Anda di halaman 1dari 18

I.

TUJUAN PERCOBAAN
(1) Tujuan Instruksional Umum
 Prinsip-prinsip kesetimbangan pada suatu campuran (hubungan antara suhu, tekanan
dan komposisi) adalah suatu hal penting yang perlu ditetapkan pada operasi destilasi.
 Pemisahan sebagian komponen dari suatu campuran dapat dilakukan dengan cara
Destilasi.
 Teknik pengesetan dan penjagaan kondisi operasi perlu diperhatikan.
 Tingkat pemurnian produk sangat tergantung pada teknik pengoperasian yang benar.

(2) Tujuan Instruksional Khusus


 Melakukan kalibrasi antara komposisi dengan indeks bias
 Melakukan pemecahan campuran dengan dengan destilasi batch dengan sistem
dengan sistem refluks.
 Mengisi format-format kegiatan praktikum yang disiapkan.
 Melakukan destilasi dengan sistem refluks total dan refluks konstan paa suatu harga
tertentu.
 Menghitung jumlah tahap teoritis dengan menggunakan metode McCabe-Thile.
 Menghitung komposisi bottom dan komposisi rata-rata produk.
 Melakukan operasi destilasi dengan sistem pengaturan refluks untuk mendapatkan
produk yang tetap (universatile).

II. PERINCIAN KERJA


 Buat grafik kalibrasi indeks bias dengan komposisi.
 Buat kurva kesetimbangan (Xe vs Ye dan Xe, Ye vs T)
 Tentukan komposisi dan jumlah umpan yang akan dipisahkan.
 Periksa indeks bias umpan
 Operasi destilasi sampai terjadi kesetimbangan pada total refluks
 Pengaturan refluks
 Menghitung jumlah tahap teoritis
 Penentuan jumlah dan kemurnian produk.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat : Piknometer (1 buah)
Erlenmeyer (250 ml ,10 buah)
Pipet Ukur (25 ml dan 10 ml)
Balp
Selang karet
Aluminium Foil
Neraca digital
Kolom destilasi (yang telah dilengkapi dengan berbagai perlengkapan
untuk pengukuran pengendalian, pemanasan dan kondensasi).
Refraktometer Abbe
Pipet tetes (5 cc, dua buah)
Tissue
Tempat sampel tertutup (50 cc,12 buah)
Botol penyimpanan bahan-bahan sisa (2 buah)

Bahan : Methyl Cyclohexana


Toluen
Metanol
Ethanol
Aquadest (tergantung tugas dari pembimbing)

IV. DASAR TEORI


Destilasi merupakan salah satu cara untuk memisahkan campuran cairan atas komponen-
komponennya. Pada cara ini, campuran cairan yang terdiri dari dua atau lebih komponen
dipanaskan titik didihnya sehingga sebagian cairan menguap. Uap yang keluar pada pemanasan
ini masih merupakan campuran tetapi komposisinya pada umumnya berbeda dengan komposisi
cairan asalnya. Apabila uap ini diembunkan (kondensasi), akan diperoleh cairan dengan komposisi
yang berbeda dengan komosisi yang semula. Perbedaan komposisi fasa uap dengan komposisi
fasa cairan awalnya inilah menjadi dasar operasi destilasi. Hubungan komposisi uap dan cairan
diberikan oleh hubungan kesetimbangan uap cair.
Ada sistem tertentu dimana komposisi fasa uap kesetimbangannya sama dengan
komposisi fasa cairnya. Pada keadaan ini destilasi tidak dapat digunakan untuk memisahkan
komponen-komponennya (campuran Azeotrop).
Destilasi banyak dilakukan dalam industri minyak bumi untuk memisahkan fraksi-fraksi
minyak bumi yang diinginkan. Kelompok lain adalah destilasi campuran alkohol-air dengan tujuan
memperoleh alkohol dengan konsentrasi lebih tinggi. Pemisahan air dari air garam tidak disebut
destilasi tapi penguapan (Evaporasi) krena disini fasa uapnya hanya satu komponen yaitu air.
Secara teoritis tidak dapat diperoleh suatu zat yang mutlak mutlak (100%) tetapi dengan
cara penguapan dan kondensasi secara berulang-ulang dapat diperoleh zat dengan kemurnian
yang lebih tinggi untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Sukar mudahnya pemisahan secara
destilasi bergantung pada besarnya perbedaan sifat zat-zat yang mirip satu sama lain, pemisahaan
secara destilasi sukar dilakukan.
(1) Kesetimbangan Uap Cair
Keberhasilan penerapan cara destilasi sangat bergantung kepada pemahaman dan
tersedianya data kesetimbangan antara fasa uap dan fasa cairan campuran yang akan di deslitasi.
Data kesetimbangan uap cair cair dapat diperoleh dari percobaan-percobaan.

