Anda di halaman 1dari 23

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN HIAS SUPLIR

(Adiantum vuneatum)
Dosen Pengampuh :
Darso Sugiono, SP., MP

Oleh :
Kelompok 3

Dandi Abdul G 1610631090040


Elisius Moses 1610631090060
Intan Ratnasari 1610631090079

Kelas 5D

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
2018
KATA PENTANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Teknik Budidaya Tanaman Hias Suplir”.
Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah yang telah dituliskan ini dapat bermanfaat dan
memberikan informasi serta memperluas ilmu terutama dalam memahami teknik
budidaya tanaman hias suplir.

Karawang, September 2018

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENTANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tunjuan .................................................................. 1
1.3. Kegunaan .................................................................................... 2
BAB II TUJUAN PUSTAKA ................................................................... 3
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Hias Suplir ....................... 3
2.1.1. Klasifikasi Tanaman Hias Suplir ............................................ 3
2.1.2. Morfologi Tanaman Hias Suplir ............................................. 4
2.2. Syarat Tumbuh ........................................................................... 6
2.3. Jenis – Jenis Tanaman Hias Suplir ............................................. 6
2.4. Manfaat Tanaman Hias Suplir .................................................... 9
BAB III TEKNIK BUDIDAYA ............................................................... 11
3.1. Persiapan Alat dan Bahan........................................................... 11
3.2. Pengisian Medium Semai ........................................................... 11
3.3. Menyamai Spora......................................................................... 11
3.4. Perbanyakan ............................................................................... 11
3.5. Pemeliharaan Bibit ..................................................................... 12
3.6. Pemupukan ................................................................................. 12
3.7. Pengepotan Kembali ................................................................... 12
3.8. Penempatan Pot di Dalam Ruangan ........................................... 12
3.9. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman suplir .............. 12
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 18
4.1. Kesimpulan ................................................................................. 18
4.2. Saran ........................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 19

ii
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


1. Akar Adiantum trapeziforme ................................................................. 5
2. Akar Adiantum capillus ......................................................................... 5
3. Akar Adiantum cuneatum ...................................................................... 5
4. Adiantum capillus ................................................................................. 5
5. Spora Adiantum trapeziforme L ............................................................ 6
6. Daun Adiantum trafeziforme ................................................................. 6
7. Adiantum caudatum .............................................................................. 7
8. Adiantum cuneatum............................................................................... 7
9. Adiantum raddianum............................................................................. 7
10. Adiantum tenerum ............................................................................... 8
11. Adiantum trafeziforme ......................................................................... 8
12. Adiantum ‘Variegata’.......................................................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tumbuhan paku adalah tumbuhan darat tertua yang ada sejak zaman
Devon dan Karbon. Artinya telah hidup sejak 800 – 850 juta tahun yang
lalu. Fosil paku merupakan sumber batu bara di bumi. Tumbuhan paku
terdapat di mana-mana (kosmopolitan). Umumnya, tumbuhan berupa
rerumputan lapisan bawah di hutan-hutan tropis dan subtropis, mulai dari
dataran rendah sampai ke lereng-lereng gunung, bahkan ada yang hidup di
air. Sebagian besar hidup di darat, pada tanah, atau sebagian epifit
(menempel pada tumbuhan lain) (Lestari, 2011).
Tumbuhan paku banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias
meskipun tidak mempunyai bunga, akan tetapi mempunyai daun-daun
yang beranekaragam dan tidak kalah cantiknya dengan tumbuhan
berbunga. Keindahan daun dan sorusnya telah banyak menarik perhatian
pecinta tanaman hias sehingga tumbuhan paku banyak dicari.
Salah satu jenis tanaman hias suku paku-pakuan yang makin digemari
dan populer di Indonesia adalah suplir. Menurut para ahli botani, tumbuhan
paku-pakuan yang terdapat di dunia berjumlah lebih dari 10.000 jenis,
termasuk di dalamnya lebih dari 200 jenis suplir.
Manusia mengenal suplir sebagai tanaman hias sejak beratus-ratus
tahun yang lalu. Penelusuran literatur mengungkap fakta bahwa di Benua
Eropa dan Amerika pada abad ke-16 suplir sudah dikenal dan
dibudidayakan sebagai tanaman hias. Jenis suplir yang pertama kali
dipublikasikan adalah jenis Adiantum pedatum pada tahun 1640.
Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1860 diperkenalkan suplir postar
(A. tenerum var.farleyense). Lambat laun tanaman suplir dibudidayakan
sebagai tanaman hias di berbagai negara yang beriklim subtropis maupun
tropis
Masuknya tanaman suplir ke Indonesia diduga terjadi pada tahun 1850
oleh orang-orang Belanda. Usaha pelestarian sumber genetik (plasma
nutfah, germ plasm) suplir introduksi dilakukan di Kebun Raya Bogor,
antara lain adalah A. raddianum, A. trapeziforme, dan A. macrophyllum. Di
habitat alam Indonesia terdapat beberapa jenis suplir asli daerah tropis,
misalnya di Pulau Jawa ditemukan A. hispidium dan A. diaphanum
(Rukmana, 1998).
1.2. Maksud dan Tunjuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi dan morfologi tanaman hias suplir.
2. Untuk mengetahui syarat tumbuh tanaman suplir.
3. Untuk mengetahui jenis – jenis tanaman hias suplir.
4. Untuk mengetahui manfaat tanaman hias suplir.
5. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman hias suplir.

