Anda di halaman 1dari 15

.

Latar Belakang

Di zaman sekarang, fenomena LGBT semakin ramai diperbincangkan. Hal tersebut


disebabkan banyaknya pemberitaan LGBT itu sendiri. Kemudian diangkatnya wacana atau
sosok LGBT dalam media popular. Sehingga masyarakat semakin familiar. Sehingga LGBT
sekarang menjadi trending topic di kalangan semua usia. LGBT tidak mengenal batasan
usia, jenis kelamin, status sosial maupun pekerjaan bahkan agama.
Tak jarang mucul olokan yang ditujukan pada anggota LGBT khususnya gay. Hal-hal
seperti ini, opini pribadi akan ketidaksukaan pada gay atau LGBT secara umum akan
muncul, kemudian bergulir menjadi opini publik melahirkan pandangan gay itu mengganggu
dan membahayakan apalagi jika ia dalam lingkungan sekolah. Dengan anggapan utama gay
dapat menular, serta dengan sengaja menularkan. Artinya, masih ada mispersepsi publik
terhadap persoalan LGBT.
Masih adanya pandangan buruk masyarakat membuat seorang gay mesti sedikit mlipir
alias menyingkir atau menepi. Mereka kemudian tidak bebas memilih kawan, juga tidak
leluasa berekspresi sebagai bagian masyarakat sekolah. Akibatnya seorang gay ini harus
berhati-hati jika ingin berekspresi. Bahkan dalam mencari teman cerita, tidak sembarang
orang dapat dijadikan tempat curhat yang baik. Maka dicarilah solusi paling baik menurut
mereka, bahwa mereka harus mencari dan mendapatkan teman sesama gay di sekolah.
Dimulailah masa mencari teman sesama gay dalam lingkungan sekolah mereka.
Mencari teman sesama gay dilakukan dengan berbagai cara, umumnya menggunakan jejaring
sosial internet atau melalui kolega-kolega yang ada. Bukan dengan mendatangi seseorang
secara acak lantas menodong pertanyaan, bukan
pula asal mengubah seseorang menjadi gay. Keberadaan teman sesama gay
didasari butuhnya dukungan kawan senasib sependeritaan, agar ada teman berbagi
sekaligus tempat mengadu. Setelah mendapatkan teman sesama gay, pertemuan-
pertemuan pun terjadi. Seseorang yang awalnya tidak saling mengenal dapat bertemu kawan
baru, bahkan tidak menutup kemungkinan mendapatkan kekasih dari pertemuan ini. Atas
dasar itu muncul wacana membuat perkumpulan khusus
mereka dalam lingkup sekolah.
Kelompok gay telah berdiri dan memiliki anggota. Anggotanya pun tersebar di
berbagai lingkungan. Lantas dimana mereka bertemu? Untuk mengatur pertemuan, apalagi
membuat pertemuan di dalam kampus, masih menjadi tantangan bagi mereka. Mereka ragu
dan mungkin sedikit takut untuk langsung terbuka. Sarana alternatif yang dianggap baik
adalah melalui media jejaring sosial alias internet. Komunitas gay pasti memiliki grup,
khusus anggotanya di situs Facebook yang tidak semua orang gampang temukan. Tidak
semua anggota merasa dapat dengan cepat mengakses informasi tentang gay. Maka
dibutuhkan alternatif lain agar informasi sampai lebih cepat. Aplikasi chatting atau obrolan
digital bernama ”Line Mesengger” kemudian dipilih sebagai ruang interaksi dan komunikasi.
Dunia maya dianggap mampu menghadirkan sedikit rasa aman bagi mereka berkomunikasi.
Komunitas gay kini hadir dengan bentuk samar-samar, tersembunyi apik dalam jejaring
sosial, pertemuan terbatas dan jauh dari tempat-tempat ramai sekolah.

II. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud LGBT?


b. Apakah dampak LGBT?
c. Bagaimana hukum LGBT di Indonesia ?
d. Bagaimana cara menyikapi pelaku LGBT?
III. Tujuan

a. Agar siswa dapat memahami LGBT


b. Agar siswa dapat mengerti pengaruh LGBT
c. Agar siswa dapat mengatasi pelaku LGBT

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian LGBT

LGBT adalah akronim dari Lesbian Gay Biseksual and Transgender. Istilah LGBT
sudah dikenal sejak tahun 1990 yang menggantikan sebuah frasa “Kelompok Gay”. Kadang-
kadang LGBT sering disebut QLGBT yang berakronim Queer Lesbian Gay Biseksual and
Transgender yang tercatat telah digunakan sekitar tahun 1996. Istilah ini sering muncul
dikalangan kelompok yang sering menyukai sesama jenis, berganti jenis kelamin dan sejenis
lainnya. Istilah ini sering ditemukan di Negara Amerika Serikat atau Negara yang
menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa nasionalnya.

