Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN WAKTU PELEBURAN PADA PEMBUATAN ASAM

OKSALAT DARI AMPAS TEBU

Faisol Asip*, Rizka Febrianti, Tiara Novitasari


(*) Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km. 32-Indralaya Ogan Ilir, Sumatera Selatan 30662
Email: faisol_asip@yahoo.com

Abstrak
Bagasse (ampas tebu) merupakan residu padat pada proses pengolahan tebu menjadi gula yang masih
belum banyak dimanfaatkan menjadi produk yang mempunyai nilai tambah. Ampas tebu yang
mengandung selulosa sekitar 37% berpotensi sebagai bahan baku dalam pembuatan asam oksalat. Asam
oksalat digunakan sebagai bahan pencampur zat warna dalam industri tekstil dan cat, menetralkan
kelebihan alkali pada pencucian dan sebagai bleaching, bahan pelapis yang melindungi logam dari
korosif dan pembersih untuk radiator otomotif dan logam. Proses pembuatan asam oksalat terdiri dari :
peleburan alkali dengan larutan natrium hidroksida, pengendapan dengan larutan kalsium klorida,
pengasaman dengan larutan asam sulfat dan kristalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh variasi konsentrasi natrium hidroksida 0,5 N ; 1,5 N ; 2,5 N ; 3,5 N ; 4,5 N dengan variasi
waktu peleburan yitu 30;60;90;120 menit variasi waktu peleburan terhadap yield asam oksalat yang
dihasilkan. Yield asam oksalat tertinggi dihasilkan pada konsentrasi 3,5 N dengan waktu 1 jam sebesar
17,93%.
Kata Kunci: Ampas tebu , asam oksalat, peleburan alkali

Abstract
Bagasse is a solid residue from processing of sugarcane into sugar that still not to be used for
producing higher value product. Bagasse contains around 37% on cellulose, potentially as raw material
for producing oxalic acid. Oxalic acid is used as an ingredients mixing for dyeing in textiles and paints,
to remove excess alkalinity remaining in the washed fabrics and as bleaching, coating materials that
protect the metal from corrosion and cleaners for automotive radiators and metal. The process of oxalic
acid production consist of: alkaline fusion with sodium hydroxide solution, settling with calcium chloride
solution, acidification with sulfate acid solution, and crystallization. This research conducted to study the
effect of variant concentration of sodium hydroxide 0,5 N; 1,5 N; 2,5; 3,5 N; and 4,5N; with
30;60;90;120 minutes of fusion time The highest oxalic acid was obtained at concentration 3,5 of
sodium hydroxide with fusion time at 60 minutes is 17,93%.
Keywords: Alkalyfusion, bagasse, oxalic acid

1. PENDAHULUAN nilai tambah. Bagasse yang tergolong biomassa


Tebu sebagai bahan baku industri gula sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan
merupakan salah satu komoditi perkebunan menjadi sumber energi, makanan ternak atau
yang mempunyai peran dalam meningkatkan produk yang berbasis lignoselulosa seperti
perekonomian Indonesia. Menurut data Badan kertas, biogas, bioetanol dan lain-lain (Samsuri,
Pusat Statistik (2014), produksi tebu Indonesia 2005).
pada tahun 2014 sebesar 2,58 juta ton. Di Adapun komposisi kandungan dari
industri pembuatan gula menghasilkan ampas ampas tebu sebagai berikut:
tebu yang merupakan hasil samping dari proses
ekstraksi cairan tebu. Tabel 1. Komposisi Ampas tebu
Industri gula dapat menghasilkan ampas Komposisi Kandungan
tebu sekitar 32 % dari berat tebu giling. Kimia (%)
Namun, sekitar 60% ampas tebu dimanfaatkan 1. Selulosa 26-43
sebagai bahan bakar boiler, bahan baku industri 2. Hemiselulosa 17-23
kertas, kanvas rem, jamur dan lain-lain. Oleh
3. Lignin 13-22
karena itu sebanyak 40% ampas tebu belum
dimanfaatkan (Andaka, 2011). 4. Pentosan 20-33
Bagasse (ampas tebu) merupakan residu Sumber: (Lacey, 1980)
padat pada proses pengolahan tebu menjadi
gula, yang sejauh ini masih belum banyak Selulosa merupakan polimer alam,
dimanfaatkan menjadi produk yang mempunyai polisakarida, yang terdiri atas glukosa yang

Jurnal Teknik Kimia No.3, Vol.21, Agustus 2015 Page 9


terikat dengan ikatan β 1,4-glicolsidic dan bahan atau tanaman yang mengandung
(C6H10O5)n dengan n adalah derajat selulosa (Kirk R.E, Othmer D.F,1945).
polimerisasinya (Suyati, 2008). Struktur kimia Asam oksalat merupakan turunan asam
inilah yang membuat selulosa bersifat kristalin karboksilat. Asam oksalat mengandung dua
dan tidak mudah larut, sehingga tidak mudah gugus karboksil. Gugus karboksil ini terletak
didegradasi secara kimia atau mekanis. Molekul pada ujung rantai lurus karbon. Asam okslat
glukosa disambung menjadi molekul besar, mempunyai rumus molekul C2H2O4 (Kirk R.E,
panjang, dan berbentuk rantai dalam susunan Othmer D.F,1945). Asam oksalat merupakan
menjadi selulosa. Selulosa, berdasarkan turunan asam dikarboksilat yang kuat dan
kelarutannya dalam larutan alkali, dapat dibagi banyak terdapat di tanaman dan sayuran. Asam
menjadi 3 jenis, yaitu: oksalat dihasilkan dalam tubuh dengan
1) α-selulosa metabolisme asam glioksilat atau asam
α-selulosa Selulosa memiliki rantai askorbat. Asam oksalat tidak dimetabolisme
panjang, tidak larut dalam air, sukar larut dalam tetapi diekskresikan dalam urin . asam ini dapat
larutan alkali, memiliki derajat polimerisasi digunakan sebagai reagen analitis dan sebagai
lenih dari 200, dan merupakan penyusun utama reduktor (OSHA, 2003).
selulosa. Pembuatan asam oksalat dapat dilakukan
2) β-selulosa dengan beberapa metode seperti peleburan
β-selulosa memiliki rantai pendek, larut selulosa denan basa kuat, oksidasi
dalam larutan alkali, akan mengendap jika menggunakan asam kuat, atau dapat disintesis
larutan diasamkan, dan memiliki derajat dari natrium format. Berikut jenis-jenis metode
polimerisasi 10-15. pembuatan asam oksalat:
3) ∂-selulosa 1) Oksidasi Karbohidrat
∂-selulosamemiliki rantai pendek, larut Cara ini ditemukan pleh Scheele pada
dalam larutan alkali, larut dalam suasana asam, tahun 1776. Asam okslat diproduksi dengan
akan mengendap jika ditambah alkohol, dan mengoksidasi karbihidrat karbohidrat seperti
derajat polimerisasi kurang dari 10 ( Narimo, glukosa, sukorsa, stratch, dextrin dan selulosa
2006) dengan menggunakan asam nitrat. Proses ini
Morfologi selulosa mempunyai pengaruh menggunakan bahan yang banyak mengandung
