 5 cmH2O selama pernafasan biasa) dengan meningkatkan volume rongga
toraks melalui aksi otot-otot inspirasi. Selama eksirasi tekanan intra alveolar menjadi sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan atmosfer sehingga membuat udara mengalir ke luar.2
Terdapat empat volume paru yang berbeda, jika dijumlahkan sama dengan volume maksimal
paru yang mengembang. Pengertian dari setiap volume tersebut menurut Depnakertrans (2005),
yaitu :
Adalah volume udara yang secara normal dihirup (inspirasi) atau dihembuskan (ekspirasi) pada
setiap tarikan napas. Volume ini akan meningkat bila ada aktivitas fisik. Nilai rata-ratanya adalah
Adalah volume udara di atas inspirasi tidal volume yang dapat secara maksimum dihirup pada
Adalah jumlah udara maksimum yang dapat dihembuskan melebihi ekspirasi normal. Nilai rata-
Adalah udara yang tetap berada di dalam paru setelah ekspirasi maksimum. Nilai normalnya
menyatukan dua atau lebih volume di atas. Menurut Depnakertrans (2005), kombinasi seperti itu
antara lain :
Adalah jumlah total udara yang berada dalam paru pada akhir inspirasi maksimum. Besarnya
sama dengan jumlah kapasitas vital dengan volume residu. ±5800 ml.
Adalah volume udara yang dapat dikeluarkan dengan ekspirasi maksimum setelah inspirasi
maksimum. Atau jumlah udara maksimum pada seseorang yang berpindah pada satu tarikan
napas. Kapasitas ini mencakup VT, IRV,dan ERV. Nilainya diukur dengan menyuruh individu
Adalah volume udara yang dapat diinspirasi setelah akhir ekspirasi normal. Besarnya sama
Adalah jumlah udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi normal. Besar FRC
BAB III
Efek penekan dari obat anestetik dan pelumpuh otot lurik terhadap respirasi telah dikenal sejak
dahulu ketika kedalaman, karakter, dan kecepatan respirasi dikenal sebagai tanda klinis yang
bermanfaat terhadap kedalaman anesthesia. Zat-zat anestetik intravena dan abar (volatile) serta
opioid semuanya menekan pernapasan dan menurunkan respons terhadapCO2. Respon ini tidak
seragam, opioid mengurangi laju pernapasan, zat abar trikloretilen meningkatkan laju
pernapasan. Hiperkapnia atau hiperkarbia (PaCO2 dalam darah arteri meningkat) merangsang
kemoreseptor di badan aorta dan karotis dan diteruskan ke pusat napas, terjadilah napas cepat
dan dalam (hiperventilasi). Sebaliknya hipokapnia atau hipokarbia (PaCO2 dalam darah arteri
menurun) menghambat kemoreseptor di badan aorta dan karotis dan diteruskan ke pusat nafas,
terjadilah napas dangkal dan lambat (hipoventilasi). Induksi anesthesia akan menurunkan
kapasitas sisa fungsional (functional residual volume), mungkin karena pergeseran diafragma
keatas, apalagi setelah pemberian pelumpuh otot. Menggigil pasca anesthesia akan meningkatkan
konsumsi O2. Pada perokok berat, mukosa jalan napas mudah terangsang, produks lendir
menurun sampai 25%. Nikotin akan menyebabkan takikardia dan hipertensi. Dalam kondisi
normal hanya O2 yang diambil paru dan tidak ada ambilan terhadap nitrogen. Bila ada gas kedua
yang diabsorbsi dengan cepat seperti N2O masuk kedalam paru kemudian ambilan gas ini
memiliki efek mengkonsentrasikan gas-gas yang tetap berada dalam alveoli. Efek terhadap O2
tidak memiliki kepentingan klinis, tetapi peningkatan kadarzat-zat anestetik abar (volatile) akan
mempercepat induksi anesthesia. Kebalikannya bila pemberian N2O dihentikan, eliminasi gas ini
akan mengencerkan gas-gas dalam alveoli dan akan menyebabkan hipoksemia jika tidak
17
diberikan tambahan O2. Obat-obatan opioid, seperti morphine atau fentanyl efeknya menekan
pusatpernapasan sehingga merespon terjadinya hiperkarbia. Efek ini dapat dibalikkan dengan
menggunakan naloxone. Zat - zat anestetik abar (volatile) dapat menekan pusat pernapasan
dengan cara yang sama. Walaupun eter memiliki efek yang lebih kecil pada pernapasan
dibandingkan dengan zat-zat yang lain. Zat-zat abar juga mengganggu alirah darah di paru- paru,
hasilnya terjadi penigkatan ventilasi / perfusi yang tidak sebanding dan menurunkan efisiensi
dari oksigenasi.Nitrit oxide hanya mempunyai efek minor pada pernapasan. Efek depresan dari
opioid dan zat abar bersifat aditif dan monitoring ketat dari pernapasan sangatlah penting, ketika
oksigen tidak tersedia respirasi harus selalu didukung selama proses anetesi berlangsung.