a. Sejarah LGBT
LGBT sudah ada sejak zaman dahulu, tetapi banyak yang menyebutkan dengan istilah
“Gender Ketiga”. Istilah ini sudah disebut-sebut sejak tahun 1960. Istilah pertama yang
digunakan dahulu adalah “Homoseksual”. Tetapi istilah ini mengandung konotasi negative.
Akronim LGBT kadang-kadang digunakan di Amerika Serikat dimulai dari sekitar tahun
1988. Baru pada tahun 1990-an istilah ini banyak digunakan.
Frase Gay dan Lesbian menjadi lebih umum setelah identitas kaum Lesbian terbentuk.
Pada tahun 1970, Daughter of Bilitis menjadikan isu feminisme atau hak kaum gay sebagai
prioritas. Perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan dipandang bersifat patriarkal oleh
feminis lesbian. Banyak feminis lesbian yang menolak bekerja sama dengan kaum gay.
Lesbian yang lebih berpandangan esensialis merasa bahwa pendapat feminis lesbian yang
separatis dan beramarah itu merugikan hak-hak kaum gay.
Selanjutnya, kaum biseksual dan transgender juga meminta pengakuan dalam
komunitas yang lebih besar. Setelah euforia kerusuhan Stonewall mereda, dimulai dari akhir
1970-an dan awal 1980-an, terjadi perubahan pandangan. Beberapa gay dan lesbian menjadi
kurang menerima kaum biseksual dan transgender. Kaum transgender dituduh terlalu banyak
membuat stereotip dan biseksual. Hanyalah gay atau lesbian yang takut untuk mengakui
identitas seksual mereka. Setiap komunitas yang disebut dalam akronim LGBT telah berjuang
untuk mengembangkan identitasnya masing-masing. Seperti apakah, dan bagaimana
bersekutu dengan komunitas lain, konflik tersebut terus berlanjut hingga kini.
Meskipun komunitas LGBT menuai kontroversi mengenai penerimaan universal atau
kelompok anggota yang berbeda (biseksual dan transgender kadang-kadang dipinggirkan
oleh komunitas LGBT), istilah ini dipandang positif. Walaupun singkatan LGBT tidak
meliputi komunitas yang lebih kecil (lihat bagian Ragam di bawah), akronim ini secara
umum dianggap mewakili kaum yang tidak disebutkan. Secara keseluruhan, penggunaan
istilah LGBT telah membantu mengantarkan orang-orang yang terpinggirkan ke komunitas
umum.
Aktris transgender Candis Cayne pada tahun 2009 menyebut komunitas LGBT
sebagai "minoritas besar terakhir", dan menambahkan bahwa "Kita masih bisa diganggu
secara terbuka" dan "disebut di televisi."

B. Dampak LGBT

Dampak dari LGBT dikelompokkan sebagai berikut :


a. Dampak Kesehatan
- 78% pelaku homo seksual terjangkit penyakit kelamin menular

b. Dampak Sosial
- Penelitian menyatakan “seorang gay mempunyai pasangan antara 20-106 orang per
tahunnya. Sedangkan pasangan zina seseorang tidak lebih dari 8 orang seumur hidupnya”.
- 43% dari golongan kaum gay yang berhasil didata dan diteliti menyatakan bahwa selama
hidupnya mereka melakukan homo seksual dengan lebih dari 500 org. 28% melakukannya
dengan lebih dari 1000 orang. 79% dari mereka mengatakan bahwa pasangan homonya
tersebut berasal dari orang yang tidak dikenalinya sama sekali. 70% dari mereka hanya
merupakan pasangan kencan satu malam atau beberapa menit saja

c. Dampak Pendidikan
- Adapun dampak pendidikan di antaranya yaitu siswa ataupun siswi yang menganggap
dirinya sebagai homo menghadapi permasalahan putus sekolah 5 kali lebih besar daripada
siswa normal karena mereka merasakan ketidakamanan. Dan 28% dari mereka dipaksa
meninggalkan sekolah.

d. Dampak Keamanan
- Kaum homo seksual menyebabkan 33% pelecehan seksual pada anak-anak di Amerika
Serikat. Padahal populasi mereka hanyalah 2% dari keseluruhan penduduk Amerika. Hal ini
berarti 1 dari 20 kasus homo seksual merupakan pelecehan seksual pada anak-anak,
sedangkan dari 490 kasus perzinaan 1 di antaranya merupakan pelecehan seksual pada anak-
anak.
- Meskipun penelitian saat ini menyatakan bahwa persentase sebenarnya kaum homo seksual
antara 1-2% dari populasi Amerika, namun mereka menyatakan bahwa populasi mereka 10%
dengan tujuan agar masyarakat beranggapan bahwa jumlah mereka banyak dan berpengaruh
pada perpolitikan dan perundang-undangan masyarakat.
C. Hukum LGBT di Indonesia

Sejauh ini hukum nasional Indonesia tidak mengkriminalisasikan homoseksualitas.