1
2

1.3. Kegunaan
1. Agar pembaca dapat mengetahui klasifikasi dan morfologi dari
tanaman hias suplir.
2. Agar pembaca mengetahui syarat tumbuh tanaman suplir.
3. Agar pembaca dapat mengetahui jenis-jenis tanaman hias suplir.
4. Agar pembaca mengerahui manfaat dari tanaman hias suplir.
5. Agar pembaca mengetahui teknik budidaya tanaman hias suplir.
BAB II
TUJUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Hias Suplir


2.1.1. Klasifikasi Tanaman Hias Suplir
Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku
dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Paku Homospora
Yaitu jenis tumbuhan paku yang menghasilkan satu jenis
spora yang sama besar. Contohnya adalah paku kawat
(Lycopodium) (Rudyarti, 2008).
b. Paku Heterospora
Paku heterospora merupakan jenis tumbuhan paku yang
menghasilkan dua jenis spora yang berbeda ukuran. Spora yang
besar disebut makrospora (gamet betina) sedangkan spora yang
kecil disebut mikrosopra (gamet jantan). Contohnya adalah paku
rane (Selaginella) dan Semanggi (Marsilea) (Rudyarti, 2008).
c. Paku Peralihan
Paku peralihan merupakan jenis tumbuhan paku yang
menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang sama, serta
diketahui gamet jantan dan betinanya. Contoh tumbuhan paku
peralihan adalah paku ekor kuda (Equisemtum) (Rudyarti, 2008).
Berdasarkan struktur morfologinya, tumbuhan paku
diklasifikasikan menjadi subdivisi, yaitu paku purba (Psilopsida),
paku kawat (Lycopsida), paku ekor kuda (Sphenopsida), dan paku
sejati (Pteropsida)
a. Paku Purba (Psilopsida)
Tumbuhan paku purba yang masih hidup saat ini
diperkirakan hanya tinggal 10 spesies sampai 13 spesies dari dua
genus. Paku purba hidup didaerah tropis dan subtropis. Contoh
tumbuhan paku purba yaitu paku purba tidak berdaun (Rhynia)
dan paku purba berdaun kecil (Psilotum) (Rudyarti, 2008).
b. Paku kawat (Lycopsida)
Paku kawat mencangkup 1.000 spesies tumbuhan paku,
terutama dari genus Lycopsium dan Selaginella. Paku kawat
banyak tumbuh di hutan-hutan daerah tropis dan subtropis
(Rudyarti, 2008).
c. Paku Ekor Kuda (Sphenopsida)
Paku ekor kuda saat ini hanya tinggal sekitar 25 spesies dari
satu genus, yaitu Equisetum. Habitat utama tumbuhan ini hidup
pada habitat lembab didaerah subtropis (Rudyarti, 2008).

3
4

d. Paku Sejati (Pteropsida)


Paku sejati mencangkup jenis tumbuhan paku yang paling
sering kita lihat. Tempat tumbuh paku sejati sebagian besar
didarat pada daerah tropis dan subtropis. Paku sejati diperkirakan
berjumlah 12.000. Jenis paku yang termasuk paku sejati yaitu
semanggi (Marsilea crenata), paku tanduk rusa (Platycerium
bifurcatum), paku sarang burung (Aspelenium nidus), suplir
(Adiantum cuneatum), paku sawah (Azolla pinnata), dan
Dicksonia antartica. (Rudyarti, 2008)
Tanaman hias suplir termasuk ke dalam jenis tanaman paku
sejati dimana klasifikasi dari tanaman hias suplir dalam Rukmana
R. (1998), yaitu :
Kingdom : Tumbuhan (Plantae)
Subkingdom : Tumbuhan Berpembuluh (Tracheobionta)
Divisi : Paku-pakuan (Pteridophyta)
Kelas : Filicopsida
Subkelas : Polypoditae
Ordo : Polypodiales
Famili : Pteridaceae
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum vuneatum langs & fisch, Adiantum
capillus, Adiantum tenerum, Adiantum raddium,
dan lain - lain

