Corporate Governance Pada Bank Syariah
Corporate Governance Pada Bank Syariah
PENDAHULUAN
A. Permasalahan
Industri keuangan syariah telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Tiga dasawarsa
yang lalu, bank syariah (di luar Indonesia disebut bank islam) belum dikenal. Di awal abad ini,
Lewis dan Algound (2005:9) melaporkan sudah 55 negara yang pasarnya sedang bagkit dan
berkembang ikut menerapkan system perbankan dan keuangan syariah. Beberapa lembaga
keuangan syariah bahkan sudah beroperasi di tiga lokasi lain, di antaranya Australia, Bahama,
Kanada, Cayman Islands, Denmark, Guersney, Jersey, Irlandia, Luxemburgh, Switzerland,
Inggris, Amerika Serikat, dan Virgin Island. Di Pakistan, Iran, dan Sudan semua bank harus di
tempat-tempat lainnya yang masih menerapkan system campuran (perbankan syariah dan
konvensional), termasuk Indonesia, bank syariah masih berada dalam posisi minoritas dan
beroperasi berdampingan dengan bank-bank konvensional. Rondoni dan Hamid (2008) menyebut
dua alasan utama yang mendorong perkembangan perbankan syariah: 1. Adanya kehendak
sebagian masyarakat untuk melakukan transaksi perbankan yang sejalan dengan nilai dan prinsip
syariah. 2. Adanya keunggulan system operasional dan produk perbankan syariah, yang antara lain
mengutamakan pentingnya moralitas, keadilan dan transparansi dalam kegiatan operasional.
Sebagian industry, perbankan syariah memiliki karakteristik yang secara umum melekat pada
industry perbankan. Pertama, ia adalah industry yang padat regulasi (highly regulated). Hampir
setiap gerak-gerik dan aktivitas bank tidak luput dari ketentuan dan pantauan regulator. Semua
regulasi itu bertujuan untuk memberikan perlindungan yang maksimal atas kepentingan publik.
Kondisi tersebut diperlukan sebagai konsekuensi dari karakteristik perbankan yang (kedua)
sebagai institusi bisnis yang berlandaskan kepercayaan. Bank pada hakikatnya menjalankan
aktivitas intermediasi atas dana masyarakat yang diserahkan kepadanya, yang pada gilirannya
menjadi bagian dari perputaran roda perekonomian (KNKCG 2004).
Dalam menjalankan aktivitas intermediasi keuangannya, bank berhadapan dengan berbagai
macam risiko, dari risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, hingga risiko legal dan risiko
reputasi. Karena itu bank harus dikelola secara sangat hati-hati oleh manajemen yang bukan saja
professional namun juga berintegritas tinggi. Di sinilah antara lain ihwal corporate governance
B. Permasalahan Utama
Istilah corporate governance telah dikenal secara luas sejak dua dekade terakhir
menghadapkan pada suatu pertanyaan penting mengapa masih terjadi pelanggaran terhadap
pemenuhan janji? Alasan utamanya adalah karena adanya pemisahan antara manajemen dengan
keuangan atau pemisahan antara pemilik dengan system pengawasan, sehingga menyebabkan
terjadinya permasalahan utama. Hal ini dapat terjadi pada semua perusahaan, dan akan menjadi
lebih kompleks lagi jika terjadi pada bank, karena bank lebih banyak menggunakan leverage dan
menghadapi risiko sistematik.