Hukum pidana nasional tidak melarang hubungan seksual pribadi dan hubungan homoseksual
non-komersial antara orang dewasa yang saling bersetuju. Hal ini berarti, Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP) tidak menganggap perbuatan homoseksual sebagai suatu
tindakan criminal, selama tidak melanggar hukum-hukum lain yang lebih spesifik, antara lain
hukum yang mengatur mengenai perlindungan anak, kesusilaan, pornografi, pelacuran, dan
kejahatan pemerkosaan.
Perbuatan homoseksual tidak dianggap sebagai tindakan kriminal, selama hanya
dilakukan oleh orang dewasa (tidak melibatkan anak-anak atau remaja di bawah umur),
secara pribadi (rahasia/tertutup, tidak dilakukan di tempat terbuka/umum, bukan pornografi
yang direkam dan disebarluaskan), non-komersial (bukan pelacuran), dan atas dasar suka
sama suka (bukan pemaksaan atau pemerkosaan).
Sebuah RUU nasional untuk mengkriminalisasi homoseksualitas, beserta dengan
hidup bersama di luar ikatan pernikahan (kumpul kebo), perzinahan dan praktik sihir, gagal
disahkan pada tahun 2003 dan tidak ada undang-undang berikutnya yang diajukan kembali.
Pada tahun 2002, pemerintah Indonesia memberi Aceh hak untuk memberlakukan
hukum Syariah pada tingkat daerah/provinsi. Maka berdasarkan hukum syariah,
homoseksualitas dianggap sebagai suatu kejahatan atau tindakan kriminal. Walaupun pada
awalnya hukum syariah hanya berlaku bagi orang Muslim, pada perkembangannya juga
berlaku kepada semua pihak di Aceh. Kota Palembang juga ikut menerapkan hukuman
penjara dan denda terhadap tindakan hubungan seksual homoseksual.
Di bawah hukum syariah, homoseksualitas didefinisikan sebagai tindakan 'prostitusi
yang melanggar norma-norma kesusilaan umum, agama, dan norma hukum dan aturan sosial
yang berlaku. Berikut tindakannya didefinisikan sebagai tindakan prostitusi :
 Seks homoseksual
 Lesbian
 Sodomi
 Pelecehan seksual
 Tindakan pornografi lainnya.
Sejak saat itu, sebanyak lima puluh dua daerah ikut memberlakukan hukum berbasis
syariah dari Al-Qur'an, yang mengkriminalisasikan homoseksualitas.
Di Jakarta, lesbian, gay, biseksual dan transgender secara hukum diberi label sebagai
”Cacat” atau cacat mental dan karenanya tidak dilindungi oleh hukum. Sementara Indonesia
telah memungkinkan hubungan seksual pribadi dan konsensus antara orang-orang dari jenis
kelamin yang sama sejak tahun 1993, memiliki usia yang lebih tinggi dari persetujuan untuk
hubungan sesama jenis dari hubungan heteroseksual (17 untuk heteroseksual dan 18 untuk
homoseksual).
Konstitusi tidak secara eksplisit membahas orientasi seksual atau identitas gender. Itu
menjamin semua warga dalam berbagai hak hukum, termasuk persamaan di depan hukum,
kesempatan yang sama, perlakuan yang manusiawi di tempat kerja, kebebasan beragama,
kebebasan berpendapat, berkumpul secara damai, dan berserikat. Hak tersebut semua jelas
dibatasi oleh undang-undang yang dirancang untuk melindungi ketertiban umum dan
moralitas agama.
D. Cara Menyikapi Pelaku LGBT
- Berhenti mencaci maki dan sumpah serapah terhadap LGBT
- Ganti menyebar sumpah serapah dengan menyebarkan fakta-fakta mengenai bahaya LGBT
- Jika ada keluarga sendiri yang terkena LGBT, cari tahulah apa alasannya melakukan LGBT,
jangan malah dikucilkan.
- Jadikan merebaknya isu LGBT sebagai pemicu diri sendiri untuk semakin semangat
berdakwah di masyarakat.
- Bukalah diri untuk menjadi penyembuh, bukan penyebar kebencian.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

a. LGBT merupakan penyimpangan orientasi seksual yang dilarang oleh semua agama terlebih
lagi islam, karena perbuatan keji ini akan merusak kelestarian manusia. Oleh karena itu sudah
menjadi kewajiban manusia untuk melawan segala jenis opini atas nama HAM yang
membela kaum LGBT, akan tetapi sesungguhnya mereka membawa manusia menuju
kerusakan yang lebih parah.
b. Perbuatan homoseksual itu terjadi semenjak dahulu kala hingga sekarang ini . Yang terkenal
kaum homoseksual yaitu kaum nabi Luth. Perbuatan ini banyak berlaku di masyarakat di
Negara barat dengan peruntukan undang-undang yang melindungi mereka. Atas nama hak
kebebasan manusia.
c. Perilaku LGBT mempunyai banyak dampak negative dalam kehidupan. Perilaku ini dapat
diatasi dengan terapi. Yang paling utama dalam terapi ini adalah dengan adanya motivasi
yang kuat yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender (LGBT), dianggap sebuah masalah yang
tidak asing kita dengar. Pengertian LGBT sendiri bermacam-macam. Menurut Wikipedia ,
Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada
sesama perempuan.
Gay adalah sebuah istilah yang umumnya digunakan untuk merujuk orang
homoseksual atau sifat-sifat homoseksual. Sedikit berbeda dengan bisexual, biseksual
(bisexual) adalah individu yang dapat menikmati hubungan emosional dan seksual dengan
orang dari kedua jenis kelamin baik pria ataupun wanita (kamuskesehatan.com).
Transgender merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang terhadap jenis
kelamin yang ditunjuk kepada dirinya. Seseorang yang transgender dapat mengidentifikasi
dirinya sebagai seorang heteroseksual, homoseksual, biseksual maupun aseksual. [1]
Untuk mengetahui lebih jelas dan detail tentang LGBT, akan kita bahas di makalah
yang berjudul “LGBT (Lesbian, Gay, Bisex, Transgender)” berikut ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana pengertian LGBT?
2. Bagaiamana pandangan islam terhadap LGBT?
3. Bagaimana hukum dan hukumannya para pelaku LGBT?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian LGBT
LGBT merupakan sebuah singkatan dari LESBIAN,GAY,BISEX dan
TRANSGENDER. Pengertian LGBT tersebut secara global akan kita bahas mengenal lebih
jauh tentang dunia LGBT:
Lesbian :
Orientasi seksual seorang perempuan yang hanya mempunyai hasrat sesama
perempuan.
Gay :
Orientasi seksual seorang pria yang hanya mempunyai hasrat sesama pria
Bisex :
Sebuah orientasi sexsual seorang Pria/Wanita yang menyukai dua jenis kelamin baik
Pria/Wanita
Transgender :
Sebuah Orientasi seksual seorang Pria/Wanita dengan mengidentifikasi dirinya
menyerupai Pria/Wanita (Misal:Waria)
Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender (LGBT) merupakan penyimpangan orientasi
seksual yang bertentangan dengan fitrah manusia, agama dan adat masyarakat Indonesia.
Menurut wikipedia, lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan
orientasi seksualnya kepada sesama perempuan. Istilah ini juga merujuk kepada perempuan
yang mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional, atau secara spiritual. [2]
Bisa juga lesbian diartikan kebiasaan seorang perempuan melampiaskan nafsu
seksualnya pada sesamanya pula.[3]
Sedangkan Gay adalah sebuah istilah yang umumnya digunakan untuk merujuk orang
homoseksual atau sifat-sifat homoseksual. Sedikit berbeda dengan bisexual.
Biseksual (bisexual) adalah individu yang dapat menikmati hubungan emosional dan
seksual dengan orang dari kedua jenis kelamin baik pria ataupun wanita
(kamuskesehatan.com).
Lalu bagaimana dengan Transgender? Masih menurut wikipedia,
transgender merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang terhadap jenis
kelamin yang ditunjuk kepada dirinya.[4]
Transgender adalah perilaku atau penampilan seseorang yang tidak sesuai dengan
peran gender pada umumnya.[5]
Seseorang yang transgender dapat mengidentifikasi dirinya sebagai seorang
heteroseksual, homoseksual, biseksual maupun aseksual.
Dari semua definisi diatas walaupun berbeda dari sisi pemenuhan seksualnya, akan
tetapi kesamaanya adalah mereka memiliki kesenangan baik secara psikis ataupun biologis
dan orientasi seksual bukan saja dengan lawan jenis akan tetapi bisa juga dengan sesama
jenis.
Walaupun kelompok LGBT mengklaim keberadaannya karena faktor genetis dengan
teori “Gay Gene” yang diusung oleh Dean Hamer pada tahun 1993. Akan tetapi, Dean
sebagai seorang gay kemudian meruntuhkan sendiri hasil risetnya. Dean mengakui risetnya
itu tak mendukung bahwa gen adalah faktor utama/yang menentukan yang melahirkan
homoseksualitas. Perbuatan LGBT sendiri ditolak oleh semua agama bahkan dianggap
sebagai perbuatan yang menjijikan, tindakan bejat, dan keji (republika.co.id, 26/01/2016).