2.1.2. Morfologi Tanaman Hias Suplir


Susunan tubuh tanaman suplir terdiri dari akar, batang, rambut
atau sisik, tangkai daun, helai daun, dan spora. Karakteristik bentuk
dan susunan tubuh tanaman (morfologi) suplir adalah sebagai
berikut :
a. Akar
Akar tumbuh dari pangkal batang, membentuk akar serabut.
Pada ujung akar terdapat tudung air (kaliptra). Tudung akar
berfungsi sebagai pelindung akar. Oleh karena itu kaliptra sering
aus dan diganti kaliptra baru. kaliptra baru berasal dari sel puncak
yang membelah (titik tumbuh) pada titik tumbuh akar terdapat
sebuah sel pemula berbentuk segi empat dan membelah ke empat
arah menurut bidang sisinya. Sel yang terbentuk keluar menjadi
kaliptra sedangkan sel yang terbentuk tiga arah lainnya akan
menjadi epidermis, korteks, dan silinder pusat. Silinder pusat
mengandung pembuluh kayu dan pembuluh tapis (Rukmana,
1998).
5

gambar 1. Akar Adiantum gambar 2. Akar Adiantum capillus


trapeziforme

b. Batang
Batang tumbuh menjalar atau memanjat dan mempunyai
sisik yang bermata, sehingga dapat tumbuh menjadi tanaman
baru. Batang tertutup oleh rambut atau sisik, berwarna coklat atau
kehitam-hitaman, dan terletak di bawah atau di atas permukaan
tanah (Rukmana, 1998).

gambar 3. Akar Adiantum cuneatum

c. Tangkai Daun
Tangkai daun tumbuh tegak, berukuran pendek sampai
panjang, dan berwarna hitam atau coklat mengkilap. Tangkai
daun mempunyai cabang cukup banyak sebagai tempat
melekatnya helai daun (Rukmana, 1998).

gambar 4. Adiantum capillus


6

d. Helai Daun dan Spora


Helai daun suplir disebut ental tersusun secara tunggal atau
majemuk, strukturnya amat tipis sampai agak tebal, serta halus.
Bentuk daun bervariasi, misalnya segitiga, belah ketupat, kipas,
jajarangenjang atau kombinasi dari bentuk tersebut, dengan tepi
daun berlekuk atau bergelombang sampai keriting. Di bawah
permukaan daun terdapat kumpulan spora, berwarna cokelat atau
kehitam-hitaman, dan bentuknya mirip ginjal (Rukmana, 1998).

gambar 6. Daun Adiantum gambar 5. Spora Adiantum


trafeziforme trapeziforme L

2.2. Syarat Tumbuh


Syarat tumbuh dari tanamn hias suplir diantaranya yaitu :
a. Kebutuhan Cahaya
Semua jenis suplir tumbuh paling bagus di tempat yang terlindungi
atau di bawah naungan. Kebutuhan cahaya rendah, cukup dengan
intensitas sekitar 150 f.e (Sudarmono, 1997).
b. Kebutuhan Suhu dan Kelembaban
Adiantum membutuhkan suhu siang hari 600F – 680F. Kelembaban
50% adalah ideal bagi semua jenis suplir. Oleh karena itu, kelembaban
media tanam harus dipertahankan sepanjang waktu dengan cara
melakukan penyiraman pagi dan sore. Jika media menjadi kering,
tanaman cepat layu (Sudarmono, 1997).
c. Media Tanam
Media tanam untuk suplir yang baik terdiri atas campuran satu
bagian tanah, satu bagian kompos atau moss atau humus dari hutan dan
satu bagian serbuk kulit pepohonan yang digiling halus atau ditumbuk,
kemudian diayak. Setiap 4,5 kg media ditambah 2 sendok makan
tepung tulang (Sudarmono, 1997).
2.3. Jenis – Jenis Tanaman Hias Suplir
Para ahli botani mencatat jumlah plasma nutfah tanaman suplir yang
tumbuh di dunia mencapai kurang lebih 200 jenis, tetapi baru 20 jenis yang
berpotensi dijadikan tanaman hias.
7

a. Adiantum caudatum
Adiantum caudatum merupakan tanaman paku-pakuan yang sering
digunakan sebagai tanaman hias pot. Daunnya berukuran kecil tersusun
mulai dari pangkal sampai ujung tangkai daun. Ujung tangkai daun
tersebut memiliki bulu-bulu halus. Tanaman ini unik karena dari ujung
daunnya bisa bermunculan tunas-tunas baru (Ratnasari, 2008).

gambar 7. Adiantum caudatum

b. Adiantum cuneatum
Daunnya tersusun pada tangkai yang berwarna hitam mengkilap.
Selain sebagai tanaman hias pot, tanaman ini kerap dijadikan sebagai
tanaman obat, yakni dipercaya berkhasiat dalam melancarkan air seni
(Ratnasari, 2008).

gambar 8. Adiantum cuneatum

c. Adiantum raddianum
Seperti halnya tanaman paku-pakuan lainnya, suplir yang juga
dikenal sebagai pasific maid ini memiliki batang seukuran lidi
berwarna hitam mengkilap. Daunnya terkesan saling bertumpuk.
Pinggiran daunnya yang bergelombang membuatnya terlihat seperti
kipas (Ratnasari, 2008).

