BAB I
STATUS PASIEN
Kasus
Melanoma Maligna
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Alamat : Gg. Petek, Pesisir selatan RT/RW 07/01 Kel. Panjunan,
kec. Lemahwungkuk. Cirebon.
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin : Pria
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Nelayan
Nama orang terdekat : Nn. S (anak ke-2 anak kandung)
Jumlah anak : 5 (laki-laki 1, pr 4)
- Anak ke-1: wanita 38tahun, tidak tamat SD. kerja
Asisten Rumah Tangga
- Anak ke-2 : wanita 36 tahun, tidak tamat SD, kerja
IRT
- Anak ke-3 : pria 33 tahun, tidak tamat SD, kerja
nelayan
- Anak ke-4 : wanita 31 tahun, tamat SD, kerja IRT
- Anak ke-4 : wanita 26 tahun, tamat SD, kerja IRT
B. Keluhan Medis
Keluhan utama : Tahi lalat membesar, keluar darah
Riwayat penyakit sekarang
Onset : Sejek 12 tahun yang lalu, semakin membersar cepat 2
tahun yang lalu
Lokasi : awal di nasal, menjalar ke maxilla dan orbita
Kronologis : perlahan melebar dan pasien sering menyuplik dengan
tangan
Kualitas : sangat nyeri, gatal
Kuantitas : sering merasa nyeri
Faktor yang memperingan : minum obat pereda gatal (cetirizine)
Faktor yang memperberat : ketika terpapar sinar matahari
Keluhan lain : gangguan penglihatan 2 bulan yll, pusing >> saat
mencoba bangun, keluar pus dan darah 2 bulan yll
Riwayat Pribadi & Sosial : kerja sbg nelayan (pergi siang hari-pulang sore
hari)
Kebiasaan :
Merokok sejak muda, berhenti 2 tahun yang lalu,
Tidak minum alkohol
Makan sehari-hari sebelum 2 bulan yll masih makan nasi dan
lauk pauk lain, tetapi 2 bulan terakhir sering makan oat, bubur
bayi kemasan dan susu.
Jarang olahraga
Riwayat operasi :-
Kamar tidur
2 x 2m
Ruang tamu
4 x 2m
Kamar tidur
2 x 2m
Halaman depan
C. Status Fungsional
*) kemampuan pasien diberi tanda bold, skor yang didapat adalah 5 sehingga
dapat disimpulkan pasien ketergantungan berat.
D. Fungsi kognitif
E. Penapisan Depresi
Penapisan depresi berkaitan dengan personal kepribadian, perasaan hati,
kesadaran, afek, konfusio, curiga, gangguan tidur dan depresi.
Tabel 1.3 Kuesioner Penapisan Depresi
Skala Depresi Geriatri (Geriatric Depression Scale / GDS) Ya Tidak
1 Apakah Anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda? 0 1
2 Apakah Anda tidak dapat melakukan sebagian besar kegiatan 1 0
Anda?
3 Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda tidak berguna? 1 0
7
0. > 6 ½ jam
1. 5½ - 6 jam 29 menit
2. 4½ - 5 jam 29 menit
3. < 4½ jam
2. sering bermimpi
2. 16 - 29 menit
3. 30 - 44 menit
0. < 5 menit
1. 6 – 15 menit
2. 16 – 60 menit
3. > 60 menit
2. rasa lesu
Interpretasi
0-6 : normal
7-12 : mild
13-18 : severe
Total skor yang diberi tanda bold yaitu 3, pasien tidak mengalami insomnia.
G. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Sakit berat
Kesadaran : CM
TTV(mgg1-4) : BP= 140/80, 140/80, 130/80, 130/70
T = 36,8oC
Kepala
Inspeksi : Rambut memutih, distribusi rambut merata
Palpasi : Tidak ditemukan benjolan pada kranial, tidak ada nyeri tekan di
kranial, tekanan intraocular normal.
10
Status lokalis : Pada wajah di bagian nasal, maxilla dan orbita terdapat tahi
lalat berwarna hitam, kecoklatan hingga merah berukuran 12 x 7cm. Batas
tidak tegas, bentuk asimetris tepi irregular, disekitar tahi lalat terdapat ulkus,
darah dan pus.
Pendengaran : normal
JVP : 5 + 2
Thoraks : Inspeksi simetris, tidak ada ruam, tidak ada retraksi dinding
dada, krepitasi (-), tidak terlihat pulsasi iktus kordis
Paru-paru : Palpasi nyeri tekan (-), fremitus taktil kanan kiri simetris
Abdomen
Ekstermitas
Inspeksi : warna kulit merata, tidak terdapat lesi, tidak terlihat edema pada
tungkai,
Status neurologis
Motorik
Tonus : hipotonus
H. Daftar masalah
I. Masalah medis/ penyakit : terdapat tumor di kulit yang mengarah pada
keganasan karena terdapat ciri-ciri ABCDE (Asymetris, Border
irregularity, Color Variation, Diameter >6mm, Evolution(perubahan
lesi)) terletak di daerah wajah dan menutupi kedua matanya, sehingga
mengganggu penglihatannya bahkan tidak bisa melihat sama sekali.
- Usia : 63 tahun
- Jenis kelamin : laki-laki (epidemiologi melanoma maligna
pada laki-laki >40 tahun)
- Genetik : tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini
ataupun tumor ganas lain
1. Immobility
Pasien selalu berbaring di tempat tidur sejak 2 bulan yang lalu,
karena penglihatannya terganggu dan pasien mengeluhkan pusing
13
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk
perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian.
Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler
dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat
dan melawan penyakit. Seiring dengan brekembangnya kemampuan kita untuk
menyelidiki komponen-komponen yang kecil dan sangat kecil, suatu pemahaman
tantang hubungan hal-hal yang memengaruhi penuaan ataupun tentang penyebab
penuaan yang sebelumnya tidak diketahui, sekarang telah mengalami
peningkatan. 1
Teori biologis juga mencoba untuk menjelaskan mengapa orang
mengalami penuaan dengan cara berbeda dari waktu kewaktu dan faktor apa yang
memengaruhi umur panjang, perlawanan terhadap organisme, dan kematian atau
perubahan seluler. Suatu pemahaman tentang perspektif biologi dapat
memberikan pengetahuan kepada perawat tentang faktor resiko spesifik
dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu untuk
meminimalkan atau menghindari resiko dan memaksimalkan kesehatan. 1
1) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas adalah produk metabolisme seluler yang merupakan bagian
molekul yang sangat reaktif. Molekul ini memiliki muatan ekstraseluler kuat yang
dapat menciptakan reaksi dengan protein, mengibah bentuk dan sifatnya, molekul
ini juga dapat bereaksi dengan lipid yang berada dalam membran sel,
mempengaruhi permeabilitasnya atau dapat berikatan dengan organel sel. Teori
ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan karena terjadinya akumulasi
kerusakan irreversibel akibat senyawa pengoksidasi. Dimana radikal bebas dapat
terbentuk dialam, tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein. 1
16
2) Teori Genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama disebabkan oleh
pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik.
Menurut teori genetike, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar
diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur
jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia telah
ditentukan sebelumnya. Teori genetika terdiri dari teori asam deoksiribonukleat
(DNA), teori krtepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen.
Teori-teori ini menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler
menjadi tidak terartur karena adanya informasi tidak sesuai yang diberikan dari
inti sel. Molekul DNA menjadi bersilangan (crosslink) denga unsur yang lain
sehingga mengubah informasi genetik. Adanya crosslink ini mengakibatkan
kesalahan pada tingkat seluler yang akhirnya mengakibatkan sistem dan organ
tubuh gagal untuk berfungsi. Bukti yang mendukung teori-teori ini termasuk
perkembangan radikal bebas, kolagen, dan lipofusin.
Selain itu, peningkatan frekuensi kanker dan penyakit autoimun yang
dihubungkan dengan bertambahnya umur menyatakan bahwa mutasi atau
kesalahan terjadi pada tingkat molekular dan selular. 1
3) Teori Cross Link
Teori crosslink dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan
elastin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan
rigiditas sel, crosslink diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan
aenyawa antara molekul-molekul yang normalnya terpisah atau secara singkatnya
sel-sel tua atau usang, reaksi kimianya menyebakan kurang elastis dan hilangnya
fungsi. Contoh crosslink jaringan ikat terkait usia meliputi penurunan kekuatan
daya rentang dinding arteri, tanggalnya gigi, tendon kering dan berserat.
4) Teori Wear and Tear
Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi
dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan
akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan
mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal.
17
rutin untuk memastikan deteksi dini dan perawatan seawal mungkin, tetapi pada
orang lanjut usia kegagalan melindungi sistem imun yang telah mengalami
penuaan melalui pemeriksaan kesehatan ini dapat mendorong ke arah kematian
awal dan tidak terduga. Selain itu, program imunisasi secara nasional untuk
mencegah kejadian dan penyebaran epidemi penyaki, seperti pneumonia dan
influenza diantara orang lanjut usia juga mendukung dasar teoritis praktik
keperawatan. 1
6) Teori Neuroendokrin
Diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun serta interaksi
antara sistem saraf dan sistem endokrin menghasilkan persamaan yang luar biasa.
Pada kasus selanjutnya para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh
karena adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai
suatu dampak pada reaksi yang diatur oleh sistem saraf. Hal ini lebih jelas
ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal, dan reproduksi.
Salah satu area neurologis yang mengalami gangguan secara universal
akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses,
dan bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respon
ini kadang-kadang diinterpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian, atau
kurangnya pengetahuan. Pada umumnya, sebenarnya yang terjadi bukan satupun
dari hal-hal tersebut, tetapi orang lanjut usia sering dibuat untuk merasa seolah-
olah mereka tidak kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat memfasilitasi proses
pemberian perawatan dengan cara memperlambat instruksi dan menunggu respon
mereka. 1
B. Teori Psikososiologis
Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan
perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi
pada kerusakan anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis
atau nonfisik dikombinasikan dengan perubahan psikologis. 1
Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua adalah unik dan memiliki
pengalaman, melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan, dan melalui banyak
peristiwa. Salama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk
19
menggambarkan bagaimana perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat
memengaruhi reaksi manusia sepanjang tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini
disebut proses “penuaan yang sukses” contoh dari teori ini termasuk teori
kepribadian. 1
1) Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam
tahun-tahun akhir kehidupannya yang telah merangsang penelitian yang pantas
dipertimbangkan. Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan
psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Jung
mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang dewasa yang
memandang kepribadian sebagai ektrovert atau introvert ia berteori bahwa
keseimbangan antara keddua hal tersebut adalah penting kesehatan. Didalam
konsep intoritas dari Jung, separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan
dengan memeiliki tujuannya sendiri yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri
sendiri melalui aktivitas yang dapat merefleksikan diri sendiri.
2) Teori Tugas Perkembangan
Beberapa ahli teori sudah menguraikan proses maturasi dalam kaitannya
dengan tugas yang harus dikuasai pada tahap sepanjang rentang hidup manusia.
Hasil penelitian Ericson mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidang ini.
Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh
seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan
yang sukses. Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat
kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada
kondisis tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan
yang baik, maka lansia tersebut beresiko untuk disibukkan dengan rasa
penyesalan atau putus asa. Minat yang terbaru dalam konsep ini sedang terjadi
pada saat ahli gerontologi dan perawat gerontologi memeriksa kembali tugas
perkembanagn lansia. 1
3) Teori Disengagement
Teori disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan pertama
kali pada awal tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia
20
dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini, proses
penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting
untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan
bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab telah diambil
oleh generasi yang lebih muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia
adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan pencapaian
hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan
manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan
generasi tua pada generasi muda. 1
Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagian karena penelitian ini
dipandang cacat dan karena banyak lansia yang menentang “postulat” yang
dibangkitkan oleh teori untuk menjelaskan apa yang terjadi didalam pemutusan
ikatan atau hubungan. Sebagai contoh, dibawah kerangka kerja teori ini, pensiun
wajib menjadi kebijakan sosial yang harus diterima. Dengan meningkatnya
rentang waktu kehidupan alami, pensiun pada usia 65 tahun berarti bahwa seorang
lanjut usia yang sehat dapat berharap untuk hidup 20 yahun lagi. Bagi banyak
individu yang sehat dan produktif, prospek diri suatu langkah yang lebih lambat
dan tanggung jawab yang lebih sedikit merupakan hal yang tidak diinginkan.