B. Pandangan Islam terhadap LGBT


Dalam Islam LGBT dikenal dengan dua istilah, yaitu Liwath (gay)
dan Sihaaq (lesbian). Liwath (gay) adalah perbuatan yang dilakukan oleh laki-laki dengan
cara memasukan dzakar (penis)nya kedalam dubur laki-laki lain. Liwath adalah suatu kata
(penamaan) yang dinisbatkan kepada kaumnya Luth ‘Alaihis salam, karena kaum Nabi
Luth ‘Alaihis salam adalah kaum yang pertama kali melakukan perbuatan ini (Hukmu al-
liwath wa al-Sihaaq, hal. 1). Allah SWT menamakan perbuatan ini dengan perbuatan yang
keji (fahisy) danmelampui batas (musrifun). Sebagaimana Allah terangkan dalam al Quran
yang artinya :
“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia
berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum
pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu. Sesungguhnya kamu
mendatangi lelaki untuk melampiaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita,
bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” (TQS. Al ‘Araf: 80 – 81)
Sedangkan Sihaaq (lesbian) adalah hubungan cinta birahi antara sesama wanita
dengan image dua orang wanita saling menggesek-gesekkan anggota tubuh (farji’)nya antara
satu dengan yang lainnya, hingga keduanya merasakan kelezatan dalam berhubungan
tersebut.[6]
Hukum Sihaaq (lesbian) adalah haram.[7] Berdasarkan dalil hadits Abu Said Al-
Khudriy yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim (no. 338), At-Tirmidzi (no. 2793) dan Abu
Dawud (no. 4018) bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:

َّ ‫الر ُج ِل َوالَ ا ْل َم ْرأَةُ ِإلَى ع َْو َر ِة ا ْل َم ْرأ َ ِة َوالَ يُ ْف ِضى‬


‫الر ُج ُل ِإلَى ال َّر ُج ِل‬ َّ ‫الر ُج ُل ِإلَى ع َْو َر ِة‬ ُ ‫الَ َي ْن‬
َّ ‫ظ ُر‬
‫اح ِد‬ِ ‫ب ا ْل َو‬ ِ ‫اح ٍد َوالَ ت ُ ْف ِضى ا ْل َم ْرأَةُ ِإ َلى ا ْل َم ْرأ َ ِة ِفى الث َّ ْو‬ ٍ ‫ِفى ث َ ْو‬
ِ ‫ب َو‬
“Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lain, dan jangan pula seorang
wanita melihat aurat wanita lain. Dan janganlah seorang laki-laki memakai satu selimut
dengan laki-laki lain, dan jangan pula seorang wanita memakai satu selimut dengan wanita
lain”
Terhadap pelaku homoseks, Allah swt dan Rasulullah saw benar-benar melaknat
perbuatan tersebut. Al-Imam Abu Abdillah Adz-Dzahabiy -Rahimahullah- dalam Kitabnya
“Al-Kabair” telah memasukan homoseks sebagai dosa yang besar dan beliau berkata:
“Sungguh Allah telah menyebutkan kepada kita kisah kaum Luth dalam beberapa tempat
dalam Al-Qur’an Al-Aziz, Allah telah membinasakan mereka akibat perbuatan keji mereka.
Kaum muslimin dan selain mereka dari kalangan pemeluk agama yang ada, bersepakat
bahwa homoseks termasuk dosa besar”.[8]
Hal ini ditunjukkan bagaimana Allah swt menghukum kaum Nabi Luth yang
melakukan penyimpangan dengan azab yang sangat besar dan dahsyat, membalikan tanah
tempat tinggal mereka, dan diakhiri hujanan batu yang membumihanguskan mereka,
sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Hijr ayat 74:

َ ‫علَ ْي ِه ْم ِح َج‬
ِ ‫ارةً ِم ْن‬
‫س ِ ِّجيل‬ َ ‫سافِ َل َها َوأَ ْم‬
َ ‫ط ْرنَا‬ َ ‫فَ َجعَ ْلنَا عَا ِل َي َها‬