Masalah juga dapat terjadi pada akad mudharabah dimana mudharib (bank) menggunakan
dana dari shahibul mal (nasabah). Antara keduanya saling membutuhkan satu sama lain,
pengusaha membutuhkan modal karena dia mempunya keahlian dalam usaha, namun tidak
mempunyai modal, sedangkan pemilik modal membutuhkan pengusaha. Bagaimanapun dalam
kondisi saling membutuhkan, konflik kepentingan akan mudah muncul. Para pengusaha boleh jadi
tidak membutuhkan aliran modal kalaupun mereka membutuhkannya, mereka mungkin
menginginkan pengembalian yang kecil. Ada banyak cara-cara illegal yang dapat mengurangi
bagian laba dari pemilik modal. Di sisi lain, pemilik modal menghendaki bagian profit sebanyak
mungkin. Jika hubungan di antara keduanya dapat dibangun atas dasar kejujuran dan keadilan,
sehingga keseimbangan dapat diwujudkan dan pada gilirannya akan memberikan keuntungan bagi
keduanya dan bagi perekonomian secara luas. Penerapan corporate governance ysng efektif sangat
dibutuhkan dalam rangka mengembangkan system keuangan Islam, sebagaimana juga pada
system lain yang bertujuan untuk memenuhi kepentingan stakeholder secara adil.
Untuk memobilisasi sumberdaya finansial oleh bank dari para deposan untuk menarik minat
investor merupakan hal yang sangat krusial bagi akselerasi pembangunan ekonomi. Menurut
Cadbury (2001), adalah suatu kebutuhan untuk menyeimbangkan fungsi ini melalui pemberian
perlindungan bagi mereka yang memberikan sumber daya finansial tersebut. Risiko yang diterima
oleh bank dan dunia usaha harus dipertemukan dengan mengadakan check and balance yang cukup
untuk meningkatkan kepercayaan para pelaku system. Untuk memastikan hal tersebut, maka
dibutuhkan control internal yang efektif, manajemen risiko, system akuntansi dan audit eksternal,
serta transparansi sehingga sekarang adalah waktu yang tepat untuk memberikan perhatian secara
seksama pada semua sarana pendukung corporate governance.
2. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas akan timbul ketika terjadi penurunan yang tidak diharapkan atas cash-
flow bersih yang dimiliki oleh bank, dan pihak bank tidak mampu untuk mendapatkan sumber
dana dengan biaya yang wajar dan sesuai dengan ketentuan syariah. Kondisi ini aan
menyulitkan pihak bank untuk menunaikan kewajibannya yang akan jatuh tempo, di sisi lain
bank juga tidak mampu menyalurkan pembiayaan pada peluang-peluang bisnis yang
menguntungkan. Adanya mismatch antara jumlah dana yang diterima dengan jumlah
pembiayaan dan investasi yang dilakukan oleh semua bank komersial, tidak peduli apakah itu
bank syariah atau bank konvensional, akan menggiring mereka pada persoalan likuiditas.
10 | C G f o r S y a r i a h B a n k i n g
dunia usaha non-bank. Ketika harga yang akan diterima melalui penyaluran kredit dan harga
yang harus dibayar atas pinjaman ditetapkan berdasarkan tingkat suku bunga, mengelola risiko
tingkat suku bunga merupakan suatu keharusan bank untuk menignkatkan profitabilitas dan
nilai bagi pemegang saham.
4. Risiko Operasional
Terdapat sejumlah pendapat tentang definisi risiko operasional, menurut istilah yang
diberikan oleh BCBS (2001), risiko operasional sering disebut risiko lain (other risk). Risiko
lain adalah semua risiko yang dihadapi oleh bank selain risiko kredit, risiko likuiditas, dan
risiko tingkat suku bunga yang telah dijelaskan sebelumnya. Risiko operasional muncul akibat
lemahnya system kontrol internal dan corporate governance. Kelemahan tersebut akan
menciptakan kerugian finansial yang disebabkan adanya error, self-dealing, penyelewengan,
atau adanya kegagalan dalam pemenuhan kewajiban secara efisien dan tepat waktu.
