Jurnal
Jurnal
Abstrak: Sebagaian besar masyarakat belum megetahui secara mendalam tentang apa dan bagaimana
proses terjadinya karat serta seberapa jauh tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh serangan karat secara
kuantitatif, karat yang diartikan sebagai korosi, yakni sesuatu yang hampir dianggap sebagai musuh umum
di kalangan industri perhotelan maupun industri lainnya.
Hal ini karat disebabkan oleh banyak faktor, yaitu: Kavitasi, Erosi, Benturan Partikel, Kelelahan,
Endapan Tembaga , Radiant Chamber, dan Karat Lingkungan, dengan proses terbentuknya gelembung –
gelembung uap cairan dipercepat oleh kandungan partikel padat dalam fluida, jumlah cycle yang tidak
memadahi menyebabkan kelelahan, begitu pula zat tembaga yang terlarut di air menjadi deposit yang
berpengaruh pada kelanjutan proses pengkaratan pada pipa Boiler yang di kenal dengan Batu Ketel, dan
pengaruh kondisi lingkungan yang berubah-ubah sangat mempengaruhi laju karatan , seperti pH air yaitu
keasaman air pengisi Boiler yang kontak dengan elektrolit sangat mempengaruhi pada proses terjadinya
karat pada logam (pipa).
Pencegahan dapat di lakukan melalui pengecetan, pembalutan dan penggunaan material anti karat,
dan perlindungan katodik , anodik serta netralisasi zat koroden, menempatakan posisi tekanan head setinggi
mungkin yang dapat dicapai untuk menghindari terbentuknya gelembung-gelembung uap dari cairan yang
dipompakan-nya, dengan pelapisan timah, seng, aluminium, paduan tembaga nikel (70 -30) yang
mengandung 0,4 – 1 persen besi yang dapat menahan benturan (regangan) dan padaun antara Ti – 6AL –
4V (Tinanium, Aluminium dan Vanadium).
Abstract: Most of the people have not megetahui deeply about what and how the process of rust as well as
how far the level of damage caused by rust attacks quantitatively, which is defined as rust corrosion, which
is something that is almost regarded as a common enemy in the hospitality industry and other industries.
This rust is caused by many factors, namely: Cavitation, Erosion, Conflict of Particles, Fatigue, Copper
Deposition, Radiant Chamber and Rust Environment, with the formation of bubbles - bubble accelerated by
the vapor liquid content of solid particles in a fluid, the number of cycles that are not memadahi cause
fatigue, as well as substances dissolved copper in the water to deposit the effect on the continuation of the
process of corrosion in boiler pipes known as Rock kettle, and the influence of environmental conditions
fluctuate greatly affect the rate of corrosion, such as water pH is acidic water filler Boiler in contact with
the electrolyte influence on the occurrence of rust on the metal (pipe).
Prevention can be done through pengecetan, dressings, and the use of anti-corrosion material, and
cathodic protection, anodic and neutralization koroden substances, menempatakan position of head
pressure that can be achieved as high as possible to avoid the formation of vapor bubbles from the fluid
being pumped, with tin plating , zinc, aluminum, copper nickel alloy (70 -30) containing 0.4 to 1 percent of
the iron that can withstand collisions (strain) and padaun between Ti - 6AL - 4V (Tinanium, Aluminium
and Vanadium).
sebagai musuh umum di sebagian industri- memproduksi uap, dalam proses pembuatan uap
industri yang ada saat ini. Karat (rust), tentu saja itu sendiri banyak menggunakan peralatan-
adalah sebutan yang belakangan ini hanya peralatan yang terbuat dari logam disamping air
dikhususkan bagi korosi pada besi, sedangkan sebagai sumber utama dalam menghasilkan uap,
korosi sendiri adalah perusakan suatu material dan juga banyak menggunakan unsur yang
karena bereaksi dengan lingkungannya atau bisa bersifat korosif seperti sulfur. dan juga masih
disebut sebagai gejala destruktif yang belum diketahui, apakah air yang merupakan
mempengaruhi hampir semua logam. Terutama bahan utama dari proses pembuatan uap bisa
karena hampir semua pabrik-pabrik di bidang mengakibatkan terjadinya karat atau tidak . dari
industri banyak menggunakan logam baik paparan diatas kami coba mengakat permsalah
besi,baja,alumunium dan banyak jenis logam dan yaitu “Pencegahan Akibat Terjadinya Karat
paduan lainnya. Karena itu tidak bisa diingkari Pada Pipa Boiler “ yang erat kaitannya pada
bahwa permasalahan korosi ada disetiap industri industri perhotelan di Bali yang memanpahatkan
tersebut. Dan tanpa disadari permasalahan korosi Boiler sebagai pendukung dalam melakukan
bisa membuat dampak-dampak yang merugikan aktifitas sehari – hari.