Jelasnya, banyak lansia dapat terus menjadi anggota masyarakat produktif yang
baik sampai mereka berusia 80 sampai 90 tahun. 1
4) Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan,
yang berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara
tetap aktif. Havighurst yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara
sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia pada tahun
1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian telah memvalidasi hubungan positif
antara mempertahankan interaksi yang penuh arti dengan oranglain dan
kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut. Gagasan pemenuhan kebutuhan
seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang
lain. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi
21
a. Penglihatan
Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses
penuaan termasuk penurunan kemampuan dalam melakukan akomodasi,
konstriksi pupil, akibat penuan, dan perubahan warna serta kekeruhan lansa mata,
yaitu katarak.
Penurunan ukuran pupil atau miosis pupil terjadi karena sfingkter pupil
mengalami sklerosis. Implikasi dari hal ini yaitu penyempitan lapang pandang dan
mempengaruhi penglihatan perifer pada tingkat tertentu.
Penurunan produksi air mata. Implikasi dari hal ini adalah mata berpotensi
terjadi sindrom mata kering.
b. Pendengaran
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada penglihatan akibat proses
menua:
- Pada telinga bagian dalam terdapat penurunan fungsi sensorineural, hal ini
terjadi karena telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi
dengan baik sehingga terjadi perubahan konduksi. Implikasi dari hal ini
adalah kehilangan pendengaran secara bertahap. Ketidak mampuan untuk
mendeteksi volume suara dan ketidakmampuan dalam mendeteksi suara
dengan frekuensi tinggi seperti beberapa konsonan (misal f, s, sk, sh, l).
- Pada telinga bagian tengah terjadi pengecilan daya tangkap membran timpani,
pengapuran dari tulang pendengaran, otot dan ligamen menjadi lemah dan
kaku. Implikasi dari hal ini adalah gangguan konduksi suara.
- Pada telingan bagian luar, rambut menjadi panjang dan tebal, kulit menjadi
lebih tipis dan kering, dan peningkatan keratin. Implikasi dari hal ini adalah
potensial terbentuk serumen sehingga berdampak pada gangguan konduksi
suara.
c. Perabaan
yang dicintai, penampilan lansia tidak semenarik sewaktu muda dan tidak
mengundang sentuhan dari orang lain, dan sikap dari masyarakat umum terhadap
lansia tidak mendorong untuk melakukan kontak fisik dengan lansia.
d. Pengecapan
e. Penciuman
Sensasi penciuman bekerja akibat stimulasi reseptor olfaktorius oleh zat kimia
yang mudah menguap. Perubahan yang terjadi pada penciuman akibat proses
menua yaitu penurunan atau kehilangan sensasi penciuman kerena penuaan dan
usia. Penyebab lain yang juga dianggap sebagai pendukung terjadinya kehilangan
sensasi penciuman termasuk pilek, influenza, merokok, obstruksi hidung, dan
faktor lingkungan. Implikasi dari hal ini adalah penurunan sensitivitas terhadap
bau.
Pada lansia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas
tonjolan-tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis
tangan dan kaki. Penipisan ini menyebabkan venavena tampak lebih menonjol.
Poliferasi abnormal pada terjadinya sisa melanosit, lentigo, senil, bintik
pigmentasi pada area tubuh yang terpajan sinar mata hari, biasanya permukaan
dorsal dari tangan dan lengan bawah.
Stratum Koneum
Stratum korneun merupakan lapisan terluar dari epidermis yang terdiri dari
timbunan korneosit. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada
stratum koneum akibat proses menua:
Kohesi sel dan waktu regenerasi sel menjadi lebih lama. Implikasi dari hal
ini adalah apabila terjadi luka maka waktu yang diperlukan untuk sembuh
lebih lama.
Pelembab pada stratum korneum berkurang. Implikasi dari hal ini adalah
penampilan kulit lebih kasar dan kering.
Epidermis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada epidermis akibat proses
menua:
Dermis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada dermis akibat proses menua:
Subkutis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada subkutis akibat proses
menua:
Lapisan jaringan subkutan mengalami penipisan. Implikasi dari hal ini
adalah penampilan kulit yang kendur/ menggantung di atas tulang rangka.
Distribusi kembali dan penurunan lemak tubuh. Implikasi dari hal ini
adalah gangguan fungsi perlindungan dari kulit.
Sistem Skeletal
Sistem Muskular
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem muskular akibat proses
menua:
27
Sendi
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sendi akibat proses menua:
Pecahnya komponen kapsul sendi dan kolagen. Implikasi dari hal ini adalah nyeri,
inflamasi, penurunan mobilitas sendi da deformitas. Kekakuan ligamen dan sendi.
Implikasi dari hal ini adalah peningkatan risiko cedera.