“Maka kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan kami hujani mereka
dengan batu dari tanah yang keras”
Sebenarnya secara fitrah, manusia diciptakan oleh Allah swt berikut dengan dorongan
jasmani dan nalurinya. Salah satu dorongan naluri adalah naluri melestarikan keturunan
(gharizatu al na’u) yang diantara manifestasinya adalah rasa cinta dan dorongan seksual
antara lawan jenis (pria dan wanita).
Pandangan pria terhadap wanita begitupun wanita terhadap pria adalah pandangan
untuk melestarikan keturunan bukan pandangan seksual semata. Tujuan diciptakan naluri ini
adalah untuk melestarikan keturunan dan hanya bisa dilakukan diantara pasangan suami istri.
Bagaimana jadinya jika naluri melestarikan keturunan ini akan terwujud dengan hubungan
sesama jenis? Dari sini jelas sekali bahwa homoseks bertentangan dengan fitrah manusia.
Oleh karena itu, sudah dipastikan akar masalah munculnya penyimpangan kaum
LGBT saat ini adalah karena ideologi sekularisme yang dianut kebanyakan masyarakat
Indonesia. Sekularisme adalah ideologi yang memisahkan agama dari kehidupan (fash al ddin
‘an al hayah).
Masyarakat sekular memandang pria ataupun wanita hanya sebatas hubungan seksual
semata. Oleh karena itu, mereka dengan sengaja menciptakan fakta-fakta yang terindera dan
pikiran-pikiran yang mengundang hasrat seksual di hadapan pria dan wanita dalam rangka
membangkitkan naluri seksual, semata-mata mencari pemuasan. Mereka menganggap
tiadanya pemuasan naluri ini akan mengakibatkan bahaya pada manusia, baik secara fisik,
psikis, maupun akalnya. Tindakan tersebut merupakan suatu keharusan karena sudah menjadi
bagian dari sistem dan gaya hidup mereka.[9]
Tidak puas dengan lawan jenis, akhirnya pikiran liarnya berusaha mencari pemuasan
melalui sesama jenis bahkan dengan hewan sekalipun, dan hal ini merupakan kebebasan bagi
mereka. Benarlah Allah swt berfirman:

َ ‫ون ِب َها َولَ ُه ْم أَ ْعيُ ٌن ال يُ ْب ِص ُر‬


‫ون‬ ً ِ‫َولَقَ ْد ذَ َرأْنَا ِل َج َهنَّ َم َكث‬
ٌ ُ‫يرا ِم َن ا ْل ِج ِِّن َواإل ْن ِس لَ ُه ْم قُل‬
َ ‫وب ال َي ْفقَ ُه‬
‫ون‬ َ َ ‫ون ِب َها أُولَئِكَ كَا أل ْنعَ ِام َب ْل ُه ْم أ‬
َ ُ‫ض ُّل أُو َلئِكَ ُه ُم ا ْل َغافِل‬ ْ َ‫ِب َها َو َل ُه ْم آذَا ٌن ال ي‬
َ ُ‫س َمع‬

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (TQS Al ‘Araf : 179)

C. Hukum dan Hukumannya para Pelaku LGBT


Pemberlakuan hukuman dalam Islam bertujuan untuk menjadikan manusia selayaknya
manusia dan menjaga kelestarian masyarakat. Syariat Islam telah menetapkan tujuan-tujuan
luhur yang dilekatkan pada hukum-hukumnya. Tujuan luhur tersebut mencakup;
pemeliharaan atas keturunan (al muhafazhatu ‘ala an nasl), pemeliharaan atas akal (al
muhafazhatu ‘ala al ‘aql), pemeliharaan atas kemuliaan (al muhafazhatu ‘ala al karamah),
pemeliharaan atas jiwa (al muhafazhatu ‘ala an nafs), pemeliharaan atas harta (al
muhafazhatu ‘ala an al maal), pemeliharaan atas agama (al muhafazhatu ‘ala al diin),
pemeliharaan atas ketentraman/keamanan (al muhafazhatu ‘ala al amn), pemeliharaan atas
negara (al muhafazhatu ‘ala al daulah).[10]
Dalam rangka memelihara keturunan manusia dan nasabnya, Islam telah
mengharamkan zina, gay, lesbian dan penyimpangan seks lainnya serta Islam mengharuskan
dijatuhkannya sanksi bagi pelakunya. Hal ini bertujuan untuk menjaga lestarinya kesucian
dari sebuah keturunan. Berkaitan dengan hukuman pagi para pelaku LGBT, beberapa ulama
berbeda pendapat. Akan tetapi, kesimpulannya para pelaku tetap ahrus diberikan hukuman.
Tinggal nanti bagaimana khalifah menetapkan hukum mana yang dipilih sebagai konstitusi
negara (al Khilafah).Ulama berselisih pendapat tentang hukuman bagi orang yang
berbuat liwath. Diantara beberapa pendapat tentang hukuman bagi pelaku liwath diantaranya:
Pertama, Hukumannya adalah dengan dibunuh, baik pelaku (fa’il) maupun
obyek (maf’ul bih) bila keduanya telah baligh. Adapun keberadaannya orang yang
mengerjakan perbuatan liwathdengan dzakar (penis)nya hukumannya adalah dibunuh,
meskipun yang melakukannya belum menikah, sama saja baik itu fa’il (pelaku)
maupun maf’ul bih. Telah mengkabarkan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad, dari
‘Amr ibnu Abi ‘Amr,dari Ikrimah, dari Ibu Abbas, berkata Rasulullah SAW:[11]