baik dari segi biaya,sumber daya alam dan juga
sumber daya manusia. II. METODE PENELITIAN
Namun sayangnya masih terdapat 2.1 Rancangan Penelitian
beberapa industri di Indonesia, yang masih Rancangan penelitian menggunakan
belum sadar mengenai betapa besar kerugian pendekatan deskritif dengan metode survai,
akibat korosi. Sehingga masalah-masalah observasi, literatur dan wawancara untuk
mengenai karat mulai ini masih belum terlalu mengetahui faktor peneyebab terjadinya karatan
diperhatikan dan dibahas secara mendalam. Hal pada logam atau besi yang berkaitan dengan
ini jugalah yang terjadi pada industri perhotelan permasalahan yaitu penyebab karatan pada pipa
yang ada di Bali Salah satu tujuan wisata, boliler yang menggunakan logam dan bagaimana
industri perhotelan yang berada di Bali cara pencegahan-nya serta tahan terhadap panas
merupakan pasilitas utama dalam memberi tinggi pada industri yang menggunakan bolier
kenyaman dan keamanan berlibur atau menimati terutama pada idustri perhotelan yang ada di
swasana di Bali. Berkaitan dengan hal tersebut , kota Denpasar dan Badung.
Bali merupakan sentralnya pariwisata dan Metode survai yang dilakukan terkait
merupakan sorga dunia. Dalam menunjang dengan permasalahan yang dihapi oleh industri
kebutuhan pariwisata sebagai fasilitas salah perhotelan yang menggunakan Boiler , karat
satunya adalah, penginapan (Hotel). merupakan musuh utama yang menghambat
Perkembangan industri perhotelan di Bali begitu proses kerja Bolier. sebagai bandingan dalam
pesat, sehingga dalam mendukung pasiltas penelitian ini berdasarkan literature (Onewr
industri perhotelan di Bali sala satunya adalah Books) masing – masin industri maupun literatur
Boiler sebagai fasilitas utama yang dapat secara umum. Penelitian yang lakukn pada tiga
melancar kegitan hotel sehari-hari, untuk lokasi yaitu : Ina Hotel di Sanur, Mercure Hotel
memasak, mengeringkan cucian (londry), mandi di Legian Kuta dan Melia Hotel di Nusa Dua.
dan sebagainya.
Pada dasarnya Boiler terdiri dari sebuah 2.2 Studi Literatur
bejana tekanan (ketel) berisi air (tangki) dan Korosi (Kennet dan Chamberlain, 1991)
sejumlah pipa – pipa yang merupakan laluan adalah penurunan mutu logam akibat reaksi
bagi gas panas, dan energi panas dipindahkan elektro kimia dengan lingkungannya. Korosi atau
dari gas panas tersebut ke air dalam bejana pengkaratan yang merupakan fenomena kimia
(Syamsir A Muin, 1988: 327). Panas yang pada bahan – bahan logam yang pada dasarnya
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar tidak merupakan reaksi logam menjadi ion pada
seluruhnya dapat digunakan dalam pembentukan permukaan logam yang kontaklangsung dengan
uap, karena sebagian panas tersebut ada yang lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang
hilang sebagai kehilangan kalor. Diketahuinya paling umum, yaitukerusakan logam besi dengan
besarnya kalor yang dihasilkan pada saat terbentuknya karat oksida. Dengan demikian,
pengoperasian Boiler maka dapat diketahui korosimenimbulkan banyak kerugian.