Estrogen
Perubahan yang terjadi pada sistem skeletal akibat proses menua, yaitu penurunan
hormon esterogen. Implikasi dari hal ini adalah kehilangan unsur-unsur tulang
yang berdampak pada pengeroposan tulang
faktor instrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien) dan faktor risiko
ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan). Prinsip dasar
tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh
adalah mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan
jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara
berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai,
serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang
cukup, pegangan, lantai yang tidak licin. 1
c) Intelektual Impairment (Gangguan Kognitif)
Keadaan yang terutama menyebabkan gangguan intelektual
pada pasien lanjut usia adalah delirium dan demensia. Demensia
adalah gangguan fungsi intelektual dan memori yang dapat
disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungantingkat
kesadaran. Demensia tudak hanya masalah pada memori. Demensia
mencakup berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir,
menyimpan atau mengingat pengalaman yang lalu dan juga
kehilangan pola sentuh, psien menjadi perasa dan terganggunya
aktivitas. 1
d) Incontinence (Inkontinensia Urin dan alvi)
WHO mendefinisikan Faecal Incontinence sebagai hilangnya
tak sadar feses cair atau padat yang merupakan masalah sosial atau
higienis. Definisi lain menyatakan inkontinensia alvi/fekal sebagai
perjalanan spontan atau keyidakmampuan untuk mengendalikan
pembuangan feses melalui anus. Kejadian inkontinensia alvi/fekal
lebih jarang dibandingkan inkontinensia urin. 1
Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang
tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa
memperhatikan frekuensi dan jumlahnya, sehingga mengakibatkan
masalah sosial dan higienis. Inkontinensia urin seringkali tidak
dilaporkan oleh pasien atau keluarga karena malu atau tabu untuk
29
f) Impotence (impotensi)
50% pria pada umur 65 tahun dan 75 % pria pada usia 80 tahun
mengalami impotensi. 25 % terjadi akibat mengkonsumsi obat-obatan
seperti : anti hipertensi, anti psikosa, anti depressant, litium (mood
stabilizer). Selain karena mengkonsumsi obat-obatan, impotensi dapat
terjadi akibat menurunnya kadar hormon. 1
g) Immunodeficiency (penurunan imunitas)
Perubahan yang dapat terjadi dari proses menua adalah:
berkurangnya imunitas yang dimediasi oleh sel, rendahnya afinitas
produksi antibodi, meningkatnya autoantibodi, terganggunya fungsi
makrofag, berkurangnya hipersensitivitas tipe lambat, atrofi timus,
hilangnya hormon timus, berkurangnya produksi sel B oleh sel-sel
sumsum tulang. 1
h) Infection (infeksi)
Infeksi sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi sistem imun
pada usia lanjut. Infeksi yang sering dijumpai adlaah saluran kemih,
pneumonia, sepsis dan meningitis. Kondisi lain seperti kurang gizi,
multipatologi, dan faktor lingkungan memudahkan usia lanjut
terkenaa infeks. 1
i) Inanitation (malnutrisi)
Etiologi malnutrisi yaitu : malnutrisi primer terjadi sebab dietnya
mutlak salah satu kurang, malnutrsi sekunder atau bersayarat.
Kelemahan nutrisi panda hendaya terjadi pada lansia karena
kehilangan berat badan fisiologis dan patologis yang tidak disengaja.
Anoreksia pada lanjut usia merupakan penurunan fisiologis nafsu
makan dan asupan makan yang menyebabkan kehilangan berat badan
yang tidak diinginkan. Faktor predisposisi malnutrisi adlah:
pancaindra untuk rasa dan bau berkurang, kehilangan gigi alamiah,
gangguan motilitas usus akibat tonus otot menurun, penurunan
produksi asam lambung.
32
j) Impaction (konstipasi)
Konstipasi oleh Holson adalah 2 dari keluhan-keluhan berikut yang
berlangsung dalam 3 bulan, konsistensi fese keras, mengejan dnegna
keras saat BAB, rasa tidak tuntas saat BAB meliputi 25 % dari
keseluruhan BAB. Faktor resiko yang menyebabkan konstipasi
adalah: obat-obatan (narkotik golongan NSAID , antasid aluminium,
diuretik, analgeti), kondisi neurologis, gangguan metabolik,
psikologis, penyakit saluran cerna, lain-lain (diet rendah serat, kurang
olahraga, kurnag cairan)
k) Insomnia (gangguan tidur)
Merupakan gangguan tidur yang sering dijumpai pada pasien
geriatri. Umumnya mereka mengeluh bahwa tidurnya tidak
memuaskan dan sulit memetahankan kondisi tidur. Sekitar 57% orang
lanjut usia di komunitas mengalami insomnia kronis, 30% pasien usia
lanjut mengeluh tetap terjaga sepnjang malam, 19 % mengeluh
bangun terlalu pagi, dan 19 % mengalami kesulitan untuk tertidur.
Pada usia lanjut umunya mengalami gangguan tidur seperti: kesulitan
untuk tertidur, kesulitan mempertahankan tidur nyenyak, bangun
terlalu pagi. Faktor yang menyebabkan insomnia: perubahan irama
sirkadian, gangguan tidur primer, penyakit fiisik (hipertiroid, arteritis),
penyakit jiwa, pengobatan polifarmasi, demensia.
l) Latrogenik disorder (gangguan latrogenik)
Karakteristik yang khas dari pasien geriatri yaitu multipatologik,
sering kali menyebabkan pasien mengkonsumsi obat yang tidak
sedikit jumlahnya. Pemberian oabta pada lansia haruslah sangat hati-
hati dan rasional karena obat akan dimetabolisme dihati sedangkan
pada lansia terjadi penurunan faal hati juga terjadi penurunan faal
ginjal (jumlah glomerulus berkurang), dimana sebagian besar obat
dikeluarkan melalui ginjal sehingga pada lansia sisa metabolisme obat
tidak dapat dikeluarkan dengan baik dan dapat berefek toksik.
33
Hal ini terjadi akibast penurunan fungsi barbagai oragan sesuai dengan
bertambahnyausia, yang walaupun normal untuk usianya namun menandakan
menipisnya daya cadang faali. Ketigaadalah penyimpangan gejala dan tanda
penyakit dari yang klasik, misalnya pada pneumonia mungkintidak akan dijumpai
gejala khas seperti batuk, demam, dan sesak, melainkan terdapat
perubahankesadaran atau jatuh. Keempat adalah terganggunya status fungsional
pasien geriatri. Status fungsionaladalah kemampuan seseorang untuk melakukan
aktivitas kehidupan sehari – hari. 2
a. Status fungsional
kebanyakan intervensi medis pada oirang usia lanjut dapat diukur dari
pengaruhnya padakemandirian atau status fungsionalnya. Kegagalan mengatasi
hendaya maupungejala yang muncul akan mengakibatkan kegagalan pengobatan
secarakeseluruhan.Mengkaji status fungsional seseorang berarti melakukan
pemeriksaan denganinstrumen tertentu untuk membuat penilaian menjadi objektif,
antara lain denganindeks aktivitas kehidupan sehari – hari ( activity of daily living
/ ADL) Brartheldan katz. Pasien dengan status fungsional tertentu akan
memerlukan berbagaiprogram untuk memperbaiki status fungsionalnya agar
kondisi kesehatankembali pulih, mempersingkat lama rawat, meningkatkan
kualitas hidup dan kepuasan pasien.
b. Status kognitif
Pada pasien geriatri, peran dari aspek selain fisik justru terlihat lebih
menonjolterutama saat mereka sakit. Faal kognitif yang paling sering terganggu
padapasien geriatri yang dirawat inap karena penyakit akut anatara lain memori
segeradan jangka pendek, persepsi, proses pikir, dan fungsi eksekutif,
gangguantersebut dapat menyulitkan dokter dalam pengambilan data anamnesis,
demikianpula dalam pengobatan dan tindak lanjut adanya gangguan kognitif tentu
akanmempengaruhi kepatuhan dan kemampuan pasien untuk melaksanakan
programyang telah direncanakan sehingga pada akhirnya pengelolaan secara
keseluruhanakan terganggu juga.Gangguan faal kignitif bisa ditemukan pada
derajat ringan (mild cognitive impairment /MCI dan vascular cognitive
impairment /NCI) maupun yang lebih berat(demensia ringan sedang dan berat) hal
tersebut tentunya memerlukanpendekatan diagnosis dan terapeutik tersendiri.
