(Adiantum vuneatum)
Dosen Pengampuh :
Darso Sugiono, SP., MP
Oleh :
Kelompok 3
Kelas 5D
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Teknik Budidaya Tanaman Hias Suplir”.
Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah yang telah dituliskan ini dapat bermanfaat dan
memberikan informasi serta memperluas ilmu terutama dalam memahami teknik
budidaya tanaman hias suplir.
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENTANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tunjuan .................................................................. 1
1.3. Kegunaan .................................................................................... 2
BAB II TUJUAN PUSTAKA ................................................................... 3
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Hias Suplir ....................... 3
2.1.1. Klasifikasi Tanaman Hias Suplir ............................................ 3
2.1.2. Morfologi Tanaman Hias Suplir ............................................. 4
2.2. Syarat Tumbuh ........................................................................... 6
2.3. Jenis – Jenis Tanaman Hias Suplir ............................................. 6
2.4. Manfaat Tanaman Hias Suplir .................................................... 9
BAB III TEKNIK BUDIDAYA ............................................................... 11
3.1. Persiapan Alat dan Bahan........................................................... 11
3.2. Pengisian Medium Semai ........................................................... 11
3.3. Menyamai Spora......................................................................... 11
3.4. Perbanyakan ............................................................................... 11
3.5. Pemeliharaan Bibit ..................................................................... 12
3.6. Pemupukan ................................................................................. 12
3.7. Pengepotan Kembali ................................................................... 12
3.8. Penempatan Pot di Dalam Ruangan ........................................... 12
3.9. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman suplir .............. 12
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 18
4.1. Kesimpulan ................................................................................. 18
4.2. Saran ........................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 19
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tumbuhan paku adalah tumbuhan darat tertua yang ada sejak zaman
Devon dan Karbon. Artinya telah hidup sejak 800 – 850 juta tahun yang
lalu. Fosil paku merupakan sumber batu bara di bumi. Tumbuhan paku
terdapat di mana-mana (kosmopolitan). Umumnya, tumbuhan berupa
rerumputan lapisan bawah di hutan-hutan tropis dan subtropis, mulai dari
dataran rendah sampai ke lereng-lereng gunung, bahkan ada yang hidup di
air. Sebagian besar hidup di darat, pada tanah, atau sebagian epifit
(menempel pada tumbuhan lain) (Lestari, 2011).
Tumbuhan paku banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias
meskipun tidak mempunyai bunga, akan tetapi mempunyai daun-daun
yang beranekaragam dan tidak kalah cantiknya dengan tumbuhan
berbunga. Keindahan daun dan sorusnya telah banyak menarik perhatian
pecinta tanaman hias sehingga tumbuhan paku banyak dicari.
Salah satu jenis tanaman hias suku paku-pakuan yang makin digemari
dan populer di Indonesia adalah suplir. Menurut para ahli botani, tumbuhan
paku-pakuan yang terdapat di dunia berjumlah lebih dari 10.000 jenis,
termasuk di dalamnya lebih dari 200 jenis suplir.
Manusia mengenal suplir sebagai tanaman hias sejak beratus-ratus
tahun yang lalu. Penelusuran literatur mengungkap fakta bahwa di Benua
Eropa dan Amerika pada abad ke-16 suplir sudah dikenal dan
dibudidayakan sebagai tanaman hias. Jenis suplir yang pertama kali
dipublikasikan adalah jenis Adiantum pedatum pada tahun 1640.
Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1860 diperkenalkan suplir postar
(A. tenerum var.farleyense). Lambat laun tanaman suplir dibudidayakan
sebagai tanaman hias di berbagai negara yang beriklim subtropis maupun
tropis
Masuknya tanaman suplir ke Indonesia diduga terjadi pada tahun 1850
oleh orang-orang Belanda. Usaha pelestarian sumber genetik (plasma
nutfah, germ plasm) suplir introduksi dilakukan di Kebun Raya Bogor,
antara lain adalah A. raddianum, A. trapeziforme, dan A. macrophyllum. Di
habitat alam Indonesia terdapat beberapa jenis suplir asli daerah tropis,
misalnya di Pulau Jawa ditemukan A. hispidium dan A. diaphanum
(Rukmana, 1998).
1.2. Maksud dan Tunjuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi dan morfologi tanaman hias suplir.
2. Untuk mengetahui syarat tumbuh tanaman suplir.
3. Untuk mengetahui jenis – jenis tanaman hias suplir.
4. Untuk mengetahui manfaat tanaman hias suplir.
5. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman hias suplir.
1
2
1.3. Kegunaan
1. Agar pembaca dapat mengetahui klasifikasi dan morfologi dari
tanaman hias suplir.
2. Agar pembaca mengetahui syarat tumbuh tanaman suplir.
3. Agar pembaca dapat mengetahui jenis-jenis tanaman hias suplir.
4. Agar pembaca mengerahui manfaat dari tanaman hias suplir.
5. Agar pembaca mengetahui teknik budidaya tanaman hias suplir.
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
3
4
b. Batang
Batang tumbuh menjalar atau memanjat dan mempunyai
sisik yang bermata, sehingga dapat tumbuh menjadi tanaman
baru. Batang tertutup oleh rambut atau sisik, berwarna coklat atau
kehitam-hitaman, dan terletak di bawah atau di atas permukaan
tanah (Rukmana, 1998).
c. Tangkai Daun
Tangkai daun tumbuh tegak, berukuran pendek sampai
panjang, dan berwarna hitam atau coklat mengkilap. Tangkai
daun mempunyai cabang cukup banyak sebagai tempat
melekatnya helai daun (Rukmana, 1998).
a. Adiantum caudatum
Adiantum caudatum merupakan tanaman paku-pakuan yang sering
digunakan sebagai tanaman hias pot. Daunnya berukuran kecil tersusun
mulai dari pangkal sampai ujung tangkai daun. Ujung tangkai daun
tersebut memiliki bulu-bulu halus. Tanaman ini unik karena dari ujung
daunnya bisa bermunculan tunas-tunas baru (Ratnasari, 2008).
b. Adiantum cuneatum
Daunnya tersusun pada tangkai yang berwarna hitam mengkilap.
Selain sebagai tanaman hias pot, tanaman ini kerap dijadikan sebagai
tanaman obat, yakni dipercaya berkhasiat dalam melancarkan air seni
(Ratnasari, 2008).
c. Adiantum raddianum
Seperti halnya tanaman paku-pakuan lainnya, suplir yang juga
dikenal sebagai pasific maid ini memiliki batang seukuran lidi
berwarna hitam mengkilap. Daunnya terkesan saling bertumpuk.
Pinggiran daunnya yang bergelombang membuatnya terlihat seperti
kipas (Ratnasari, 2008).
d. Adiantum tenerum
Daun tanaman ini berukuran kecil dengan bentuk cenderung bulat
simetris dan ditopang oleh tangkai daun berwarna hitam mengkilap.
Adiantum tenerum merupakan jenis paku-pakuan yang sering dijadikan
sebagai tanaman hias pot (Ratnasari, 2008).
f. Adiantum ‘Variegata’
Ukurannya daunnya kecil dan memiliki tulang daun yang
menebarkan semburat putih. Warna daunnya yang variegata membuat
suplir ini tampil menarik dan tidak terkesan seperti suplir biasa.
Tanaman ini biasa dijadikan sebagai tanaman hias pot (Ratnasari,
2008).
11
12
2) Belalang
Kerusakan yang ditimbulkan yaitu daun suplir robek bagian
tengah atau tepinya. Pinggiran robekan atau lubang ini tidak rata,
kerusakan tersebut disebabkan oleh gigitan belalang. Namun
kerusakan ini terkadang sulit dibedakan dengan kerusakan yang
disebabkan oleh gigitan ulat pemakan daun.
Pengendaliannya dapat menggunakan bahan kimia antara lain
fenthion, diazinon atau carbaryl dengan menyemprotkan pada
tanaman (Sulistina, 1996).
3) Jangkrik
Kerusakan yang ditimbulkan adalah ental yang masih muda dan
lunak terpotong. Jangkrik aktif pada malam hari dan hidup pada
liang di bawah gundukan sampah atau barang-barang rongsokan.
Ental yang telah terpotong biasanya dibawa masuk ke dalam liang,
sehingga tak tampak di sekitar tanaman.
Hama ini dapat dikendalikan dengan menyemprot insektisida
berbahan aktif carbaryl pada tanaman dan tanah di sekitarnya. Juga
dapat dengan pemasangan umpan beracun berupa sekam padi yang
dicampur dengan insektisida. Campuran ini dibuat agak basah
kemudia disebar diantara barisan tanaman pada petang hari
(Sulistina, 1996).
6) Aphid
Kerusakan yang ditimbulkan oleh aphid adalah : pada tunas
suplir yang baru dan masih lunak terdapat koloni serangga ini,
pertumbuhan suplir menyimpang, yang pada akhirnya suplir layu
dan mati, pinggiran daun menggulung ke bawah atau mengeriting
dan terkadang mengecil.
Aphid dapat dikendalikan secara efektif dengan variaasi
penyemprotan insektisida. Penyemprotan dengan satu jenis
insektisida secara terus menerus dapat merangsang resistensi
serangga ini. akhirnya pestisida tersebut tidak mempan lagi.
Beberapa insektisida yang biasa digunakan antara lain malathion,
formotion, diazinon, asefat atau metamidofus (Sulistina, 1996).
8) Nematoda
Kerusakan yang ditimbulkan meliputi, daun berwarna
kecoklatan dan layu, akar berbintil, bercak, terbentuk cabang yang
berlebihan, membusuk atau ujung akar terluka, tanaman seperti
kekurangan unsur hara, pertumbuhannya terhambat. Pada bagian
kepala nematoda terdapat alat berbentuk tombak yang disebut stilet
dan berfungsi untuk menusuk dan menghisap cairan tanaman inang.
Kerusakan mekanis akibat tusukan stilet ini tidak seberapa, tetapi
selama makan nematoda juga menginjeksikan ludahnya (saliva)
yang mampu menghancurkan jaringan tanaman.
Nematoda harus dikendalikan sejak suplir belum ditanam di
dalam pot. Media pot harus benar-benar bebas dari telur atau
larvanya. Sebelum digunakan, media pot harus disterilisasi terlebih
dahulu. Sterilisasi ini dapat dilakukan dengan pemanasan dan
fumigasi dengan bahan kimia (fumigan). Fumigan yang dianjurkan
adalah methyl bromide. Apabila nematoda sudah menyerang,
secepatnya tanaman dicabut dan medianya diberi nematisida
triazofos (Sulistina, 1996).
b. Penyakit
1) Penyakit rebah kecambah (Damping – off)
Gejalanya :
• Spora yang sedang berkecambah (prothalus) lemah dan lunak
dengan warna lebih hijau dari yang lain
• Mula-mula tangkai daun dari ental muda yang letaknya dekat
permukaan daun membusuk, selanjutnya pembusukan
merembet ke sekitarnya
• Akar membusuk dan pada akhirnya tanaman mati
Penyebab :
Semua kerusakan diatas merupakan gejala dari penyakit rebah
kecambah (damping – off). Penyakit ini dapat berakibat parah bila
media tanam dibiarkan basah relatif lama.
16
18
DAFTAR PUSTAKA
19