efisiensi dan panas pembentukan uap dari Korosi pada logam melibatkan proses
masing-masing Boiler yang dihasilkan. anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion dengan
Hampir semua hotel yang berbintang melepaskan elektron ke dalam (permukaan)
di Bali menggunakan Boiler yang dapat logam, dan proses katodik yang mengkonsumsi
JURNAL LOGIC. VOL. 13. NO. 3. NOPEMBER 2013 119
electron tersebut dengan laju yang sama . Proses dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa
katodik biasanya merupakan reduksi ion dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga
hidrogen atau oksigen dari lingkungan memperlambat proses perusakannya. Dilihat
sekitarnya. Proses reaksinya korosi logam besi dari aspek elektrokimia, korosi merupakan
dalam udara lembab dapat dinyatakan sebagai proses terjadinya transfer elektron dari logam ke
berikut : Anode {Fe(s)→ Fe2+(aq)+ 2 e}x 2 lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yang
Katode O2(g)+ 4H+(aq)+ 4 e → 2 H2O(l) memberikan elektron (anoda) dan lingkungannya
+Redoks 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H+(aq)→ 2 Fe2++ sebagai penerima electron (katoda). Reaksi yang
2 H2O(l) Dari data potensial elektrode dapat terjadi pada logam yang mengalami korosi
dihitung bahwa emf standar untuk proseskorosi adalah reaksioksidasi, dimana atom-atom logam
ini, ,yaituE0sel =+1,67; reaksi ini terjadi pada larut kelingkungannya menjadi ion-ion dengan
lingkungan asam dimanaion H+ sebagian dapat melepaskan elektron pada logam tersebut.
diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana
dengan airmembentuk H2CO3. Ion Fe+2 yang ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan
terbentuk, di anode kemudian teroksidasi menangkap electron - elektron yang tertinggal
lebihlanjut oleh oksigen membentuk besi oksida pada logam.
: 4 Fe+2(aq)+ O2 (g) + (4 + 2x) H2O(l) → 2 Karat terjadi karena bertemunya 4 elemen
Fe2O3x H2O + 8 H+(aq) Hidrat besi oksida yaitu : Anoda, Katoda, Elektrolit dan Konduktor.
inilah yang dikenal sebagai karat besi. Sirkuit Masing-masing elemen tersebut memiliki peran
listrikdipacu oleh migrasi elektron dan ion, itulah tersendiri. Misalnya : Anoda sebagai logam
sebabnya korosi cepat terjadi dalamair garam. yang lebih reaktif akan mendonorkan
Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, elektronnya menuju katoda ( donor elektron ini
maka reaksi katodik yang terjadi, yaitu : O2 (g) terjadi karena adanya perbedaan potensial antara
+ 2 H2O(l)+ 4e → 4 OH-(aq) Oksidasi lanjut ion anoda dan katoda ). Elektron yang lepas dari
Fe2+ tidak berlangsung karena lambatnya gerak anoda ini akan berjalan menuju katoda melalui
ion inisehingga sulit berhubungan dengan konduktor yang menghubungkan antara anoda
oksigen udara luar, tambahan pula ion inisegera dengan katoda. Selanjutnya katoda menerima
ditangkap oleh garam kompleks hexasianoferat elektron dari anoda untuk selanjutnya bereaksi
membentuk senyawakompleks stabil biru. secara kimia dengan elektrolit. Reaksi kimia ini
Lingkungan basa tersedia karena kompleks berlangsung dan hasil akhirnya adalah sesuatu
kalium heksasianoferat Korosi besi realatif cepat yang kita kenal sebagai Karat.
terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisan
senyawa besi oksida yang terjadi bersifat porous III. PEMBAHASAN.
sehingga mudah ditembusoleh udara maupun air. 3.1 Penyebab
Tetapi meskipun alumunium mempunyai Hasil dari survai yang kami lakukan
potensial reduksijauh lebih negatif ketimbang kemasing – masing Hotel yaitu : Ina Hotel di
besi, namun proses korosi lanjut menjadi Sanur, Melia Hotel di Nusa Dua dan Mercure
terhambat karena hasil oksidasi Al2O3, yang Hotel di Kuta, data yang didapat dalam bentuk
melapisinya tidak bersifat porous sehingga wawancara pada Chef Engering Hotel, hampir
melindungi logam yang dilapisi dari kontak ketiga hotel mengatakan permasalahan sama
dengan udara luar. tentang karat merupakan musuh utama dalam
Dampak Dari Korosi atau Karatan adalah mengoperasikan Boiler. Karat pada Boiler
istilah yang diberikan masyarakat terhadap disebabkan oleh : Kavitasi, Erosi, Benturan
logam yang mengalami kerusakan berbentuk Partikel, Kelelahan, Endapan Tembaga , Radiant
keropos. Sedangkan bagian logam yang rusak Chamber, dan Karat Lingkungan.
dan berwarna hitam kecoklatan pada logam 1. Karat Kavitasi
disebut Karat. Secara teoritis karat adalah istilah Apabila karena tingginya kecepatan cairan
yang diberikan terhadap satu jenis logam saja menciptakan daerah- daerah bertekanan
yaitu baja, sedangkan secara umum istilah karat tinggi dan rendah secara berulang – ulang
lebih tepat disebut korosi. Korosi didefenisikan pada permukaan peralatan dimana peralatan
sebagaidegradasi material (khususnya logam dan tersebut mengalir, maka terjadilah
paduannya) atau sifatnya akibatberinteraksi gelembung – gelembung uap cairan pada
dengan lingkungannya. Korosi merupakan pipa apabila gelembung itu pecah akan
proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat menimbulkan pukulan pada permukaan pipa
alamiah danberlangsung dengan sendirinya, oleh yang cukup besar karena memecahkan
karena itu korosi tidak dapat dicegah atau pelindung film oksida sehingga bagian pipa
JURNAL LOGIC. VOL. 13. NO. 3. NOPEMBER 2013 120
dan mengembung sehingga pipa tersebut Dari reaksi terlihat bahwa karat
akan pecah. melibatkan adanya gas oksigen dan air. Karena
7. Karat Lingkungan itu, besi yang disimpan dalam udara yang kering
Karat lingkungan pada air bergantung pada akan lebih awet bila dibandingkan ditempat yang
pH, kadar oksigen dan temperatur. lembab. Karat pada besi ternyata dipercepat oleh
Misalnya pada baja tahan karat pada suhu beberapa faktor, seperti tingkat keasaman,
300-500oC bisa bertahan dari karat. Namun kontak dengan elektrolit, kontak dengan
pada suhu yang lebih tinggi 600-650oC baja pengotor, kontak dengan logam lain yang kurang
tahan karat akan terserang korosi dengan aktif (logam nikel, timah, tembaga), serta
cepat. Demikian juga dengan penambahan keadaan logam besi itu sendiri (kerapatan atau
kadar O2 dalam air maka akan mempercepat kasar halusnya permukaan). Sedangkan
laju karat pada logam. Pengaruh kondisi mekanisme karat pada logam yang merupakan
lingkungan yang berubah-ubah sangat bahan utama untuk berbagai konstruksi maka
mempengaruhi laju karatan , seperti pH air pengendalian karat menjadi sangat penting.
menurut penelitian Whitman dan Russel Untuk dapat mengendalikan karat tentu harus
ternyata pH dari suatu elektrolit sangat memahami bagaimana mekanisme karat pada
mempengaruhi pada proses terjadinya karat besi (logam). Karat tergolong proses
pada besi. Pengaturan pH dilakukan dengan elektrokimia , seperti yang ditunjukkan pada
pembubuhan KOH pada air yang pH 6-14 Gambar 2.
dan pembubuhan asam pada 7,0. Disamping
pH air, juga faktor udara terdapat partikel-
partikel abrasif dan ion-ion agresif yang
terkandung dalam udara sekitarnya sangat
mempengaruhi laju karar. Dalam udara yang
murni logam tahan karat akan sangat tahan
terhadap karatan, apabila udara mulai
tercemari maka serangan karat dapat mudah
terjadi, dan salah satu polusi udara yang
menimbulkan karat adalah NOX dari pabrik
asam nitrat, Cl2 dari pabrik soda, dan NaCl Gambar 2. Proses Terjadi Karat Pada Logam
dari air laut.