Penipisan adanya ganguan faalkognitif secara objektif antara lain dapat dilakukan
dengan pemeriksaanneuropsikioatri seperti Abbreviated Mental Test, The Mini-
Mental State Exmination (MMSE), The Global Deterioration Scale(GDS), dan
The Cinical DementiaRatings (CDR).
c. Status emosional
d. Status nutrisi
Masalah gizi merupakan masalah lain yang mutlak harus dikaji pada
seorangpasien geriatri. Gangguan nutrisi akan mempengaruhi status imun dan
keadaanumum pasien. Adanya gangguan nutrisi seringkali terabaikan mengingat
gejalaawal seperti rendahnya asupan makanan disangka sebagi kondisi normal
yangakan terjadi pada pasien geriatri. Sampai kondisi status gizi turunmenjadi
giziburuk baru tersadar bahwa memang ada masalah di bidang gizi. Pada saat
tersebut biasanya sudah terlambat atau setidaknya akan amat sulit
menyusunprogram untuk mengobati status gizi buruk.
1. Berikan obat hanya yang betul-betul diperlukan artinya hanya bila ada
indikasi yang tepat. Bila diperlukan efek plasebo berikan plasebo yang
sesungguhnya
43
3. Mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis yang biasa
diberikan pada orang dewasa yang masih muda.
4. Sesuaikan dosis obat berdasarkan dosis klinik pasien, dan bila perlu dengan
memonitor kadar plasma pasien. Dosis penuNjang yang tepat umumnya
lebih rendah.
5. Berikan regimen dosis yang sederhana dan sediaan obat yang mudah ditelan
untuk memelihara kepatuhan pasien
6. Periksa secara berkala semua obat yang dimakan pasien, dan hentikan obat
yang tidak diperlukan lagi
Definisi
Melanoma maligna atau biasa juga disebut sebagai melanoma adalah
keganasan yang terjadi pada melanosit, sel penghasil melanin, yang biasanya
berlokasi di kulit tetapi juga ditemukan di mata, telinga, traktus GI,
leptomeninges, dan oral dan membran mukus genitalia. Karena sebagian besar sel
melanoma masih menghasilakn melanin, maka melanoma seringkali berwarna
coklat atau hitam.3
1) Pajanan sinar ultraviolet (UV), merupakan faktor risiko utama pada banyak
kasus MM. Sinar UV bisa berasal dari matahari atau tanning beds. Sinar matahari
merupakan sumber utama penghasil sinar UV, sehingga orang yang mendapatkan
banyak paparan sinar matahari mempunyai risiko lebih besar menderita kanker
kulit. Ada 3 jenis utama sinar UV, yaitu: a) Sinar UVA: Sinar ini dapat merusak
DNA (DeoxyriboNucleic Acid) sel kulit bila terpapar terus-menerus dalam jangka
lama dan berperan menimbulkan beberapa jenis kanker kulit; b) Sinar UVB: Sinar
UVB dapat secara langsung merusak DNA sel kulit; sumber utama sinar UVB
adalah matahari yang menjadi penyebab terbanyak kanker kulit; c) Sinar UVC:
Sinar ini tidak dapat melewati atmosfer bumi, oleh karena itu tidak terkandung
dalam pancaran sinar matahari. Sinar ini normalnya tidak menyebabkan kanker
kulit. 4
45
2) Melacynotic nevi atau biasa disebut tahi lalat adalah salah satu tumor
berpigmen yang sifatnya jinak. Biasanya baru mulai terlihat saat anak-anak dan
remaja. Melacynotic nevi ini sebenarnya bukan masalah, tetapi jika jumlahnya
banyak dan bentuknya irreguler atau ukurannya besar, kemungkinan menjadi MM
lebih besar.4
6) Imunosupresi: Sistem imun dalam keadaan lemah atau sedang mendapat terapi
obat yang menekan sistem imun.
7) Jenis kelamin, sebelum usia 40 tahun MM banyak ditemukan pada wanita dan
setelah usia 40 tahun MM banyak ditemukan pada pria.
Sinar UV dapat merusak DNA sel-sel kulit, terkadang merusak gen yang
mengontrol pertumbuhan dan pembelahan sel,4 mengakibatkan terbentuknya sel-
sel ganas. Para peneliti menemukan bahwa DNA rusak pada gen–gen penderita
MM. Kerusakan DNA akibat sinar UV ini tidak diturunkan, namun karena sinar
matahari itu sendiri.4
1.2.4 Patofisiologi
Melanoma bisa berawal sebagai pertumbuhan kulit baru yang kecil dan
berpigmen pada kulit yang normal. Paling sering tumbuh pada kulit yang terpapar
sinar matahari, tetapi hampir separuh kasus tumbuh dari tahi lalat yang
berpigmen. Melanoma mudah menyebar ke bagiantubuh yang jauh (metastase),
dimana akan terus tumbuh dan menghancurkan jaringan. Semakinsedikit
pertumbuhan melanoma ke dalam kulit, maka semakin besar peluang
untuk menyembuhkannya.
Jika melanoma telah tumbuh jauh ke dalam kulit, akan lebih
mungkinmenyebar melalui pembuluh getah bening dan pembuluh darah dan bisa
menyebabkan kematiandalam beberapa bulan atau tahun.Perjalanan penyakit
melanoma bervariasi dan tampaknya dipengaruhi oleh kekuatan pertahananoleh
46
sistem kekebalan tubuh. Beberapa penderita yang keadaan kesehatannya baik, bisa
bertahan hidup selama bertahun-tahun meskipun melanomanya telah menyebar.