Pasien yang memiliki gejala penyakit paru obstruksi dapat meningkatkanresiko pada saat
intraoperatif dan PPC. Sebagai contoh, pasien dengan penurunan FEV I / FVC atau penurunan
aliran midexpiratory tidak hanya menyebabkan obstruksi saluran pernapasan tapi juga biasanya
dapat meningkatkan aktifitas saluran pernapasan. Karena terdapat resiko timbulnya reflex
bronkokonstriksi selama laringoskopi dan intubasi trakea, pasien dengan PPOK atau astma harus
menerima terapi bronkodilator agresif preoperatif. Konsentrasi alveolar yang tinggi dari anestesi
inhalasi yang kuat akanmenahan reflex saluran pernapasan atau reflex bronkokonstriksi tetapi hal
ini membutuhkan sistem kardiovaskular yang sehat. Pemberian tambahan obat intravena seperti
opioid dan lidokain sebelum intubasi (airway instrumentation) akan mengurangi reaktifitas
saluran pernapasan. Selain itu, kortikosteroid dosis tunggal dapat membantu mencegah
peningkatan tahanan saluran napas pasca operasi.Ventilasi spontan selama anestesi umum
berlangsung pada pasien dengan penyakit obstruktif berat kemungkinan besar mengakibatkan
hiperkarbia dibandingkan pasien yang memiliki fungsi paru-paru yang normal. FEV1
18
preoperatif yang menurun berhubungan dengan PaCO2 yang meningkat selama anetesi. Ventilasi
ventilasi yang lambat mengharuskan tidal volume yang lebih besar jika menginginkan PaCO2
yang normal. Tetapi tidal volume yang lebih besar dan puncak tekanan yang lebih tinggi pada saluran
napas dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya pulmonary barotrauma pada pasien.
Tidal volume dan aliran inspirasi akan mengatur untuk menjaga puncak tekanan saluran napas
kurang dari 40 cmH2O, aliran inspirasi yang lebih tinggi dapat menyebabkan waktu inspirasi
yang lebih pendek dan kadang-kadang menimbulkan sebuah puncak tekanan saluran napas yang
tinggi, karena itu keseimbangan yang menghindari tekanan saluran napas yang tinggi dan tidal
volume yang tinggi yang dapat mengakibatkan ekspiratori yang terpanjang, seharusnya dapat
dicapai. Idealnya, berdasarkan pada prosedur dan durasi anestesi, seseorang akan mengekstubasi
trakea pasien pada saat akhir operasi.Tracheal tube yang bersifat iritatif dapat meningkatkan
resistensi saluran napas dan reflex bronkokonstriksi dan juga membatasi kemampuan pasien
untuk membersihkan secret secara efektif dan juga meningkatkan resiko infeksi iatrogenic.
Untuk beberapa pasien dengan penyakit obstruktif seperti astma pada orang muda, banyak dokter
melakukan ekstubasi trakea selama anestesi dalam pada saat akhir operasi. Penyakit restrictive
diperlihatkan oleh penurunan yang proporsional pada semua volume paru – paru. Penurunan
FRC menimbulkan pemenuhan paru yang rendah dan juga mengakibatkan hipoksemia. Ciri khas
pasien ini nafas cepat dan dangkal. Ventilasi tekanan positif dari pasien yang memiliki penyakit
restriktif adalah penuh dengan puncak tekanan saluran nafas karena kebanyakan tekanan
dibutuhkan untuk mengembangkan paru-paru yang kaku. Tidal volume mekanik yang lebih
rendah pada kecepatan tinggi dapat menurunkan resiko tejadinya barotrauma tetapi
peluang perkembangan atelektasis. Tidal volume yang lebih besar dapat menghindarinya karena
peningkatan resiko dari barotrauma dan volutrauma. Beberapa strategi untuk melindungi paru-
paru yaitu mengembangkan dan memberinafas buatan kepada pasien dengan penyakit paru-paru
restriktif yang sangat parah. Karena FRC kecil, pasokan oksigen yang rendah didapat selama
periode apneic. Rata-rata preoxigenasi dengan FIO2 dihasilkan pada hipoxemi arteri kedua
setelah penghentian nafas atau pemutusan dari sirkuit ventilator. Pasien dengan penyakit paru
restrictif yang berat kurang mentoleransi apnea, karena hipoxemia arteri berkembang dengan
cepat, pemindahan pasien ini kerumah sakit akan menunjukkan sebuah getaran pada oximeter.