(2) Diagran Titik Didih Komposisi


Titik didih (titik gelembung/buble point) suatu campuran bergantung kepada tekanan dan
komposisinya demikian pula kebalikannya yaitu titik embun campuran. Gambar (II.1) menunjukkan
lengkungan (kurva) yang menggambarkan hubungan komposisi dengan titik didih dan titik embun
untuk komponen 2 campuran (biner).
Pada gambar II.1 campuran biner terdiri dari zat A dengan titik dengan titik didih tA dan
zat B dengan titik didh tB. Zat A lebih cepat menguap dibandingkan dengan zat B (titik didih A lebih
rendah). Kurva bagian atas menggambarkan hubungan titik embun dengan komposisi cmpuran
uap. Tiap titik pada kurva tersebut (misalnya e) absisnya menunjukkan komposisi campuran fasa
uap (Y) dan ordinatnya adalah suhu pada mana campuran tersebut akan mulai mengembun (tL).
Kurava yang sebelah bawah menggambarkan hubungan komposisi campuran cairan (X) dan
ordinatnya adalah suhu pada mana cairan dengan komposisi tersebut mulai mendidih. Titik –titik
pada kedua kurva yang dihubungkan dengan garis mendatar menunjukkan komposisi fasa uap
dan komposisi fasa cair yang berbeda dalam kesetimbangan. Jadi cairan dengan komposisi x (titik
d) dan uap dengan komposisi y (titik e) berada dalam kesetimbangan.
Titik-titik diatas kurva titik embun (misalnya a), menunjukkan zat dalam fasa uap,
sedangkan titik-titik di bawah kurva titik didih menunjukkan campuran cairan (mis. titik b). Titik-titik
diantara kedua antara kedua kurva, misalnya c, menunjukkan campuran fasa cair dan fasa uap.
Cairan komposisinya x, dan uap dengan komposisi y.
Dengan titik didih komposisi ini harus ditentukan dengan percobaan-percobaan dan
berubah dengan perubahaan tekanan. Gambar II.2 memperlihatkan diagram serupa pada tekanan
yang berbeda-beda. Kurva makin keatas (naik) dengan naiknya tekanan karena titik didih naik
dengan naiknya tekanan.
Pada beberapa sistem, terdapat suatu harga tertentu komposisi pada mana komposisi
dalam fasa uap sama dengan komposisi dalam fasa cairnya. Campuran ini disebut campuran
Azeotrop atau campuran alkohol (etanol) air dengan komposisi 89,4 % mol etanol (1 atm, 78,2 OC)
telah dari 3000 campuran azeotrop telah ditentukan orang.
Gambar II.3 (a) merperlihatkan campuran Azeotrop Etanol-Benzen pada 1 atm yang menunjukkan
titik didih maksimum.
Gambar II.3b
(3) Penguapan dan Pengembunan Parsial
Tinjaulah suatu campuran biner yang dipanaskan dalam sebuah bejana tertutup sehingga
tidak ada bahan keluar dan tekanan dijaga tetap pada 1 atm. Diagram titik didih dan embunnya
digambarkan pada gambar (II.4). Apabila komposisi campuran mula-mula X B, suhu T2 dibawah titik
didihnya (titik G), maka pada pemanasaan akan terjadi hal berikut :
a) Pada waktu suhu mencapai T2 cairan akan mendidih (titik b) dan terbentuk sejumlah uap
dengan komposisi Y2 (titik E).
b) Pada pemanasan lebih lanjut, titik didih cairan naik (misalnya T) karena zat yang lebih mudah
menguap lebih banyak menguap dan cairan mengundang lebih banyak zat yang lebih sukar
menguap. Pada suhu T ini komposisi uap dunyatakan dengan titik N, dan komposisi cairan
dengan titik L. Karena tidak ada zat yang keluar dari bejana, maka campuran akan terdiri dari
fasa cair dan fasa uap. Perbandingan jumlah cairan dengan uap digambarkan oleh
perbandingan panjang garis MN dengan MI.
jumlahcairan MN

