Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Asia dan pasifik, jumlah orang-orang tua ini berkembang pesat dari

410 juta pada tahun 2007 menjadi sekitar 733 juta pada 2050. Dalam hal

presentase, orang tua akan membentuk sekitar 15% dari total penduduk pada

tahun 2025 dan sampai 25% pada tahun 2050. Indonesia adalah negara terpadat

kelima di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari total penduduk di

Indonesia, dan saat ini memiliki populasi terbesar kesepuluh didunia. Pada

tahun 2020 dengan jumlah orang tua akan terus meningkat menjadi 28,8 juta

(11% dari total penduduk) sementara jumlah penduduk secara bertahap akan

berkurang. Ahli mencatat bahwa pada tahun 1950 orang pada usia 60 dan lebih

tua terdiri hanya 8% dari populasi. Kuota ini pada tahun 2014 meningkat

hingga 11% dan dalam jumlah 3.050 itu akan naik 22% dari populasi.

Diharapkan bahwa secara global jumlah orang pada usia 60 dan lebih tua akan

tiga kali lipat, yang tumbuh dari 743 juta orang pada tahun 2009 menjadi 2

milyar orang pada tahun 2050. Pada waktu itu jumlah orang yang lebih tua

akan melebihi jumlah anak-anak pada usia 15 tahun. (Depkes RI,2010)

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2011, menyatakan bahwa

pada tahun 2000-2005 Umur Harapan Hidup (UHH) manusia yakni 66,4 tahun

(dengan persentase populasi lansia tahun 2000 yakni (7,74%), angka ini

meningkat pada tahun 2045-2050 dimana UHH menjadi 77,6 tahun (dengan
persentase populasi lansia tahun 2045 yakni 28,68%) (Kementerian Kesehatan

RI, 2011 diakses pada tanggal 20 Maret 2016).

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa terjadi peningkatan

umur harapan hidup di Indonesia. Pada tahun 2000 yakni 64,5 tahun (dengan

persentase populasi lansia yakni 7,18%). Dan pada tahun 2010 angka ini

meningkat menjadi 69,43 tahun (dengan persentase populasi lansia yakni

7,56%). Kemudian pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan persentase

lansia yakni 7,58%) (Kemenkes RI, 2013)

Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia , pemerintah

telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut

ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia

untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan dan

masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan

sosial dan kesehatan pada lansia , pemerintah telah mencanangkan pelayanan

pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan ditingkat

masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan lansia tingkat dasar adalah

Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.

(Erfendi,2009).

Pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui

beberapa jenjang pelayanan kesehatan ditingkat masyarakat adalah posyandu

lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas dan

pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit. Posyandu lansia

adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat di mana

mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan, posyandu lansia merupakan

pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi

lansia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan

melibatkan peran serta pada lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi

dalam penyelenggaraannya. (Purnama, 2010)

Keberhasilan program posyandu lansia terlihat dari pemanfaatan atau

kunjungan lansia ke posyandu. Keteraturan kunjungan lansia menggambarkan

prilaku lansia dalam pemanfaatan posyandu. Menganalisa perilaku manusia,

bahwa seseorang atau masyarakat dalam mencapai pelayanan

kesehatandipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor perilaku dan faktor diluar

perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu

faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Faktor

predisposisi mencakup pengetahuan individu, sikap kepercayaan, tradisi,

norma , sosial, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan

masyarakat. Faktor pendukung ialah tersedianya sarana pelayanan kesehatan

dan kemudahan untuk mencapainya, sedangkan faktor pendorong adalah sikap

dan perilaku petugas kesehatan. Semakin lanjut usia seseorang, kesibukan

sosialnya akan berkurang, kondisi ini dapat berdampak pada kebahagiaan

seseorang. Posyandu lansia ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan

peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam menghayati dan mengatasi

kesehatan lansia dan untuk membina kesadaran pada lansia itu sendiri.