Melanoma berasal dari melanosit, yang timbul dari puncak saraf dan
bermigrasi ke epidermis,uvea, meninges, dan mukosa ectodermal. Melanosit,
berada di kulit dan menghasilkan melanin pelindung, yang terkandung dalam
lapisan basal epidermis, di antara dermis dan epidermis.Melanoma dapat
berkembang di atau dekat lesi yang sudah ada sebelumnya atau di kulit
yangtampak sehat. Sebuah melanoma ganas yang berkembang dalam kulit yang
sehat dapat dikatakantimbul de novo, tanpa bukti adanya lesi sebelumnya. Banyak
dari melanoma yang diinduksi olehradiasi matahari.5
Risiko terbesar yang disebabkan paparan sinar matahari-yang dapat
menyebabkan melanoma dikaitkan dengan terbakar oleh sinar matahari secara
akut, intens, dan berselang. Risiko ini berbeda dibandingkan dengan kanker sel
skuamosa dan basal kulit, yangterkait dengan lama, paparan sinar matahari jangka
panjang.Melanoma juga dapat terjadi di daerah tidak terbakar kulit, termasuk
telapak tangan, telapak kaki, dan perineum.lesi tertentu dianggap prekursor lesi
melanoma, termasuk nevus diperoleh secara biasa, nevus displastik, nevus
kongenital, dan nevus biru selular.5
eksposur sinar matahari berlebih, moles yang tumbuh, riwayat keluarga akan
melanoma, mole yang berubah-ubah dan tidak sembuh, dan yang terpenting usia
yang lanjut.
Manifestasi Klinis
Secara Klinis, melanoma maligna ada 4 macam tipe, yaitu:
Pada stadium awal, tipe ini bisa berupa bintik yang datar yang
kemudian pigmentasi dari lesi mungkin menjadi lebih gelap atau mungkin
abu-abu, batasnya tidak tegas, dan terdapat area inflamasi pada lesi. Area di
sekitar lesi dapat menjadi gatal. Kadang-kadang pigmentasi lesi berkurang
sebagai reaksi imun seseorang untuk menghancurkannya. Tipe ini
berkembang sangat cepat. Diameter pada umumnya lebih dari 6mm. Lokasi
pada wanita di tungkai bawah, sedangkan laki-laki di badan dan leher.5
b) Nodular Melanoma
Merupakan tipe melanoma yang paling agresif. Pertumbuhannya
sangat cepat dan berlangsung dalam waktu mingguan sampai bulanan. Sebanyak
15%-30% kasus melanoma yang terdiagnosa sebagai melanoma merupakan
nodular melanoma. Dapat terjadi pada semua umur, namun lebih sering pada
individu berusia 60 tahun ke atas. Tempat predileksinya adalah tungkai dan tubuh.
Melanoma ini bermanifestasi sebagai papul coklat kemerahan atau biru hingga
kehitaman, atau nodul berbentuk kubah, atau setengah bola (dome shaped) atau
polopoid dan aksofitik yang dapat timbul dengan ulserasi dan berdarah dengan
trauma minor, timbul lesi satelit. Secara klinik bisa berbentuk amelanotik atau
tidak berpigmen. Fase perkembangannya tidak dapat dilihat dengan mudah, dan
sulit di identifikasi dengan deteksi ABCDE., 4
Pada tahap in situ lesinya luas (>3cm) dan telah ada selama bertahun-
tahun. Karakteristik invasinya ke kulit berupa macula hiperpigmentasi coklat tua
sampai hitam atau timbul nodul yang biru kehitaman. Pada permukaan dijumpai
bercak-bercak warna gelap (warna biru) tersebar tidak teratur, dapat menjadi
nodul biru kehitaman invasive agak hiperkeratonik. 4
Hutchinson, sebuah tanda yang khusus untuk melanoma akral. Pada permukaan
timbul papul, nodul, ulcerasi, kadang-kadang lesi tidak mengandung pigmen. 4,
Selain 4 tipe tersebut terdapat juga salah satu tipe yaitu Non pigmentasi
hanya sebanyak <5% dari jumlah kasus melanoma di Amerika Serikat.. Tipe ini
tidak berpigmen dan secara klinis tampak pink atau gambaran
kemerahan.Variasinya yaitu Desmoplastic/ neurotropic melanoma, mucosal
(lentigenous melanoma), malignant blue nevus.
Sangat sulit membedakan bentuk dini karsinoma sel basal, karsinoma sel
skuamosa maupun melanoma maligna. Diagnosa pasti keganasan di tentukan
dengan pemeriksaan patologi anatomi. Kunci penyembuhan melanoma maligna
adalah penemuan dini, sehingga diagnosa melanoma harus ditingkatkan bila
penderita melaporkan adanya lesi berpigmen baru atau adanya tahi lalat yang
berubah. 4
Border
Batasnya tidak tegas atau kabur
Color
Ciri melanoma tidak memiliki satu warna yang
solid melainkan campuran yang terdiri dari coklat
kekuningan, coklat dan hitam, juga bisa tampak
merah, biru atau putih.
Diameter
Meskipun melanoma biasanya lebih besar dari 6
mm, ketika dilakukan pemeriksaan mereka bisa
lebih kecil dari seharusnya . Sehingga harus
diperhatikan perubahan tahi lalat dibanding yang
lainnya atau berubah menjadi gatal atau berdarah
ketika diameternya lebih kecil dari 6 mm
Evolving
Setiap perubahan dalam ukuran, bentuk, warna,
tingginya atau cirri-ciri lain atau ada gejala baru
seperti mudah berdarah, gatal dan berkrusta harus
dicurigai keganasan
Gambar 13. The ABCDE’s of Melanoma
53
Gambar berikut menunjukkan tahi lalat atypical yang normal dan melanoma.