jumlahuap MI

c) Pada pemanasan lebih lanjut sampai suhu Tl, semua cairan telah berubah menjadi uap (TB)
yang komposisinya (Yl) sama dengan komposisi cairan semula. Dari uraian diatas terlihat
bahwa pada penguapan sebagian (parsial) cairan, akan diperoleh uap dengan komposisi zat
mudah menguap yang lebih besar daripada komposisinya dalam cairan (hal A dan B). Apabila
uap yang mula-mula terbentuk (E) segera dikeluarkan dan diembunkan, maka akan diperoleh
cairan dengan komposisi X3 (titik C).
Apabila dimulai dengan komposisi Yi (titik H), pada perbandingan sampai titik D akan
terbentuk fasa cair dengan komposisi X1 (titik K). Pendinginan lebih lanjut sampai suhu T diperoleh
campuran cairan L. Dengan komposisi lebih rendah dan uap N yang komposisinya lebih tinggi dan
campuran awalnya. Jadi pada pengembunan sebagian juga diperoleh uap uang lebih kaya dengan
fraksi ringan dan cairan yang lebih kaya dengan fraksi berat. Prinsip ini ditarapkan dalam industri.
Kolom-kolom distikasi dalam industri sebenarnya merupakan satu deretan unit pelaksana proses
penguapan dan pengembunan parsial yang dirangakai secara berkesinambungan (continius).

(4) Hukum-hukum Dalton, Hendry, dan Raoult.


Diagram titik didih seperti disebut dimuka dibuat berdasarkan data kesetimbangan uap
cair yang diperoleh dari percobaan untuk sistem-sistem atau keadaan tertentu, data
kesetimbangan dapat dihitung dari data tekanan uap zat murni, perhitungan ini berdasarkan
kepada hukum Hendry atau Raoult.
Untuk sistem gas ideal, komposisi campuran dapat dinyatakan dengan tekanan parsial
komponen-komponennya. Hukum Dalton menyatakan bahwa tekanan total suatu campuran gas
merupakan jumlah tekanan-tekanan parsial semua komponen-komponennya.

P – ΣPi – PA + PB – Pc + …….
.................... (2-1)
Dimana P adalah tekanan total, Pi takanan parsial komponen i (A, B, C, dst).
Tekanan parsial suatu komponen sebanding dengan banyaknya mol komponen tersebut fraksi mol
suatu komponen adalah :

Pi PA
Yi  atau YA  .................... (2-2)
P PA  PB  PC  .......

Hukum Hendry menyatakan bahwa tekanan parsial suatu parsial suatu komponen (A)
diatas larutan sebanding larutan sebanding dengan fraksi mol komponen tersebut.

