Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Negara dengan beraneka ragam ras, suku dan etnis yang berbeda-beda

yang mana setiap daerah memiliki keunggulan sendiri-sendiri termasuk

potensi alamnya itulah Indonesia. Kekayaan dalam hal inilah yang sangat

menguntungkan Indonesia dalam bidang kepariwisataan.

Dalam perkembangannya, pariwisata dikatakan sebagai backbone

perekonomian bangsa. Hal ini dibuktikan melalui proyeksi industri pariwisata

pada tahun 2019 menjadi penghasil devisa terbesar yaitu USD 24 Miliar. Nilai

tersebut melampaui pencapaian pada sektor migas, batubara dan kelapa sawit.

Melihat perkembangan inilah Pemerintah RI Joko Widodo menyatakan

dukungannya terhadap sektor pariwisata RI sebagaimana yang tertuang dalam

NAWACITA yang berbunyi “Pariwisata sebagai sektor andalan yang harus

didukung oleh semua sektor lain terutama yang terkait langsung dengan

infrastruktur dan transportasi”. Oleh karena itu pariwisata dikatakan leading

sector pembangunan negara.

Kegiatan pariwisata pada hakikatnya merupakan kegiatan yang sifatnya

sementara, dilakukan secara sukarela dan tanpa paksaan untuk menikmati daya

tarik wisata pada suatu destinasi wisata. Dalam perkembangannya, sektor

industri pariwisata mampu berperan sebagai salah satu sumber pendapatan

devisa negara.

1
2

Di tahun 2016, jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) memperoleh

pencapaian melampaui target yang telah ditentukan, yang mana mulai dari

Januari s.d. Desember 2016 tercatat sebanyak 263,6 juta perjalanan dari target

sebanyak 260 juta perjalanan (Sumber: Laporan Kinerja Kementerian

Pariwisata 2016). Dan selanjutnya, dari kunjungan wisatawan mancanegara

juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang mana pencapaian

sebesar 100,2% , dari target 12 juta yang berhasil dicapai ialah sebesar

12.023.971 juta kunjungan wisatawan mancanegara.

Salah satu Provinsi di Indonesia yang juga memiliki potensi pariwisata yang

boleh dikatakan sudah mampu bersaing dengan destinasi lain di Indonesia

adalah Provinsi DKI Jakarta.

Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu pintu masuk wisatawan

mancanegara untuk berkunjung di Indonesia. Tidak ingin hanya menjadi pintu

masuk saja tanpa menarik devisa dari kunjungan wisatawan, pembangunan

pariwisata juga sudah mulai beragam di provinsi yang merupakan Ibukota dari

Indonesia ini mulai dari atraksi wisata sejarah, pengembangan urban tourism,

bahkan saat ini yang sangat menarik adalah wisata bahari yang berada di

kawasan Jakarta Utara, salah satu yang terkenal adalah Kepulauan Seribu.

Kepulauan seribu, 1 (satu) dari top 10 (sepuluh) destinasi pariwisata

prioritas dan juga dikategorikan menjadi salah satu Kawasan Strategis

Pengembangan Pariwisata Nasional. Keunggulan tersebut menjadi strength

point dari Kepulauan Seribu yang mana fokus pembangunan pariwisata

berpusat di Kepulauan Seribu.


3

Kepulauan Seribu memiliki luas lautan 6.997,50 km2 dan daratan 865,59

Ha. Kepulauan Seribu adalah salah satu destinasi yang menawarkan atraksi

wisata bahari. Tidak seperti namanya, Kepulauan Seribu bukanlah kepulauan

yang terdiri dari 1.000 (seribu) gugusan pulau, namun sekitar 106 pulau, yang

terbagi dari 11 pulau yang dimanfaatkan untuk pemukiman, 4 pulau dengan

bangunan bersejarah, 2 pulau cagar alam dan 45 pulau yang pemanfaatannya

sebagai industri pariwisata dan pusat pemerintahan daerah dan administratif

berada di Pulau Pramuka.

Beberapa pulau yang sudah terbuka untuk kunjungan wisata secara

umum dan terlihat pengembangan pariwisatanya adalah Pulau Tidung, Pulau

Pari, Untung Jawa dan Pulau Onrust. Keempat pulau tersebut diatas memiliki

keunggulan masing-masing yang menarik untuk dikunjungi wisatawan ketika

akan berkunjung di Kepulauan Seribu. Berikut waktu tempuh wisatawan untuk

berkunjung di keempat pulau di Kepulauan Seribu:

Dari Ke Pulau Waktu Tempuh

Pulau Tidung 2 jam perjalanan

2 s/d 2 jam 50
Pelabuhan Pulau Pari
menit
Muara Angke
Pulau Onrust 1 jam 18 menit

Untung Jawa 1 jam 40 menit

Tabel 1.1. Waktu Tempuh menuju 4 Pulau di Kepulauan Seribu

Adapun dari sisi kunjungan wisatawan di Kepulauan Seribu (termasuk

keempat pulau diatas) tercatat adanya peningkatan yang dimulai dari tahun
4

2010 hingga 2012 (Sumber : Buku Kepulauan Seribu Dalam Angka 2013, BPS

2013).

Peningkatan kunjungan wisata ini, tentu harus didukung oleh fasilitas

yang memadai termasuk didalamnya akomodasi bagi para wisatawan. Jika

mempertimbangkan waktu tempuh menuju ke destinasi ini, sangat minim

kemungkinan jika wisatawan tidak akan tinggal untuk waktu yang sementara

di pulau ini. Akomodasi merupakan salah satu poin penting yang harus

diperhatikan oleh Pemerintah Daerah dan juga para pemangku kepentingan

(stakeholder). Hal ini tentunya menjadi peluang bagi masyarakat setempat

yang ingin mengembangkan suatu usaha pariwisata khususnya di bidang

akomodasi atau hospitality.

Dalam perkembangannya, setiap usaha pariwisata harus memiliki

pengelolaan yang baik, sehingga dapat terus eksis.

Saat ini jenis usaha pariwisata dibidang hospitality atau akomodasi sudah

mulai beragam dikembangkan oleh masyarakat lokal di Kepulauan Seribu

khususnya di Pulau Tidung, Pulau Pari dan Untung Jawa. Meskipun jenis usaha

akomodasi yang dikembangkan masyarakat masih terbilang homestay, namun

ternyata masih ada kendala dalam pengadaan homestay di ketiga pulau (Pulau

Pari, Pulau Untung Jawa, Pulau Tidung) di Kepulauan Seribu.

Melalui penelitian ini akan membahas mengenai gambaran usaha

masyarakat bidang akomodasi homestay dengan mengacu pada sapta pesona

dan standarisasi usaha pariwisata dibidang akomodasi di Kepulauan Seribu,

khususnya di Pulau Tidung, Pulau Pari dan Untung Jawa.


5

1.2. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1.2.1. Bagaimana kondisi eksisting usaha pariwisata bidang akomodasi di

Pulau Tidung, Pulau Pari dan Untung Jawa di Kepulauan Seribu

sebagai daya tarik wisata bahari?

1.2.2. Bagaimana standarisasi usaha akomodasi homestay di Pulau Tidung,

Pulau Pari dan Untung Jawa di Kepulauan Seribu?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1.3.1. Untuk mengetahui kondisi eksisting usaha pariwisata dibidang

akomodasi di Pulau Tidung, Pulau Pari, Pulau Onrust dan Untung

Jawa.

1.3.2. Untuk mengetahui standarisari usaha akomodasi sesuai dengan jenis

akomodasi yang telah dikembangkan di Pulau Tidung, Pulau Pari,

Pulau Onrust dan Untung Jawa.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1.4.1. Memberikan gambaran kepada para pembaca tentang kondisi

eksisting usaha pariwisata dibidang akomodasi di Pulau Tidung, Pulau

Pari dan Untung Jawa.


6

1.4.2. Memberi pemahaman kepada pelaku usaha akomodasi tentang

standarisasi usaha akomodasi sesuai dengan jenis akomodasi yang

telah dikembangkan di Pulau Tidung, Pulau Pari dan Untung Jawa.


BAB II
PENDEKATAN STUDI

2.1. KAJIAN PUSTAKA


2.1.1. Definisi Pariwisata

Pariwisata, menurut Undang-undang No. 10 tahun 2009, adalah berbagai macam

kegiatan wisata yang didukung dengan berbagai fasilitas serta layanan yang

disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah Pusat dan Daerah.

Pandangan yang sama menurut WTO atau World Tourism Organization, kegiatan

melakukan perjalanan dan tinggal disuatu daerah yang jauh dari lingkungannya

sehari-hari.

Umumnya pariwisata adalah suatu kegiatan yang berpergian dari daerah asal

(origin) ke suatu tempat wisata (destination) dalam waktu yang sementara dan

dalam perjalanannya, menggunakan fasilitas yang telah tersedia di tempat wisata

yang dikunjungi.

Lebih luas tentang definisi pariwisata menurut Weaver dan Lawton (2010) bahwa

Tourism may be defined as the sum of the processes, activities and outcomes arising

from the relationships and the interactions among tourists, tourism suppliers, host

governments, host communities and surrounding environtment that are involved in

the attracting, transporting, hosting and management of tourist and other visitor

atau pariwisata dapat di definisikan sebagai jumlah dari suatu proses, kegiatan dan

hasil yang timbul dari hubungan dan interaksi dengan wisatawan, penyedia layanan

pariwisata (travel, akomodasi, restoran, dll), interaksi dengan pemerintah setempat

sebagai tuan rumah, masyarakat setempat dan lingkungan sekeliling yang terkait

7
8

dengan atraksi, transportasi, tata cara menyambut wisatawan serta pengunjung

lainnya.

2.1.2. Definisi Destinasi Pariwisata

Destinasi Pariwisata atau daerah tujuan wisata adalah suatu kawasan

geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya

terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas khusus yang menunjang

kegiatan kepariwisataan, aksesibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan

melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Destinasi pariwisata memiliki lingkup yang luas karena menyangkut tentang

fasilitas atau faktor pendukung dalam suatu wilayah administratif.

Kepulauan Seribu bisa dikatakan sebagai destinasi pariwisata karena merupakan

kawasan geografis dan didalamnya terdapat beberapa daya tarik wisata serta

komponen-komponen lain yang termasuk dalam kategori destinasi pariwisata.

2.1.3. Definisi Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata, segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan

nilai yang merupakan kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang

menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Adapun dari segi daya tarik wisata, Kepulauan seribu memiliki beragam kekayaan

sumber daya yang merupakan komponen dari suatu daya tarik wisata, seperti Pulau

Tidung, Pulau Pari, Pulau Untung Jawa dan Pulau Onrust.

2.1.4. Definisi Usaha Pariwisata

Usaha Pariwisata, segala bentuk kegiatan atau usaha yang menyediakan

barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan wisatawan dan penunjang


9

penyelenggaraan pariwisata. Menurut Undang-undang RI No. 10 tahun 2009 usaha

pariwisata dibagi menjadi 13 usaha yang meliputi :

a. Daya tarik wisata;

b. Kawasan pariwisata;

c. Jasa transportasi wisata;

d. Jasa perjalanan wisata;

e. Jasa makanan dan minuman;

f. Penyediaan akomodasi;

g. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi;

h. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan

pameran;

i. Jasa informasi pariwisata;

j. Jasa konsultan pariwisata;

k. Wisata tirta;

l. Spa.

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai usaha pariwisata dibidang akomodasi.

2.1.5. Definisi Masyarakat

Secara Etimologi, kata masyarakat berasal dari Bahasa Arab yaitu “syaraka”

artinya berpartisipasi. Yang kemudian dikembangkan dalam Bahasa Inggris

“society” yang berarti interaksi sosial atau perubahan sosial.