‫ع َم َل قَ ْو ِم لُوطٍ فَا ْقتُلُوا ا ْل َفا ِع َل َوا ْل َم ْفعُو َل ِب ِه‬


َ ‫َم ْن َو َج ْدت ُ ُموهُ َي ْع َم ُل‬

“Barangsiapa yang kalian mendapati melakukan perbuatan kaum Luth (liwath),


maka bunuhlah fa’il (pelaku) dan maf’ul bih (partner)nya
Kedua, Hukumannya dirajam, hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Baihaqy dari
Ali bahwa dia pernah merajam orang yang berbuatliwath. Imam Syafi’y mengatakan:
“Berdasarkan dalil ini, maka kita menggunakan rajam untuk menghukum orang yang
berbuat liwath, baik itu muhshon (sudah menikah) atau selain muhshon. Hal ini senada
dengan Al-Baghawi, kemudian Abu Dawud dalam “Al-Hudud” Bab 28 dari Sa’id bin Jubair
dan Mujahid dari Ibnu Abbas: Yang belum menikah apabila didapati melakukan liwath maka
dirajam.[12]
Ketiga, hukumannya sama dengan hukuman berzina. Pendapat ini seperti ini
disampaikan oleh Sa’id bin Musayyab, Atha’ bin Abi Rabbah, Hasan, Qatadah, Nakha’i,
Tsauri, Auza’i, Imam Yahya dan Imam Syafi’i (dalam pendapat yang lain), mengatakan
bahwa hukuman bagi yang melakukan liwath sebagaimana hukuman zina. Jika
pelaku liwath muhshon maka dirajam, dan jika bukan muhson dijilid (dicambuk) dan
diasingkan. [13]
Keempat, hukumannya dengan ta’zir, sebagaimana telah berkata Abu Hanifah:
Hukuman bagi yang melakukan liwath adalah di-ta’zir, bukan dijilid (cambuk) dan bukan
pula dirajam.[14]Abu Hanifah memandang perilaku homoseksual cukup dengan ta‘zir.
Hukuman jenis ini tidak harus dilakukan secara fisik, tetapi bisa melalui penyuluhan atau
terapi psikologis agar bisa pulih kembali. Bahkan, Abu Hanifah menganggap
perilaku homoseksual bukan masuk pada definisi zina, karena zina hanya dilakukan
pada vagina (qubul), tidak pada dubur (sodomi) sebagaimana dilakukan oleh
kaum homoseksual.
Sedangkan bagi para pelaku lesbian, hukumannya adalah ta’zir. Al-Imam
Malik Rahimahullah berpendapat bahwa wanita yang melakukan sihaq, hukumannya
dicambuk seratus kali. Jumhur ulama berpendapat bahwa wanita yang melakukan sihaq tidak
ada hadd baginya, hanya saja ia di-ta‘zir, karena hanya melakukan hubungan yang memang
tidak bisa dengan dukhul (menjima’i pada farji), dia tidak akan di-hadd sebagaimana laki-laki
yang melakukan hubungan dengan wanita tanpa adanya dukhul pada farji, maka tidak
ada had baginya. Dan ini adalah pendapat yang rojih (yang benar).[15]
Sebenarnya sanksi yang dijatuhkan di dunia ini bagi si pendosa akan mengakibatkan
gugurnya siksa di akhirat. Tentu saja hukuman di akhirat akan lebih dahsyat dan kekal
dibandingkan sanksi yang dilakukan di dunia. Itulah alasan mengapa sanksi – sanksi dalam
Islam berfungsi sebagai pencegah (jawazir) dan penebus (jawabir). Disebut pencegah karena
akan mencegah orang lain melakukan tindakan dosa semisal, sedangkan dikatakan penebus
karena sanksi yang dijatuhkan akan menggugurkan sanksi di akhirat.[16]
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. LGBT merupakan penyimpangan orientasi seksual yang dilarang oleh semua agama terlebih
lagi Islam. Selain karena perbuatan keji ini akan merusak kelestarian manusia, yang lebih
penting Allah SWT dan Rasulullah melaknat perbuatan ini. Oleh karena itu, sudah menjadi
kewajiban bagi umat Islam untuk melawan segala jenis opini yang seolah atas nama HAM
membela kaum LGBT akan tetapi sesungguhnya mereka membawa manusia menuju
kerusakan yang lebih parah.
2. Pandangan islam terhadap LGBT, adalah haram, karena Islam telah mengharamkan zina,
gay, lesbian dan penyimpangan seks lainnya serta Islam mengharuskan dijatuhkannya sanksi
bagi pelakunya.
3. a. Hukumannya adalah dengan dibunuh, baik pelaku (fa’il) maupun
obyek (maf’ul bih) bila keduanya telah baligh.
b. Hukumannya dirajam, hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Al-
Baihaqy dari Ali bahwa dia pernah merajam orang yang berbuat
liwath.
c. Hukumannya sama dengan hukuman berzina.
d. Hukumannya dengan ta’zir, sebagaimana telah berkata Abu
Hanifah: Hukuman bagi yang melakukan liwath adalah di-ta’zir, bukan dijilid
(cambuk) dan bukan pula dirajam
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Muhammad Husain,Dirasat fi al fikr al Islamiy, (Dar al Bayariq, 1990).


Adz-Dzahabiy –Rahimahullah, Al-Imam Abu Abdillah,“Al-Kabair”.
Al-Mulky, Abul Ahmad Muhammad Al-Khidir bin Nursalim Al-Limboriy, Hukm al liwath wa al
sihaaq,( Yaman: Dammaj-Sha’dah).
An Nabhani, Syaikh Taqiyuddin, Al Nizham al Ijtima’i fii al Islam, (Beirut: Dar al Ummah, cet. IV,
2003).
diakses pada http://hizbut-tahrir.or.id/2016/02/13/pandangan-islam-terhadap-lgbt/06/03/16/13.04
WIB.
Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah, ( Berbagi Kasus Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini ), (Jakarta
: Kalam Mulia, 2003 ).
Nuriyyatiningrum, Mahdaniyal Hasanah, Masa’il Fiqhiyah , (Semarang : Media Campus, 2014).
Sabiq, Sayyid, Fiqhus Sunnah (terj), (Kairo: Dar al Fath Lil I’lam Al ‘arobi, cet. I, 2000).
Wikipedia, 07/03/15.

[1]diakses pada http://hizbut-tahrir.or.id/2016/02/13/pandangan-islam-terhadap-


lgbt/06/03/16/13.04 WIB.
[2] Wikipedia, 07/03/15.
[3] Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah, ( Berbagi Kasus Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini
), (Jakarta : Kalam Mulia, 2003 ), halaman 30.
[4] Wikipedia, 07/03/15.
[5] Mahdaniyal Hasanah Nuriyyatiningrum, Masa’il Fiqhiyah , (Semarang : Media Campus,
2014), halaman 77.
[6] Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah (terj), (Kairo: Dar al Fath Lil I’lam Al ‘arobi, cet. I,
2000), halaman 51.
[7]Al-Mulky, Abul Ahmad Muhammad Al-Khidir bin Nursalim Al-Limboriy, Hukm
al liwath wa al sihaaq,( Yaman: Dammaj-Sha’dah), halaman 13.
[8] Al-Imam Abu Abdillah Adz-Dzahabiy -Rahimahullah “Al-Kabair”, halaman 40.
[9] Syaikh Taqiyuddin An Nabhani, Al Nizham al Ijtima’i fii al Islam, (Beirut: Dar al
Ummah, cet. IV, 2003), halaman 22.

[10] Muhammad Husain Abdullah, Dirasat fi al fikr al Islamiy, (Dar al Bayariq,


1990), halaman 100.
[11] Al-Imam Asy-Syaukani Rahimahullah “Ad-Darariy Al-Mudhiyah” halaman 371-372.
[12] Al-Imam Asy-Syaukani Rahimahullah,……………………halaman 371.
[13] Al-Imam Asy-Syaukani Rahimahullah,……………………halaman 371.
[14] Al-Imam Asy-Syaukani Rahimahullah,……………………halaman 372.
[15] Sabiq, Sayyid, Fiqhus Sunnah (terj), …………Juz 4/halaman 51.
[16] Muhammad Husain Abdullah, Dirasat fi al fikr al Islamiy, (Dar al Bayariq,
1990), halaman 159

Anda mungkin juga menyukai