PA = H A . XA
...................... (2-3)
Dimana H adalah tetapan hukum Hendry. Hukum ini berlaku untuk larutan encer (XA, rendah, XB
(pelarutnya) tinggi).
Hukum Roult juga memberikan hubungan antara tekanan parsial suatu zat diatas larutan
dengan fraksi molnya.

PA = P . HA . XA
...................... (2-4)
P*A = tekanan uap zat A murni. Hukum ini berlaku untuk XA yang tinggi (berarti XB rendah)
Dengan hukum-hukum tersebut diatas, komposisi, kesetimbangan cair-uap (X-Y, dapat
dihitung dari data tekanan uap zat-zat murni. Untuk suatu campuran biner (2 kompenen A dan B),
dimana fraksi mol zat A (yang lebih mudah menguap) sama dengan X, maka :

PA - P*A . XA ...................... (2-4)

PB - P*B (1-X)*
........................ (2-5)

Tekanan total P – P A – P B – P* A + P* B (1 – X) ....................... (2-6)


Fraksi mol A dalam fasa uapnya.
PA P * Ax P * Ax
  ........................ (2-7)
PA  PB P * Ax  P * B (1  x ) P
Sebagai contoh campuran dan toluena pada 100OC :
Tekanan uap benzena murni – 1350 mmHg
Tekanan uap toluena murni – 556 mmHg
Tekanan sistem ini digambarkan dalam gambar (II.5)
Tekanan parsial benzena, PA - 1350 x grafik 1
Tekanan parsial toluena, PB - 556(1 – x) grafik 2
Tekanan total, P – 1350 x + 556 (1 – x) grafik 3
Dari persamaan-persamaan ini atau grafiknya diperoleh data untuk titik didih 100 OC.
Misalkan untuk tekanan total 1 atm (760 mmHg)
XA = 0,257
XB = 1 – 0,257 = 0,743
PA = 347 mmHg
YA = 347 / 760 = 0,456
Dengan cara yang sama dan data tekanan uap pada suhu yang lain, dapat di hitung x dan y untuk
suhu tersebut. Misalnya pada suhu 82,2 OC.
P* A – 811 mmHg : P* B – 314 mmHg
Untuk tekanan total 760 mmHg :
760 – 811 x + 314 (1 – x)
x = 0,897
(811)(0,897)
y=  0,958
760
Pada akhirnya diperoleh data sebagai berikut :
T, OC x y
82,2 0,897 0.958
100 0,257 0,456
Dari data ini dibuat diagram titik didih pada gambar II.1.
Hukum Raoult berlaku untuk campuran komponen-komponen yang secara kimia mirip
satu sama lain (contoh benzena dan toluena). Banyak sistem campuran yang dikenal dalam
praktek menyimpang dari hukum. Kalaupun berlaku biasanya hanya dalam selang komposisi yang
sempit. Untuk larutan encer, hukum Raoult berlaku bagi pelarutnya. Sebaiknya hukum Hendry
berlaku untuk zat terlarut dalam larutan yang encer.

(5) Volativitas Relatif


Hubungan komposisi kesetimbangan dalam fasa uap(Y) dengan komposisi fasa cairnya
dapat dinyatakan dengan cara lain, yaitu dengan istilah volatilitas (volatility). Volatilitas didefinisikan
sebagai perbandingan tekanan parsial dengan fraksi mol dalam cairan. Volatilitas zat A – P A/XA dan
volatilitas zat B – PB/XB.
Perbandingan kedua volatilitas ini disebut volatilitas relatif, diberi lambang α (alpha).
Dengan mengganti Y dengan YP, maka :
YA / XA YAXB
  ......................... (2-8)
YB / XB YBXA
YA / YB = α (XA / XB) ......................... (2-9)
Untuk campuran biner YB = 1 – YA dan XB = 1 – XA, maka :
YA (1  XA)
  .........................(2-10)
(1  YA ) XA
YA / XA YAXB XA
YA   dan XA  ..........................(2-11)
YB / XB YBXA   (  1) yA
Jadi apabila α diketahui, maka komposisi kesetimbangan (y,x) dapay dihitung. Untuk sistem ideal
hukum Raoult berlaku, maka :
P* A P * B(1  x)
y dan 1  y 
P P
Subtitusi persamaan-persamaan ini kepersamaan (2-10) akan memperoleh :
P* A
 ..............................(2-12)
P*B
Harga α bergantung pada suhu. Berikut ini harga untuk campuran benzena Toluena.
Suhu OC 80 90 100 110
2,64 2,44 2,49 2,39