(Notoadmojo,2003).
Dalam melaksanakan kegiatan posyandu sering terdapat kendala yang

sering dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain

pengetahuan lansia yang rendah tentang posyandu, sikap lansia yang kurang

mendukung kegiatan posyandu, dukungan keluarga. Dalam kegiatan posyandu

ini pengetahuan lansia dan sikap lansia sangat berpengaruh terhadap keaktifan

kehadiran posyandu. Menurut Notoatmodjo (2007) Pengetahuan adalah proses

pemberian bukti oleh seseorang melalui proses pengingatan atau pengenalan

informasi, ide, fenomena yang diperoleh sebelumnya. Pengetahuan merupakan

hasil tahu suatu objek. Sedangkan sikap menurut walgito (2003) merupakan

organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek sit uasi yang relatif

ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada

orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu

yang dipilih.

Berdasarkan data BPS jumlah lansia di Kabupaten Barru terjadi

peningkatan yaitu Tahun 2014 sebanyak 18831 Jiwa dan Tahun 2015

sebanyak 19268 jiwa. Sedangkan dikecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru

jumlah lansia pada Tahun 2016 yaitu 1.324 Jiwa.

Dari data laporan posyandu lansia di Puskesmas Pancana diperoleh

hasil terdapat jumlah lansia tahun 2014 sebanyak 499, tahun 2015 sebanyak

375 dan tahun 2016 sebanyak 465 lansia. Dan yang mengikuti kegiatan

posyandu lansia hanya sebanyak 127 orang dan selama 2 tahun terakhir terus

mengalami penurunan terhadap keikutsertaan posyandu lansia. Data yang

diperoleh, lansia yang masih aktif mengikuti posyandu lansia sebanyak 50-60
orang setiap minggunya. Riset menunjukan salah satu yang melatar belakangi

penurunan kunjungan lansia adalah kurangnya pengetahuan tentang posyandu

lansia. ( Profil Puskesmas Pancana, 2016 )

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tentang

Posyandu Lansia dengan Kunjungan Posyandu Pada Lansia di Desa

Lalabata Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru Tahun 2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan luasnya masalah posyandu lansia tersebut,

maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian in adalah apakah terdapat

hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang posyandu lansia dengan

kunjungan pada lansia di Desa Lalabata Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten

Barru Tahun 2017.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara

pengetahuan dan sikap tentang posyandu lansia dengan kunjungan pada

lansia di Desa Lalabata Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru Tahun

2017.
2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan tentang posyandu

lansia di Desa Lalabata Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru

Tahun 2017.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap tentang posyandu lansia di

Desa Lalabata Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru Tahun 2017.

c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang posyandu

lansia dengan kunjungan pada lansia di Desa Lalabata Kecamatan

Tanete Rilau Kabupaten Barru Tahun 2017.

d. Untuk mengetahui hubungan antara sikap tentang posyandu lansia

dengan kunjungan pada lansia di Desa Lalabata Kecamatan Tanete

Rilau Kabupaten Barru Tahun 2017.


D. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber informasi

khususnya di Desa Lalabata Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru

Tahun 2017.

2. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan atau menambah wawasan

keilmuan kita, dan sekaligus dapat dijadikan sebagai bahan bacaan ilmiah,

kerangka perbandingan untuk mengembangkan ilmu keperawatan serta

menjadi bahan / data bagi pihak-pihak yang ingin mengadakan penelitian

selanjutnya.

3. Penelitian ini akan menjadi pengalaman yang sangat berharga dalam

memperluas wawasan dan pengetahuan tentang pengetahuan dan sikap

tentang posyandu lansia


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pengetahuan

Pengetahuan adalah sejumlah informasi yang dikumpulkan yang

dipahami dan pengenalan terhadap sesuatu hal atau benda-benda secara

objektif. Pengetahuan juga berasal dari pengalaman tertentu yang pernah

dialami dan yang diperoleh dari hasil belajar secara formal, informal dan non

formal dalam toruntju (2005). Menurut Toruntju (2005) pengetahuan lebih

bersifat pengenalan terhadap sesuatu benda atau hal secara objektif.