Umumnya, pengertian masyarakat adalah sekelompok individu yang hidup

bersama dalam suatu lingkungan tertentu.


10

Menurut Selo Soemardjan, kumpulan orang yang hidup bersama dan

membentuk suatu kebudayaan itulah masyarakat. Berarti dalam suatu kelompok

masyarakat yang telah lama hidup dalam suatu lingkungan bersama akan

menciptakan suatu kebudayaan.

Adapun ciri-ciri dari masyarakat menurut pandangan Soerjono Soekanto

antara lain sebagai berikut :

a. Manusia yang terdiri dari 2 atau lebih orang dan hidup bersama

b. Sekumpulan manusia yang hidup bersama dalam jangka waktu yang

cukup lama. Semakin lamanya manusia hidup bersama maka akan

terbangunnya sistem komunikasi dan peraturan yang mengatur

hubungan antarmanusia.

c. Setiap manusia menyadari bahwa mereka adalah suatu kesatuan.

d. Menciptakan kebudayaan yang merupakan sistem kehidupan bersama.

2.1.6. Definisi Hospitality

Menurut Henri J. M. Nouwen (1998) dalam Hermawan (2018) hospitality

atau hospitalitas berasal dari kata “hospes” yang berarti tamu, hospitalitas artinya

sikap tuan rumah yang baik atau dengan kata lain keramahtamahan.

Lebih lanjut terkait konsep hospitality pada pandangan Michele Hersberger

(1999) adalah suatu sikap yang merujuk pada aktivitas atau kegiatan

keramahtamahan yang dimulai dari penerimaan wisatawan dan pelayanan dengan

mengutamakan kebebasan dan kenyamanan para wisatawan.

Adapun yang menjadi tujuan dari hospitality adalah untuk peningkatan daya

saing dan nilai tambah suatu produk wisata pada daerah. Peningkatan daya saing
11

ini tentunya menyangkut persaingan dari segi ekonomi, kualitas dan kuantitas

sumber daya dan pengoptimalisasian pengelolaan potensi sumber daya pada

kawasan tersebut.

Jika melihat definisi dari hospitality diatas, berarti pemeran utama dari

keberlangsungan hospitality pada suatu kawasan atau destinasi pariwisata adalah

orang-orang yang berada pada destinasi itu sendiri, termasuk peran pemerintah

daerah, stakeholder dan masyarakat sebagai pelaku pariwisata.

2.1.7. Definisi Wisata Bahari

Marine tourism is a kind of tourism basically referring to the ocean

potential and it takes place in a certain location or area dominated with water or

sea, atau wisata bahari adalah jenis wisata yang pada dasarnya mengacu pada

potesni laut dan pada lokasi atau daerah yang didominasi oleh air atau laut,

pandangan (Adalberto, 2007 dalam Farid Ahmad et al, 2013 : hlm 33)

Adapun pendapat menurut (Cejaz & Sa’nchez dalam Farid Akhmad, 2013 :

hlm 33) tentang konsep dari wisata bahari adalah wisata pesisir yang didasarkan

pada pemandangan keunikan alam, ekosistem, seni budaya dan karakteristik

masyarakat asli sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah.

Kepulauan seribu merupakan destinasi wisata yang didominasi dengan lautan dan

kekayaan serta keunikan alam terletak pada ekosistem lautnya. Sehingga wisata

bahari lebih concern dikembangkan Pemerintah pada destinasi wisata ini.

2.1.8. Definisi Akomodasi

Pengembangan pariwisata di Kepulauan Seribu tentu didalamnya termasuk

juga dengan pengembangan akomodasi. Akomodasi merupakan suatu tempat


12

tinggal sementara yang dilengkapi dengan layanan makan dan minum dan dikelola

secara komersial.

Adapun pengklasifikasian akomodasi dibedakan berdasarkan bentuk

bangunan, lokasinya, fasilitas dan lain-lain. Berikut ini diuraikan jenis-jenis

akomodasi :

a. Hotel

Hotel merupakan salah satu layanan akomodasi yang paling terkenal

dalam industri pariwisata. Suatu tempat yang menyediakan pelayanan

penginapan, makan dan minum serta dilengkapi dengan fasilitas

penunjang lainnya demi kenyamanan tamu atau pengunjung. Adapun

bangunan hotel dibedakan menjadi 5 kelas atau bintang, berdasarkan

jumlah kamar dan fasilitas yang ditawarkan bagi tamu. Klasifikasi hotel

berdasarkan jumlah kamarnya meliputi :

1) Hotel Besar, yaitu jika hotel tersebut memiliki lebih dari 300

kamar.

2) Hotel Menengah, yaitu jika hotel tersebut memiliki lebih dari 100

kamar dan tidak sampai 300 kamar.

3) Hotel Sedang, yaitu jika hotel memiliki lebih dari 25 kamar namun,

tidak melebih dari 100 kamar.

4) Hotel Kecil, yaitu jika hotel memiliki 25 kamar ataupun kurang

dari itu.

Hotel juga dapat dibedakan berdasarkan tipe tamu yang menginap, yang

meliputi :
13

1) Business Hotel : Yaitu hotel yang dibangun disekitar pusat kota atau

pusat perdagangan, dipersiapkan untuk para pengusaha/businessman

biasanya masa tinggal tamu hotel jenis ini hanya satu atau dua

malam saja.

2) Residential Hotel : Yaitu hotel yang dibangun untuk tamu-tamu

yang akan tinggal agak lama, sehubungan dengan urusan

pekerjaannya atau tugas dinas, misi, urusan keluarga dan

sebagainya.

3) Resort Hotel : Yaitu hotel yang dibangun untuk tamu yang menginap

lebih lama sehubungan dengan masa liburan guna berekreasi dan

istirahat. Biasanya hotel jenis ini berlokasi di kawasan wisata

pegunungan, pantai, atau pedalaman.

b. Inn

Merupakan penginapan sederhana yang banyak terdapat di Negara Eropa

biasanya terletak di pinggiran kota atau di daerah pedalaman.

c. Motel,

Singkatan dari Motor Hotel yaitu penginapan yang disediakan bagi

wisatawan yang mengadakan perjalanan jauh atau disepanjang jalan raya

(highway), yang penting ialah disediakannya tempat untuk menyimpan

kendaraan (mobil/motor) di garasi serta kelengkapan untuk memperbaiki

kendaraannya selama wisatawan istirahat.


14

d. Youth Hostel,

Penginapan yang murah disediakan untuk kaum remaja dengan

pengaturan kamar pria dan wanita dibuat secara terpisah. Umumnya tidak

menyediakan makan dan minum, pelayanan dikerjakan oleh tamu dari

Youth Hostel itu sendiri.

e. Bungalow

Yaitu bangunan atau rumah yang dibuat dari kayu terletak di kawasan

obyek wisata, biasanya dimiliki oleh perorangan.

f. Mass / Wisma / Mess

Yaitu penginapan yang disediakan untuk para pejabat dari salah satu

instansi dengan perhitungan pembayaran yang diatur tersendiri oleh

instansi tersebut.

g. Perkemahan

Yaitu suatu tempat yang agak luas disediakan bagi mereka yang sedang

mengadakan perjalanan atau rekreasi di alam terbuka.

h. Homestay

yaitu rumah penduduk yang disewakan dalam jangka waktu tertentu

kepada wisatawan.

2.1.9. Tinjauan Umum Homestay

2.1.9.1. Pengertian Homestay

Berdasarkan pengertiannya “homestay” adalah rumah tinggal yang

sebagian kamarnya disewakan kepada tamu dalam jangka waktu tertentu

untuk memperlajari budaya setempat atau suatu rutinitas tertentu.


15

Bangunan homestay biasanya berada dekat dengan kawasan wisata yang

berfungsi untuk disewakan kepada wisatawan yang secara langsung para

wisatawan dapat melihat kehidupan masyarakat sehari- hari, melihat

pemandangan, bahkan menjalani kehidupan seperti penduduk lokal.

2.1.9.2. Karakteristik “Homestay”

Terdapat beberapa karakteristik homestay yang membedakan homestay ini

dengan homestay yang lain, yaitu;

1. Lokasi

Bangunan homestay pada umunya berada di lingkup permukiman

warga karena pada dasarnya kegiatan homestay adalah kegitan yang

dilakukan dengan tinggal di suatu tempat atau daerah dengan tinggal

bersama pemilik rumah untuk dapat mempelajari kebuadaayn

sekitarnya. Lokasi homestay sendiri dapat berada di desa, dekat dengan

tempat wisata atau bahkan di tengah kota tergantung dengan kebutuhan

yang diinginkan oleh penyewa.

2. Fasilitas

Sebuah homestay memiliki fungsi utama yaitu bangunan residential

sementara bagi para wisatawan. Sebagai bangunan yang digunakan

untuk tinggal dalam waktu tertentu maka layaknya memiliki fasilitas

utama seperti ruang tidur atau ruang yang bersifat privasi yang dapat

digunakan untuk beristirahat, kamar mandi dan ruang penunjang umum

lainya.
16

2.1.9.3. Standarisasi Akomodasi Homestay

Dalam pembangunan sebuah homestay , pengelola wajib mengacu

pada standarisasi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Kementerian

Pariwisata juga telah menetapkan suatu standarisasi pengelolaan

homestay. Standarisasi pengelolaan ini diatur dalam

PERMENPAREKRAF No. 9 tahun 2014 tentang Standar Usaha Pondok

Wisata.

Pasal 1

1. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa

bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan

pariwisata.

2. Usaha Pondok Wisata adalah penyediaan akomodasi berupa

bangunan rumah tinggal yang dihuni oleh pemiliknya dan dimanfaatkan

sebagian untuk disewakan dengan memberikan kesempatan

kepada wisatawan untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari

pemiliknya.

3. Standar Usaha Pondok Wisata adalah rumusan kualifikasi Usaha

Pondok Wisata dan/atau klasifikasi Usaha Pondok Wisata yang

mencakup aspek produk, pelayanan dan pengelolaan Usaha Pondok

Wisata.
17

4. Sertifikasi Usaha Pondok Wisata adalah proses pemberian Sertifikat

kepada Usaha Pondok Wisata untuk mendukung peningkatan mutu

produk, pelayanan dan pengelolaan Usaha Pondok Wisata

melalui audit pemenuhan Standar Usaha Pondok Wisata.

5. Sertifikat Usaha Pondok Wisata adalah bukti tertulis yang diberikan

oleh Lembaga Sertifikasi Usaha Bidang Pariwisata kepada Usaha

Pondok Wisata yang telah memenuhi Standar Usaha Pondok Wisata.

6. Lembaga Sertifikasi Usaha Bidang Pariwisata, yang selanjutnya disebut

LSU Bidang Pariwisata adalah, lembaga mandiri yang berwenang

melakukan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata sesuai

ketentuan peraturan Perundang-Undangan.

7. Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang

melakukan kegiatan usaha pariwisata.

8. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan

perangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah daerah.

9. Menteri adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

10. Kementerian adalah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pasal 2

Peraturan Menteri ini mengatur dan menetapkan batasan tentang:

a. Persyaratan minimal dalam penyelenggaraan Usaha Pondok Wisata;

dan

b. Pedoman best practices dalam pelaksanaan Sertifikasi Usaha Pondok

Wisata.
18

Pasal 3

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:

a. Penyelenggara Usaha Pondok Wisata;

b. Sertifikat dan sertifikasi Usaha Pondok Wisata;

c. Pembinaan dan pengawasan

d. Sanksi administratif.