(6) Diagram Kesetimbangan


Untuk membalas distilasi seringkali digunakan bentuk yang disederhanakan yaitu menjadi
diagram hubungan antara komposisi fasa uap (Y) dengan komposisi fasa cair kesetimbangannya
(X) pada tekanan uap. Diagram ini disebut dengan kesetimbangan atau diagram x,y.
Gambar (II.6) adalah contoh bentuk diagram kesetimbangan. Diagram ini didasarkan
pada diagram titik didih pada gambar (II.7).
Cairan dengan komposisi XI misalnya berada dalam kesetimbangan pada titik didihnya
dengan uap yang komposisinya YI.
Gambar (II.7) memperlihatkan bentuk-bentuk diagram kesetimbangan dan diagram titik
didih yang sesuai.
Pressure mercuri
Total Pressure
Parsial Pressure benzene

Parsial Pressure toluena

Mole Fraksion Benzene

Gambar II.5 grafik tekanan uap campuran Benzena-Toluena dan data tekanan uap zat, maka :

100
Y1

X1
0 100

Gambar II.6 : Diagram Kesetimbangan


Gambar II.7 Diagram Kesetimbangan dan diagram titik didihnya (kurt).

Untuk sistem campuran azeotrop, kurva kesetimbangan memotong garis diagonal (garis yang
ditarik dari titik asal dengan sudut 15 OC). Titik perpotongan dengan diagonal menyatakan titik didih
tetap dan komposisi uap sama dengan komposisi cairan (x,y).

(7) Destilasi Rectifikasi secara Batch


Destilasi ini sering digunakan untuk memisahkan komponen-komponen zat padat kwalitas
yang sangat kecil dan hasilnya dapat berubah-ubah (versatile). Hal ini disebabkan oleh perubahan
komposisi umpan sesuai dengan banyaknya pengurangan komponen yang lebih volatil. Cara
destilasi ini umpan ditempatkan didalam labu (ketel) pemanas.akibat mangalami pemanasan
sampai pada titik didihnya maka akan terbentuk uap. Uap tersebut akan melewati kolom atau plate-
plate yang berudara dikondensasikan. Pada saat awal (start up) seluruh kondensat dikembalikan
dalam kolom agar terjadi pengontakan dengan fase uap yang datang dari ketel hingga suatu saat
komposisi pada puncak kolom konstan. Apabila telah mencapai kesetimbangan baru dapat
dilakukan pengaturan refluks. Bila refluks dipertahankan konstan maka konsentrasi produk juga
akan semakin menurun seiring dengan menurunnya komposisi umpan.
Metoda analisis juga dapat digunakan diagram Mc. Cabe-Thiele, dengan persamaan garis
operasi yang sama dengan yang digunakan untuk bagian rektilikasi pada destilasi kontinyu.
RO . X D XD
Ya1  
RD .1 RD  1
'