Benign Malignant
simetris
asimetris
Borders are
Borders are uneven
even
Two or more
One shade
shades
Smaller than
Larger than 1/4
1/4 inch
Klasifikasi
Klasifikasi melanoma merupakan salah satu proses yang digunakan untuk
mengetahui seberapa jauh sel-sel kanker tersebut telah bermetastase. Deskripsi
klasifikasi tersebut meliputi ukuran, dan apakah tumor tersebut telah menyebar ke
organ lain. Adanya klasifikasi ini, merupakan standar petugas kesehatan dalam
54
5-Year
Stage TNM Classification Histologic/Clinical Features Survival Rate,
%
nodes
Stage II Melanoma
Stage IV Melanoma
Tingkat III : Sel melanoma mengisi papila dermis dan meluas sampai
dermis.
Stage III: melanoma sangat tebal, lebih dari 4 mm, atau jika dalam klasifikasi
Clark, sesuai dengan tingkat V dan atau nodul melanoma
ditemukan dalam 2 cm dari tumor utama. Atau melanoma telah
menyebar ke kelenjar limfe terdekat, tapi masih belum ada
penyebaran jauh.
1. Anamnesa
Dari anamnesa yang dilakukan, diharapkan diketahui informasi
tentang keluhan umum pasien, dan riwayat perjalanan keluhan umum
61
2. Pemeriksaan fisik
Yang perlu dilakukan saat pemeriksaan fisik ini yaitu
memperhatikan lebih detail dengan inspeksi, palpasi dan bila perlu
inspeksi dengan bantuan kaca pembesar. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui ukuran, bentuk, warna dan tekstur dari nevus tersangka dan
mencari adanya perdarahan atau ulserasi. Pemeriksaan terhadap kelenjar
limfe yang berada dekat dengan lesi juga perlu dilakukan. Adanya
pembengkakan atau biasa disebut dengan limfadenopati menunjukkan
kemungkinan adanya penyebaran melanoma.
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tak ada pemeriksaan tertentu yang khusus untuk melanoma, baik yang
belum bermetastase maupun yang telah bermetastase, tetapi
kadangkala tingginya angka LDH (Lactaet Dehydrogenase) dianggap
membantu. Kadar LDH yang tinggi dalam darah merupakan suatu
kemungkinan adanya metastase melanoma pada hati. Adanya
63
b. Pemeriksaan Radiografi
Ultrasound Scan, pemeriksaan ini menggunakan frekuensi gelombang
suara untuk menghasilkan gambaran spesifik dari bagian tubuh.
Sebagian besar untuk memeriksa kelenjar limfe di leher, axilla, dan
pelipatan paha. Kadang digunakan pada biopsy kelenjar limfe agar
semakin akurat (Ultrasound guided fine needle aspiration).
Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit, tidak memakan waktu
yang lama, tidak menimbulkan bahaya radiasi dan aman digunakan
pada kehamilan.
c. Pemeriksaan Histopatologi
Kriteria standar untuk diagnosa melanoma maligna adalah dengan
pemeriksaan histopatologi dengan cara biopsi dari lesi kulit tersangka.
Macam-macam tehnik biopsi itu sendiri ada 3 macam, yaitu shave
biopsy, punch biopsy dan incisional and excisional biopsies. Biopsi
secara eksisi merupakan pilihan cara biopsi yang direkomendasikan
untuk pemeriksaan melanoma maligna. Pada tehnik ini, tumor diambil
secara keseluruhan untuk kemudian sebagian sampel digunakan untuk
pemeriksaan histologi.
Biopsi secara eksisi dengan batas yang kecil dari batas tumor
dipilih untuk memastikan informasi tentang ketebalan tumor, adanya
ulserasi, tahap invasi tumor secara antomis, adanya mitosis, adanya
regresi, adanya invasi terhadap pembuluh limfe dan pembuluh darah,
dan untuk melihat respon host terhadap tumor itu sendiri. Pada
umumnya batas kulit yang diambil yaitu sekitar 1-3 mm sekitar lesi
untuk memperakurat diagnosis dan histologic mikrostaging. Kecuali
pada melanoma jenis lentigo, biopsi lebih mendalam diperlukan untuk
memperkecil terjadinya misdiagnosa. 6
66
Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi utama dari melanoma maligna, yang hampir 100%
efektif pada masa-masa awal tumor. Pembedahan ini, dilakukan dengan cara
67
eksisi luas dan dalam dengan pinggir sayatan yang direkomendasikan sesuai tabel
berikut:
kelenjar getah bening regional tumor tersebut. Pada penelitian dari 612 pasien
pada stage I/II tidak didapatkan angka recurrent sebesar 60%.,
b. Terapi Adjuvant
Karena pengobatan definitive dari melanoma kulit adalah dengan
pembedahan, maka terapi medikamentosa diberikan sebagai terapi tambahan dan
penatalaksanaan pada pasien melanoma stadium lanjut. Pasien yang memiliki
melanoma dengan tebal lebih dari 4 mm atau metastase ke limfonodi dengan
pemberian terapi adjuvant dapat meningkatkan angka ketahanan hidup. Studi di
berbagai center kesehatan menunjukkan pemberian interferon alpha 2b (IFN)
menambah lamanya ketahanan hidup dan ketahanan terhadap terjadinya rekurensi
Melanoma, sehingga oleh Food and Drug Administration (FDA) mengajurkan
IFN sebagai terapi tambahan setelah eksisi pada pasien dengan resiko recurrent.
IFN γ dilaporkan tidak efektif pada fase I atau II dari melanoma yang
bermetastase, namun potensi IFN γ yang merupakan mediator pembunuh alami
Limfosit T sitotoksik, sebuah pengaktivasi makrofag, dn HLA klas II ekspresi
antigen, merupakan hal yang tak dapat diabaikan. 6
Terapi adjuvan lain selain IFN yaitu Kemoterapi dengan macamnya yaitu:
Cetirizine
Efek samping yang dapat muncul yaitu somnolen yang bersifat dose-
dependent, sakit kepala dan masalah saluran cerna. Efek sistem saraf pusat (SSP)
dari antihistamin generasi kedua jarang terjadi, dibandingkan dengan generasi
pertama dan tidak berinteraksi dengan agen aktif lain di SSP seperti diazepam.
Cetirizine juga tidak mempunyai efek samping terhadap hepar dan jantung. 7
Metabolit cetirizine tidak diolah di hepar dan diekskresi ke urin dan feses
dalam bentuk yang tidak berubah. Penggunaan cetirizine selama 7 hari tidak
memperpanjang interval QTc dibandingkan plasebo. Reseptor H1 tersebar luas di
berbagai sel, seperti sel otot polos, sel endotel, sel mast, basofil dan eosinofil.
Semua reseptor tersebut mudah dicapai dari sirkulasi darah. Oleh karena itu,
antagonis reseptor H1 tidak memerlukan distribusi jaringan yang luas untuk aksi
71
kerjanya. Pada sel mast dan basofil, hasil akhirnya adalah pelepasan mediator.
Target antagonis H1 adalah reseptor eksternal, sehingga efek farmakologik
dicapai tanpa penetrasi sel dan tidak memerlukan penembusan membran sel atau
sitosol. Sebagian besar antagonis H1 tidak dapat melewati sawar darah otak,
namun beberapa obat dengan liposolubilitas yang tinggi dapat melewati sawar
tersebut. Dengan adanya volume distribusi yang rendah dari antagonis H1, maka
penembusan sawar darah otak dapat diminimalisasi. Selain mempunyai efek
antagonis terhadap reseptor H1, cetirizine juga mempunyai efek antiinflamasi.7
Tabel 2.3 Obat yang harus dihindari pada lansia dan alternatif terapi lain 7
kasus tertentu atau pada depresi berat, psikoterapi saja tidak cukup, diperlukan
farmakoterapi.8
flu like syndrome. Lansia yang sering kambuh memerlukan terapi perawatan dosis
penuh terapi selama hidupnya.
a). Farmakoterapi
Obat-obat yang digunakan pada penyembuhan depresi usia lanjut antara lain:
Manajemen psikososial
Pendekatan untuk manajemen psikososial dan emosional yang berkelanjutan
kesulitan termasuk yang berikut:
Mendorong pasien untuk menggunakan manajemen coping / stres yang
konstruktif
Menyediakan pasien dengan informasi dan pendidikan tentang penyakit
mereka dan pengobatan
Membantu pasien mengakses dukungan sosial yang positif.
Mendorong pasien untuk fokus pada pendekatan orang-utuh untuk
mengatasi penyakit mereka (Yaitu fisik, psikologis, sosial, spiritual).
Mendorong keterlibatan pasien dalam kelompok dukungan yang relevan,
jika sesuai.
Merujuk pasien ke profesional kesehatan onkologi psikososial (yaitu,
psikolog, psikiater, pekerja sosial, pekerja perawatan spiritual, lanjut
praktek perawat) untuk konsultasi dan perawatan (mis., psikoedukasi,
konseling, dan psikoterapi, yang sesuai).
76
BAB III
KONSELING
B. Konseptualisasi
Konseling individual adalah proses pemberian bantuan yang
dialakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor)
kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Tujuan umum konseling individu adalah membantu klien
menstrukturkan kembali masalahnya dan menyadari life style serta
mengurangi penilaian negatif terhadap dirinya sendiri serta perasaan-
perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu dalam mengoreksi
presepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah
laku serta mengembangkan kembali minat sosialnya.
Menurut Gibson, Mitchell dan Basile ada sembilan tujuan dari
konseling perorangan, yakni :
1. Tujuan perkembangan yakni klien dibantu dalam proses
pertumbuhan dan perkembanganya serta mengantisipasi hal-hal
yang akan terjadi pada proses tersebut (seperti perkembangan
kehidupan sosial, pribadi,emosional, kognitif, fisik, dan
sebagainya).
2. Tujuan pencegahan yakni konselor membantu klien
menghindari hasil-hasil yang tidak diinginkan.
3. Tujuan perbaikan yakni konseli dibantu mengatasi dan
menghilangkan perkembangan yang tidak diinginkan.
4. Tujuan penyelidikan yakni menguji kelayakan tujuan untuk
memeriksa pilihan-pilihan, pengetesan keterampilan, dan
mencoba aktivitas baru dan sebagainya.
5. Tujuan penguatan yakni membantu konseli untuk menyadari
apa yang dilakukan, difikirkan, dan dirasakn sudah baik
6. Tujuan kognitif yakni menghasilkan fondasi dasar
pembelajaran dan keterampilan kognitif
7. Tujuan fisiologis yakni menghasilkan pemahaman dasar dan
kebiasaan untuk hidup sehat.
78
4. Tahap penutup
-Memberi tanda kegiatan akan segera diakhiri.
-Merangkum proses dan hasil kegiatan konseling.
-Memberi kesempatan konseli untuk merefleksikan diri.
-Mengungkapkan kesan, pesan dan harapan.
Pesan dan harapan : untuk selalu melakukan control tiap bulan dan semoga
pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti sebelum sakit.
D. Evaluasi diri
Keberhasilan : pasien sudah mau dan mampu berkomunikasi
dengan mahasiswa.
Kelemahan : konselor kurang memahami sebagian bahasa yang
digunakan keluarga pasien.
80
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
4.2.SARAN
4.2.1. Saran untuk pasien
a. Pasien sering bergerak meskipun hanya di atas tempat tidur. Agar
tidak terdapat decubitus di bagian tubuh belakang pasien.
b. Pasien banyak beribadah atau lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan sebisa pasien.
4.2.2. Saran untuk keluarga
a. Memberikan perhatian lebih kepada pasien
b. Sering mengajak pasien untuk berkomunikasi dan bercerita
c. Sering berkumpul dengan pasien dan anak-anaknya
d. Sering menuntun pasien untuk beribadah meskipun hanya untuk
berdzikir
e. Memberikan makanan lebih banyak buah-buahan dan sayuran
kepada pasien
f. Membawa pasien ke dokter dan memeriksaan secara rutin
g. Memberikan yang terbaik untuk pasien
4.2.3. Saran untuk masyarakat
a. lebih memperhatikan kesehatan kulit terutama yang bekerja
sebagai nelayan
b. tidak menjauhi pasien namun tetap merangkul pasien agar tidak
kesepian
4.2.4. Saran untuk instansi kesehatan
a. Lebih mendekatkan diri dengan masyarakat agar semua lapisan
masyarakat mendapatkan pengobatan
b. Memberi perhatian lebih kepada geriatri terutama yang mempunyai
penyakit kronis.
81
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1 (Dokumentasi)