BAB II
USAHA PONDOK WISATA

Pasal 4

Usaha Pondok Wisata merupakan usaha perseorangan.

BAB III
SERTIFIKAT DAN SERTIFIKASI
USAHA PONDOK WISATA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 5

(1) Setiap Usaha Pondok Wisata, wajib memiliki Sertifikat Usaha

Pondok Wisata dan melaksanakan Sertifikasi Usaha Pondok Wisata,

berdasarkan persyaratan dan ketentuan sebagaimana diatur dalam

Peraturan Menteri ini.

(2) Dalam hal menyangkut usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah dan

koperasi di bidang Usaha Pondok Wisata, Kementerian dan/atau

Pemerintah Daerah dapat memberikan dan/atau mencarikan dukungan

administrasi, kelembagaan dan pendanaan yang bersifat khusus, untuk

keperluan kemudahan dalam rangka penerbitan Sertifikat Usaha


19

Pondok Wisata dan/atau pelaksanaan proses Sertifikasi Usaha Pondok

Wisata.

Pasal 6

(1) Sertifikasi Usaha Pondok Wisata sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 5 dilaksanakan dengan mengacu pada Standar Usaha

Pondok Wisata, sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(2) Standar Usaha Pondok Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) memuat persyaratan minimal dan pedoman menyangkut Usaha

Pondok Wisata, yang meliputi aspek produk, aspek pelayanan dan

aspek pengelolaan.

Bagian Kedua
Penilaian dan Pelaksanaan Sertifikasi

Pasal 7

(1) Untuk keperluan sertifikasi dan penerbitan Sertifikat Usaha Pondok

Wisata, harus dilakukan penilaian terhadap:

a. Pemenuhan Persyaratan Dasar; Dan

b. Pemenuhan dan pelaksanaan Standar Usaha Pondok Wisata.

(2) Persyaratan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, adalah

Tanda Daftar Usaha Pariwisata Bidang Usaha Penyediaan

Akomodasi.

(3) Dalam hal persyaratan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

tidak terpenuhi, maka sertifikasi tidak dapat dilakukan.


20

(4) Pemenuhan dan pelaksanaan Standar Usaha yang berlaku bagi

Usaha Pondok Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

b, meliputi aspek:

a. Produk, yang terdiri dari 4 (empat) unsur dan 14 (empat belas) sub

unsur;

b. Pelayanan, yang terdiri dari 1 (satu) unsur dan 8 (delapan) sub

unsur;

c. Pengelolaan, yang terdiri dari 3 (tiga) unsur dan 6 (enam) sub

unsur.

Pasal 8

Persyaratan dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat

(3) tidak diberlakukan bagi Usaha Pondok Wisata yang tergolong usaha

mikro dan usaha kecil.

Pasal 9

Pengusaha Pariwisata yang tidak memenuhi standar usaha yang berlaku

bagi Usaha Pondok Wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4),

tidak dapat mendalilkan diri sebagai Usaha Pondok Wisata.

Pasal 10

(1) Pengusaha Pariwisata yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4), dan telah memperoleh Sertifikat

Usaha Pondok Wisata, berwenang untuk menyelenggarakan dan

dapat mendalilkan diri sebagai Usaha Pondok Wisata.


21

(2) Penilaian atas pemenuhan dan pelaksanaan standar usaha yang

berlaku bagi Usaha Pondok Wisata dalam rangka sertifikasi

dan penerbitan Sertifikat Usaha Pondok Wisata, diselenggarakan

oleh LSU Bidang Pariwisata.

Pasal 11

(1) Dalam hal Usaha Pondok Wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal

10 ayat (1) tidak lagi memenuhi dan melaksanakan Standar Usaha

Pondok Wisata yang berlaku berdasarkan Sertifikat Usaha Pondok

Wisata yang dimilikinya, maka Pengusaha Pariwisata tersebut wajib

memenuhi dan/atau memperbaiki kekurangan yang ada dalam jangka

waktu paling lama 6 (enam) bulan, terhitung sejak diketahuinya untuk

pertama kali fakta tentang kekurangan dimaksud.

(2) Apabila setelah lewat jangka waktu 6 (enam) bulan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) Pengusaha Pariwisata dimaksud tidak dapat

memenuhi dan/atau memperbaiki kekurangan yang ada, maka

Pengusaha Pariwisata yang bersangkutan dilarang menyelenggarakan

Usaha Pondok Wisata.

(3) Dalam hal sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka Sertifikat

Usaha Pondok Wisata yang dimiliki oleh Pengusaha Pariwisata yang

bersangkutan menjadi tidak berlaku dan Pengusaha Pariwisata

yang bersangkutan dilarang mendalilkan diri sebagai Usaha Pondok

Wisata.
22

Bagian Ketiga
Penilaian Mandiri

Pasal 12

(1) Pengusaha Pariwisata dapat melakukan penilaian secara mandiri

sebelum pelaksanaan Sertifikasi oleh LSU Bidang Pariwisata.

(2) Penilaian secara mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tidak mengurangi kewajiban Pengusaha Pariwisata untuk

melaksanakan Sertifikasi, berdasarkan ketentuan dan persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri ini.

(3) Penilaian secara mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mengacu pada Standar Usaha Pondok Wisata sebagaimana tercantum

dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Menteri ini.

BAB IV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 13

Kementerian dan Pemerintah Daerah melaksanakan pembinaan dan

pengawasan dalam rangka penerapan Standar Usaha Pondok Wisata sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


23

Pasal 14

(1) Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota melakukan pembinaan dalam

rangka penerapan Standar Usaha Pondok Wisata sesuai

kewenangannya.

(2) Pembinaan yang dilakukan oleh Menteri sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) mencakup sosialisasi dan advokasi.

(3) Pembinaan yang dilakukan oleh Gubernur sebagaimana dimaksud

ayat (1) mencakup pelaksanaan bimbingan teknis penerapan

Standar Usaha Pondok Wisata bagi Pengusaha Pariwisata.

(4) Pembinaan yang dilakukan oleh Bupati/Walikota sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) antara lain melakukan bimbingan teknis

penerapan Standar Usaha Pondok Wisata dan pelatihan teknis

operasional Usaha Pondok Wisata bagi tenaga kerja Usaha

Pondok Wisata.

Pasal 15

(1) Menteri/ Gubernur/ Bupati/ Walikota melakukan pengawasan

penerapan dan pemenuhan Standar Usaha Pondok Wisata sesuai

kewenangannya.

(2) Pengawasan yang dilakukan oleh Menteri sebagaimana dimaksud

ayat (1) melalui evaluasi penerapan Standar Usaha Pondok Wisata.


24

(3) Pengawasan yang dilakukan oleh Gubernur sebagaimana

dimaksud ayat (1) melalui evaluasi laporan kegiatan penerapan

Standar Usaha Pondok Wisata di wilayah kerja.

(4) Bupati/Walikota melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) melalui evaluasi terhadap Persyaratan Dasar, dan

kepemilikan Sertifikat Usaha Pondok Wisata.

2.1.9.4. Kriteria Homestay dalam ASEAN Tourism Strategic Planning

Selain Kementerian Pariwisata, organisasi dalam skala yang lebih luas

yaitu Association of South East Asia Nations (ASEAN) dalam ASEAN

Tourism Strategic Planning (ATSP) juga memiliki kriteria dan

standarisasi khusus bagi para pengelola homestay yang berada dalam

kawasan Asia Tenggara. Rekomendasi tersebut tertuang dalam beberapa

kriteria sebagai berikut:

1. Tuan Rumah

a. Desa dan Masyarakat

• Jumlah minimum 5 penyedia terdaftar homestay di desa untuk


mencerminkan keterlibatan masyarakat dan kohesi.
• Homestay terletak dekat dengan objek wisata berbasis alam dan
budaya di sekitarnya.
• Prioritas diberikan ke desa-desa dengan rekam jejak yang sudah
terbukti dalam organisasi, seperti pemenang desa terbaik dan
lansekap terbaik.
• Pusat komunitas/area untuk digunakan sebagai dasar untuk kegiatan
seperti untuk upacara menyambut, pagelaran budaya, dll.
b. Penyedia Homestay
• Penyedia homestay bebas dari catatan kriminal.
25

• Penyedia homestay akan dalam kesehatan umum yang baik dan tidak
menderita penyakit menular.
• Kursus dasar homestay akan dirumuskan, dihadiri dan
diselesaikan oleh setiap penyedia homestay.
2. Akomodasi

a. Rumah

• Struktur rumah baik, stabil dan aman kondisi seperti atap, dinding,

pintu, lantai, dll

• Desain dan bahan bangunan akan mencerminkan arsitektur vernakular

dan identitas lokal.

• Penyedia homestay harus menyediakan kamar tidur bagi tamu yang

terpisah dari kamar lain di rumah.

• Minimal 1 (satu) toilet/kamar mandi untuk tamu yang baik dalam

kamar atau di dalam rumah.

• Disarankan bahwa rumah memiliki pasokan listrik.

b. Kamar Tidur

• Menyediakan kebutuhan dasar dan perabotan di semua kamar tidur

seperti kipas angin, Meja, Almari mini, cermin, soket listrik, kelambu

atau kumparan dll.

• Maksimum empat dari jumlah kamar tidur di rumah, yang tidak

digunakan oleh setiap anggota homestay penyedia/host akan

dialokasikan untuk tamu homestay.


26

• Menyediakan jenis tempat tidur yang standar dan sesuai seperti

tempat tidur single dan double tempat tidur dengan kasur nyaman dan

bantal.

• Jika perlu, jendela harus dilengkapi dengan filter kawat atau trails

untuk mengusir nyamuk dan serangga lainnya.

• Seprei diganti sesuai yang diperlukan; dan setelah

keberangkatan tamu, seperangkat segar bersih linen tempat tidur

diberikan kepada tamu berikutnya.

c. Toilet/Kamar Mandi

• Menyediakan jenis toilet duduk atau berjongkok di dalam atau diluar

dekat rumah.

• Menyediakan fasilitas dasar toilet dan kamar mandi termasuk pintu

dengan kunci di semua toilet dan kamar mandi.

• Air bersih harus disediakan setiap waktu.

3. Kegiatan

a. Desa dan Kegiatan Berbasis Masyarakat

• Desa dan masyarakat berbasis kegiatan akan mengoptimalkan dan

menampilkan 6 ASEAN Homestay standar sumber daya lokal seperti

berikut: Warisan dan budaya lokal,Perusahaan-perusahaan lokal

(usaha mikro, pertanian, industri, kerajinan) dan Sumber daya alam

(hutan, sungai, gua-gua, Danau, dll).

• Desain dan implementasi kegiatan akan mendorong partisipasi

interaktif antara masyarakat setempat dan para tamu.


27

b. Kegiatan di Sekitar

• Kunjungan ke tempat wisata populer di sekitarnya akan

diintegrasikan ke dalam paket homestay/jadwal dengan homestay

yang berfungsi sebagai dasar.

• Bekerja sama dengan desa-desa lain di daerah

berdekatan/sekitarnya untuk menambah variasi kegiatan serta

menciptakan efek berganda.

c. Keaslian

• Masyarakat homestay akan mempertahankan identitas, nilai- nilai,

dan budaya, untuk menggambarkan pengalaman yang berbeda dan

otentik.

• Melestarikan dan melibatkan tamu di aktivitas untuk

menampilkan semangat masyarakat sosial.

• Melestarikan kerajinan tangan lokal dan menampilkan seni

pertunjukan lokal dengan mendirikan kelompok budaya.