Rata-rata kesehatan tiap individu terkena defek restriktif ringan selama anestesi berlangsung.
FRC menurun dari 10 sampai 15 % ketika sehat, individu bernafas spontan dalam posisi
terlentang. Kontrol pernapasan lanjutan hanya sedikit mengurangi FRC. Anestesi umum terus
menerus menurunkan FRC dari 5 sampai10%, yang biasanya menurnkan kapasitas pemenuhan
paru. FRC mencapai titik terendah dalam menit pertama pada anestesi dan tidak tergantung
apakah pernapasan spontan ataupun terkontrol. Pengurangan FRC yang berlansung lama pada
periode setelah operasi tetapi mungkin menghasilkan pasca operasi dengan menggunakan
tekanan positif end-expiratory atau CPAP. Bagaimanapun sesaaat setelah tekanan positif saluran
nafas tidak dilakukan lagi, FRC plummet level yang telah turun sebelumnya yang mencapai titik
terendah pasca operasi (12 jam setelah operasi). Rokok mempengaruhi beberapa fungsi paru-
paru pada berbagai cara. Iritasi yang disebabkan oleh rokok menurunkan motilitas siliar dan
meningkatkan produksi dahak. Sehingga pasien ini memiliki volume dahak yang berlebihan dan
menurunkan kemampuan untuk membersihkan dahak secara efektif. Pengaruh langsung lainnya
pada jaringan paru-paru disebabkan oleh masuknya zat rokok yang dapat meningkatakan
permeabilitas sel ephitel dan mengubah zat surfactant pada paru-paru. Iritasi jalan nafas atau
20
reaktifitas pada jalan napas yang sempit disebabkan olehpenghirupan asap rokok yaitu hasil dari
aktifasi dari sensor lokasi akhir dari pusat saluran napas yang paling utama disebakan oleh
nikotin. Pada awal penyakit,bronkitis dan hiperaktifitas jalan napas adalah masalah utama.
Belakangan masalahini disertai oleh gejala dari COPD : seperti gas trapping, bentuk diafragma
yang datar,dan barrel chest, kapasitas paru-paru meningkat signifikan sehingga batas recoil
elastisitas mencegah pengosongan pasif secara sempurna, sebagai hasilnya banyak pasien
mengeluarkan nafas secara paksa untuk mengurangi gas trapping. Merokok adalah salah satu
prevalensi tertinggi faktor resiko yang berhubungan dengan morbiditi pasca operasi. Pasien
COPD yang merokok memiliki dua kali lipat sampai enam kali lipat resiko peningkatan
pneumonia pasca operasi dibandingkan dengan yang tidak merokok. Selanjutnya, resiko relatif
perokok dari PPC adalah dua kali lipat, rata-rata jika mereka tidak memiliki tanda-tanda klinis
dari penyakit paru-paru atau abnormalitas fungsi paru-paru. Angka kejadian dari PPC pada
perokok dapat diturunkan dengan menahan keinginan untuk merokok, walaupun tidak ada
persetujuan umum pada minimal atau durasi optimal dari menahan keinginan merokok sebelum
operasi. Penelitian pada 200 pasien yang mengalami pencangkokan bypass arteri koroner dan
ditemukan bahwa pasien-pasien yang masih terus merokok atau berhenti kurang dari 8 minggu
sebelum operasi memiliki komplikasi kecepatan mendekati empat kali, dan pasien yang berhenti
merokok lebih dari 8 minggu sebelum operasim emiliki komplikasi lebih tinggi dari pada yang
terus menerus merokok. Proses menormalkan fungsi mucocciliary memerlukan 2-3 minggu
menahan keinginan untuk merokok, selama produksi dahak meningkat. Beberapa bulan dari
menahan keinginan untuk merokok diperlukan untuk mengembalikan jumlah dahak pada
keadaan normal. Pada penelitian dari brupopion-assisted penghentian merokok, Hurt dan
coworskers mendemonstrasikan penurunan resiko dari komplikasi pasca operasi rata-rata setelah
21
4 minggu menahan keinginan untuk merokok. Jika pasien tidak dapat berhenti merokok selama
4-8 minggu sebelum operasi, itu adalah hal yang masih diperdebatkan apakah mereka dapat
diberi nasehat untuk berhenti merokok 24 jam sebelum operasi. 24 jam menahan keinginan untuk
merokok akan menyebabkan tingkat carboxi hemoglobin turun ke nilai normal tapi
BAB IV
KESIMPULAN
Respirasi ialah pertukaran gas -gas antara organism hidup dan lingkungan
sekitarnya. Sistem respirasi dibedakan menjadi dua saluran yaitu, saluran nafas bagian atas dan
saluran nafas bagian bawah. Pada manusia dikenal dua macam respirasi yaitu eksternal dan
internal. Respirasi eksternal ialah pertukaran gas-gas antara darah dan udara sekitarnya.
