Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
PIRAMIDA TERBALIK

Kesehatan lingkungan merupakan suatu kondisi atau keadaan


lingkungan yang optimal sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimal pula (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Mulia (2005) keadaan lingkungan dapat memengaruhi kondisi
kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia
dipengaruhi oleh lingkungan, diantaranya adalah penyakit yang terjadi
di masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.
Seperti halnya masalah kesehatan yang banyak terjadi di dunia,
adalahpenyakit dan kematian dini yang disebabkan oleh faktor-faktor
biologi di lingkungan manusia seperti di air, makanan, udara, dan tanah.
Penyebab-penyebab tersebut dapat mengakibatkan kematian dini atas
jutaan orang khususnya pada bayi dan anak-anak. Masalah yang paling
dirasakan di negara-negara berkembang, satu diantaranya yakni empat
juta bayi atau anak meninggal setiap tahun akibat diare terutama sebagai
akibat air atau makanan yang tercemar (WHO, 2001).
Kejadian diare juga terjadi pada orang dewasa. Di Amerika Serikat,
diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000
pasiendirawat di rumah sakit setiap tahun (1,5% merupakan pasien dewasa)
yangdisebabkan karena diare. Frekuensi kejadian diare pada negara-negara
berkembangtermasuk Indonesia lebih banyak dua sampai tiga kali
dibandingkan dengan negaramaju (Sudoyo, 2006).
Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembangseperti Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang
masih tinggi. Survei
morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan dari
tahun2000- 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000, IR
penyakit
Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk,
tahun2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi
411/1000penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering
terjadi, dengan CFRyang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69
Kecamatan dengan jumlahkasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR
2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24Kecamatan dengan jumlah kasus
5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR1,74%), sedangkan tahun
2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlahpenderita 4204
dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %). KLB diare masih sering
terjadi dengan jumlah penderita dan kematian yang banyak. Rendahnya
cakupanhigiene sanitasi dan perilaku kesehatan yang rendah sering menjadi
faktor risikoterjadinya KLB diare (KemKes RI, 2011). Hasil SKRT (2001)
menunjukkan angkakematian diare pada semua umur sebesar 23 per
100.000 penduduk dan pada balita 75per 100.000. Hal ini menjadikan diare
menempati urutan ke-3 penyebab kematianpada semua umur.
Pada tahun 2010, dari 549.147 perkiraan kasus diare yang ditemukan
danditangani sebanyak 243.214 kasus (44,29%) sehingga angka kesakitan
(IR) akibatdiare per 1000 penduduk mencapai 18,73%. Angka ini
mengalami peningkatan daritahun 2009 yaitu 12,98%. Pencapaian IR ini
jauh dibawah target prograyaitu 220per 1000 penduduk, rendahnya IR
dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnyakejadian penyakit diare
pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasusyang tidak
terdata. Di Kota Caruban pada tahun 2010, dari 39 puskesmas yang ada
terdapat 88,729 kasus diare dari 2,097,610 penduduk Kota Caruban atau
sebesar4,23% kasus yang terjadi (Profil Kesehatan PROVSU, 2010).
Kejadian diare dapat ditularkan melalui air yang merupakan media
utama dalampenularan diare, disamping makanan dan vektor penyakit.
Diare dapat terjadi bilaseseorang mengonsumsi air minum yang telah
tercemar, baik tercemar darisumbernya maupun tercemar selama perjalanan
sampai ke rumah (Widjaja, 2011).Menurut penelitian Putra (2010) bahwa
keberadaan bakteri coliform dalam air
sumur gali yang terdapat di Desa Sidomulyo kec wonoasri dimungkinkan
oleh keadaan sarana fisiksumur gali yang tidak memenuhi syarat konstruksi
dan dekat dengan sumberpencemaran seperti sampah, kakus, dan tempat
pembuangan air limbah yangmemungkinkan air dapat terkontaminasi oleh
bahan-bahan kontaminan yangmengandung bakteriologi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Sidomulyo
Kecamatan Wonoasrimenunjukkan bahwa diare merupakan penyakit kedua
terbesar setelah ISPA.Pada tahun 2011 angka insidens rate tertinggi terdapat
pada Kelurahan Terjunsebanyak 757 kasus dengan angka insidens rate 2,90
per 100 penduduk.Penderita diare yang tercatat dari Bulan Januari sampai
Bulan Agustus tahun2012 sebanyak 939 orang, terdiri dari 450 orang dari
kelompok umur balita dan 489orang dari kelompok umur > 6 tahun (Data
Puskesmas Terjun Kecamatan Caruban, 2012).Berdasarkan hasil observasi
awal yang dilakukan bahwa masyarakat Kelurahan Sidomulyo memperoleh
sumber air bersih yang berasal dari PDAM, sumur gali, ataupunsumur bor.
Pada lingkungan 20 Kelurahan Sidomulyo, sekitar 50%
pendudukmendapatkan air bersih dari sumur gali. Jika dilihat secara fisik
kondisi air terihatkeruh dan sebagian sumur gali berada pada jarak < 10 m
dari sumber pencemaran.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka layak dilakukan
penelitian dengan judul “STUDI TENTANG KUALITAS AIR SUMUR
GALI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

LATAR BELAKANG
CASUAL
.

Pembangunan nasional merupakan salah satu upaya pembangunan nasional


di arahkan guna tercapainya kesadaran dan kemakmuran untuk hidup sehat
bagi setiap penduduk untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
sebagai salah satu unsur kesejahtraan umum dan tujuan nasional untuk
mencapai hal tersebut di atas diselenggarakan kesehatan yang menyeluruh
serta terpadu merata dan dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat.
Salah satu upaya tersebut adalah pemberantasan penyakit menular yang
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, kecacatan dan
penyebaran penyakitnya Pada tahun 2010, dari 549.147 perkiraan kasus
diare yang ditemukan dan ditangani sebanyak 243.214 kasus (44,29%)
sehingga angka kesakitan (IR) akibat diare per 1000 penduduk mencapai
18,73%. Angka ini mengalami peningkatan dari tahun 2009 yaitu 12,98%.
Pencapaian IR ini jauh dibawah target program yaitu 220 per 1000
penduduk, rendahnya IR dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya
kejadian penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya
kasus yang tidak terdata. Di Kota Caruban pada tahun 2010, dari 39
puskesmas yang ada

terdapat 88,729 kasus diare dari 2,097,610 penduduk Kota Caruban


atau sebesar4,23% kasus yang terjadi (Profil Kesehatan PROVSU, 2010).
Kejadian diare dapat ditularkan melalui air yang merupakan media utama
dalampenularan diare, disamping makanan dan vektor penyakit. Diare dapat
terjadi bilaseseorang mengonsumsi air minum yang telah tercemar, baik
tercemar darisumbernya maupun tercemar selama perjalanan sampai ke
rumah (Widjaja, 2011).
Menurut penelitian Putra (2010) bahwa keberadaan bakteri
coliform dalam airsumur gali yang terdapat di Desa Sidomulyo kec
wonoasri dimungkinkan oleh keadaan sarana fisik
sumur gali yang tidak memenuhi syarat konstruksi dan dekat dengan sumber
pencemaran seperti sampah, kakus, dan tempat pembuangan air limbah yang
memungkinkan air dapat terkontaminasi oleh bahan-bahan kontaminan yang
mengandung bakteriologi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Terjun


Kecamatan Wonoasrimenunjukkan bahwa diare merupakan penyakit kedua
terbesar setelah ISPA.Pada tahun 2011 angka insidens rate tertinggi terdapat
pada Kelurahan Terjunsebanyak 757 kasus dengan angka insidens rate 2,90
per 100 penduduk.Penderita diare yang tercatat dari Bulan Januari sampai
Bulan Agustus tahun2012 sebanyak 939 orang, terdiri dari 450 orang dari
kelompok umur balita dan 489orang dari kelompok umur > 6 tahun (Data
Puskesmas Terjun Kecamatan Caruban, 2012).
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan bahwa masyarakat
Kelurahan
SIDOULYO memperoleh sumber air bersih yang berasal dari PDAM,
sumur gali, ataupunsumur bor. Pada lingkungan 20 Kelurahan SIDOULYO,
sekitar 50% pendudukmendapatkan air bersih dari sumur gali. Jika dilihat
secara fisik kondisi air terihatkeruh dan sebagian sumur gali berada pada
jarak < 10 m dari sumber pencemaran.Berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan maka layak dilakukan penelitian dengan judul “STUDI
TENTANG KUALITAS AIR SUMUR GALI DENGAN KEJADIAN
DIARE PADA BALITA

B. IDENTIFIKASI DAN PEMBATASAN MASALAH


Kejadian penyakit diare dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Perilaku masyarakat yang meliputi pengetahuan, dan tindakan
2. Lingkungan yang meliputi sumber air bersih,
3. Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali

C. Perumusan Masalah
Kejadian diare yang cukup tinggi dan kondisi sanitasi yang tidak baik
terutamakondisi sumber air bersih yang dekat dengan sumber pencemaran
menjadi resiko airtercemar oleh bakteri yang dapat menimbulkan masalah
kesehatan

D. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas
mikrobiologisair sumur gali kejadian diare pada keluarga di Kelurahan
SIDOMULYOKecamatan WONOASRI Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kandungan mikrobiologis air sumur gali pada keluarga
diKelurahan SIDOMULYO Kecamatan WONOASRI.
2. Untuk mengetahui gambaran kejadian diare pada keluarga di
KelurahanSIDOMULYO Kecamatan WONOASRI
3. Untuk mengetahui konstruksi sumur gali penduduk di Kelurahan
SIDOMULYOKecamatan WONOASRI
4. Untuk mengetahui hubungan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali
dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan SIDOMULYO
Kecamatan WONOASRI

E. Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi dan bahan masukan bagi Puskesmas WONOASRI
KecamatanWONOASRI dan Dinas Kesehatan Kota MADIUN dalam
meningkatkanupaya pencegahan dan penanggulangan kejadian diare
khususnya diKelurahan SIDOMULYO.
2. Sebagai bahan masukan dan informasi yang dapat digunakan untuk
melakukan penelitian lebih lanjut tentang kejadian diare dengan fakto faktor
lingkungan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai