Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

ANALISIS MASALAH

Bayi laki-laki, lahir di ruang OK IGD RSMH dengan operasi section


caesariaatas indikasi ibu dengan HAP ec PPT, ditolong residen, dari ibu G2P1A0
hamil 36 minggu, bayi lahir tidak langsung menangis dengan APGAR score 1/2/3
berat badan lahir 2350 gram, panjang badan lahir 41 cm. Riwayat injeki vitamin K
(+), tidak ada riwayat ibu demam, tidak ada riwayat ketuban pecah dini, tidak ada
riwayat ketuban hijau, kental dan berbau.Saat anak lahir tidak langsung menangis
dilakukan resusitasi sebanyak 2 kali,Anak lalu dibawa ke neonatus intensive care
unit. 21 hari kemudian anak di pindahkan ke ruang rawat neonatus, tidak ada
sesak, tidak ada demam, anak terlihat tidak aktif, tonus otot sedang, tangisan
sedang, reflex isap tidak ada. Berat badan saat di pindahkan 1990 gram.
Pasien ini didiagnosis BBLR karena didapatkan berat badan lahir 2.350
gram, dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat
dengan aktifitas hipoaktif , refleks hisap lemah dan tidak ada tangisan Dilakukan
juga pemeriksaan skor New Ballard untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir
melalui penilaian neuromuskular dan fisik dan didapatkan jumlah skornya 31
yang berarti bayi sesuai dengan masa kehamilannya yaitu 36-38 minggu.
Pasien ini juga didiagnosis asfiksia karena sebagai asfiksia neonatorum,
karena dari anamnesa, pemeriksaan fisik terdapat kegagalan napas secara spontan
dan teratur beberapa saat setelah os dilahirkan secara spontan disertai bayi tidak
menangis, denyut jantung< 100 x/ menit hal ini mengarahkan pasien ke dalam
diagnosis asfiksia neonatorum.
Asfiksia neonatorum diatasi dengan pemberian oksigenasi dan melakukan
resusitasi bertujuan untuk memberikan suasana cukup oksigen dan memberikan
ventilasi yang adekuat sehingga tercapai tujuan penanganan asfiksia yaitu
mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatai gejala sisa yang
mungkin timbul di kemudian hari. Penderita dirawat di ruang NICU, dipasang
ventilator oksigen PIP 15 PEEP 5 FiO2 50% kemudian penderita dipasang CPAP.
Penderita diberikan terapi cairan IVFD Dextrose 10% +Ca gluconas 10% 188
mL/24 jam kecepatan 8 cc/jam.
Saat ini, penderita dirawat di ruang rawat neonatus karena kondisinya
sudah lebih stabil. Tatalaksana yang diberikan pada penderita saat ini meliputi
farmakologis dan non-farmakologis. Tatalaksana farmakologis yang diberikan
adalah injeksi aminofilin rumatan 4 mg tiap 8 jam IV (dosis rumatan: 2
mg/kgBB tiap 8 jam). Aminofilin diberikan pada bayi dengan usia gestasi kurang
dari 32 minggu dan pemberiannya dilanjutkan sampai mencapai usia gestasi 34
minggu. Masalah pernapasan dapat timbul pada bayi-bayi yang lahir pada usia
gestasi kurang dari 34 minggu karena defisiensi surfaktan paru yang dapat
menyebabkan respiratory distress, risiko aspirasi karena refleks tersedak dan
batuk yang buruk, pengisapan dan penelanan yang tidak terkoordinasi, otot
pernapasan lemah, serta pernapasan periodik dan apneu. Maka dari itu, pemberian
aminofilin pada penderita ini dinilai tepat karena aminofilin memiliki efek
merangsang pusat napas dengan meningkatkan kepekaan terhadap CO2,
meningkatkan frekuensi napas, serta menurunkan hipoksia akibat depresi napas.
Apabila penderita sudah mampu makan/minum secara oral, injeksi aminofilin IV
dapat diganti dengan kafein sitrat dengan dosis 10 mg tiap 24 jam (dosis: 5
mg/kgBB/hari, maksimal: 10 mg/kgBB/hari).
Tatalaksana non-farmakologis pada penderita meliputi pemberian
ASI/PASI 40 mL tiap 3 jam via OGT. Pemberian via OGT ini karena refleks
hisap penderita masih lemah. Komposisi ASI dari ibu yang melahirkan bayi
prematur berbeda dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. ASI prematur pada
awalnya mengandung lebih banyak protein, lemak, asam amino bebas, dan
natrium, tetapi beberapa minggu kemudian kadar zat gizi tersebut menurun. Kadar
mineral ASI prematur sama dengan ASI cukup bulan, kecuali untuk kalsium
(lebih rendah di ASI prematur) dan tembaga atau seng (lebih tinggi pada ASI
prematur namun akan menurun seiring durasi menyusui). Walaupun demikian,
pemilihan ASI segar lebih dianjurkan karena mengandung komponen bioaktif
yang lebih tinggi dibandingkan ASI yang telah disimpan.

Anda mungkin juga menyukai