Pertukaran ini meliputi beberapa proses yaitu : Ventilasi : proses masuknya udara sekitar dan
pengambilan gas-gas oleh aliran darah kapiler paru yang adekuat. Respirasi internal adalah
pertukaran gas-gas antara darah dan jaringan. Pertukaran ini meliputi beberapa proses yaitu :
Efisiensi kardiosirkulasi dalam menjalankan udara kaya oksigen, Distribusi kapiler, Difusi,
perjalanan gas ke ruang interstitial dan menembus dinding sel, Metabolism sel yang melibatkan
enzim.
Fungsi utama respirasi adalah pertukaran O2 dan CO2 antaa darah dan udara pernapasan.
Fungsi tambahan ialah pengendalian keseimbangan asam basa, metabolism hormon dan
pembuangan partikel. Paru adalah satu-satunya organ tubuh yang menerima darah dari seluruh
curah jantung.
Secara fisiologi sistem respirasi dibagi menjadi bagian kondksi dari ruang hidung sampai
bronkioli terminalis dan bagian respirasi terdiri dari respiratorius sampai alveoli.
Pengaruh Efek penekan dari obat anestetik dan pelumpuh otot lurik terhadap respirasi telah
dikenal sejak dahulu ketika kedalaman, karakter, dan kecepatan respirasi dikenal sebagai tanda
klinis yang bermanfaat terhadap kedalaman anesthesia. Zat-zat anestetik intravena dan abar
(volatile) serta opioid semuanya menekan pernapasan dan menurunkan respons terhadapCO2.
23
Respon ini tidak seragam, opioid mengurangi laju pernapasan, zat abar trikloretilen
meningkatkan laju pernapasan. Hiperkapnia atau hiperkarbia (PaCO2 dalam darah arteri
meningkat) merangsang kemoreseptor di badan aorta dan karotis dan diteruskan ke pusat napas,
terjadilah napas cepat dan dalam (hiperventilasi). Sebaliknya hipokapnia atau hipokarbia (PaCO2
dalam darah arteri menurun) menghambat kemoreseptor di badan aorta dan karotis dan
diteruskan ke pusat nafas, terjadilah napas dangkal dan lambat (hipoventilasi). Induksi anesthesia
akan menurunkan kapasitas sisa fungsional (functional residual volume), mungkin karena
pergeseran diafragma keatas, apalagi setelah pemberian pelumpuh otot. Menggigil pasca
anesthesia akan meningkatkan konsumsi O2. Pada perokok berat, mukosa jalan napas mudah
terangsang, produks lendir meningkat, darahnya mengandung HbCO kira-kira 10% dan
kemampuan Hb mengikat O2 menurun sampai 25%. Nikotin akan menyebabkan takikardia dan
hipertensi
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Ilmu dasar Anestesi in Petunjuk Praktis Anestesiologi
3. Stock MC. Respiratory Function in Anesthesia in Barash PG, Cullen BF, Stelting RK,editors.
Clinical Anesthesia 5th ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins;2006, p. 791-811
4. Galvin I, Drummond GB, Nirmalan M. Distribution of blood flow and ventilation inthe lung:
gravity is not the only factor. British Journal of Anaesthesia; 2007, 98: 420-8.
5. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Breathing System inClinical Anesthesilogy 4th ed.
McGraw-Hill; 2007