4. Pengelola

a. Kepemimpinan
28

Organisasi homestay akan dipimpin oleh juara lokal dengan kualitas

kepemimpinan yang kuat dan dihormati oleh masyarakat setempat

misalnya kepala desa.

b. Organisasi

• Organisasi Homestay akan memiliki struktur yang sistematis dengan

jelas peran, tanggung jawab, dan jalur komunikasi.

• Organisasi akan memfasilitasi pemberdayaan wanita setempat dan

pemuda.

• Pengelolaan desa memberikan berkat untuk mendirikan sebuah

organisasi homestay yang dioperasikan secara komersial tetapi

semakin mantan.

c. Database

• Homestay Operator Database

Membangun database operator homestay yang berisi informasi

seperti alamat rumah, nomor anggota keluarga dan bakat khusus,

pengetahuan dan keterampilan.

• Database Pengunjung

1) Membuat reservasi dan sistem registrasi untuk menjaga catatan

kedatangan tamu, negara asal dan lama tinggal, dll

2) Database tamu akan juga mencatat komentar, keluhan, dan saran

dari tamu.

• Database Produk
29

Melaksanakan dan pembaruan inventarisasi sumber daya wisata

yang ada di desa dan daerah yang berdekatan/sekitarnya.

d. Pembangunan kapasitas dan pelatihan

• Organisasi homestay akan menghasilkan manual sederhana dan

pedoman yang meliputi aspek berikut:

1) Menyambut dan melayani tamu.

2) Pendaftaran, penagihan dan pembayaran.

3) Kebersihan dan kebersihan.

4) Keterampilan komunikasi.

5) Perencanaan, mengorganisir dan menangani kegiatan

6) Pemasaran dan promosi.

7) Keterampilan bercerita dan interpretas.

• Program pelatihan dan modul harus menekankan 'tangan pada

pendekatan' dan 'masyarakat pelatihan'.

e. Kerja sama

• Homestay organisasi harus menetapkan smart kemitraan dengan:

1) Homestay dan lembaga swasta lainnya terutama tour operator

dan hoteliers untuk mengembangkan paket dan meningkatkan

kegiatan promosi.

2) Lembaga-lembaga publik seperti Organisasi Pariwisata

internasional, nasional dan negara untuk meminta bantuan dalam

hal pelatihan, pendanaan, pemasaran dan promosi dan saran

teknis lainnya.
30

3) Organisasi non-pemerintah (LSM) untuk mengembangkan

program-program bersama di lingkungan konservasi dan

pelestarian budaya.

4) Universitas dan institusi pendidikan tinggi memberi masukan

secara teknis dan pelatihan.

5. Lokasi

a. Aksesibilitas

• Lokasi homestay dapat diakses untuk setiap mode transportasi.

• Marka penunjuk arah diberikan untuk memandu para tamu ke

homestay.

6. Kebersihan dan Kerapian

a. Rumah (dapur, kamar tidur dan toilet)

• Semua kamar, dapur dan toilet harus tetap bersih dan bebas dari

kotoran, debu, jaring laba-laba dll

• Lantai dapur dibersihkan dan dipel secara teratur dan dijaga bebas

dari noda dan tumpahan.

• Toilet, bak mandi akan dibersihkan secara teratur dan dijaga bebas

dari kotoran, noda dll.

• Disinfektan dapat digunakan untuk menjaga toilet bersih dan bebas

dari kuman.

• Sabun, sampo, tisu toilet dan handuk bersih harus disediakan oleh

penyedia homestay.

b. Lingkungan sekitar
31

• Lingkungan sekitar bebas sampah.

• Membasmi perkembangbiakan nyamuk (terutama Nyamuk Aedes)

seperti drains tersumbat, dibuang kaleng, dll

• Disarankan untuk penyedia homestay dan penduduk lainnya untuk

melaksanakan bersih desa dan lansekap menggunakan lokal tanaman

yang dipelihara secara teratur.

c. Persiapan makanan

• Dapur harus dalam kondisi baik, bersih dan berventilasi baik

• Dapur harus dalam kondisi baik, bersih, dan disimpan di tempat

yang kering.

• Piring, gelas dan cangkir, dan peralatan makan lainnya yang tidak

layak, tidak boleh digunakan saat menyediakan makan dan minum

bagi tamu.

• Anggota keluarga yang turut mempersiapkan makanan harus

menjaga kebersihan pribadi dan berpakaian.

• Daging, ayam, ikan dan bahan-bahan lain yang digunakan dalam

persiapan makanan akan segar dan sebaiknya bersumber dari

pemasok/pasar lokal.

• Makanan disajikan dalam keadaan baik dan tertutup.

• Tamu hanya akan disajikan air minum yang bersih.

7. Keamanan dan pengamanan

a. Keselamatan pelatihan
32

• Personil keamanan akan menjalani pelatihan dasar

pertolongan pertama dan penyelamatan darurat.

b. Fitur keamanan untuk fasilitas kegiatan

• Minimal 2 personil keamanan akan menemani tamu dan

memastikan keselamatan dan keamanan selama kegiatan homestay.

• Setiap kegiatan berbasis air (seperti pelayaran sungai, air white

arung jeram dll) harus menyediakan tamu dengan diakui oleh pihak

yang berwenang pakaian/peralatan keselamatan sesuai dan

memadai.

• Ada fasilitas fisik seperti pos yang memiliki fitur keamanan seperti

pagar.

• Trails dan rute trekking akan ditandai dengan baik dan mudah

dicapai.

c. Briefing tentang aspek-aspek keselamatan

• Tamu diberitahu tentang aspek-aspek keselamatan sebelum

mengambil bagian dalam setiap aktivitas homestay.

• Menyediakan selebaran pada pedoman keselamatan dan tips untuk

para tamu.

• Tamu berpartisipasi dalam kegiatan eko-petualangan akan

diminta untuk mendaftarkan nama mereka dan nomor kontak untuk

merekam/pemantauan tujuan.

• Merumuskan manual untuk prosedur keselamatan dan pedoman

untuk digunakan sebagai Standard Operating Procedure (SOP).


33

d. Penyelamatan darurat dan evakuasi

• Personil keamanan akan dilengkapi dengan pertolongan darurat

pertama selama kegiatan.

• Personel keamanan juga akan dilengkapi dengan peralatan

komunikasi untuk alert kewenangan setiap bahaya yang akan datang

atau jika tamu sakit atau cedera.

• Disarankan bagi para tamu untuk memiliki asuransi sebagai bagian

dari paket.

• Mematuhi persyaratan keselamatan masing-masing negara.

8. Marketing dan Promosi

a. Darurat Rescue dan evakuasi promosi

• Mengidentifikasi dan pendekatan target pasar dan merancang

perjalanan/paket sesuai dengan kebutuhan dan harapan mereka.

• Mengidentifikasi unik Jual proposisi (USP) desa untuk

membedakan dari Homestay lainnya.

• Membuat bahan promosi mis brosur, interpretatif papan, panel ke

relay informasi tentang program homestay dan masyarakat.

• Kerjasama dengan operator wisata dan pemerintah lokal untuk

pemasaran.

b. Kemitraan dengan tour operator


34

• Disarankan untuk mengatur perjalanan dan mengundang tour

operator dan perusahaan pariwisata untuk merasakan pengalaman

menginap di homestay.

• Disarankan untuk bekerja sama dengan tour operator

terkemuka, sebagai penasihat dalam pengelolaan homestay.

c. Web marketing

• Disarankan untuk mengembangkan situs web dan

menggunakan jaringan media sosial untuk mempromosikan

homestay dan menangani pemesanan online sebagai pemasaran web.

• Disarankan untuk melibatkan pemuda desa untuk memelihara dan

memperbarui media promosi online.

9. Prinsip berkelanjutan

a. Ekonomi keberlanjutan

• Pekerjaan

1) Organisasi homestay sebaiknya merekrut dan

mempekerjakan staf dari masyarakat setempat.

2) Disarankan untuk mengalokasikan penyediaan insentif dan

bonus kinerja terkait dengan baik dan/atau tingkat layanan untuk

memotivasi staf.

3) Disarankan untuk menyediakan keuangan mikro untuk kelayakan

penduduk setempat bagi yang berpartisipasi dalam kegiatan

bisnis yang berhubungan dengan pengelolaan homestay.

• Pembelian
35

1) Disarankan bahwa organisasi homestay membeli bahan dan

produk dari usaha mikro lokal.

2) Disarankan untuk meminta para tamu untuk membeli lokal

membuat barang dan mengatur area penjualan kerajinan wilayah

pusat umum homestay untuk menampilkan produk-produk

lokal.

• Mempromosikan produk lokal

1) Festival lokal dan kunjungan ke pasar terdekat.

2) Menawarkan kepada tamu kerajinan tradisional, makanan dan

mengatur acara budaya dan pertunjukan.

b. Lingkungan keberlanjutan

• Batas dan mengurangi dampak fisik wisatawan khususnya pada

lingkungan alam dan budaya yang sensitif.

• Mencegah partisipasi para tamu dalam kegiatan-kegiatan yang

dapat mengeksploitasi lokal flora dan fauna.

• Mengadopsi dekat pantai, hutan, atau sungai dan mengatur sampah

bersih dengan tamu.

• Mengembangkan kode perilaku yang ramah lingkungan khususnya

pada saat beinteraksi dengan satwa liar.

• Memastikan masyarakat setempat dididik tentang

pentingnya konservasi keanekaragaman hayati.

• Memastikan bahwa desain dan konstruksi fasilitas pariwisata dan

layanan yang ramah.


36

c. Penerangan keberlanjutan

• Informasi sudut dan budaya menampilkan di pusat homestay dan

area umum.

• Menginformasikan tamu mengenai kebutuhan untuk

menghormati adat setempat dan tingkah laku yang pantas.

• Memastikan masyarakat setempat dididik tentang

pentingnya melestarikan budaya mereka.

2.1.9.5. Prosedur Pelayanan “Homestay”

Pada tata massa bangunan homestay memiliki syistem pelayanan yang

terbagi menjadi 2 kelompok bagian yaitu sistem pelayanan bagian depan (front

office) yang berhubungan secara langsung dengan aktivitas melayani pengunjung

dan sistem pelayanan bagian belakang (back office) yang berperan untuk

mendukung aktivitas pelayanan dari segi fasilitas pengunjung. Berikut adalah

pembagian fungsi dari prosedur pelayanan dari homestay pada hotel berbintang :

1. Front office, memiliki ruangan sebagai berikut :

a. Area registrasi

Ruang regristrasi berada di area sekitar lobby. Pada hotel berbintang

yang memiliki jumlah kamar 100 sampai dengan 200 kamar diperlukan

2 meja agar meudahkan pelayanana dan dapat dengan cepat melayani

pengunjung.

b. Ruang administrasi
37

Ruang administrasi diletakan dengan dengan lobby dan memiliki

koneksi untuk dapat berhubungan langsung antara ruang

adminitrasi dengan lobby. Pada hotel berbintang, di dalam ruang

administrasi terdapat ruang manajer administrasi berserta ruang

asistennya sedangkan ruang bagi resepsionis berada di antara lobby dan

ruang manajer.

c. Lobi

Lobi adalah ruangan yang pada umumnya terletak dekat dengan pintu

masuk utama yang digunakan untuk menerima tamu. Selain itu lobi

juga digunakan sebagai ruang duduk-duduk atau semacam ruang

tunggu yang disediakan bagi tamu untuk beristirahat dan bersantai

sebelum atau setelah mendapatkan kamar.

d. Ruang Interaksi

Ruangan ini adalah ruangan yang diberikan sebagai media

berkomunikasi dan berkenalan antara penyewa homestay dengan

pengelola homestay yang merupakan masyarakat lokal yang kemudian

akan menjadi pembimbing pada ekowisata sawah dan mempelajari

budaya setempat.

e. Guest room

Guest room adalah ruangan yang cukup vital atau penting dari berbagai

ruanganya yang ada karena menyangkut rasa aman dan nyaman bagi

penyewa homestay. Dalam proses penentuan rancangannya perlu

mempertimbangkan beberapa hal seperti ; ukuran ruangan, tipe tempat


38

tidur yang mengisi ruangan, control pencahayaan dan pengahwaaan

pada ruangan dan lainnya.