gambar 9. Adiantum raddianum


8

d. Adiantum tenerum
Daun tanaman ini berukuran kecil dengan bentuk cenderung bulat
simetris dan ditopang oleh tangkai daun berwarna hitam mengkilap.
Adiantum tenerum merupakan jenis paku-pakuan yang sering dijadikan
sebagai tanaman hias pot (Ratnasari, 2008).

gambar 10. Adiantum tenerum


e. Adiantum trapeziforme
Sesuai dengan namanya, bila diperhatikan secara detail, daunnya
tampak berbentuk seperti trapesium. Tanaman hias ini sering dijadikan
sebagai tanaman hias pot yang kerap diletakkan di teras rumah
(Ratnasari, 2008).

gambar 11. Adiantum trafeziforme

f. Adiantum ‘Variegata’
Ukurannya daunnya kecil dan memiliki tulang daun yang
menebarkan semburat putih. Warna daunnya yang variegata membuat
suplir ini tampil menarik dan tidak terkesan seperti suplir biasa.
Tanaman ini biasa dijadikan sebagai tanaman hias pot (Ratnasari,
2008).

gambar 12. Adiantum ‘Variegata’


9

2.4. Manfaat Tanaman Hias Suplir


a. Menetralisir gangguan ginjal
Manfaat pertama dari daun suplir yang cukup baik untuk kesehatan
adalah dapat menetralisir gangguan ginjal. Ginjal adalah salah satu
organ tubuh yang sangat penting yang berguna untuk menjaga
keseimbangan tubuh secara umum. Ginjal akan menyaring racun yang
terkandung dalam makanan yang dikonsumsi. Jika ginjal sehat, tentu
tubuh akan senantiasa sehat pula. Begitu juga sebaliknya. Daun suplir
ini mengandung serotonin yang dapat menjadi senyawa yang
memperkuat ginjal untuk menyaring racun dengan lebih baik dan lebih
kuat. Selain itu, serotonin juga bisa menghindarkan dari penyakit gagal
ginjal (Anonim, 2017).

b. Menyehatkan kandung kemih


Kesehatan kandung kemih adalah hal yang patut untuk dijaga
setiap waktu karena berpengaruh pada kenyamanan tubuh. Masalah
yang cukup sering timbul pada kandung kemih adalah rasa tidak
nyaman yang muncul di bagian perut terutama bagian bawah. Panggul
akan terasa seperti ditekan dan penderita biasanya akan lebih sering
buang air kecil di sertai dengan rasa sakit. Daun suplir dapat diandalkan
untuk mengatasi masalah ini. Daun suplir memiliki kandungan saponin
yang cukup tinggi. Senyawa saponin berkhasiat untuk menghilangkan
sakit yang terasa saat kencing dan juga membuat buang air kecil
menjadi lebih lancar (Anonim, 2017).

c. Menstabilkan kondisi saluran kencing


Infeksi saluran kencing biasanya disebabkan oleh adanya bakteri
yang masuk ke dalam saluran kemih sehingga air kencing akan susah
keluar. Air kencing yang tertahan dapat menjadi masalah baru, yakni
kencing batu. Untuk menstabilkan kondisi saluran kencing, daun suplir
dapat menjadi salah satu pilihan yang tepat. Kandungan saponin dan
juga flavonoid akan menjadi dua senyawa yang aktif yang akan
membuat saluran kencing bersih kembali. Saluran kencing yang bersih
tentu saja akan menghilangkan rasa perih yang sebelumnya di rasakan
(Anonim, 2017).
10

d. Melancarkan aliran air kencing


Air kencing yang tertahan di saluran kencing tentu saja akan
menimbulkan masalah yang serius untuk kesehatan tubuh secara
umum. Air kencing yang merupakan kotoran dan harus dikeluarkan,
jika tertahan di saluran kencing akan menimbulkan gangguan kencing
batu yang sangat menyiksa. anyang-anyangan juga merupakan salah
satu akibat tertahannya aliran air kencing di saluran kencing sehingga
air kencing tidak bisa keluar dengan lancar. Daun suplir merupakan
salah satu bahan alami yang sangat baik untuk melancarkan aliran air
kencing dengan cara mengkonsumsi air rebusannya. Di dalam daun
suplir terdapat kandungan tanin. Senyawa ini adalah kandungan unik
yang dapat secara aktif membersihkan plak yang terdapat dalam saluran
kencing sehingga aliran air kencing dapat menjadi lebih lancar
(Anonim, 2017).