11 | C G f o r S y a r i a h B a n k i n g
BAB IV
PERAN REGULASI DAN PENGAWASAN
Hadirnya fungsi insentif dan pencegahan yang melekat dalam pasar finansial kompetitif
tentunya dapat membantu memotivasi dewan direksi, manajemen dan auditor untuk menjalankan
tugas masing-masing dengan baik. Jika mekanisme pasar mendapatkan dukungan dari pelaku
pasar untuk melaksanakan kewajiban moralnya, dalam waktu singkat kelemahan pasar dapat
direduksi. Namun demikian, pengalaman menunjukkan bahwa kedua factor tersebut tidak
selamanya dapat menjaga kepentingan semua pemegang saham secara optimal akibat adanya
ketidaksempurnaan pasar dan kegagalan moral, untuk itulah peran otoritas pengawas sangat
diperlukan.
Peran penting yang harus dijalankan otoritas pengawas adalah memastikan bahwa nilai
keadilan dapat dirasakan dan diterima oleh semua stakeholder. Hal ini dapat diwujudkan dengan
adanya regulasi dan pengawasan yang tepat. Regulasi dan pengawasan yang tepat merupakan
kebutuhan yang sangat besar bagi bank, karena akselerasi perkembangan tidak mungkin dapat
dicapai tanpa menekankan kemanan dan kesehatan dalam bisnis yang dijalankan, menjaga
ketidakstabilan system pembayaran, dan memastikan jalannya operasi pasar modal dan
institusinya secara efisien.
Regulasi yang ditetapkan seharusnya tidak terlalu ketat dan komprehensif, sehingga
meningkatkan biaya kepatuhan serta mematikan inovasi dan kreatifitas. Regulasi juga harus bisa
memnuhi kebutuhan bank dalam perubahan lingkuangan bisnis dan tantangan yang dihadapi.
Stabilitas dan efisiensi harus tetap bisa diwujudkan karena regulasi tidak akan memiliki peran yang
cukup berarti tanpa adanya pengawasan. Oleh sebab itu, efektivitas pengawasan merupakan suatu
keharusan yang dinyatakan secara jelas dan tepat.
Suatu hal penting yang harus dilakukan oleh pengawas adalah menentukan dan
mengembangkan seperangkat indicator keamanan dan kesehatan keuangan untuk membantu
memonitor kekuatan da kelemahan system keuangan dalam skala mikro maupun makro. Pada
skala mikro, indicator harus mengindikasikan kondisi lembaga secara individu, dan dalam tatanan
makro harus bisa membantu untuk mengakses dan memonitor keamanan, kesehatan, dan
kelemahan system keuangan.
Bank tidak akan memiliki kepercayaan untuk menyediakan sumber dana bagi para user, jika usaha
untuk mencarikan solusi atsa persoalan yang dihadapi bank dengan segala kesulitannya tidak
mendapatkan perhatian secara serius. Di daerah yang didominasi oleh para urban, bank tidak dapat
mengenal nasabah dengan baik, terutama ribuan individu dan bisnis yang menggunakan dana bank
dengan prinsip profit and loss sharing (PLS). Bagaimana membuat pihak bank merasa percaya
diri dengan efisiensi penggunaan dana dan pembayarannya kembali sesuai dengan tingkat
pengembalian yang optimum? Terlebih lagi, juga terdapat persoalan untuk me-recover dana yang
disalurkan dengan model pembiayaan yang berbasis jual beli secar tepat waktu. Apa pun usaha
yang dilakukan oleh pihak bank untuk me-recover dananya, akan membutuhkan biaya yang tidak
sedikit.
Apa yang sesungguhnya dibutuhkan adalah menciptakan beberapa lembaga pendukung untuk
melakukan tugas tersebut bisa membantu bank dengan cara yang berbeda. Lembaga ini akan
membantu pihak bank untuk mendapatkan informasi mengenai nasabah, dan untuk memastikan
bahwa uang yang dipinjamkan kepada mereka digunakan secara efisien sesuai dengan perjanjian,
dan tingkat profit yang disajikan oleh nasabah benar-benar merefleksikan kondisi riil dari bisnis
yang dijalankan. Lembaga ini juga akan membantu pihak bank agar pembayaran angsuran bisa
tepat sesuai jadwal, dan mendapat keadilan jika terjadi sengketa dengan nasabah. Pihak bank juga
harus mendapatkan jaminan yang memungkinkan baginya untuk mendapatkan likuiditas pada saat
kondisi tidak menguntungkan. Usaha pendirian beberapa lembaga tersebut akan menciptakan
lingkungan yang kondusif bagi usaha sebagaimana yang telah dilakukan oleh sarrafs di zaman
13 | C G f o r S y a r i a h B a n k i n g
dahulu. Selam lembaga pendukung ini belum ada, meski bank dengan corporate governance yang
sangat baik akan tetap menghadapi banyak kesulitan, dan pada akhirnya system keuangan Islam
mungkin tidak akan mampu untuk melanjutkan akselerasi pertumbuhannya.