2. Back office,

a. Fasilitas Laundry

Ruangan untuk fasilitas laundry tergantung dari aktivitas yang

dilakukan di dalamnya. Pada hotel berbintang, ruangan ini memiliki

ukuran yang cukup luas dan berfungsi untuk tempat mencui sampai

dengen setrika yang digunak untuk melayani tamu juga sekaligus

karyawan.

b. Fasilitas Kebersihan

Ruang ini berfungsi sebagai ruangan bagi kepala departemen dan ruang

asisten. Selain itu ruangan ini juga dibuat gudang yang digunakan unutk

menyimpan peralatan yang digunakan oleh cleaning service, ruang

ganti, juga ruang untuk reparasi yang berupa menjahit kain sprei, sarung

bantal dan gorden juga ruangan yang digunakan untuk mempersiapkan

pelayanan tamu pada hotel/homestay.

c. Layanan jasa makan dan minum

Ruangan ini tidak memerlukan ruang yang terlalu luas karena makanan

yang disiapkan selalu berganti berkelanjutan dan tidak bertahan lama di

tempat tersebut.

d. Ruang mekanikal
39

Ruang mekanikal adalah ruangan yang brfungsi untuk mengatur segala

utilitas yang ada pada bangunan yang berisi peralatan untuk heating dan

colling yang berupa tank dan pompa untuk menjaga sistem operasi

mekanikal pada bangunan secara keseluruhan.

2.1.10. Definisi Sapta Pesona

Sapta pesona adalah kondisi yang harus diwujud nyatakan dalam

rangka meningkatkan kunjungan wisatawan disuatu destinasi atau daya

tarik wisata di Indonesia. Menciptakan suasana yang indah khususnya

di destinasi yang sudah banyak dikunjungi wisatawan agar waktu

tinggal wisatawan lebih lama. Jika wisatawan merasa puas atas

kunjungannya akan memberikan kenangan indah bagi wisatawan

tersebut.

Soesilo Sudarman adalah Menteri Parpostel pada Era Ordebaru dan

sebagai pencetus Sapta Pesona. Saat ini Sapta Pesona masih

dipergunakan sebagai buku pedoman ”Sadar Wisata dan Sapta Pesona”

oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2003.

Sapta pesona memiliki beberapa poin yang dapat menjadi acuan

pengembangan suatu destinasi. Berikut beberapa ciri dari Sapta Pesona:

1. Keamanan, rasa aman tidak hanya diukur jika di suatu destinasi tidak

ada pencuri. Rasa aman yang dimaksud pada poin ini lebih luas,

termasuk terbebas dari penyakit menular, kecelakaan dari fasilitas

yang disediakan oleh pengelola destinasi, bebas dari gangguan

masyarakat.
40

2. Kebersihan, tidak bisa hanya dinilai pada satu sisi dari suatu

destinasi, destinasi tidak bisa dicap sebagai destinasi yang bersih jika

hanya pada satu sisi saja. Kebersihan akan mendukung untuk

menciptakan kesehatan pada suatu destinasi.

3. Kesejukan, destinasi yang memiliki kondisi yang segar dan masih

asri akan menciptakan kesejukan pada suatu destinasi. Lingkungan

yang sejuk akan memberi kesegaran jasmani bagi wisatawan.

4. Keindahan, suasana dan kondisi lingkungan yang sedap dipandang

mata. Indah itu terletak dari segi letak, warna, serasi dan selaras.

Destinasi yang memiliki poin ini akan menarik wisatawan untuk

berkunjung kembali.

5. Keramahan, sikap prilaku seseorang yang menunjukan, keakraban,

sopan, suka membantu, suka tersenyum dan menarik hati.

Keramahan berarti seseorang memilki etika moral dan

berpendidikan. Contohnya bertutur kata yang sopan dengan mimik

wajah yang menyenangkan.

6. Kenangan adalah kesan yang melekat kuat pada ingatan dan

perasaan seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang

diperolehnya . Kenangan yang indah dan menyenangkan adalah hal

yang ingin diwujudkan dalam ingatan dan perasaan wisatawan dari

setelah berwisata di indonesia.

Sapta Pesona dapat terwujud dengan terciptanya akomodasi yang nyaman

baik dan sehat, atraksi seni budaya yang khas dan mempesona, makanan
41

dan minuman khas daerah yang lezat dengan penyajian dan penampilan

yang menarik, cenderamata yang khas daerah dan bermutu tinggi, mudah

dibawa, harga terjangkau dan mempunyai arti tersendiri akan tempat yang

dikunjungi tersebut. Memasyarakatkan dan membudayakan sapta pesona

dalam kehidupan sehari hari mempunyai tujuan yang jauh lebih luas, yaitu

untuk meningkatkan disiplin nasional dan jati diri bangsa yang juga akan

meningkatkan citra baik bangsa dan negara.


BAB III
GAMBARAN UMUM KEPULAUAN SERIBU

3.1. OBJEK PENELITIAN

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu secara administrasi dibentuk pada

tahun 2001 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2001 tentang

Pembentukan Kabupaten admnistrasi Kepulauan Seribu Provinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta.

Gambar 3.1
Peta Administrasi Kepulauan Seribu

Batas wilayah Kepulauan Seribu yaitu sebelah utara dan timur berbatasan

dengan Laut Jawa; sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kotamadya

Jakarta Utara, wilayah Provinsi Banten, dan wilayah Provinsi Jawa Barat;

sebelah barat berbatasan dengan wilayah Provinsi Lampung dan Laut Jawa.

Cakupan wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terdiri dari

45
46

Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu

Selatan.

Gambar 3.2
10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Prioritas

Kepulauan Seribu Termasuk ke dalam 10 kawasan strategis

pariwisata nasional (KSPN) Prioritas, yang meliputi : Danau Toba Sumatera

Utara, Candi Borobudur Jawa Tengah, Kota Tua Jakarta dan Kepulauan

Seribu, Tanjung Kelayang Bangka Belitung, Tanjung Lesung Banten,

Bromo Tengger Semeru Jawa Timur, Komodo Labuan Bajo NTT,

Mandalika NTB, Wakatobi Sulawesi Tenggara dan Morotai Maluku Utara.

Salah satu tujuan penetapan 10 (sepuluh) destinasi pariwisata prioritas

adalah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara, kunjungan

wisatawan domestik, penerimaan devisa, ketenagakerjaan, dan daya saing

pariwisata melalui percepatan pembangunan sepuluh daerah tujuan wisata

prioritas.
47

Kepulauan Seribu ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategis

Pariwisata Nasional dari 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional

(KSPN). KSPN Kepulauan Seribu dan sekitarnya berada di Destinasi

Pariwisata Nasional (DPN) Jakarta-Kepulauan Seribu dan sekitarnya (peta

terlampir).

Gambar 3.3
Peta KSPN Jakarta-Kepulauan Seribu dan sekitarnya
Sumber: PP No. 50 Tahun 2011 tentang RIPPARNAS Tahun 2010 - 2025

Tujuan utama pengembangan destinasi pariwisata Kepulauan Seribu adalah

Menjadikan Kepulauan Seribu sebagai salah satu Destinasi Pariwisata Nasional

yang memiliki keindahan alam, kekayaan budaya, dan peninggalan bersejarah

bertemakan Maritim. Berikut beberapa destinasi yang akan dijadikan objek dalam

penelitian ini:

• PULAU TIDUNG

Pulau tidung merupakan destinasi utama kunjungan wisata di

Kepulauan seribu, karena semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung

di Pulau Untung Jawa menjadikan Pulau Tidung tujuan utama para pecinta
48

laut yang tidak terlalu suka dengan keramaian, walaupun jarak yang cukup

jauh dari daratan Jakarta. Kegiatan yang diberikan oleh Pulau Tidung ialah

memancing dan berenang. Adanya dermaga yang terdapat di Pulau Tidung

digunakan sebagai tempat untuk memancing, selain juga disediakan kapal

untuk disewa ke tengah laut. Selain itu kegiatan berenang, snorkling serta

diving juga menjadi daya tarik di Pulau ini. Daya tarik lainnya yaitu pada

Pulau ini terdapat Jembatan yang menghubungkan Pulau Tidung Besar

dengan Pulau Tidung Kecil, sehingga pada lokasi ini sering dijadikan lokasi

untuk foto karena keindahannya.

Dari segi akomodasi, saat ini di Pulau Tidung belum tersedia

akomodasi dengan layanan dan fasilitas setara dengan bintang 3. Dan

akomodasi yang tersedia dikenal dengan sebutkan homestay. Sesuai dengan

nama jenis akomodasinya, bentuk dari homestay mirip dengan rumah

hunian pada umumya dengan fasilitas standar yaitu; AC, dispenser, ruang

kamar tidur, kamar mandi dan layaknya rumah penginap homestay di Pulau

Tidung juga memiliki teras. Lokasi dari tiap homestay juga beragam mulai

dari yang tepat berada dipinggir pantai, cukup jauh dari pantai dan juga yang

terletak di area pemukiman masyarakat pulau tidung.

• PULAU PARI

Pulau Pari adalah salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan

Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta, Indonesia. Pulau ini

berada di tengah gugusan pulau yang berderet dari selatan ke utara perairan

Jakarta. Dengan pantainya yang berpasir putih dan berair bening kehijauan,
49

Pulau Pari menjadi salah satu objek wisata di Kepulauan Seribu.Tiga objek

yang menjadi andalan Pulau Pari adalah Pantai Perawan, Dermaga Bukit

Matahari, dan Pantai Pasir Kresek. Ketiganya dikelola secara swadaya oleh

masyarakat. Pendapatan dari usaha pariwisata dikelola untuk

pengembangan infrastruktur dan fasilitas wisata, kebersihan dan perawatan,

serta pembiayaan kegiatan sosial masyarakat.

Selain pemandangan pantai berpasir putih dan air bening,

pengunjung Pulau Pari ditawari paket keliling perkampungan dengan

sepeda, menyelam di perairan dangkal (snorkeling), serta menjelajah

perairan tepi dengan sampan atau kapal cepat. Seluruh paket wisata

diselenggarakan oleh masyarakat sebagai penyedia jasa, mulai dari jasa

penyewaan alat, pemandu, dan penginapan. Pulau Pari menjadi salah satu

titik singgah kapal-kapal cepat angkutan umum milik Dinas Perhubungan

DKI Jakarta yang melayani rute Muara Angke-Kepulauan Seribu dua kali

sehari.

Selanjutnya akomodasi di Pulau Pari juga dikenal sebagai homestay,

kepemilikan dan pengelolaan homestay dilakukan oleh masyarakat

setempat. Sama halnya dengan akomodasi di Pulau Tidung, bentuk dari

akomodasi di Pulau Pari juga adalah seperti rumah hunian masyarakat

secara umum namun difungsikan sebagai penginapan. Adapun tarif

penginapan terbilang cukup terjangkau yaitu sebesar Rp 300.000 hingga Rp

700.000/malam.
50

• PULAU ONRUST

Pulau Onrust merupakan salah satu pulau di Kabupaten Kepulauan

Seribu, DKI Jakarta yang letaknya berdekatan dengan Pulau Bidadari. Pada

masa kolonial Belanda, rakyat sekitar menyebut pulau ini adalah Pulau

Kapal karena di pulau ini sering sekali dikunjungi kapal-kapal Belanda

sebelum menuju Batavia. Di dalam pulau ini terdapat banyak peninggalan

arkeologi pada masa kolonial Belanda dan juga sebuah rumah yang masih

utuh dan dijadikan Museum Pulau Onrust. Pulau Onrust merupakan

pelabuhan VOC sebelum pindah ke pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara.

Pulau Onrust ini juga merupakan markas tentara penjajah Belanda sebelum

masuk Jakarta dan mendudukinya. Di pulau inilah tentara Belanda

melakukan aktivitas bongkar muat logistik perang. termasuk pembangunan

asrama haji. Sampai saat ini peninggalan- peninggalan yang terdapat pada

Pulau Onrust sudah tidak berbentuk lagi hanya tinggal menyisakan pondasi-

pondasi bangunan, hal ini dikarenakan masyarakat sekitar mengambil

bahan-bahan bangunan sejarah. Semenjak saat itu Gubernur DKI jakarta

menjadikan Pulau Onrust dan sekitarnya menjadi cagar budaya.

Adapun layanan akomodasi di Pulau Onrust sampai saat ini belum

ada, kemungkinan karena jarakny yang dekat dengan Jakarta. Meski begitu,

tetap tersedia layanan jasa makan dan minum, seperti warung makan.

• PULAU UNTUNG JAWA

Pulau Untung jawa mempunyai luas 40,10 ha, secara geografis letak

pulau Untung Jawa berdekatan dengan daratan Tanjung Pasir dan Daratan
51

Jakarta. Pulau ini dapat ditempuh relatif singkat dengan rata-rata rentang

waktu 30 menit dengan menggunakan Kapal Motor, sehingga pada hari-hari

libur banyak sekali dikunjungi wisatwan domestik untuk melihat suasana

bahari dengan biaya yang terjangkau dan menikmati sajian khas ikan bakar

segar pada warung-warung ikan bakar atau iingin memiliki cendramata hasil

kerajinan putera dan puteri pantai. Fasilitas pendukung kegiatan pariwisata

pada Pulau Untung Jawa terdiri dari penginapan, warung makan,

ketersedian listrik, jalan internal, perkantoran, fasilitas pendidikan serta

fasilitas kesehatan.

Terkait penginapan di Pulau Untung Jawa, kondisi penginapannya

masih tergolong sebagai homestay. Tidak berbeda jauh dengan akomodasi

di Pulau Tidung dan Pulau Pari, pengelolaan dilakukan oleh masyarakat

setempat, lengkap dengan fasilitas standar dan harga yang terjangkau

bahkan tergolong murah jika menginap bersama grup atau rombongan,

karena ada beberapa homestay di Pulau Untung Jawa memiliki jumlah

kamar lebih dari 10 kamar lengkap dengan kamar mandi di setiap kamarnya.
52

3.2. METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan metode penelitian

kualitatif. Langkah-langkah pada metode penelitian dengan pendekatan

kualitatif akan lebih memudahkan penulis untuk memperoleh data sesuai

dengan keperluan peneliti.

a. Definisi Penelitian Kualitatif

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2010, hlm. 4)

mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati”. Penelitian kualitatif

bertumpu pada latar belakang alamiah secara holistik, memposisikan

manusia sebagai alat penelitian, melakukan analisis data secara induktif,

lebih mementingkan proses daripada hasil penelitian yang dilakukan

disepakati oleh p.eneliti dan subjek penelitian.

Sugiyono (2015, hlm. 15) menjelaskan tentang pengertian penelitian

kualitatif adalah Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian

yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti

pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,

pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan

snowball, teknik penggabungan dengan trianggulasi (gabungan),


53

analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

3.2.1 LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

Menurut Mahamit (2006) dalam melakukan penelitian diperlukan

langkah-langka sistematis atau terstrukur untuk memperoleh hasil yang

ilmiah dan empirik. Berikut ini merupakan langkah-langkah penelitian

pada metode kualitatif :

a. Menentukan permasalahan

b. Melakukan strudi literatur

c. Penetapan lokasi penelitian

d. Studi pendahuluan

e. Penetapan metode pengumpulan data; observasi, wawancara, dokumen,

diskusi terarah.

f. Analisis data selama penelitian

g. Analisis data setelah; validasi dan reliabilitas.

h. Hasil : cerita, personal, deskripsi, naratif, dapat dibantu tabel frekuensi.

3.2.2 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Kebutuhan data dalam penelitian mengenai Homestay di Kepulauan

Seribu akan diperoleh melalui pengumpulan data primer dan sekunder.

Secara keseluruhan, proses pengumpulan data yang akan dilakukan adalah

untuk mencari data sebagai berikut :


54

1. Data Primer, yaitu data yang dapat diperoleh langsung di lapangan,

baik melalui wawancara dengan para narasumber/informan, dan

pengamatan di lapangan.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen

atau arsip- arsip, buku, jurnal, artikel, dan sumber

referensi/literatur lain yang terrkait dengan judul penelitian ini.

Dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena

dalam banyak hal dokumen dapat dimanfaatkan untuk menguji,

menafsirkan bahkan untuk prediksi suatu tindakan yang akan

dilakukan selanjutnya.

Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian

mengenai Homestay di Kepulauan Seribu adalah:

1. Observasi dan Survei lapang, yaitu proses pengumpulan data

dengan melakukan penelitian secara langsung ataupun tidak

langsung pada objek penelitian dan juga pencatatan secara

sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.

2. Wawancara dan focus group discussion, yaitu mendapatkan

data atau informasi dengan cara yang ditempuh untuk memperoleh

data melalui tanya jawab secara langsung dengan beberapa orang

yang dianggap berkompeten guna dimintai keterangan tentang

segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian. Selain itu

nantinya juga akan dilaksanakan wawancara dan diskusi yang


55

melibatkan multi stakeholder melalui Focus Group Discussion

(FGD) guna memperdalam hasil pencarian data yang diperoleh.

3. Dokumentasi yaitu proses pengumpulan data melalui dokumen

atau arsip- arsip dari pihak yang terkait dengan penelitian. Dalam

penelitian, dokumen dapat digunakan sebagai bukti suatu

penelitian tau pengujian.

3.2.3 TEKNIK PENGOLAHAN DATA

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2014:246), terdapat tiga

teknik analisisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus-menerus selama

penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis

data kualitatif. Reduksi data adalah bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang

tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga

kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan

sebagai kuantifikasi data.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data

kualitatif. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan

informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya

penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks


56

naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan

bagan.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data

kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat

digunakan untuk mengambil tindakan.

Pengertian analisis data kualitatif adalah proses analisis kualitatif

yang mendasarkan pada adanya hubungan semantis antar variabel yang

sedang diteliti.

Tujuan Analisis Data kualitatif yaitu agar peneliti mendapatkan makna

hubungan variabel-variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab

masalah yang dirumuskan dalam penelitian. Hubungan antar semantis sangat

penting karena dalam analisis kualitatif, peneliti tidak menggunakan angka-

angka seperti pada analisis kuantitatif. Prinsip pokok teknik analisis data

kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi

data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna.


57

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. PEMBAHASAN

Pengembangan akomodasi di Kepulauan Seribu sudah mulai

beragam namun jenisnya masih terbilang homestay. Penelitian ini,

dilakukan di 3 (tiga) Pulau di Kepulauan Seribu yaitu Pulau Pari, Pulau

Untung Jawa dan Pulau Tidung.

Hampir setiap pulau di Kepulauan Seribu tidak memiliki ciri khas

tersendiri, namun tetap terlihat perbedaannya. Berikut kondisi eksisting di

3 (tiga) pulau di Kepulauan Seribu.

1. Pulau Pari

Usaha akomodasi homestay di Pulau Pari, Kepulauan Seribu sudah

mulai dilirik masyarakat setempat sebagai usaha yang sangat

menjanjikan sebagai mata pencaharian. Meskipun tanah yang dimiliki

saat ini bukanlah milik pribadi oleh masyarakat setempat karena adanya

konflik sosial, namun pengelolaan homestay tetap dilakukan oleh

masyarakat. Keterlibatan Pemerintah setempat dalam pengelolaan

homestay hanya memantau dan mengawasi.


58

Adapun wadah untuk menampung berbagai ide kreatif dan memberi

pelatihan kepada masyarakat sebagai pengelola homestay tergabung

dalam Asosiasi Wisata Pulau Pari.

Saat ini, belum ada kelompok sadar wisata khusus di Pulau Pari namun,

dengan adanya asosiasi yang bergerak dibidang pariwisata di Pulau Pari

ini, sudah sangat membantu masyarakat yang notabene telah memahami

dan merasakan dampak pariwisata di Pulau Pari.

Hampir sebagian masyarakat menjadikan rumahnya sebagai homestay

bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan. Adapun kunjungan rata-rata

pada homestay di Pulau Pari adalah + 3.000/bulan dengan pengunjung

rata-rata adalah repeator dan beberapa adalah pendatang baru. Adapun

destinasi wisata Pulau Pari sangat menarik untuk dikunjungi oleh

wisatawan grup dan keluarga.

Menurut Pak Lau, salah satu anggota Asosiasi Wisata Pulau Pari

mengungkapkan bahwa jumlah usaha homestay di Pulau Pari adalah

+ 300 homestay dengan total 265 kepala keluarga. Jumlah ini tentu

membuktikan bahwa semua masyarakat menjadi pengusaha bidang

akomodasi homestay bahkan ada yang memiliki lebih dari 1 (satu)

homestay.

Harga setiap homestay beragam sesuai dengan fasilitasnya. Mulai dari

Rp. 300.000/kamar dengan fasilitas kipas angin termasuk sarapan

disediakan oleh pengelola homestay hingga Rp. 600.000/rumah dengan

fasilitas 2 kamar tamu, full AC dan penggunaan sepeda gratis selama


59

menginap. Bersepeda merupakan alat transportasi lokal yang sangat

direkomendasikan untuk digunakan untuk berkeliling dan mengunjungi

beberapa daya tarik wisata di Pulau Pari. Beberapa homestay di Pulau

Pari menambahkan fasilitas penyewaan sepeda untuk menambah nilai

dari homestay yang dimiliki.

Jadi jenis homestay di Pulau Pari terbagi menjadi penyewaan kamar dan

atau penyewaan rumah. Jika penyewaan hanya kamar berarti wisatawan

akan tinggal bersama pengelolanya juga, namun jika yang disewakan

adalah rumah, berarti tempat tinggal pengelola terpisah dari rumah yang

dijadikan khusus sebagai homestay.

Adapun standarisasi usaha homestay di Pulau Pari, ternyata masih ada

beberapa nilai yang terkandung belum terwujud, yaitu kebersihan.

Hampir setiap homestay sering dipadati oleh kucing-kucing liar, bahkan

saat wisatawan menikmati sarapan, makan siang/malam di homestay

akan banyak kucing liar berkeliaran untuk mendekati wisatawan.

Lingkungan pesisir pantai membuat beberapa homestay mudah kotor

dan berpasir, tingkat kebersihan menjadi hal yang wajib diperhatikan

oleh pengelola homestay di Pulau Pari, sehingga wisatawan merasa

nyaman untuk berlama-lama di penginapan. Untuk letak homestay di

Pulau Pari bisa dikatakan cukup tertata, jika wisatawan tiba di dermaga

Pulau Pari, maka akan menjumpai deretan homestay dengan harga yang

bervariasi sesuai dengan fasilitas yang ditawarkan. Meskipun setiap

homestay di Pulau Pari tidak menunjukkan keunikan tersendiri, namun


60

kunjungan tamu disetiap homestay selalu ada bahkan saat lowseasons

sekalipun. Hal ini mungkin karena didukung oleh beberapa pemasaran

homestay dilakukan melalui media sosial, kerjasama dengan travel

agent, ada juga dengan cara manual dengan memasang signage untuk

menjaring wisatawan jenis travellers atau backpacker.

Dari segi tujuan pengembangan homestay di Pulau Pari selain

mendapatkan keuntungan, juga untuk mendukung dan memenuhi

kebutuhan wisatawan pada bidang akomodasi.

2. Pulau Untung Jawa

Kondisi eksisting Pulau Untung Jawa ditinjau dari pariwisata secara

umum saat ini boleh dikatakan sudah cukup berkembang, beberapa

fasilitas umum sudah sementara dalam proses pembangunan termasuk

akomodasi. Dari sisi akomodasi yang mengacu pada standarisasi

homestay, Pulau Untung Jawa masih kurang berkembang dibandingkan

Pulau Pari. Dari segi kuantitas, akomodasi di Pulau Untung Jawa masih

berjumlah 51 homestay dengan jumlah kamar 220.

Saat ini kondisi lingkungan Pulau Untung Jawa juga lebih kotor

dibanding Pulau Pari termasuk akomodasi, sumber air tawar juga yang

digunakan wisatawan masih kurang memadai karena air yang digunakan

sehari-hari di Pulau Untung Jawa masih merupakan air asin.

Pemahaman masyarakat terkait akomodasi jenis homestay juga

terbilang masih kurang, sebagian besar paradigma pengelola akomodasi

bahwa usaha akomodasi homestay artinya yang disewakan adalah kamar


61

bukan penyewaan termasuk rumahnya, sehingga hal ini menjadikan

harga homestay di Pulau Untung Jawa lebih murah. Adapun penetapan

harga homestay di Pulau Untung Jawa, tergantung pada fasilitas

kamarnya dan ditetapkan serta disetujui oleh pengelola Kelompok Sadar

Wisata Pulau Untung Jawa karena setiap pengelola homestay termasuk

anggota Kelompok Sadar Wisata (PokDarWis). Penetapan harga oleh

pihak Pokdarwis bertujuan agar setiap harga homestay merata atau tidak

ada yang mematok harga tinggi dengan fasilitas yang standar apalagi

saat high seasons. Berdasarkan infomasi yang disampaikan oleh Pak

Rusli selaku Ketua Pokdarwis Pulau Untung Jawa, tarif homestay di

Pulau Untung Jawa umumnya berkisar dari harga

Rp 250.000/kamar/malam, Rp 300.000/kamar/malam hingga

Rp 400.000/kamar/malam. Harga terendah memiliki fasilitas yang

sangat standar yaitu kipas angin, harga menengah sudah lengkap dengan

fasilitas yang lebih modern yaitu AC dan harga yang tertinggi selain

fasilitas kamar yang ber-AC juga didukung oleh luas dan penataan

kamar serta fasilitias lainnya seperti tempat tidur yang lebih nyaman.

Berbeda dengan Pulau Pari, di Pulau Untung Jawa peran Pemerintah

setempat cukup terlibat tidak hanya sebagai pengawas dan pendukung.

Karena secara administratif Pulau Untung Jawa adalah salah satu

kelurahan di kabupaten Kepulauan Seribu juga beberapa anggota

bahkan ketua Kelompok sadar wisata Pulau Untung Jawa yaitu Bapak

Rusli adalah staf kelurahan Pulau Untung Jawa.


62

Usaha homestay yang diartikan pengelola sebagai penyewaan kamar di

Pulau Untung Jawa ternyata masih belum memenuhi kebutuhan

wisatawan akan akomodasi. Menurut salah seorang masyarakat

setempat, saat peak season yang jatuh pada akhir tahun, masih banyak

wisatawan domestik yang kekurangan akomodasi, sehingga yang

awalnya rumah warga tidak menyewakan kamarnya bagi wisatawan

terpaksa harus disewakan lantaran iba melihat wisatawan bingung

mencari akomodasi. Hal ini menunjukkan kunjungan wisatawan sangat

tinggi pada akhir tahun. Adapun jumlah rata-rata tamu pada homestay

di Pulau Untung Jawa per bulan yaitu +2.000 orang. Kunjungan

wisatawan di Pulau Untung Jawa juga ditunjang oleh ragam event yang

tiap tahunnya di adakan di Pulau Untung Jawa seperti, Festival Ulang

Tahun Pulau Untung Jawa, event Malam Tahun Baru bahkan baru-baru

ini Pulau Untung Jawa menjadi salah satu destinasi yang dilintasi oleh

obor api Asian Games 2018 saat Jakarta dan Palembang sebagai tuan

rumah, tentu hal ini sangat membanggakan bagi masyarakat Pulau

Untung Jawa dan akan menjadi sejarah baru untuk menarik minat

berkunjung wisatawan.

Kelompok Sadar Wisata Puja Berhias adalah singkatan dari Pulau

Untung Jawa Bersih, Indah, Aman dan Sehat, bisa dikatakan cukup maju

dan aktif sebagai penyelenggara beberapa event di Pulau Untung Jawa

dengan tujuan untuk mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya.

Meski saat ini Pulau Untung Jawa termasuk salah satu destinasi yang
63

jumlah kunjungan wisatawannya cukup tinggi, belum ada investor dari

luar Kepulauan Seribu untuk membangun usaha homestay di pulau ini.

Masyarakat merasa mampu untuk mengelola sendiri kekayaan alam dan

budaya mereka dan tidak mengijinkan investor untuk membangun atau

bahkan mengeksploitasi tanah mereka. Masyarakat Pulau Untung Jawa

tergolong mandiri untuk mengembangkan (swadaya) dan melihat

peluang pariwisata dari Pulau Untung Jawa. Tidak hanya untuk

mendapatkan keuntungan, tujuan mengembangkan pariwisata di Pulau

Untung Jawa menjadi salah satu alasan masyarakat untuk membuka

usaha homestay.

Pulau Untung Jawa saat ini masih perlu berusaha cukup keras untuk

mewujudkan makna dari Puja Berhias yang berkaitan juga dengan

standarisasi akomodasi homestay. Kurangnya kesadaran dengan

kebersihan akan berdampak pada kesehatan dan kenyamanan

wisatawan, termasuk juga keindahan.

Meskipun tidak ada keunikan tersendiri dari homestay di Pulau Untung

Jawa, ditambah lagi dengan pembangunan atraksi baru yaitu Taman

Arung Samudera yang cukup mengganggu pemandangan depan

homestay, namun homestay di Pulau Untung Jawa sudah cukup tertata

dengan rapi. Wisatawan yang paling banyak menginap di Pulau Untung

Jawa adalah jenis wisatawan grup dan keluarga yang merupakan

repeator dan beberapa adalah pendatang baru. Aturan umum pada

homestay di Pulau Untung Jawa adalah mengarah pada konsep wisata


64

halal, yaitu setiap wisatawan yang bukan pasangan yang sah dilarang

menginap, sehingga jenis wisatawan grup dan keluarga yang lebih

dominan menginap di Pulau Untung Jawa. Dengan promosi melalui

media sosial (digital marketing), bekerja sama dengan pihak travel

agent yang mengarahkan wisatawan, serta saat ini wisatawan lebih

mudah dan cepat mencari homestay di Pulau Untung Jawa dengan

layanan online travel agent (OTA), sehingga dapat disimpulkan bahwa

pengelolaan homestay di Pulau Untung Jawa sudah lebih praktis dan

modern dari sisi promosi homestay.

3. Pulau Tidung

Salah satu pulau yang memiliki atraksi dan daya tarik wisata yang

menarik di Kepulauan Seribu adalah Pulau Tidung.

Pulau Tidung tidak hanya menyuguhkan keindahan alam yang luar

biasa, keramahtamahan masyarakat tapi juga ragam fasilitas yang

menunjang kegiatan wisata termasuk akomodasi.

Berdasarkan pengamatan peneliti, dari ketiga pulau yang diteliti yaitu

Pulau Pari, Pulau Untung Jawa dan Pulau Tidung. Pulau Tidung

termasuk salah satu pulau yang memiliki jenis akomodasi selain

homestay yaitu cottage. Dengan adanya cottage, menambah ragam jenis

akomodasi tentu akan menambah nilai hospitality di Pulau Tidung.

Menurut Pak Ikhwan, staf kecamatan Pulau Tidung, umumnya

akomodasi di Pulau Tidung adalah sejenis homestay yang berjumlah

homestay + 3.000 kamar, dengan jumlah kunjungan rata-rata


65

wisatawan + 6.000 kunjungan/bulan. Menunjukkan bahwa jumlah

kunjungan wisatawan lebih tinggi daripada kesediaan homestay di

Pulau Tidung.

Pulau Tidung terbagi menjadi 2 pulau yaitu Pulau Tidung Kecil dan

Pulau Tidung Besar, namun yang memiliki fasilitas penunjang kegiatan

pariwisata dan usaha-usaha pariwisata berpusat di Pulau Tidung Besar,

sedangkan di Pulau Tidung Kecil memiliki atraksi beragam fauna

burung yang bertengger dipohon dan merupakan daya tarik tersendiri

di pulau ini.

Di Pulau Tidung Besar, meskipun saat ini sudah lebih berkembang dari

segi akomodasi daripada Pulau Pari dan Untung Jawa, namun usaha

akomodasi Pulau Tidung ternyata telah dilirik dan dikembangkan oleh

investor lokal. Kepemilikan masyarakat lokal hanya usaha akomodasi

jenis homestay, dikarenakan biaya yang cukup besar untuk membangun

sebuah cottage atau jenis penginapan lain yang lebih kompetitif.

Meskipun kepemilikan salah satu cottage di Pulau Tidung adalah

investor lokal tapi dalam pengelolaannya tetap memberdayakan

masyarakat lokal sebagai pekerja pada usaha akomodasinya. Umumnya

tujuan pembangunan usaha homestay di Pulau Tidung karena adanya

peluang berwirausaha dan mendapatkan keuntungan.

Peran Pemerintah Daerah dan Pusat cukup terlibat dalam pengelolaan

akomodasi, kurang lebih 40 akomodasi homestay milik masyarakat


66

setempat mendapat dukungan seperti pelatihan pengelolaan homestay

sehingga sesuai dengan standarisasi akomodasi homestay.

Komunitas khusus yang bergerak dalam bidang pariwisata di Pulau

Tidung sampai saat ini belum ada, namun jika komunitas masyarakat

yang bersifat umum atau yang tidak fokus bertujuan mengembangkan

pariwisata Pulau Tidung sudah lama terbentuk, contohnya Karang

Taruna.

Pemahaman tentang standarisasi akomodasi homestay bisa dikatakan

belum familiar di masyarakat Pulau Tidung, namun jika dilihat dari segi

akomodasi di Pulau Tidung hampir sudah tergolong telah memenuhi

standarisasi akomodasi, kecuali indikator keamanan. Poin keamanan

pada beberapa akomodasi di Pulau Tidung belum menjadi perhatian

khusus dari pengelola homestay. Beberapa media informasi digital

kerap kali memberitakan peristiwa pencurian yang terjadi pada

wisatawan yang menginap di Pulau Tidung. Mirisnya, pencurian

tersebut terjadi di homestay. Hal tersebut tentu menjadi awasan bagi

para wisatawan yang berkunjung di Pulau Tidung dan berencana

menginap untuk beberapa waktu. Tidak hanya itu, maraknya peristiwa

pencurian di Pulau Tidung adalah sebagai hambatan untuk kemajuan

usaha homestay.

Indikator keamanan dalam standarisasi akomodasi mengandung banyak

makna dan ciri, seperti bebas dari gangguan masyarakat, keamanan

fasilitas di destinasi dan berbagai ciri lainnya.


67

Melihat berbagai peristiwa yang mengancam keamanan wisatawan

selama menginap di Pulau Tidung tentu harus menjadi perhatian khusus

dari pengelola homestay, sehingga seluruh wisatawan merasa aman

selama kunjungannya.

Faktor keamanan juga akan berpengaruh terhadap tingkat kunjungan

wisatawan di Pulau Tidung.

Teknologi informasi yang semakin canggih dan modern sangat

membantu dan memudahkan wisatawan memperoleh informasi.

Perubahan teknologi tersebut juga menjadi alat bagi wisatawan dalam

menentukan keputusan berwisata. Sebelum mengunjungi destinasi,

wisatawan akan mencari berbagai informasi terkait destinasi yang akan

dikunjungi, termasuk jika ingin berwisata di Pulau Tidung. Berita

terkait faktor keamanan di Pulau Tidung hampir telah diketahui oleh

publik, sehingga yang ditakutkan adalah wisatawan menjadi ragu untuk

berwisata di Pulau Tidung.

Setiap pengelola destinasi termasuk akomodasi, harus membuktikan

kepada wisatawan bahwa Pulau Tidung aman untuk dikunjungi.

Dari segi promosi usaha homestay di Pulau Tidung termasuk sudah

lebih unggul dibandingkan Pulau Pari dan Pulau Untung Jawa.

Meskipun di Pulau Untung Jawa juga sudah memanfaatkan digital

marketing untuk mempromosikan usaha homestay, tapi dari segi jumlah

homestay yang dipublikasikan, Pulau Tidung lebih banyak dan beragam

jenis akomodasi yang ditawarkan, sehingga banyak pilihan bagi


68

wisatawan. Adapun jenis wisatawan yang sering berkunjung dan

menginap di homestay di Pulau Tidung adalah wisatawan grup yang

merupakan tamu repeator.

Umumnya homestay di Pulau Tidung tidak memiliki keunikan khusus,

namun terdapat satu-satunya cottage yang cukup unik di pulau ini.

Selain bangunan homestay yang tradisional karena berdinding anyaman

bambu dan beratap daun lontar, pemandangan yang sangat indah juga

disuguhkan bagi para tamu cottage. Hanya saja kepemilikan cottage ini

bukanlah dari masyarakat setempat, namun keberadaan cottage ini,

memberi nilai tambah dari segi akomodasi di Pulau Tidung.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian deskriptif dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kebersihan homestay yang disediakan pengelola di Pulau Pari untuk

wisatawan menginap seperti kebersihan kamar yang sudah memenuhi

standar sebagai homestay, kebersihan kamar mandi/ toilet dan kualitas

air juga sudah baik. Secara keseluruhan kebersihan homestay sudah baik

namun karna homestay berada di pesisir pantai membuat homestay

mudah hampir setiap homestay sering dipadati oleh kucing-kucing liar,

bahkan saat wisatawan sedang menikmati makanan banyak kucing liar

yang mendekati wisatawan. Ditinjau dari segi kenyamanan banyaknya

kucing liar mengganggu kenyamanan wisatawan. Kenyamanan

merupakan hal yang diharapkan wisatawan ketika mengunjungi daya

tarik wisata. Adapun kendala yang dihadapi masyarakat yaitu mengenai

sengketa lahan dan juga belum adanya pelatihan dari pemerintah

mengenai homestay. Dalam memasarkan homestay, pengelola

melakukan pemasaran melalui media sosial, kerja sama dengan travel

agen, dan juga memasang signage untuk menjaring wisatawan.

2. Kondisi eksisting homestay di Pulau Untung Jawa ditinjau dari segi

kebersihan lingkungannya lebih kotor jika dibandingkan Pulau Pari,

selain itu sumber air yang digunakan wisatawan juga kurang memadai

karena menggunakan air asin. Hal ini berdampak pada kesehatan dan

57
58

kenyamanan bagi para wisatawan. Dalam pengelolaannya para

pengelola homestay di bawah naungan kelompok sadar wisata

(POKDARWIS). Dari segi pemasaran pengelola homestay melakukan

promosi melalui media sosial dan juga travel agen.

3. Kondisi eksisting homestay di Pulau Tidung sudah sesuai dengan

standarisasi akomodasi homestay, kerahmatamahan masyarakat Pulau

Tidung dapat menunjang kegiatan wisata termasuk Akomodasi. selain

homestay di Pulau Tidung juga memiliki jenis akomodasi selain

homestay yaitu cottage. Ditinjau dari segi keamanan Pulau Tidung

termasuk kategori tidak aman karena kerap kali terjadi pencurian di

homestay, hal ini dapat mengganggu kenyamanan wisatawan ketika

berlibur di Pulau Tidung. Dari segi pemasaran pengelola homestay di

Pulau Tidung sudah menggunakan digital marketing untuk

mendatangkan wisatawan.

4. Kelembagaan merupakan salah satu komponen utama yang harus

dimiliki desa wisata dalam pengembangan homestay di daerahnya.

Kelembagaan yang dimaksud yaitu organisasi lokal yang membawahi

kegiatan pariwisata yaitu kelompok sadar wisata (Pokdarwis). Terdapat

1 pokdarwis dari 3 pulau yang dikunjungi dalam penelitian ini yaitu

Pokdarwis PUJA BERHIAS yang terdapat di Pulau Untung Jawa.

Pokdarwis bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pariwisata dan

juga berperan aktif dalam menjalin kerja sama dengan eksternal guna

memajukan desa wisata.


59

5. Pemilik Homestay dari 3 Pulau yang dikunjungi merupakan masyarakat

lokal Pulau tersebut. Yang membedakan dari ketiga pulau ini yaitu

pemahaman mengenai homestay. Misalkan di Pulau Untung Jawa dalam

penyelenggarannya mereka menyewakan kamar bukan penyewaan

homestay termasuk rumahnya.

6. Produk yang menjadi daya tarik wisatawan untuk datang yaitu rumah

homestay yang disewakan untuk wisatawan dan juga kegiatan bagi

wisatawan misalkan di Pulau Pari disediakan penyewaan Sepeda

menjadi nilai tambah bagi wisatawan.

5.2. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti

merekomendasikan hal-hal berikut:

1. Rekomendasi bagi kelembagaan, yaitu kelompok sadar wisata/

kelembagaan desa merupakan ujung tombak yang menggerakkan

pariwisata, oleh karena itu penting bagi kelembagaan desa baik itu pihak

kelurahan maupun organisasi masyarakat memegang aturan dan prinsip

dalam penyelenggaraan pariwisata. Pulau Pari dan Pulau Tidung

membentuk kelompok sadar wisata sehingga bisa menjadi wadah bagi

masyarakat, pengelola (homestay) dalam menyelenggarakan kegiatan

pariwisata misalkan memberikan pelatihan, mempromosikan dan juga

pendampingan.
60

2. Pariwisata berkelanjutan, dalam hal ini pengelola homestay tidak hanya

mendapatkan keuntungan dari usaha akomodasi homestay, namun juga

melakukan kontribusi dalam usaha untuk melindungi lingkungan seperti

tidak membuang limbah homestay sembarangan.

Limbah pembuangan dari homestay sebaiknya dikelola sehingga

menambah nilai. Salah satu caranya adalah mendaur ulang limbah

menjadi suatu kerajinan tangan yang bernilai jual yang cukup tinggi.

Usaha ini sebenarnya cukup menguntungkan bagi pengelola, dimana saat

ini belum ada usaha souvenir di Kepulauan Seribu.

3. Manjalin hubungan antara institusi masyarakat lokal dengan kemitraan

Beberapa pulau yang telah memiliki organisasi lokal yang aktif dalam

kegiatan pariwisata seperti Pokdarwis Puja Berhias yang berada di Pulau

Untung Jawa, sebaiknya menjalin hubungan dengan pihak-pihak

kemitraaan baik lembaga Pemerintahan dan atau organisasi non-

government yang mampu mendukung kegiatan serta pengembangan

usaha yang dimiliki oleh masyarakat lokal salah satunya usaha

akomodasi homestay. Pihak-pihak yang dimaksudkan seperti lembaga

yang berfokus pada konservasi lingkungan, Bank Daerah, dan berbagai

institusi lainnya.

4. Ekonomi berbasis masyarakat

Dalam hal ini dimaksudkan agar setiap peluang usaha melibatkan

masyarakat sebagai supplier jasa dan layanannya. Kegiatan pariwisata

dilakukan dengan berbasis partisipasi masyarakat lokal, termasuk


61

kegiatan ekonomi yang dalam penelitian ini disebut homestay. Contoh

lain yang termasuk dari kegiatan ekonomi berbasis masyarakat yaitu,

sebagian besar masyarakat Kepulauan Seribu bermata pencaharian

sebagai nelayan, peluang ekonomi dari kegiatan ini jika masyarakat

menjual hasil tangkapan masyarakat bagi wisatawan yang ingin

menikmati makanan laut selama berada di Kepulauan Seribu.

Hal lainnya, menggiatkan dan memberi pelatihan kepada masyarakat

untuk berkesempatan menjadi pemandu wisata lokal bagi para wisatawan

yang berkunjung di Kepulauan Seribu.

5. Kenyamanan dan keamanan selama berwisata wajib menjadi prioritas

utama pengelola homestay ketika berkunjung di Kepulauan Seribu.

Untuk mewujudkan hal ini, tentu pemilik homestay harus menunjukan

sikap keramahtamahan kepada wisatawan. Namun hal ini tidak serta

merta berarti membiarkan wisatawan bertindak secara bebas. Contohnya

pengelola homestay Pulau Untung Jawa, menerapkan aturan yang

melarang wisatawan yang menginap untuk tinggal sekamar jika belum

sah menikah secara hukum. Meskipun sikap keramahtamahan perlu

diprioritaskan namun setiap aturan juga harus tetap diterapkan

sebagaimana mestinya.

6. Pemilik homestay juga harus aktif mengikuti pelatihan-pelatihan baik

yang diadakan oleh pemerintah maupun Pokdarwis, seperti jika

dilakukan pelatihan bahasa inggris bagi masyarakat lokal, sehingga


62

ketika ada wisatawan asing yang datang pemilik homestay mampu

melayani dan berkomunikasi dengan baik kepada wisatawan.

7. Pemilik homestay sebaiknya senantiasa memelihara kerapihan dan

kebersihan. Kamar mandi dan lingkungan sekitar juga harus selalu bersih

sehingga memberi kesan yang menarik bagi wisatawan. Keindahan,

kenyamanan dan keamanan menjadi faktor yang tidak bisa dilepaskan

dalam pengelolaan homestay, indikator tersebut dapat menjadi

permasalahan jika tidak diperhatikan oleh pengelola homestay.

8. Masing-masing homestay memasang petunjuk homestay atau signage

sehingga memudahkan wisatawan bisa membedakan rumah masyarakat

yang difungsikan sebagai homestay dan yang bukan.

9. Pengelola homestay sebaiknya mempunyai paket wisata yang dapat

ditawarkan kepada wisatawan sehingga wisatawan individu atau tanpa

perantara (travel agent) dapat mengetahui jenis wisata yang ditawarkan.

Adapun jenis paket wisata yang dikemas dan ditawarkan kepada

wisatawan salah satunya adalah paket menginap 3D2N (3 hari 2 malam)

di Kepulauan Seribu dengan beberapa aktivitas seperti mengunjung

beberapa pulau, sport activities, dan menikmati kuliner.

Anda mungkin juga menyukai