e. Memaksimalkan penyerapan glukosa


Warna urine yang berbeda merupakan salah satu tanda keadaan
urine dan organ di dalam tubuh. Urine yang normal akan berwarna
bening dan juga memiliki bau yang tidak menyengat. Namun,
seringkali urine yang keluar dari saluran kencing berawarna keruh,
kental bahkan sedikit mengandung darah. Selain itu, bau dari urin yang
keluar sangat pekat dan menyengat. Hal ini biasanya disebabkan karena
urine yang keluar masih mengandung glukosa yang tidak terserap
dengan baik. Daun suplir dengan beberapa kandungannya dapat
membantu tubuh untuk memaksimalkan penyerapan glukosa, sehingga
urine dapat keluar dengan lancar dan normal (Anonim, 2017).
BAB III
TEKNIK BUDIDAYA

3.1. Persiapan Alat dan Bahan


a. Siapkan wadah persemaian yang berlubang bagian bawahnya (kotak
kayu, bak, pot) dan medium semai berupa campuran tanah dengan pasir
(1 : 1) atau tanah dengan humus paku (2 : 1)
b. Siapkan spora suplir dengan cara mengumpulkan daun yang cukup tua,
kemudia keringkan dalam amplop atau kantong plastik (Rukmana,
1997).
3.2. Pengisian Medium Semai
a. Saring (ayak) medium semai hingga tampak halus
b. Sterilkan medium tadi dengan cara dikukus ataupun dimasukkan ke
dalam autoklaf selama 2 jam
c. Isikan (masukkan) medium ke dalam wadah persemaian hingga cukup
penuh atau 1 cm di bawah permukaan wadah tersebut (Rukmana,
1997).
3.3. Menyamai Spora
a. Sebarkan spora secara hati-hati pada permukaan medium persemaian.
b. Tutup permukaan persemaian dengan humus paku atau smagnum peat
tipis
c. Angkat wadah persemaian untuk segera dimasukkan ke dalam bak yang
berisis air. Biarkan sebagian wadah persemaian terendam air agar
medium semai menjadi basah melalui perembesan air dari lubang
bawah (daya kapiler)
d. Angkat kembali wadah persemaian dari bak tadi, kemdian simpan di
tempat yang bersuhu antara 180C – 240C
e. Tutup wadah persemaian dengan kaca ataupun plastik bening untuk
menjaga kelembapan tanah (Rukmana, 1997).
3.4. Perbanyakan
Suplir dapat dikembangbiakkan secara vegetatif dan generatif.
Memperbanyak suplir dengan cara menumbuhkan spora cukup rumit dan
memerlukan waktu cukup lama. Perbanyakan secara generatif memerlukan
waktu sekitar 6-12 bulan untuk mendapatkan bibit siap tanam dalam pot.
Sebelum ditanam dalam pot yang permanen, bibit suplir harus berulang kali
dipindah-pindah pot. Hal ini jelas sulit dilakukan oleh para pecinta atau
kolektor tanaman hias yang sekedar hobi. Pembiakan suplir yang paling
sederhana adalah dengan cara vegetatif, yaitu memisahkan sebagian
rumpun dari induknya. Cara ini sangat mudah dikerjakan oleh siapa pun.
Perbanyakan ini yang paling baik dilakukan pada awal musim penghujan
untuk menghindari stagnasi yang berat (Sudarmono, 1997).

11
12

3.5. Pemeliharaan Bibit


a. Airi medium semai dengan cara merendam wadah persemaian dalam
bak berisi air atau disiram dengan sprayer yang berlubang halus
b. Amati perkecambahan spora yang ditandai dengan adanya warna hijau
seperti lumut pada permukaan medium. Spora dapat tumbuh
(berkecambah) 3-4 hari sejak semai, tetapi pada beberapa spesies suplir
memerlukan waktu lama, kurang lebih 2 bulan
c. Lakukan penjarangan bibit untuk dipindahtanamkan ke dalam pot kecil
yang berisi medium campuran tanah dan pasir (1 : 1). Penjarangan ini
biasanya dilakukan pada saat bibit berumur kurang lebih 3 bulan
d. Pindah tanam kembali bibit yang berukuran cukup besar ke dalam pot
community sesuai dengnan ukuran tanaman (Rukmana, 1997).
3.6. Pemupukan
Pada saat-saat tertentu, suplir membutuhkan pupuk, tetapi tidak
semua pupuk tanaman hias cocok untuk suplir. Pemupukan bagi suplir
hanya dilakukan sekali-kali saja dengan menggunakan pupuk daun. Suplir
yang baru dibeli tidak perlu segera di pupuk. Kalau keadaan medianya
masih subur, biarkan tumbuh tanpa pupuk. Tetapi jika kondisinya tamapak
menurun, barulah dilakukan pemupukan. Pemupukan daun dilakukan 2
bulan sekali, pemupukan lewat akar (media tanam) setiap 6 bulan sekali
(Sudarmono, 1997).
3.7. Pengepotan Kembali
Pengepotan kembali (repotting) tanaman suplir dilakukan apabila
media tanam telah memadat. Pengepotan kembali dapat juga dilakukan
setelah pemupukan lewat daun tetapi tanaman tersebut tidak menunjukan
kemajuan dalam pertumbuhannya. Apanila tanaman ini telah memenuhi
pot dan akar-akarnya telah banyak bermunculan ke luar, merupakan tanda
bahwa tanaman suplir harus segera dilakukan repotting. Repotting yang
baik dilakukan pada akhir musim kemarau sebelum pertumbuhan kembali
mulai aktif (Sudarmono, 1997).
3.8. Penempatan Pot di Dalam Ruangan
Untuk memperoleh cahaya yang diperlukan bagi pertumbuhan yang
normal, pot tanaman ditempatkan di dekat jendela. Apabila ada gejala
pertumbuhan tanaman nampak merana, tanaman tersebut ditempatkan di
luar ruangan agar mendapatkan cahaya secukupnya (Sudarmono, 1997)..
3.9. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman suplir
a. Hama
1) Thrips
Kerusakan yang disebabkan oleh hama ini adalah daun bernoda
keperakan atau coklat dan kadang-kadang menggulung ke dalam.
Penyebab noda tersebut yaitu akibat isi sel daun suplir teraut atau
13

terhisap thrips sehingga rongga yang kosong terisis udara.


selanjutnya noda ini berubah menjadi coklat karena matinya sel
daun. Noda ini dapat menutupi seluruh permukaan daun bila
infestasi thrips cukup besar. Akibatnya penampilan tanaman
menjadi kurang menarik.
Hama ini dapat dikendalikan dengan insektisida yang berbahan
aktif kuinalfos, metomil, formetonat atau sipermetrin (Sulistina,
1996).

2) Belalang
Kerusakan yang ditimbulkan yaitu daun suplir robek bagian
tengah atau tepinya. Pinggiran robekan atau lubang ini tidak rata,
kerusakan tersebut disebabkan oleh gigitan belalang. Namun
kerusakan ini terkadang sulit dibedakan dengan kerusakan yang
disebabkan oleh gigitan ulat pemakan daun.
Pengendaliannya dapat menggunakan bahan kimia antara lain
fenthion, diazinon atau carbaryl dengan menyemprotkan pada
tanaman (Sulistina, 1996).

3) Jangkrik
Kerusakan yang ditimbulkan adalah ental yang masih muda dan
lunak terpotong. Jangkrik aktif pada malam hari dan hidup pada
liang di bawah gundukan sampah atau barang-barang rongsokan.
Ental yang telah terpotong biasanya dibawa masuk ke dalam liang,
sehingga tak tampak di sekitar tanaman.
Hama ini dapat dikendalikan dengan menyemprot insektisida
berbahan aktif carbaryl pada tanaman dan tanah di sekitarnya. Juga
dapat dengan pemasangan umpan beracun berupa sekam padi yang
dicampur dengan insektisida. Campuran ini dibuat agak basah
kemudia disebar diantara barisan tanaman pada petang hari
(Sulistina, 1996).

4) Kutu perisai (scale)


Kerusakan yang ditimbulkan terdapat bercak klorotik kecil
berwarna pucat pada daun. Tanaman tumbuh merana dan mati.
Timbulnya bercak klorotik akibat cairan tanaman suplir terisap kutu
perisai sehingga jaringan di sekitar daerah serangan mati.
Untuk pengendaliannya dapat dilakukan beberapa cara
pendekatan, yaitu dengan cara bercocok tanam dan pengendalian
dengan pestisida. Cara bercocok tanam dapat dilakukan dengan
memotong dan mengubur bagian-bagian tanaman suplir yang
terinfestasi berat serta dapat dilakukan dengan membersihkan
bagian-bagian tanaman untuk mencegah penambahan populasi,
dengan cara membasuhnya dengan air atau pemberian fumigasi
Pengendalian dengan pestisida dapat dilakukan dengan cara:
14

• Bila populasi kutu yang dominan nimfa muda. Maka dapat


disemprot dengan insektisida kontak yang berbahan aktif
seperti carbaryl, ethron atau malathion
• Bila populasi kutu dewasa yang dominan maka sebaiknya
digunakan insektisida sistematik (Sulistina, 1996).

5) Kutu lilin (meaaly bug)


Kerusakan yang ditimbulkannya yaitu : ujung ental dan daun
terdapat koloni serangga sehingga ukuran daun mengecil dan
bentuknya menyimpang, tanaman muda mati karena kahiangan
cairan, sebagian/seluruh bagian tanaman tertutupi miselum
cendawan yang berwarna hitam seperti jelaga.
Kutu lilin dapat dikendalikan dengan penyemprotan yang
teratur menggunakan insektisida yang berbahan aktif formotion,
dikrofos, dimetoat, carbaryl atau metidation. Infestasi yang ringan
dapat dibersihkan dengan kapas sebelumnya dicelup dalam alkohol
atau spiritus (Sulistina, 1996).