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif menurut Notoadmojo

(2003) mempunyai enam tingkat, yakni :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya

yang termasuk dalam pengathuan ini adalah mengingat kembali terhadap

sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang diterima,oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah.Kata kerja untuk mengukur bahwa tahu apa yang dipelajari

antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2003)

2. Memahami(comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan mendapat menginterprestasikan materi


tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari (Notoatmojo,2003)

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai penggunaanhukum – hukum, rumus metode dan

sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan atau menjabarkan materi atau suatu objek

dalam komponen – komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut. Dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan,

membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu formula keseluruhan yang

baru dengan kata lain membemtuksuatu formula, dari formula yang satu ada

seperti dapat menyusun , merencanakan ,meringkas,dan sebagainya terhadap

suatu teori yang sudah ada.


6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan denga untuk melakukan penilaian terhadap suatu

materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara yang

menyatakan tentang isi materi yang ingin diketahui dari subyek penelitian

atau responden, pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan dengan

tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2008).

Menurut Nursalam (2008) pengukuran pengetahuan menggunakan

skala ordinal yang dikategorikan dalam bentuk tingkatan. Sedangkan

pengelompokkan pengetahuan dikategorikan baik bila skor lebih dari atau

sama dengan 67%, cukup bila skor 34 - 66% dan kurang bila skor 0 - 33%.

B. Tinjauan Tentang Sikap

Sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,

predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara

sederhana. Sikap merupakan respon terhadap stimulasi sosial yang telah

terkondisikan. Sikap merupakan kesediaan untuk bereaksi (disposition to react)

secara positif (ravorably) atau secara negatif (untavorably) terhadap obyek –

obyek tertentu. Ahli psikologi W.J Thomas yang dikutip oleh Notoadmodjo

memberikan batasan sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat

positif maupun negatif yang berhubungan dengan obyek psikologi. Dalam teori

Allport tahun 1954 yang dikutip oleh Notoadmodjo, menjelaskan bahwa sikap

itu mempunyai 4 komponen pokok yaitu kepercayaan, ide dan konsep terhadap
suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek serta

kecenderungan untuk bertindak. Keempat komponen ini akan membentuk

sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan memegang peranan

penting.

Adapun tingkatan sikap yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan.

2. Menanggapi (responding)

Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang

diberikan.

3. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek memberikan nilai positif terhadap objek atau

stimulus seperti membahas dengan orang lain, mengajak atau

menganjurkan orang lain merespon.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala risiko. Merupakan sikap yang paling tinggi.

Tingkatan sikap dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala

likert, yaitu untuk pernyataan favourable bila menjawab:


1) Sangat setuju : nilai 5

2) Setuju : nilai 4

3) Ragu-ragu : nilai 3

4) Tidak setuju : nilai 2

5) Sangat tidak setuju : nilai 124

Sedangkan pernyataan unfavourable bila menjawab:

1) Sangat tidak setuju : nilai 5

2) Tidak setuju : nilai 4

3) Ragu-ragu : nilai 3

4) Tidak setuju : nilai 2

5) Setuju : nilai 1

C. Tinjauan Tentang Lansia

1. Pengertian

Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia,

pengertian lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60

tahun ke atas. Keadaan ini dibagi menjadi dua, yaitu Lanjut Usia Potensial

dan Lanjut Usia Tidak Potensial. Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia

yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat

menghasilkan barang dan/ jasa, sedangkan Lanjut Usia Tidak Potensial


adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya

bergantung pada bantuan orang lain.