Sistem ini dapat juga dioperasikan untuk membuat komposisi puncak konstan dengan
cara meningkatkan rasio refluks bersamaan dengan perubahan komposisi umpan dalam ketel.
Diagram Mc. Cabe-Thiele dalam hal ini akan mempunyai berbagai garis-garis operasi dengan
kemiringan yang berbeda-beda yang letaknya adalah sedemikian rupa sehingga jumlah tetap ideal
yang diperlukan untuk peluruhan dan XD, kC, XB selalu sama. Untuk menentukan rasio refluks yang
diperlukan XD konstan dan XB tertentu diperlukan perhitungan dengan metoda coba-coba, karena
jenjang terakhir pada garis operasi yang diandaikan itu harus jatuh tepat pada X B . akan tetapi jika
rasio ref luks awal sudah dipilih (RO > R min) dengan metode ini nilai XB untul tahap-tahap berikut
pada destilasi itu bisa didapatkan dengan mengandaikan nilai untul RD lalu menggambarkan garis
operasi, dan membuat jumlah jenjang yang tepat dan ujungnya adalah XB.
Metoda alternatif dalam menjalankan destilasi Reetifikasi secara bacth adalah dengan
menetapkan rasio refluks dan membiarkan kemurnian hasil atas berubah menurut waktu dan
menghentikan destilasi apabila kualitas hasil atau konsentrasi rata-rata didalam hasil total telah
mencapai suatu nilai tertentu.
Untuk menghitung kinerja dari pendidih ulang kita gambarkan garis-garis operasi dengan
kemiringan konstan dengan bermula pada titik Xdi dan kemudian XB, terus berubah kenilai yang
lebih kecil dan membuat jenjang-jenjang yang sesuai dengan jumlah tahap ideal yang ada untuk
persamaan sebagai berikut :
Misalkan jumlah mol dalam ketel B dengan komposisi XB jika menguap sejumlah dB yang fraksinya
XD, maka sisanya menjadi ( B - dB ) dengan fraksi ( XB - dXB ).
Neraca komponen : B - XB + XB - dXB + ( B - dB )( XB - dXB ).

dB  dX B dX B
 
B  XB  X D   X B  X D 

Persamaan ini dapat diselesaikan secara integrasi grafik dengan batasan awal dan akhir
operasi destilasi sehingga persamaan menjadi :

F XD
dB ln B dX B
B B  B   (X
XB D  XB )

Dimana F = Jumlah mol saat awal destilat


B = Jumlah mol residu pada saat destilasi dihentikan
XD = Fraksi ol destilat
XB = Fraksi mol residu
Xi = Fraksi mol umpan pada saat destilasi
XDi = Fraksi mol residu pada saat destilasi dihentikan
Dari persamaan diatas dengan dibantu oleh diagran Mc. Cabe –
Thiele maka dapat dibuat tabel untuk menyelesaikannya secara grafik
seperti dibawah ini :
XD XB 1 / XD – XB

Dari tabel diatas dapat dibuat suatu grafik :

1
XD  XB

AT

XB XD

XB

Dari gambar tersebut dapat dihitung luas total (AT) dengan cara membagi-bagi atas
beberapa segmen. Semakin banyak segmen uang dibuat maka semakin banyak teliti hasil
perhitungannya. Dari hasil besar AT yang didapat maka dapat disubtitusikan kedalam persamaan
diatas sehingga :
Ln F - Ln B - AT

Dengan demikian jumlah mol residu (bottom) dapat dihitung dan jumlah mol produk juga
dapat dihitung. Komposisi produk rata-rata dapat dihitung dengan persamaan :
F . X D  B. X B
X rata 
D
Dimana : F = Jumlah mol umpan mula-mula
D = Jumlah mol destilat total setelah destilasi dihentikan
XF = Fraksi mol umpan mula-mula
XD = Fraksi mol residu pada saat destilasi dihentikan