6) Aphid
Kerusakan yang ditimbulkan oleh aphid adalah : pada tunas
suplir yang baru dan masih lunak terdapat koloni serangga ini,
pertumbuhan suplir menyimpang, yang pada akhirnya suplir layu
dan mati, pinggiran daun menggulung ke bawah atau mengeriting
dan terkadang mengecil.
Aphid dapat dikendalikan secara efektif dengan variaasi
penyemprotan insektisida. Penyemprotan dengan satu jenis
insektisida secara terus menerus dapat merangsang resistensi
serangga ini. akhirnya pestisida tersebut tidak mempan lagi.
Beberapa insektisida yang biasa digunakan antara lain malathion,
formotion, diazinon, asefat atau metamidofus (Sulistina, 1996).

7) Ulat pemotong (cat worm)


Kerusakan yang ditimbulkan adalah daun berlubang dengan
bagian pinggir tidak rata, batang suplir terpotong atau berserakan.
Ulat ini merupakan stadium larva dari beberapa ngengat yang aktid
pada malam hari. Larva yang baru menetas memakan daun dengan
meninggalkan luka bekas gigitan yang bagian pinggirnya tidak rata.
Setelah menjaid ulat dewasa, mereka memakan pangkal batang, akar
atau batang di bawah tanah. Pada siang hari larva bersembunyi di
dalam tanah, pada malam hari larva muncul ke permukaan tanah dan
memotong batang. Kerusakan pada akar biasanya sangat parah,
karena media suplir berupa tanah ringan dimana ulat dapat dengan
mudah mengebor tanah.
Untuk mengendalikan hama ini akan lebih baik bila tidak hanya
mengandalkan salah satu cara saja. Hasilnya akan lebih memuaskan
15

dengan mengkimbinasikan beberapa cara yang mungkin dilakukan


untuk menekan populasinya. Beberapa langkah yang dapat
dilakukan :
• Membersihkan gulma, sampah dan sisa tanaman yang
digunakan sebagai tempat bertelur dan sebagai bahan
makanan larva instar pertama
• Memungut larva kemudian memusnahkannya
• Menggunakan insektisida klorpirifos atau triazofos
(Sulistina, 1996).

8) Nematoda
Kerusakan yang ditimbulkan meliputi, daun berwarna
kecoklatan dan layu, akar berbintil, bercak, terbentuk cabang yang
berlebihan, membusuk atau ujung akar terluka, tanaman seperti
kekurangan unsur hara, pertumbuhannya terhambat. Pada bagian
kepala nematoda terdapat alat berbentuk tombak yang disebut stilet
dan berfungsi untuk menusuk dan menghisap cairan tanaman inang.
Kerusakan mekanis akibat tusukan stilet ini tidak seberapa, tetapi
selama makan nematoda juga menginjeksikan ludahnya (saliva)
yang mampu menghancurkan jaringan tanaman.
Nematoda harus dikendalikan sejak suplir belum ditanam di
dalam pot. Media pot harus benar-benar bebas dari telur atau
larvanya. Sebelum digunakan, media pot harus disterilisasi terlebih
dahulu. Sterilisasi ini dapat dilakukan dengan pemanasan dan
fumigasi dengan bahan kimia (fumigan). Fumigan yang dianjurkan
adalah methyl bromide. Apabila nematoda sudah menyerang,
secepatnya tanaman dicabut dan medianya diberi nematisida
triazofos (Sulistina, 1996).

b. Penyakit
1) Penyakit rebah kecambah (Damping – off)
Gejalanya :
• Spora yang sedang berkecambah (prothalus) lemah dan lunak
dengan warna lebih hijau dari yang lain
• Mula-mula tangkai daun dari ental muda yang letaknya dekat
permukaan daun membusuk, selanjutnya pembusukan
merembet ke sekitarnya
• Akar membusuk dan pada akhirnya tanaman mati
Penyebab :
Semua kerusakan diatas merupakan gejala dari penyakit rebah
kecambah (damping – off). Penyakit ini dapat berakibat parah bila
media tanam dibiarkan basah relatif lama.
16

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan penghuni tanah yaitu


Phithium sp. Disamping mempunyai banyak sekali tanaman inang,
cendawan ini mampu hidup secara saprotifik dengan memanfaatkan
sisa-sisa tanaman inang dan bahan-bahan organik lain.
Pengendalian :
Untuk mengendalikan penyakit ini dapat dengan
mengkombinasikan berbagai metode, yakni :
• Tanah atau media pot yang digunakan harus steril, terutama
untuk mengecambahkan spora atau prothalus. Sterilisasi tanah
dapat dilakukan secara fisik dengan pemanasan kering
maupun dengan mengalirkan uap panas atau dengan fumigasi
menggunakan methyl bromide
• Jika sterilisasi tanah dirasakan terlalu mahal, dapat dilakukan
pencelupan spora yang disemai dalam fungisida aktif thiram
atau captan
• Cara pendekatan bercocok tanam, antara lain perbaikan
darainase, penanaman pada saat suhu optimum untuk
pertumbuhan tanaman, menghindari pemupukan nitrogen
dalam bentuk nitrat yang berlebihan dan tanah yang sudah
terkontaminasi sebaiknya tidak dipakai lagi (Sulistina, 1996).

2) Penyakit cendawan abu-abu (Gray mold)


Gejalanya :
• Prathalus membusuk dan pada kondisi lembab akan terbentuk
lapisan tebal berwarna abu-abu.
• Ental muda lunak dan berair, akhirnya mengeriput dan kering.
Penyebab :
Penyakit ini disebabkan oleh Botrytis sp. yang dapat
membentuk sklerotia berwarna hitam pada permukaan jaringan yang
telah kering. Sklerotia merupakan gumpalan miselia cendawan yang
digunakan untuk mempertahankan diri bila lingkungan hidupnya
tidak mendukung. Bila keadaan membaik sklerotia akan
berkecambah, membentuk miselia baru dan siap menginfeksi
tanaman lagi. Disamping membentuk sklerotia, cendawan ini juga
mampu hidup secara saprofitik pada sisa-sisa tanaman atay bahan
organik lain yang ada dalam tanah.
Pengendalian :
Untuk menghindari serangan cendawan ini ada beberapa yang
perlu diperhatikan :
• Jangan menyemai spora terlalu cepat, jika sudah terlanjut,
pindahkan prothalus ke wadah lain yang lebih besar. Hal ini
17

dilakukan untuk mengurangi kelembaban dipersemaian yang


terlalu tinggi.
• Hilangkan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi dan musnahkan
untuk mencegah penularan ke tanaman lain.
• Bila suplir dipeliara di rumah kaca, usahakan agar kelembaban
udaranya tidak terlalu tinggi, misalnya dengan perbaikan
ventilasi, pemanasan ruangan dan sebagainya.
• Bila cara-cara di atas ternyata tidak efektif, semprotan fungisida
yang berbahan aktif zineb, captafo, maneb, benomyl, captan
atau thiram (Sulistina, 1996)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berumur cukup tua sudah
hidup sejak 800 – 850 juta tahun yang lalu. Menurut para ahli botani,
tumbuan paku-pakuan yang terdapat dunia berjumlah lebih dari 10.000
jenis, termasuk didalamnya adalah tanaman suplir. berdasarkan jenis
morfologinya, suplir termasuk ke dalam subdivisi paku sejati.
Adiantum vuneatum atau tanaman suplir merupakan tanaman yang
tidak memiliki bunga tetapi memiliki daun berwarna unik sehingga oleh
masyarakat umum dijadikan tanaman hias, namun hanya beberapa yang
terkenal diantaranya adiantum cuadatum, adiantum cuneatum, adiantum
raddianum, adiantum tenerum,adiantum trapeziforme dan adiantum
‘verigata”. Tanaman suplir ini tidak hanya berfungsi sebagai tanaman hias
tetapi juga sebagai tanaman herbal yang mungkin tidak diketahui banyak
orang manfaatnya bisa menetralisir beberapa penyakit, seperti gangguan
ginjal, menyehatkan kandungan kemih, dan lain-lain.
4.2. Saran
Dalam proses budidaya suplir ada baiknya jika tanaman suplir
diletakkan di dalam ruangan atau di tempat yang terdapat naungan. Hal ini
dikarenakan suplir merupakan salah satu tanaman hias yang tidak
membutuhkan banyak sinar matahari. Jika tanaman hias suplir terkena
sinar matahari secara berlebihan maka proses pertumbuhan tanaman akan
terganggu, tanaman suplir akan layu dan mati.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2017). Manfaaat Tanaman : Manfaat Tersembunyi Daun Suplir. Diambil


kembali pada September 19,2018 dari Tips Dokter Cantik:
http://www.tipsdoktercantik.com/manfaat-tersembunyi-daun-suplir/

Lestari, W. S. (2011). Suplir, Tanaman Paku Dengan Banyak Potensi. Dalam M.


Siregar, Warta Kebun Raya : Majalah Semi Populer (hal. 3-7). Bogor: Pusat
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.

Ratnasari, J. (2008). Galeri Tanaman Hias Daun. Jakarta: Niaga Swadaya.

Rudyarti, E. (2008). Tumbuhan Paku (Pteridophyta). Diambil kembali pada


September 19, 2018 dari http://eprints.uny.ac.id/

Rukmana, R.a (1997). Teknik Perbanyakan Tanaman Hias. Yogyakarta: Kanisius.

Rukmana, R.b (1998). Tanaman Hias Suplir. Yogyakarta: Kanisius.

Sudarmono, A. (1997). Mengenal dan Merawat Tanaman Hias Ruangan.


Yogyakarta: Kanisius.

Sulistina, S. (1996). Hama dan Penyakit Tanaman Suplir. Koleksi Perpustakaan


Universitas Terbuka.

Wiryanta, B. W. (2008). Media Tanam untuk Tanaman Hias. AgroMedia.

19

Anda mungkin juga menyukai