2. Batasan-Batasan Lansia

Sedangkan WHO menggolongkan lanjut usia menjadi empat, yaitu

a. Usia Pertengahan (middleage) : umur 45-59 tahun

b. Lanjut Usia (elderly) : umur 60-74 tahun

c. Lanjut Usia Tua (old) : umur 75-90 tahun

d. Usia Sangat Tua (veryold) : umur diatas 90 tahun

Departemen Kesehatan RI menggolongkan lanjut usia menjadi

Tiga kelompok, yaitu :

a. Kelompok Lansia Dini (55-64 tahun), merupakan kelompok yang

barumemasuki lansia

b. Kelompok Lansia (65 tahun ke atas)

c. Kelompok Lansiaresiko tinggi yaitu lansia yang berusia lebih dari 70

tahun.

3. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia

a. Perubahan Fisik

1. Sel

Terjadinya penurunan sel atau jumlah sel lebih sedikit, ukuran sel

lebih besar, jumlah cairan tubuh dan cairan intra seluler berkurang,

mekanisme perbaikan sel terganganggu.


2. Sistem persyarafan

Menurunnya hubungan persyarafan, lambat dalam merespon dan

waktu untuk berfikir, mengecilnya syaraf panca indra, berkurangnya

penglihatan, pendengaran, penciuman dan perasa lebih sensitif

terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap

dingin, kurang sensitifnya terhadap sentuhan, dan deficit memori.

3. Sistem Pendengaran

Presbiakusis (gangguan pada pendengaran), hilangnya kemampuan

(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi

suara, antara lain nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit

mengerti kata-kata 50% terjadi usia diatas 65 tahun.

4. Sistem Penglihatan

Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

Kornea lebih berbentuk skeris, lensa lebih suram (kekeruhan pada

lensa), meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi

terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya

gelap,hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang dan

berkurangnya luas pandang, menurunnya daya membedakan warna

biru atau warna hijau pada skala.

5. Sistem Kardiovasikuler

Katub jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung

memompa darah menurun 1% pertahun sesudah berumur 20 tahun, hal

ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan


elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitasnya pembuluh darah

perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk (duduk

ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menjadi 65 mmHg

(mengakibatkan pusing mendadak). Tekanan darah meningkat akibat

meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal 170/95

mmHg).

6. Sistem Pengaturan Suhu Tubuh

Temperature tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis 35 derajat

celcius, ini akibat metabolisme yang menurun. Pada kondisi ini lansia

akan merasa kedinginan dan dapat pula menggigil pucat, gelisah.

Keterbatasan reflek, menggigil dan tidak dapat memproduksi panas

yang banyak sehingga terjadi penurunan aktifitas otot.

7. Sistem Pernapasan

Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan

kekuatan, dan menjadi kaku. Aktifitassilia menurun. Paru-paru

kehilangan elastisitasnya, kapasitas resudi meningkat, menarik nafas

lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun dengan

kedalaman bernapas menurun. Ukuran alveoli melebar.

8. Sistem Pencernaan

Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, hilangnya sensitifitas dari

syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam, dan pahit,

esofagus melebar, rasa lapar menurun, asam lambung menurun ,

waktu mengosongkan menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul


kontipasi, fungsi absorbsi melemah, liver makin mengecil, dan

menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

9. Sistem Reproduksi

Selaput lendir vagina menurun/kering, menciutnya ovarium dan

uterus, atropi payudara, testis masih dapat memproduksi meskipun

adanya penurunan secara berangsur-angsur, dorongan sex menetap

sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik. Sistem

GhentoUrinari Ginjal, mengecil dan neprhon menjadi atropi, aliran

darah ke ginjal, fungsi tubulus berkurang akibat kurangnya

kemampuan mengkonsentrasiurin, pada vesikaurinaria/kandung

kemih, otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml

atau menyebabkan frekuensi BAK meningkat, pada pria

vesikaurinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga

meningkatnya urin.

11. Sistem Endokrin

Produksi hamper dari semua hormon menurun, fungsi paranoid dan

sekresi tidak berubah, menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya

sekresi hormon kelamin, misalnya : progesteron, esterogen,

testosteron.

12. Sistem Kulit

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,

permukaan kulit cenderung kusam, kasar dan bersisik. Timbul

bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis. Respon terhadap


trauma menurun. Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna

kelabu. Pertumbuhan kuku lebih lambat, menjadi keras dan kurang

bercahaya.

13. Sistem Muskoloskeletal

Tulang kehilangan densitas (cairan) dan makin rapuh, kifosis,

kekuatan dan stabilitas tulang menurun, kartilago yang meliputi

permukaan sendi tulang menurun, kartilago yang meliputi

permukaan sendi tulang penyangga rusak. Tendon mengerut dan

mengalami sklereosis, atrofi serabut otot, aliran darah ke otot

berkurang sejalan dengan proses menua.

b. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik,

khususnya organ perasa, kesehatan umum tingkat pendidikan, keturunan

(herediter), lingkungan. Pada lanjut usia perubahan kepribadian yang drastis

jarang terjadi. Dalam hal ini, lansia sering mengeluh lupa, disorientasi

waktu, tempat dan kadang ada yang mengalami dimensia.

c. Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial yang terjadi pada lansia terdiri dari : pensiunan,

dimana nilai seseorang sering diukur dengan produktifitasnya, identitasnya

dan pekerjaannya. Merasakan atau sadar akan kematian. Perubahan dalam

cara hidup, penyakit kronis dan ketidakmampuan ekonomi akibat

pemberhentian dari jabatan yang menimbulkan masalah dimana

meningkatnya biaya hidup sedangkan pendapatan berkurang. Gangguan


gizi, kehilangan hubungan dengan teman atau family dan yang terakhir

kehilangan kekuatan dan ketegapan fisik.

d. Perubahan Spiritual

Agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia

makin mundur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam

berpikir dan bertindak dalam sehari-hari.

Adapun permasalahan yang terjadi pada lansia, sebagai berikut :

a. Proses Ketuaan

Pada proses ketuaan yang terjadi pada usia lanjut adalah secara alami

dengan konsekuensi timbulnya masalah fisik mental dan sosial.

b. Proses Sosialisasi

Perubahan sosialisasi ini terjadi karena produktifitas yang mulai

menurun, berkurangnya kesibukan dan interaksi dengan lingkungan.

c. Permasalahan Produktif

Produktifitas ini menurun akibat terbatasnya kesempatan kerja karena

kemampuan dan keterampilan menurun, namun kebutuhan hidup terus

meningkat.

d. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan pada lanjut usia terutama untuk kelainan degeneratif

yang memerlukan biaya tinggi.


e. Nilai Sosial

Perubahan nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan

masyarakat individualistic,para lanjut usia kurang perhatian sehingga

sering tersisih dari kehidupan masyarakat dan menjadi terlantar.(Depkes

RI,2000).

Mengatasi masalah pada lansia, sebagai berikut :

a. Pelayanan Kesehatan

Orang yang telah lanjut usia identik dengan penyakit dengan menurunnya

daya tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Lansia akan

membutuhkan cek kesehatan rutin dan obatobatan yang jumlah atau

macam tergantung dengan penyakit yang diderita.

b. Pemberian Nutrisi

Pemberian nutrisi yang baik dan cukup sangat diperlukan oleh lansia yang

mengandung serat dalam jumlah yang besar dan dikonsumsi secara

bertahap.

c. Olahraga

Jadikan olahraga sebagai kebutuhan dan rutinitas salah satunya yaitu

senam lansia.

d. Istirahat

Hendaknya biasakan diri dengan tidur yang cukup

e. Daya ingat

Latihan daya ingat dapat dilatih dengan permainan yang berhubungan

dengan daya ingat.


f. Dukungan Keluarga

Keluarga adalah support sistem utama bagi lansia sehingga keluarga

diharapkan dapat menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan

meningkatkan status mental serta memberikan motivasi dan memvasilitasi

kebutuhan lansia dalam mempertahankan kesehatannya.

g. Pendidikan

Memberikan pendidikan untuk menambah wawasan dan pengetahuan

lansia yaitu melalui posyandu lansia.

h. Pemanfaatan Waktu Luang

Isi waktu luang dengan berbagai kegiatan positif, bermakana dan produktif

bagi dirinya maupun orang lain seperti kegiatan keterampilan di posyandu

lansia.

D. Tinjauan Tentang Posyandu Lansia

1. Pengertian Posyandu Lansia

Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut

disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh

masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan.

Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah

melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui

program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga,

tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Erfandi,

2008). Posyandu juga merupakan wadah kegiatan berbasis masyarakatuntuk

bersama-sama menghimpun seluruh kekuatan dan kemampuan masyarakat


untuk melaksanakan, memberikan serta memperoleh informasi dan

pelayanan sesuai kebutuhan dalam upaya peningkatan status gizi masyarakat

secara umum (Henniwati, 2008). Menurut Departemen Kesehatan RI

(2005), posyandu lansia adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan

kesehatan terhadap lansia ditingkat desa/kelurahan dalam masing-masing

wilayah kerja puskesmas. Keterpaduan dalam posyandu lansia berupa

keterpaduan pada pelayanan yang dilatar belakangi oleh kriteria lansia yang

memiliki berbagai macam penyakit. Dasar pembentukan posyandu lansia

adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama lansia.

2. Tujuan PosyanduLansia

Menurut Erfandi (2008), Tujuan Posyandu Lansia secara garis besar adalah :

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat,

sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan

lansia.

b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan

swasta dalam pelayanan kesehatan, disamping meningkatkan

komunikasi antara masyarakat usia lanjut.

3. Manfaat PosyanduLansia

Manfaat dari posyandu lansia adalahpengetahuan lansia menjadi meningkat,

yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau

motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia sehingga

lebih percaya diri dihari tuanya.


4. Sasaran PosyanduLansia

a. Sasaran posyandu lansia adalah :

Sasaran langsung, yaitu kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun),

kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas), dan kelompok usia lanjut dengan

resiko tinggi (70 tahun ke atas).

b. Sasaran tidak langsung, yaitu keluarga dimana lansia berada, organisasi

sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut, masyarakat luas

(Departemen Kesehatan RI, 2006).

5. Kunjungan Posyandu Lansia

Kunjungan posyandu pada lansia dikategorikan dalam tiga bagian yaitu

aktif, kurangaktif, dan tidakaktif. Dikategorikan aktif apabila kehadiran

lansia 4 kali/ periode, dikategorikan kurang aktif apabila 3-1 kali/ periode,

dan dikategorikan tidak aktif apabila kehadiran lansia 0 kali/ periode.

(Sumber : Ruang Poli Lansia Puskesmas Pancana)

6. Kegiatan Posyandu Lansia

Bentuk pelayanan pada posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan

fisik dan mental emosional, yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju

Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau

ancaman masalah kesehatan yang dialami. Beberapa kegiatan pada

posyandu lansia adalah :

a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar

dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian,

naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.


b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan

mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua )

menit Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh

(IMT).

c. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta

penghitungan denyut nadi selama satu menit.

d. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat

e. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya

penyakit gula (diabetes mellitus)

f. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai

deteksi awal adanya penyakit ginjal.

g. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau

ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir-butir diatas.

h. Penyuluhan Kesehatan, biasa dilakukan didalam atau diluar kelompok

dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai

dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan kelompok

usia lanjut.

i. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut

yang tidak dating, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan

masyarakat. Selain itu banyak juga posyandu lansia yang mengadakan

kegiatantambahan seperti senam lansia, pengajian, membuat kerajian

ataupun kegiatan silaturahmi antar lansia. Kegiatan seperti ini


tergantung dari kreasi kader posyandu yang bertujuan untuk membuat

lansia beraktivitas kembali dan berdisiplin diri.

7. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Mekanisme pelayanan Posyandu Lansia tentu saja berbeda dengan

posyandu balita pada umumnya. Mekanisme pelayanan ini tergantung pada

mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah

penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia ini dengan

sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada pula yang hanya 3 meja. 3 meja

tersebut meliputi :

a. Meja I: pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan

dan atau tinggi badan.

b. Meja II : melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan dan index

massa tubuh (IMT); juga pelayanan kesehatan seperti pengobatan

sederhana dan rujukan kasus.

c. Meja III : melakukan kegiatan konseling atau penyuluhan, dapat juga

dilakukan pelayanan pojok gizi.

8. Penilaian Keberhasilan Upaya Pembinaan Lansia melalui Posyandu

Lansia

Menurut Henniwati (2008), penilaian keberhasilan pembinaan lansia melalui

kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu, dilakukan dengan menggunakan

data pencatatan, pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan

tersebut dapat dilihat dari :

a. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan berkembangnya


jumlah orang masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas

pengembangannya.

Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah atau swasta yang memberikan

pelayanan kesehatan bagi lansia

c. Berkembangnya jenis pelayanan konseling pada lembaga

d. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia

e. Penurunan daya kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lansia


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara

konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian

yang akan dilakukan (Notoatmojo,2005) Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang posyandu lansia denga

kunjungan posyandu pada lansia. Adapun yang menjadi variabel dependen

adalah rendahnya kunjungan lansia pada posyandu lansia, sedangkan variabel

independen adalah pengetahuan dan sikap lansia terhadap kunjungan

posyandu pada lansia.

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan dasar pemikiran variabel diatas, maka berikut ini

kerangka konsep penelitian ini :

Pengetahuan
Kunjungan Lansia

Sikap

Variabel independen

Variabel Dependen
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan Hasil pengetahuan lansia tentang posyandu lansia

yaitu : Pengertian posyandu lansia, Tujuan posyandu Lansia, Manfaat,

posyandu lansia, Jenis kegiatan, posyandu lansia

Kriteria Objektif :

Baik : Apabila jumlah skor nilai kuisioner 76-100%

Sedang : Apabila jumlah skor nilai kuisioner 56-75%

Kurang : Apabila jumlah skor nilai Kuisioner < 55%

(Arikunto,2006)

2. Sikap

Sikap merupakan Bentuk respon lansia terhadap pemanfaatan posyandu

lansia yang meliputi beberapa tahapan yaitu, menerima, merespon,

menghargai dan bertanggung jawab.

Kriteria Objektif :

Baik : Apabila jumlah skor nilai kuisioner 76-100%

Sedang : Apabila jumlah skor nilai kuisioner 56-75%

Kurang : Apabila jumlah skor nilai Kuisioner < 55%

(Arikunto,2006)

3. Kunjungan Posyandu

Kunjungan posyandu merupakan absensi kehadiran lansia keposyandu

lansia.

Kriteria Objektif :
Aktif : Apabila jumlah kehadiran > 4 Kali / Periode

Kurang aktif : Apabila jumlah kehadiran 3-1 Kali / Periode

Tidak aktif : Apabila jumlah kehadiran 0 kali / Periode


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei analitik yaitu survey atau penelitian yang

mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.

Dengan rancangan penelitian crosssectional,penelitian crosssectional adalah

suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor

risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (pointtimeapproach), dimana dua variabel

diobservasi secara bersamaan pada waktu yang sama. Pengukuran dilakukan

terhadap pengetahuan dan sikap pada waktu yang sama. (Notoadmojo,2005).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama kasus

berlangsung (Notoatmojo,2012). Penelitian ini akan dilakukan di wilayah

kerja di Desa Lalabata Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru. Peneliti

mengambil tempat ini dengan alasan lansia terbanyak terdapat di wilayah ini

dan dalam 2 tahun terakhir mengalami penurunan kunjungan lansia ke

posyandu lansia yang cukup signifikan.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk pelaksanaan

penelitian (Notoatmojo,2012). Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan

Mei sampai Juni 2017.


C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto (2010) populasi adalah keseluruhan objek penelitian.

Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia yang berumur 60-69 tahun

Desa Lalabata Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru, yaitu 77 orang

lansia.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi.(Notoatmodjo, 2010). Sampel

dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang berusia 60-69 tahun yang

berada di Desa Lalabata Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru tahun

2017, dengan jumlah 77 orang yang kemudian dilakukan pengambilan

sampel menggunakan Total Sampling yaitu semua populasi dijadikan

sampel penelitian

E. Pengumpulan dan Penyajian Data

Untuk memperoleh data penelitian, menggunakan kuisioner sebagai

instrument yang diberikan kepada responden,dimana responden memilih

jawaban yang telah tersedia sesuai dengan pengetahuan responden.

Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi kuisioner oleh responden yang

telah disediakan pada waktu penelitian. Pengumpulan data berdasarkan data

primer dan sekunder :


1. Data primer

Data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner dengan teknik

wawancara kepada responden tentang pengetahuan dan kunjungan lansia

pada posyandu.

2. Data sekunder

Data yang didapat dari catatan laporan Puskesmas Pancana Kecamatan

Tanete Riaja Kabuenpaten Barru.

3. Teknik pengolahan data

Pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan data dilaksanakan

dengan maksud agar data yang dikumpulkan memiliki sifat yang jelas, adapun

langkah -langkah dalam pengolahan data , yaitu :

1. Pemeriksaan Data (editing)

Proses pemeriksaan kembali jawaban responden hasil wawancara dan

pengamatan pada kuesioner. Tujuan editing adalah untuk mengecek lengkap

atau tidaknya pengisian kuesioner, hasilnya dapat dibaca untuk melihat

kuesioner responden.

2. Pemberian kode (coding)

Pemberian kode, tanda, simbol pada setiap data dan pertanyaan untuk

mempermudah pengolahan data

3. Pemindahan data (entry)

Memproses data agar dapat dianalisa dengan cara memindahkan data

kuesioner ke dalam master tabel.Untuk memudahkan proses entry data,


maka jawaban setiap pertanyaan diberikan kode yang dimuat dalam buku

petunjuk kode.

4. Membersihkan data (cleaning data)

Sebelum dilakukan analisa data, data yang sudah dimasukan dilakukan

penjelasan, pembersihan kalau ada ditemui kesalahan pada saat entry

sehingga dapat diperbaiki dengan nilai – nilai (score) yang ada sesuai

dengan hasil pengumpulan data , kemudian dilakukan transformasi data

untuk menggambarkan variabel bebas dari variabel terkait. Hasil yang

diperoleh merupakan komposit dari pertanyaan pertanyaan tersebut.

5. Menyusun data (tabulating)

Menyusun data secara manual dan memasukan data tersebut kedalam master

tabel.

E. Teknik analisis data

Setelah alternatif jawaban responden dimasukan dalam tabel distrubsifreksi dan

persentasikan, kemudiandiskripsikan dengan menggunakan skala yang telah

ditetapkan.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah suatu analisa terhadap setiap variabel dari peneliti

yang bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan proporsi

dari berbagai variabel yang diteliti. Dengan demikian variabel variabel yang

ada dapat dengan dengan mudah dilakukan analisa selanjutnya. Data yang

merupakan karateristik sampai ditampilkan dalam bentuk frekuensi. (

Notoatmodjo, 2005)
2. Analisis Bivariat

Untuk melihat hubungan antara 2 variabel yang dilakukan secara komputerisasi

dan SPSS dengan uji statistik dengan menggunakanuji statistic chi

square,dimanachi-square adalah salah satu jenis uji komparatif nonparametris

yang dilakukan pada dua variabel, di mana skala data kedua variabel adalah

nominal. (Apabila dari 2 variabel, ada 1 variabel dengan skala nominal maka

dilakukan uji chisquare dengan merujuk bahwa harus digunakan uji pada

derajat yang terendah). Kemaknaan dilihat berdasarkan nilai P value, dimana

jika P value ≤ 0.05 penelitian dinyatakan bermakna. Sebaliknya jika P value

>0.05 maka penelitian dinyatakan tidak bermakna.

Anda mungkin juga menyukai