yang besar pada reaktivitasnya. Gugus-gugus karbohidrat, misalnya tepung. Selulosa, sebagai
hidroksil yang terdapat dalam daerah-daerah bahan baku, dihidrolisa dengan asam sulfat,
amorf sangat mudah dicapai dan mudah sehingga menjadi monosakarida. Kemudian
bereaksi, sedangkan gugus-gugus hidroksil yang dioksidasi dengan asam nitrat pada temperatur
terdapat dalam daerah-daerah kristalin dengan 63-85°C dengan katalis vanadium pentoksida.
berkas yang rapat dan ikatan antar rantai yang Oksidasi glukosa dengan menggunakan asam
kuat mungkin tidak dapat dicapai sama sekali nitrat atau asam kuat lainnya akanmenghasilkan
(Eero Sjőstrőm, 1995). asam oksalat (Kirk, Othmer, 1945).
Selulosa yang direaksikan dengan alkali 2) Proses Etilen Glikol
kuat akan menghasilkan asam oksalat asam Etilen glikol dioksidasi dalam campuran
asetat, dan asam formiat. Reaksi dengan alkali asam nitrat 20-25% dan 30-4% asam sulfat.
sering disebut hidrolisis atau peleburan alkali. Campuran menggunakan katalis 0,001-0,1 %
Selulosa dapat mengadakan reaksi kimia karena vanadium pentoksida pada suhu 50-70°C untuk
mengandung gugus yang reaktif, yaitu gugus menghasilkan asam okslaat lebih dari 93%
hidroksil dan gugus pereduksi. (Mastuti, 2005). (Kirk,Othmer, 1945).
Pada tahun 1776, asam oksalat pertama 3) Proses Propilen
kali disintestis oleh Scheele dengan Pembuatan asam oksalat dengan oksidasi
mengoksidasi gula dan asam nitrat. Pada tahun propilen menggunakan gas dari feed stock pada
1784 telah di buktikan bahwa asam oksalat operasi cracking meinyak bumi. Propilen
dapat dihasilkan dari garam yang terdapat pada diokasidasi oleh asam nitrat oleh asam nitrat
jenis tanaman sorrel. Pada tahun 1892, Gay melalui dua tahap: tahap pertama propilen
Lussac menemukan bahwa asam oksalat dapat direaksikan dengan NO2 cair untuk
dihasilkan dengan meleburkan serbuk gergaji menghasilkan produk antara berupa asam a-
dalam larutan alkali. Pada tahun 1856, Dale nitrolactid. Kemudian, a-nitrolactid dioksidasi
memproduksi asam oksalat dari serbuk gergaji, pada temperatur tinggi untuk menghasilkan
dan proses ini berkembang dengan bahan baku asam oksalat ( Kirk,Othmer, 1945).
lain seperti : sekap padi, tongkol jagung, alang- 4) Proses Dialkil Oksalat
alang, sabut kelapa sawit, ampas tebu, kenaf, Asam oksalat dihalikan dengan
menghidrolisis diester asam oksalat dengan gas

Jurnal Teknik Kimia No.3, Vol.21, Agustus 2015 Page 10


karbon monoksida yang akan menghasilkan mengaplikasikan cara ini karena sifat
produk samping alkohol. Pada tahun 1978 UBE keasamannya.
Industries (Jepang mengkomersialkan proses 5) Textile
dua langkah ini ( Kirk,Othmer, 1945). Asam okslat dapat digunakan sebagai
5) Proses peleburan alkali pembersih tenun dan zat warna. Dalam
Pembuatan asam okslat dengan proses pencucian, asam oksalat sebagai zat asam dapat
peleburan alkali mengguankan bahan baku yang penetralkan alkali dan melarutkan besi pada
mengandung selulosa tinggi seperti serbuk pewarnaan tenun. Tidak hanya itu, asam okslat
gergaji, sekam padi, tongkol jagung dan lain- dapat digunakan unutk membunuh bakteri pada
lain. Bahan ini dapat dilebur dengan kalsium kain.
hidroksida dan natrium hidroksida pada suhu 6) Dyeing
200-230°C (Kirk,Othmer, 1945). Produk Asam oksalat dan garamnya dapat
selanjutnya direaksikan dengan asam sulfat digunakan untuk pewarnaan wool. Asam oksalat
untuk membentuk asam oksalat. sebagai agen pengatur zat kromium florida. Zat
Asam oksalat memiliki sifat fisik dan terdiri dari 4 % kromium florida dan 2% asam
kimia sebagai berikut: oksalat. Wol di didihkan dalam waktu satu jam.
1) Bentuk fisik : Kristal Kromium oksida pada wol diangkat dari
2) Warna : Tidak berwarna pewarnaan. Amonium oksalat dapat digunakan
3) Bau : Tidak berbau sebagai pencetak vigorous pada wol, dan terdiri
4) Titik leleh : 101 C dari zat kimia lain (Kirk R.E, Othmer
5) Densitas :1,653gr/cm3@18,5C D.F,1945).
6) Berat molekul : 126,04 gr/mol Pembuatan asam oksalat dengan proses
7) pH : 1,2 (0,1 M) peleburan alkali menggunakan bahan baku yang
8) Kaluratan dalam air :14,2 g/100 ml mengandung selulosa tinggi seperti serbuk
(Labchem.inc, 2000) gergaji, sekam padi, tongkol jagung dan lain-
Berikut ini beberapa kegunaan asam lain. Bahan ini dapat dilebur dengan kalsium
oksalat dalam dunia industri : hidroksida dan natrium hidroksida pada suhu
1) Metal Treatment 200-240 °C (Kirk R.E, Othmer D.F,1945).
Dalam industri logam, asam oksalat Produk ini direaksikan dengan asam sulfat
digunakan sebagai penghilang kotoran-kotoran untuk membentuk asam oksalat. Iriany, (2015)
yang menempel pada permukaan logam, yang menjelaskan bahwa tahap-tahap pembuatan
akan dicat. Hal ini dilakukan unutk mencegah asam oksalat dengan proses peleburan alkali
terjadinya korosi pada permukaan logam. adalah sebagai berikut :
2) Oxalate Coating a) Tahap Peleburan
Pelapisan dengan menggunakan asam Pada tahap ini terjadi peleburan antara
oksalat telah digunakan secara umum. Asam selulosa yang terkandung dalam alang-alang
oksalat dapat diguanakan untuk melapisi dengan larutan NaOH.
stainless steel, nickel alloy, titanium dan (C6H10O5)n + 4n NaOH + 3n O2  n(COONa)2
kromium. + n(CH3COONa) + n(HCOONa) + 5n H2O + n
3) Anodizing CO2
Pelapisan asam oksalat menghasilakan b) Tahap Pengendapan dan Penyaringan
tebal lebih dari 60 tanpa menggunakan teknik Filtrat yang didapat dari hasil
khusus. Pelapisan dengan menggunaklan asam peleburan ditambahkan CaCl2 untuk
oksalat bersifat keras, abrasi, tahan terhadap mendapatkan endapan kalsium oksalat.
korosi, dan warnanya cukup atraktif sehingga (COONa)2 + CaCl2  (COO)2Ca + 2 NaCl
tidak diperlukan pewarnaan. Namun, biaya yang c) Tahap Pengasaman
dibuthkan pada proses pelapisan asam oksalat Endapan yang terjadi diasamkan dengan
lebih mahal dibandingkan dnegan proses asam asam sulfat.
sulfat. (COO)2Ca + H2SO4  (COOH)2 + CaSO4
4) Metal Cleaning Konversi yang diperoleh dari proses ini
Asam oksalat merupakam seyawa kurang dari 45% dengan kemurnian produk
pembersih yang digunakan pada automotif sebesar 60% (Panda, 2008).
radiator, boiler, railroad cars, dan kontaminan Faktor – faktor yang berpengaruh
radioaktif untuk plant reaktor pada proses terhadap pembuatan asam oksalat:
pembakaran. Pembersihan logam besi dan non 1) Waktu
besi dengan menggunakan asam oksalat akan Waktu reaksi yang lama dapat
menghasilakan kontrol pH sebagai indikator memperbesar zat-zat pereaksi bersentuhan
yang baik. Banyak industri yang sehingga asam oksalat yang diperoleh relatif

Jurnal Teknik Kimia No.3, Vol.21, Agustus 2015 Page 11


banyak. Akan tetapi waktu reaksi yang cukup 3) Kalsium Klorida (CaCl2)
lama akan menyebabkan hasil lanjut terhadap 4) Asam sulfat (H2SO4)
asam oksalat yang dihasilkan. 5) Aquades
2) Konsentrasi pelarut
Daya pengurai basa kuat Hakan lebih Prosedur Penelitian
besar seiring bertambahnya konsentrasi. 1) Ampas tebu dicuci bersih kemudian
Bertambahnya konsentrasi basa kuat dapat dikeringkan di bawah sinar matahari.
mengakibatkan jumlah hasil hidrolisis Ampas tebu dipotong-potong lalu
bertambah. diblender sampai halus. Kemudian
3) Suhu ampas diayak untuk mendapatkan
Suhu berpengaruh pada konstanta ukuran ampas tebu 40 mesh.
kecepatan reaksi. Jika suhu tinggi, konstanta 2) Ampas tebu halus sebanyak 15 gram
kecepatan reaksi semakin besar sehingga dimasukkan ke dalam labu leher tiga
reaksi semakin cepat. Tetapi suhu yang kemudian ditambahkan NaOH.
terlalu tinggi akan menguraikan asam oksalat 3) Kemudian dipanaskan pada temperatur
yang dapat membentuk senyawa lain. konstan 180oC dengan kecepatan 600
4) Volume Pelarut rpm, lalu campuran tersebut
Volume pelarut yang semakin banyak didinginkan dan disaring.
akan memperluas gerakan molekul-molekul 4) Filtrat yang didapat ditambah dengan
yang ada sehingga hasil yang diharapkan kalsium klorida 10% hingga terbentuk
semakin banyak. Tetapi volume pelarut yang endapan.
terlalu banyak akan mengurangi hasil yang 5) Kemudian endapan dipisahkan dari
diinginkan, karena asam oksalat akan terurai larutannya dan endapan ditambahkan
lebih lanjut menjadi CO2 dan H2O (Narimo, dengan asam sulfat 2M sebanyak 200
2006) ml.
5) Kecepatan Pengadukan 6) Kemudian disaring hingga didapatkan
Pengadukan dapat mempercapat filtrat asam oksalat.
terjadinya reaksi karena dengan adanya 7) Filtrat dipanaskan pada suhu 70oC
pengadukan akan memperbesar frekuensi selama 1 jam kemudian filtrat
tumbukan dan harga konsanta kecepatan reaksi didiamkan selama 24 jam sampai
akan semakin besar. Pengadukan yang kristal asam oksalat terbentuk.
sempurna akan memperbesar kemungkinan
tumbukan antar zat pereaksi, sehingga reaksi
akan berlangsung dengan baik ( Dewati, 2010). Ampas Tebu

2. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian tentang pembuatan asam
oksalat dari ampas tebu ini dilakukan di Peleburan
Laboratorium Operasi Unit Proses Jurusan dengan NaOH
Teknik Kimia Universitas Sriwijaya
Peralatan dan Bahan
a) Alat
1) Beker gelas Penyaringan
2) Labu leher tiga
3) Kondenser
4) Oven
Pengendapan
5) Erlenmeyer
6) Gelas ukur
7) Labu ukur
8) Spatula dan pengaduk Pengasaman
9) Neraca analitis
10) Pipet tetes
11) Penyaring Buchner Analisa Bahan Baku Ampas Tebu
12) Kertas penyaring Analisa Kadar Selulosa Ampas Tebu
13) Blender dengan Metode Chesson Data.
b) Bahan 1) 1 gr (Berat A) ampas tebu ditambahkan 150
1) Ampas Tebu ml aquades dan direfluk pada suhu 100oC
2) Natrium Hidroksida (NaOH) selama 1 jam.

Jurnal Teknik Kimia No.3, Vol.21, Agustus 2015 Page 12


2) Residu disaring dan dicuci dengan air panas asam oksalat sintesis mendekati titik leleh asam
sebanyak 300 ml. Kemudian dikeringkan di oksalat standar. Penyebab perbedaaan hasil titik
dalam oven lalu ampas tebu ditimbang leleh ini adalah hasil kristalisasi masih belum
(Berat B). murni dan masih banyak terdapat pengotor.
3) Residu ditambahkan H2SO4 1 N sebanyak
150 ml dan direfluk kembali pada suhu Analisa Spektra Infra Merah
100oC selama 1 jam.
4) Ampas tebu atau residu disaring kemudian
cuci dengan aquades sampai pH nertral.
Setelah itu, keringkan dalam oven kemudian
timbang (Berat C).
5) Residu kering direndam dengan H2SO4 72%
sebanyak 100 ml selama 4 jam. Kemudian
ditambahkan 150 ml H2SO4 1N ke dalam
ampas tebu dan direfluk selama 1 jam.
Residu disaring dan dicuci sampai pH netral.
6) Residu kemudian dikeringkan dalam oven
suhu 105oC dan ditimbang (Berat D)
Kadar Selulosa = Berat C – Berat D x 100%

Berat A Gambar 1 Spektrum Infra Merah Asam Oksalat


Standar
Analisa Hasil
Analisa Derajat Keasaman (pH) (SNI 06-
6989. 11-2004)
Derajat keasaman (pH) dianalisa
dengan menggunakan metode potensiometri
menggunakan pHmeter.

Analisa Titik Leleh


Analisa titik leleh menggunakan melting
point apparatus

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisa Derajat Keasaman dan Titik Leleh
Tabel 2. Hasil Analisa Gambar 2. Spektrum Infra Merah Asam
Karak Asam Oksalat Asam
teristik Hasil Sintesis Oksalat
dari ampas tebu Standar
1. Bentuk Kristal jarum Kristal
jarum Gambar 2. Spektrum Infra Merah Asam
2. pH 1,3-1,6 1,2 Oksalat Hasil Sintesis Ampas Tebu

3. Titil Leleh 104-108 101,5 Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa


(°C) serapan kuat vibrasi regangan gugus hidroksil
karbosilat (O-H) yang dimiliki asam oksalat
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa standar yang terdapat pada bilangan gelombang
nilai pH dari stiap sample yang dihasilkan 3200 – 3700 cm-1. Gugus hidroksil pada asam
berkisar antara 1,3 – 1,6. Menurut Labchem.inc oksalat standar terdapat pada bilangan
(2004), nilai pH asam okslaat standar yaitu 1,2. gelombang 3421,73 cm-1. Sementara asam
Perbedaan nilai pH asam oksalat sintesis dari oksalat hasil sintesis dari ampas tebu dapat
ampas tebu dengan asam oksalat standar adalah dilihat pada gambar 2 memiliki vibrasi
asam oksalat sintesis masih belum murni atau regangan gugus hidroksil pada 3394,46 cm-1.
masih banyak tedapat pengotor pada Kristal. Selain gugus hidroksil juga terdapat
Titik leleh yang didapat dari setiap gugus – gugus lain, seperti gugus C=C yaitu
sampel berkisar antara 104 – 108 oC. Menurut pada asam oksalat standar pada bilangan
Perry’s (2008), titik leleh asam oksalat murni gelombang 1614,36 cm-1 dan asam oksalat
atau standar adalah 101,5 oC. Hasil titik leleh sintesis pada 1617,89 cm-1. Gugus C-O pada

Jurnal Teknik Kimia No.3, Vol.21, Agustus 2015 Page 13


asam oksalat terletak pada bilangan 1080-1300 konsentrasi 3,5 N yaitu, kemudian terjadi
cm-1. Asam oksalat standar memiliki bilangan penurunan pada konsentrasi di atas 3,5 N yaitu
gelombang 1104 cm-1 dan asam oksalat sintesis 4,5 N. Konsentrasi larutan NaOH yang semakin
1103,53 cm-1. Gugus C-H pada asam oksalat tinggi menyebabkan selulosa yang dapat
standar sebesar 719,21 cm-1 dan asam oksalat terhidrolisis juga semakin besar sehingga hasil
sintesis pada bilangan gelombang 665,96 cm-1. asam oksalat yang didapatkan juga semakin
Hasil vibrasi rentangan bilangan gelombang banyak. Akan tetapi, jika penambahan
asam oksalat dari ampas tebu dan asam oksalat konsentrasi terlalu tinggi kemungkinan akan
standar memiliki tidak jauh berbeda. Hal ini terjadi penguraian kembali natrium oksalat
membuktikan bahwa dalam penelitian ini menjadi CO2 dan H2O sehingga terjadi
senyawa yang dihasilkan merupakan asam penurunan pada hasil asam oksalat.
oksalat. Perbedaan bilangan gelombang dapat
disebabkan oleh adanya pengotor pada kristal Pengaruh Variasi Waktu Hidrolisis terhadap
asam oksalat. Hal ini didukung oleh hasil Asam Oksalat yang Dihasilkan
analisa pH dan titik leleh. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
proses hidrolisis, yaitu : konsentrasi zat pelarut
Pengaruh Variasi Konsentrasi NaOH atau penghidrolisis, waktu, suhu, perbandingan
terhadap Asam Oksalat yang Dihasilkan reaktan, ukuran bahan baku dan kecepatan
Pada penelitian ini ampas tebu yang proses pengadukan.
mengandung selulosa akan dihidrolisis dengan
berbagai variasi konsentrai NaOH (0,5 N, 1,5 N,
2,5 N, 3,5 N, dan 4,5N) dan variasi waktu
hidrolisis (30 menit, 60 menit, 90 menit, dan
120 menit). Selulosa yang dihidrolisis bersama
NaOH dengan pemanasan 180°C akan
mengalami pemecahan molekul selulosa
sehingga terbentuk natrium oksalat. Kemudian
ditambahkan CaCl2 agar oksalat berikatan
dengan ion Ca- yang akan membentuk endapan.
Selanjutnya H2SO4 sebagai donor H+ untuk
membentuk asam oksalat.

Gambar 4. Variasi Waktu terhadap % Yield


Asam Oksalat

Dari gambar 4 dapat dilihat variasi waktu


mempengaruhi terhadap banyaknya asam
oksalat yang dihasilkan. Dari grafik dapat
dilihat waktu yang paling maksimum pada
proses hidrolisis selulosa adalah 1 Jam. Dan
mengalami penurunan pada waktu di atas 1 Jam,
yaitu 1,5 Jam dan 2 Jam.
Semakin lama waktu reaksi maka kontak
yang terjadi antar molekul-molekul semakin
banyak sehingga asam oksalat yang dihasilkan
Gambar 3.Variasi Konsentrasi NaOH terhadap semakin banyak. Hal ini dapat dilihat dari
% Yield Asam Oksalat meningkatnya asam oksalat yang dari selang
waktu 0,5 Jam ke selang waktu 1 Jam. Akan
Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa tetapi mengalami penurunan pada selang waktu
variasi konsentrasi mempengaruhi yield asam berikutnya. Proses peleburan yang terlalu lama
oksalat yang dihasilkan. Yield asam oksalat juga menyebabkan tumbukan-tumbukan partikel
mengalami kenaikan pada setiap penambahan yang tidak sempurna. Hal ini dapat
konsentrasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa menyebabkan terjadinya pemutusan struktur
semakin tinggi konsentrasi maka hasil asam selulosa sehingga struktur selulosa menjadi
oksalat yang didapat juga semakin besar. Yield rusak dan dapat berubah menjadi senyawa
asam oksalat mencapai hasil maksimum pada karbohidrat lain, sehingga tidak bereaksi dengan

Jurnal Teknik Kimia No.3, Vol.21, Agustus 2015 Page 14


NaOH dan mengakibatkan pebentukan asam Vol 5, 2-ed, John Wiley Interscience
oksalat sebagai produk menjadi berkurang. Publisher Inc. New York. Pp.458.
Mastuti, E., (2005), Pembuatan Asam Oksalat
4. KESIMPULAN dari Sekam Padi, Ekuilibrium, 4(1), pp.
Dari penelitian yang telah dilakukan, 13-17.
dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: Narimo, (2009), Pembuatan Asam Oksalat dari
1) Untuk konsentrasi NaOH 0,5N-3,5N, peleburan kertas koran bekas dengan
semakin tinggi konsentrasi natrium larutan NaOH, Jurnal Kimia dan
hidroksida pada proses peleburan maka Teknologi, 5(2), pp. 73-79.
yield asam oksalat juga semakin besar. Padil. 2010. Proses Pembuatan Nitrosellulosa
2) Untuk lama waktu 30 menit - 60 menit, Berbahan Baku Biomassa Sawit. 978-
Semakin lama waktu peleburan maka yield 602-96729-0-9.
asam oksalat semakin besar. Sedangkan Panda, Himadri. 2008. The Complete Book of
untuk lama wa1ktu 90 menit – 120 menit Biological Waste Treatment and Their
yield asam oksalat menurun. Utilization. Niir Project Consultancy
3) Kondisi terbaik pada penelitian ini service: Delhi. Pp. 70-89.
didapatkan pada konsentrasi NaOH 3,5N Panjaitan, R.R., (2008), Pemanfaatan Sabut
dan waktu peleburan 60 menit yang Akar Pinang untuk Pembuatan Asam
menghasilkan asam oksalat seberat 2,2892 Oksalat, 39(1), pp. 42-49.
dengan yield 17,93%. Perry, R. Green, (1997), Perry’s Chemical
Engineering Handbook 7th, McGraw
DAFTAR PUSTAKA Hill, NewYork.
Andaka, Ganjar. 2011. Hidrolisis Ampas Tebu Samsuri, Muhammad, Bambang Prasetya dan
menjadi Furfural dengan Katalisator Misri Gozan. Lignin Biodegradasi
Asam Sulfat. Jurnal Teknologi, 4 (2). pada Bagasse 5oleh Jamur Pelapuk
pp. 180-188. Putih (White Rot Fungi) dan Potensi
Dewati, retno. 2010. Kinetika Reaksi Pemanfaatannya menjadi Senyawa
Pembuatan Asam Oksalat dari Sabut BerbasisLignoselulosa. Perancangan
Siwalan dengan Oksidator H2O2. 10 Produk. Jurusan Teknik Kimia Fakultas
(1 ) ,pp. 29-37. Teknik UI, Depok, 200
Chesson, A. 1981. Effects of sodium hydroxide Suyati. 2008. Pembuatan Selulosa Asetat Dari
on cereal straws in relation to the Limbah Serbuk Gergaji kayu dan
enhanced degaradation of structural Identifikasinya. Mastertheses
polysaccharides by rumen JBPTITBP.
microorganism. J. Sci. Foor Agric. Wijayanti, Wahyu Asih. 2008. Pengelolaan
32:745-758. Tanaman Tebu (Saccharum
Eero Sjőstrőm. 1995. Kimia Kayu Dasar – officinarum L.) di Pabrik Guka Tjeokir
Dasar dan Penggunaan. Edisi 2. PTPN X, Jombang, Jawa tiur; Studi
Gadjah Mada University Press : Kasus Pengarug Bongkar Ratoon
Yogyakarta. Terhadap Peningkatan Produktivitas
Harborn,J.B. 1987. Metoe fotokimia, Penuntun tebu. Skripsi Fakultas IPB
Cara Modern Menganalisis tumbuhan.
Edisi 2. ITB Bandung.
Iriany. Sitanggang, Andrew Faguh. Pohan
,Rahmad Dennie A.. Pembuatan Asam
Oksalat dari Alang-Alang (Imperata
Cylindrica) dengan Metode Peleburan
Alkali. Jurnal Teknik Kimia USU, 4,
(1) . pp. 16-19.
Lacey, J. 1980. The Microbiology of the
Bagasse of Sugarcane. By Product,
England. Pp. 2444.
Kirk, RE and Othmer, DF,. Encyclopedia of
Chemical Technology. The Interscience
Encyclopedia. Inc: New York. 2007
Kirk, RE and Othmer, DF, (1945),
Encyclopedia of Chemical Technology,

Jurnal Teknik Kimia No.3, Vol.21, Agustus 2015 Page 15

Anda mungkin juga menyukai