Salah satu lembaga pendukung yang dibutuhkan bagi efektivitas corporate governance adalah
lembaha rating kredit, yang bertugas untuk merating bank berikut para counterpart-nya. Dalam
kominutas yang relative kecil di zaman klasik, lembaga rating tersebut secara informal telah ada,
meski tanpa bantuan lembaga formal, yaitu melalui beroperasinya disiplin pasar dan hubungan
masing-masing pelaku pasar. Selain itu,juga didukung dengan disiplin yang melekat pada struktur
sosio ekonomi anatrsuku, serikat pekerja, hubungan kekeluargaan ataupun hubungan sufistik.
Dalam konteks perekonomian modern, tugas ini akan digantikan oleh lembaga rating kredit, kamar
dagang, dan asosiasi usaha. Kebanyakan negara-negara muslim saat ini tidak memiliki lemabga
rating kredit, terlebih kamar dagang atau asosiasi usaha yang seacar khusus dipersiapkan untuk
menjalankan peran ini.
Saat ini, telah terdapat The International Islamic Rating Agency (IIRA) yang dalam proses
pendirian di Bahrain, dan akan terus dikembangkan. Lembaga ini akan menjalankan bebrapa
fungsi, termasuk melakukan rating terhadap perusahaan public dan swasta yang mengeluarkan
instrument kredit, dengan meliha kekuatan financial, risiko fidusia, dan kelayakan kredit mereka.
Selain itu juga akan diuji kesesuaian instrument tersebut dengan norma-norma syariah yang akan
memberikan opini terkait dengan instrument yang ada.
Meskipun IIRA juga akan melakukan rating terhadap perusahaan swasta nonbank, namun akan
sangat tidak mungkin untuk melakukan rating pada ribuan counterpart di mana bank berhubungan.
Untuk itu, sangat diharapkan adanya lembaga rating kredit swasta di semua Negara muslim untuk
memfasilitasi tugas bank syariah dalam menentukan counterpart-nya. Hadirnya lembaga ini juga
akan membantu tugas IIRA untuk mendapatkan informasi terkait dengan kekuatan finansial, risiko
fidusia, da kualitas kredit dari perusaahn yang menerbitkan instrument keuangan.
14 | C G f o r S y a r i a h B a n k i n g
Adalah suatu keharusan untuk membentuk dewan syariah dalam rangka memurnikan dan
menyesuaikan berbagai model dan instrument keuangan bank dengan ketentuan syariah. Ketiadaan
dewan syariah yang tersentralisasi menuntut tiap bank syariah untuk memiliki dewan pengawas
syariah secara sendiri-sendiri. Hal ini tentunya akan memakan banyak biaya, khususnya bagi bank
yang relative kecil. Terlebih lagi, jika jumlah dewan syariah terlalu banyak, tentu akan memicu
terjadinya perbedaan pendapat yang justru akan menimbulka inskonsistensi dan ketidakpastian.
Seiring dengan berjalannnya waktu dengan terus dilakukannya beberapa diskusi terhadap beberapa
isu kontrolversial tersebut, hal tersebut dengan sendirinya juga selesai. Bagaimanapun, dengan
adanya dewan syariah yang tersentralisasi tentu akan meperkecil terjadinya silang pendapat dan
memungkinkan untuk menstandardisasi instrument keuangan syariah.
Auditor syariah
Sebagaiman telah dibahas sebelumnya, adalah suatu keharusan untuk membentuk chartered
shariah auditor, atau melakukan pelatihan terhadap chartered accountant tentang tugas audit
syariah. Dengan adanya sertifikasi dari dewan syariah aas tugas audit ini, tentu akan memberikan
kepercayaan kepada public bahwa operasional bank benar-benar telah sesuai dengan norma-norma
syariah.
Arbitrase syariah
Hal lain yang diperlukan oleh system keungan Islam adalah adanya fasilitas peradilan yang
memungkinkan bagi bank untuk mendapatkan kembali pinjaman yang telah mereka berikan jika
nasbaha melakukan tindakan kecurangan, dan memungkinkan bagi nasabah untuk mendapatkan
keadilan dengan baiya yang rendah ketika bank bertindak tidak adil. Pendirian badan arbitrase
syriah akan sangat membantu untuk menghadirkan keputusan yang tepat saat terjadi perselisihan
antar bank dengan nasabah atau sebaliknya. Arbitrase syariah akan memberikan efek yang besar
bagi reputasi bank ataupun nasabah, karena biasanya hasil dari pengadilan tersebut akan
dipublikasikan dalam media massa. Lebih lanjut, nama-nam apihak yang seting melakukan
penyimpangan kontrak akan dikirimkan kepada kamar dagang dan asosiasi usaha untuk
mendaptkan blacklist dan efek social yang tidak menguntungkan.
Organisasi audit
15 | C G f o r S y a r i a h B a n k i n g
Hadirnya organisasi audit secara bersamaan dimilik bank adalah suatu keharusan untuk melakukan
evaluasi laporan laba rugi (profit and loss account) pada nasabah yang berusaha untuk melakukan
tindak kecurangan dalam perjanjian PLS. Adanya ketakutan akan terkuaknya kejahatan yang
dilakukan oleh nasabah dengan adanya pengecekan laporan nasabah oleh satu organisasi tertentu
akan melengkapi kekuatan pasar dalam meminimalisir usaha pengguna dana dengan basis PLS
untuk melakukan tindakan kecurangan terhadap bank.
Adalah suatu keharusan untuk memberikan pelatihan kepada para staf bank, nasabah, dan
masyarakat luas tentang prinsip dasar bank syariah. Hingga saat ini pelatihan dilakukan oleh
masing-masing bank, oleh karenanya menambah biaya baginya. Jika bank sentral, lembaga
pendidikan, dan universitas melakukan kerja sama untuk mensosialisasikan prinsip dasar bank
syariah, bagaimana yang dilakukan bank konvensional, maka tuga bank syariha relative akan lebih
mudah.
Hal lain yang dirasakan penting bagi bank syariah adalah terbentuknya pasar keuangan Islam.
Tidak adanya pasar sekunder bagi isntrumen keuangan Islam, tentu akan menciptakan kesulitan
bagi bank syariah untuk mengelola kebutuhan likuiditasnya. Sebagai konsekuensinya, bank
syariah mungkin akan menyediakan rasio likuiditas yang relative lebih besar disbanding bak
konvensional. Hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat profitabilitas dan kompetitif
bank. Keputusan untuk mendirikan tiga institusi yang meliputi IFBS, International Islamic
Financial Bank (IIFM), dan Liquidity Management Centre (LMC) adalah hal yang sangat
direkomendasikan.
IFSB akan menjelaskan peran dalam menentukan standar regulasi dan pengawasan serta standar
kehati-hatian bagi lembaga keuangan syariah sebagaimana yang dilakukan oleh BCBS. Adanya
kesamaan standar ini tentunya bisa mempermudah tugas para regulator dan pengawas di Negara-
negara muslim, karena mereka akan memiliki standar dan prinsip-prinsip pokok regulasi dan
pengawasan yang sesuai denga norma syariah.
16 | C G f o r S y a r i a h B a n k i n g
IIFM akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan bank syariah sebagai alternative atas pasar
keuangan konvensional. Hal ini akan mendorong timbulnya kerja sama keuangan di antara Negara-
negara muslim dan lembaga keuangan untuk melakukan penegmbangan produk dan melakukan
penyesuain praktik perdagangan. Hal ini tentunya akan menjadi katalisator bagi pengembangan
instrument keuangan yang sesuai dengan norma-norma syariah.
LMC akan mebantu operasional IIFM dalam memfasilitasi terbentknya pasar uang antar bank yang
memungkinkan bagi lembaga keuangan syariah untuk mengelola asset dan liabilitasnya secara
efektif. Dalam jangka pendek, hal ini akan mendorong terciptanya kesempatan invesasi yang
sesuai syariah dengan menyediakan likuiditas, transaksi perdagangan, istrumen beragun asset
(suku), di mana lembaga keuangan ini dapat menginvestasikan kelebihan likuiditasnya. Hal ini
juga memungkinkan untuk memfasilitasi pencarian sumber-sumber dana dan sekuritas asset serta
melakukan perdagangan sukuk secara efektif.
Pembentukan tiga institusi secara bersama-sama tentunya akan dapat membantu menghapus
pengalaman suram yang pernah dihadapi bank syariah akibat tidak adanya standar istilah dan
instrument serta tiadanya asset perdagangan yang sesuia syariah dalam pasar sekunder. Sebagai
konsekuensinya, system keuangan Islam di waku mendatang diharapkan mampu mempercepat
pertumbuhannya, dengan selanjutnya menciptakan ceruk di pasar keuangan Negara-negara
muslim.
Bank syariah juga membutuhkan hadirnya fasilitas lender of last resort sebagaiman dimiliki oleh
bank konvensional untuk mengatasi krisis likuiditas yang terjadi pada saat yang tidak terduga.
Fasilitas lender of last resort yang ada sampai saat ini masih menggunakan basis suku bunga
dimana hal ini tidak diperbolehkan oleh ketentuan syariah. Jika bank syariah tetap menggunakan
fasilitas ini maka akan banyak menuai kritik tajam. Akan sangat berguna bagi bank jika mereka
mempunyai kumpulan dana (common pool) di bank sentral sebagai dana bersama yang bisa dipakai
pada saat dibutuhkan. Semua bank dipersyaratkan untuk ikut berkontribusi dalam persentase
tertentu dari simpanan yang dimiliknya dalam kumpulan dana ini, sebagaimana yang mereka
lakukan dalam ketentuan pencadangan minimum.
17 | C G f o r S y a r i a h B a n k i n g
Dalam situasi krisis, bank sentral bisa mengizinkan bank untuk mengambil dana melebihi limit
yang telah ditentukan, tentunya dengan pinalti yang tepat, peringatan, an tindakan korelasi yang
tepat. Hal ini merupakan bentuk kerja sama yang menguntungkan dan akan menggantikan peran
sarrafs di zaman klasik.
Reformasi bursa saham yang disesuaikan dengan aturan dan ketentuan syariah merupakan sesuatu
yang sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa harga saham merefleksikan kondisi bisnis yang
sesungguhnya, dan tidak berfluktuasi sebagai dampak dari adanya spekulasi. Proses pendisiplinan
yang diperkenalkan oleh syariah tentunya akan banyak membantu dalam pasar keuangan. Bursa
saham yang terorganisasi dan memiliki regulasi yang tepat akan membantu meciptakan pasar
sekunder yang sehat dan akan meningkatkan kepercayaan para penabung dan investor terhadap
system, serta memungkinkan bagi mereka untuk melakukan perdagangan saham sebagai respons
atas kondisi bisnis yang ada ataupun presepsi mereka terhadap perkembangan pasar diwaktu
mendatang. Pembentukan bursa saham ini merupakan pilar penting untuk mendukung terciptanya
perekonomian bebas bunga dan berkeadilan
18 | C G f o r S y a r i a h B a n k i n g