Untuk menghidari akibat serangan
3.2 Pencegahan
berbagai jenis karat yang sangat merugikan di
Peristiwa karat sendiri merupakan proses
perlukan langkah – langkah pencegahan yang
elektrokimia, yaitu proses (perubahan / reaksi
cukup mahal biyayanya. Namun jika di banding
kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik.
dengan biaya da pengorbanan lain jika serangan
Bagian tertentu dari besi berlaku sebagai kutub
karat tidak dicegah atau diatasi, maka kerugin
negatif (elektroda negatif, anoda), sementara
akibat biaya pencegahan menjadi tidak berarti,
bagian yang lain sebagai kutub positif (elektroda
adapun beberapa prinsip pencegahan karat yang
positif, katoda). Elektron mengalir dari anoda ke
penggunaannya disesuaikan dengan jenis
katoda, sehingga terjadilah peristiwa karat
peralatan, tempat serta lingkungan.
seperti gambar 1.
Sebagian dari prinsip pencegahan yang
telah dikenal umum cukup lama misalnya
pengecetan, pembalutan dan penggunaan
material anti karat, namun ada pula prinsip
pencegahan karat yang hanya dikenal oleh
kalangan tertentu seperti misalnya perlindungan
katodik , anodik serta netralisasi zat koroden.
Adapun pencegahan instalasi dari kemungkinan
terjadinya kavitasi dan erosi, maka semua
prinsip-prinsip yang menimalisasi terjadinya
kavitasi, seperti penyempitan dan pelebaran
untuk mencegahnya perubahan fase-fase harus
diterapkan dalam instalasi pemipaan-nya.
Gambar 1. Peristiwa terjadi karat
JURNAL LOGIC. VOL. 13. NO. 3. NOPEMBER 2013 122
[2.] Onewr Books Ina Bali Hotel, Melia [5.] Snoeyink, V.L. and Jenkins, D. 1980.
Hotel dan Mercure Hotel, Maentenant Water Chemistry. New York: John
Steam Boiler Wiley & Sons.
[6.] Solorza, O. and Olivares, L. 1991.
[3.] Silalahi Abel, Ketel Uap II, ATN
“Experimental Demonstration of
Malang 1981
Corrosion Phenomena.”
[4.] Syamsir A. Muin, Peswat – Pesawat [7.] Walker, R. 1982. “The Corrosion and
Konversi Energi I, CV. Rajawali, Preservation of Iron Antiques.“ Journal
Jakarta 1988 of Chemical
ID0200182
ISSN 0X52 - 2979 Hasil Fenelitian
l'usat Teknologi Pengolahan Litnbah Radioaktif
Tahun 1997/1998
ANALISIS KOROSI BATAS BUTIR PADA BAHAN CALON CANISTER LIMBAH RADiOAKTIF
MENGGUNAKAN MIKROSKOP ELEKTRON TRANSMISI
ABSTRAK
ANAUSIS KOROSI BATAS BUTIR PADA BAHAN CALON CANISTER LIMBAH RADIOAKTIF
MENGGUNAKAN MIKROSKOP ELEKTRON TRANSMISI. Canister merupakan wadah limbah olahan yang
sangat sensitif terhadap terjadinya korosi. Korosi batas butir merupakan jenis korosi setempat yang
mungkin dialami oleh canister yang tertouat dari baja tahan karat AISI 304 sebagai akibat adanya proses
penuangan lelehan gelas-limbah kedalamnya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
baja tahan kaiai AISI 304 sebagai calon bahan canister limbah aktivitas tinggi. Telah dilakukan penelitian
tentang endapan CfeCe sebagai penyebab terjadinya korosi batas butir dengan pengamatan menggunakan
Mikroskop Elektron Transmisi (TEM). Pengamatan dilakukan pada contoh bahan yang mengaiami perlakuan
panas pada suhu 700 °C selama 2 jam yang dilanjutkan pendinginan cepat dengan air. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa endapan CfaCi; yang terbentuk mempunyai diameter rata-rata 0,2 pm berstruktur
kristal FCC dengan parameter kisi 10.585A. Endapan CfeCe yang terbentuk masih terlokalisir aniara satu
dengan yang lainnya sehingga dikatakan bahwa pada kondisi ini kcrosi batas butir cenderung belum tampak.