V. PROSEDUR KERJA
1) Persiapan
- Buatlah data kalibrasi antara fraksi mol dengan indeks bias
- Ukur indeks bias umpan yang akan didestilasi
- Timbang berat labu kosong dan kemudian timbang juga labu dengan umpan untuk
mengetahui berat umpan
- Pastikan semua peralatan sudah terpasang dengan baik hingga dapat dioperasikan
- Atur setting termometer sesuai dengan kondisi yang diinginkan, baik pada puncak
maupun pada bawah (temperatur panas).
- Buat kurva kesetimbangan untuk tiap campuran yang anda coba (X C,YC Vs T dan XC
Vs YC).
2) Pada saat operasi
- Jalankan air pendingin.
- Hidupkan power untuk pemanas (atur pada nilai tertentu).
- Amati setiap saat semua kejadian selama destilasi dan catatlah semua data-
data yang diperlukan kedalam tabel (format) eksperimen yang tersedia.
- Pada saat mencapai titik didih lakukan operasi dengan refluks total hingga
mencapai kesetimbangan (kesetimbangan dapat dicapai bila temperatur uap pada
puncak sudah konstan atau tidak terjadi perubahan temperatur sepanjang waktu).
- Usahakan operasi dilakukan pada daerah banjir (flooding point).
- Selama melakukan operasi pada total refluks, ambil sampelnya pada puncak
tiap-tiap selang waktu tertentu (hanya beberapa tetes saja untuk diperiksa indeks
biasnya).
- Jika temperatur puncak sudah konstan maka aturlah refluks pada hanga
tertentu.
- Catatlah perubahan temperatur bottom dan puncak selama operasi berjalan.
- Bila destilasi telah dihentikan maka ambillah sampel destilat dan bottom
untuk diukur indeks biasnya.
- Catatlah jumlah kondensat (produk) yang didapat.
- Bila operasi dilanjutkan dengan pengaturan refluks (reluks berubah) maka
aturlah time refluks sehingga temperatur pada puncak selalu konstan.
Keterangan :
 Pembimbing sebaiknya cukup memberikan nama campuran yang akan didestilasi,
mahasiswa diberi tugas untuk menentukan konsentrasinya dari hasil praktek.
 Pembimbing perlu mengingatkan mahasiswa agar dalam pengaturan refluks operasi
selalu dilakukan pada R, Rmin, mengingatkan kembali cara-cara menentukan refluks
minimum.
 Pengoresan harus dilakukan secara seksama untuk mencegah kejadian-kejian yang tak
diinginkan selama operasi.

VI. DATA PENGAMATAN


- Pikno kosong = 12,0189 gram
- Pikno + Air = 36,9189 gram
- Pikno + Etanol 10% = 36,5823 gram
- Pikno + Etanol 20% = 36,3039 gram
- Pikno + Etanol 30% = 36,0301 gram
- Pikno + Etanol 40% = 35,7146 gram
- Pikno + Etanol 50% = 35,3541 gram
- Pikno + Etanol 60% = 34,9290 gram
- Pikno + Etanol 70% = 34,4764 gram
- Pikno + Etanol 80% = 33,9549 gram
- Pikno + Etanol 90% = 33,3595 gram
- Pikno + Etanol 100% = 32,7881 gram

VII. PERHITUNGAN
Pikno kosong = 12,0189 gram
Pikno + Air = 36,9189 gram
O
ρ Air pada suhu 30 C = 0,99564 gram
Berat air = 36,9189 gram - 12,0189 gram
= 24,90 gram
Berat Etanol = 32,7881 gram - 12,0189 gram
= 20,7692 gram
24,90 gram
volumeair   25,009ml
g
0,99564
ml

24,5634 gram
p10%   0,9821 gr
25,009ml ml

24,285 gram
p 20%   0,9711 gr
25,009ml ml

24,0112 gram
p30%   0,9601 gr
25,009ml ml

23,6957 gram
p 40%   0,9475 gr
25,009ml ml
23,3352 gram
p50%   0,9331 gr
25,009ml ml

22,9101gram
p 60%   0,9161 gr
25,009ml ml

22,4575 gram
p70%   0,8980 gr
25,009ml ml

21,9360 gram
p80%   0,8980 gr
25,009ml ml

21,3406 gram
p90%   0,8533 gr
25,009ml ml

20,7692 gram
p100%   0,8305 gr
25,009ml ml
VIII. PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai