Anda di halaman 1dari 5

RESUME

GEOLOGI KEBENCANAAN
“GEMPA DAN TSUNAMI PALU, INDONESIA”

Disusun oleh :
Gita Cahyani
1606884022

PROGRAM STUDI GEOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2018
KRONOLOGI
Gempa bumi Sulawesi terjadi pada Jumat, 28 September 2018 pukul 10.02 UTC di
Minahasa Peninsula. Magnitudo gempa sebesar 7,4 Mw di kedalaman 10 km dan diikuti gempa
susulan sebanyak 76 kali yang bermagnitudo 2,9 – 6,3 SR. BMKG mengeluarkan peringatan
potensi tsunami di pantai Donggala Barat (0,5 – 3m), pantai Donggala Utara (0,5m), dan pantai
Talise. Kemudian peringatan tersebut dihentikan oleh BMKG pada pukul 17.36 WIB. Gempa
bumi tersebut pada akhirnya memicu tsunami setinggi 1,5 m yang menghantam Palu,
Donggala, dan Mamuju. Gempa berasal dari pergerakan sesar Palu-Koro. Pergerakan sesar
menyebabkan adanya longsoran dasar laut berkedalaman 200 – 300 m yang terjadi akibat dari
sedimen yang belum terkonsolidasi. Longsoran tersebut menimbulkan adanya perpindahan
secara vertikal dan volume ruang kosong. Volume kosong dan perpindahan vertikal salah satu
penyebab munculnya gelombang tsunami.
GEOLOGI REGIONAL
Sesar Palu-Koro merupakan sesar sinistral
strike-slip yang memotong Sulawesi, Indonesia. Sesar
ini memanjang 240 km dari utara (kota Palu) ke selatan
(Malili) hingga ke Teluk Bone. Pergerakan sesar aktif
mencapai 30 – 40 mm per tahun. Sesar Palu-Koro
bagian utara akan berhubungan dengan zona subduksi
Sulawesi.
Kota Palu sendiri tersusun dari tanah lapukan
lempung, lanau, atau pasir berupa material lepas yang
merupakan endapan aluvium. Endapan aluvium (Qa)
kota Palu berumur kuarter dan belum terkompaksi.
Sedangkan formasi Molas Celebes Serasin (QTms)
berumur pliosen – pleistosen.

Gambar 1 Struktur Regional Sulawesi (act.id)

Gambar 2 Peta Geologi Palu


LIKUIFAKSI
Likuifaksi adalah fenomena masa tanah yang kehilangan sebagian besar tahanan geser
akibat guncangan. Akibatnya massa mengalami regangan geser yang sangat besar dan
mengalirkan cairan (lumpur). Menurut Keith (1999), faktor yang mempengaruhi terjadinya
likuifaksi : wilayah dengan tektonik aktif (penghasil guncangan), tanah yang belum padat, dan
kedalaman air tanah dangkal (<10m), ketebalan tanah pasiran kurang dari 12 m.
Pada kasus Palu dan sekitarnya
memiliki semua faktor yang
dapat memicu likuifaksi. Palu
dilewati oleh sesar aktif yang
dapat menghasilkan vibrasi,
litologi daerah tersebut
merupakan material tanah
lepas yang kurang dari 12 m,
serta daerah Sigi yang
memiliki kedalaman air tanah
yang dangkal berkisar 0,5 –
16m dibawah permukaan.
Sebesar 80% daerah ini
berpotensi mengalami
Gambar 3 Peta Zona Bahaya Likuifaksi Palu
likuifaksi sangat tinggi
sedangakan 20% daerah
berpotensi tinggi. Ini mengakibatkan wilayah Sigi, Palu, dan sekitarnya sangat rawan. Nilai
daya dukung formasi ini sangat rendah sehingga tidak cocok dijadikan area pemukiman,
industri, dan bangunan vital lainnya.
PERBANDINGAN TSUNAMI PALU DENGAN TSUNAMI ACEH
Tsunami Aceh (2004) Tsunami Palu (2018)
Magnitudo gempa 9 Mw, kedalaman 30km Magnitudo gempa 7,4 Mw, kedalaman 10km
Respon dari mega thrust fault di zona Strike-slip fault dan longsoran di sesar Palu-
subduksi Koro
Tidak terjadi likuifaksi Terjadi likuifaksi

UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN GEOLOG DALAM MITIGASI BENCANA


 Preventif
o Tata ruang untuk pemukiman dan bangunan lain perlu diperhatikan dari aspek
geologi.
o Perencanaan bangunan mempertimbangkan aspek likuiditas formasi.
o Memberikan pemahaman terkait resiko bencana yang mengancam daerah
tempat tinggal dan pengembangan budaya sadar bencana.
o Pemantauan bencana yang mungkin dapat terjadi.
o Pemasangan alat deteksi bencana.
 Saat kejadian
o Ikuti prosedur keselamatan yang dianjurkan.
 Pasca bencana
o Merelokasi pemukiman dengan mempertimbangkan aspek geologi.
o Saran pembangunan pondasi tiang pancang untuk menghindari likuifaksi.
o Pembuatan peta zona rawan bencana.
REFERENSI
Bellier O.; Sébrier M.; Beaudoin T.; Villeneuve M.; Braucher R.; Bourlès D.; Siame L.;
Outranto E.; Pratomo I. (2001). "High slip rate for a low seismicity along the Palu-Koro
active fault in central Sulawesi (Indonesia)" (PDF). Terra Nova. 13 (6): 463–470
Galih, Bayu (editor) (28 September 2018). "BMKG Cabut Peringatan Tsunami akibat Gempa
Berkekuatan 7,7 di Sulteng". Kompas.
Hariyanto, Devina. "Central Sulawesi quake: what we know so far". Jakarta Post

Anda mungkin juga menyukai