Oleh karena itu petiggunaan baja tahan karat AISI 304 sebagai calon bahan canister litr.bah aktivitas tinggi
cukup aman dari serangan korosi batas butir.
ABSTRACT
Canister for the processed waste is sensitive to corrosion. The grain boundary cormsion is a
localized corrosion type which probably takes piace on AISI 304 stainless steel canister as a result of
pouring the waste glass into it. This research was aimed to study AISI 304 stainless steel as candidate
material for high leve! waste canister. A study of CfaCe precipitation at the grain boundary as corrosion
initiating agent bad been done by observation using Transmission Electron Microscope (TEM). The
experiment was carried out by heating tbe samples at temperature of 700 °C for 2 hours followed by water
quenching. It was found that the CmCs precipitation occurs and the diameter of the precipitates is 0.2 jum,
FCC strudure with lattice parameter of 10.585 A. The precipitate was separated one another. It could be
said that by the ireatment mentioned above, the grain boundary corrosion was insignificant Therefore tbe
use of AISI 304 stainless steel as canister material candidate of high Isvel waste will be safe from grain
boundary corrosion.
PENDAHULUAN
Berkembangnya industri nuklir di Indonesia, akan menimbulkan limbah sebagai hasil samping.
Limbah akan mengandung zat radioaktif yar.g dapat menimbulkan dampak radiologi bagi kesehatan
masyarakat dan lingkungan. Teknologi pengelolaan litnbah radioaktif dimaksudkan untuk meminimalkan
potensi bahaya zat radioaktif ke lingkungan, sehingga dicapai kesslamatan lingkungan dan kesehatan
masyarakat. Pada daur bahan bakar sistim tertutup, akan dihasilkan limbah aktivitas tinggi yang berasal dari
proses olah ulang [reprocessing) bahan bakar bekas reaktor. Limbah ini banyak mengandung hasil belah
dan sedikit aktinida. Penyimpanan lestari limban aktivitas tinggi ini dilakukan pada formasi geologi dalam
dengan kedalaman antara 500 ~ 1000 meter. Sebelum disimpan, limbah aktivitas tinggi diimobilisasi teriebih
dahulu dengan gelas borosilikat dan kemudian dimasukkan ke dalam canisier. Canister marupakan wadah
limbah olahan (geias-limbah) yang berbentuk silinder dengan diameter luar 430 mm, tinggi 1040 mm dan
tebal 6 mm dengan kapasitas 300 kg gelas limbah seperti ditunjukkan pada Gambar 1'1). Ssgian alas wadah
berbentuk lengkung dan disambung dengan kaki yang menyangga seluruh barat wadah dan isi. Bagian atas
dilengkapi dengan mulut penuangan dan tutup. Setelah proses penuangan gelas-limbah, canister ditutup
dan dilas mati. Canister yang telah dilengkapi dengan overpack dan buffer matehal selanjutnya disimpan
30
Hasil l'enditian ISSN 0852-2979
l'usat Teknologi Pengolahan Limbah Itadioaktif
Tahun I997/I99S
lestari pada formasi geologi dalam. Canister merupakan salah satu penghalang rekayasa disamping
overpack dan buffer material seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2®.
• Canister disamping merupakan wadah limbah olahan juga berfungsi sebagai pelindung yang
rnomudahkan pengangkatan dan pengangkutan serta sebagai penahan intrusi air ke dalam limbah olahan
pada penyimpanan sementarai3'. Korosi can/sfer merupakan ha! yang sangat mungkin terjadi pada
penyimpanan Isstari limbah radioaktif. Korosi ini dapat disebabkan oleh adanya oksigen, kelembaban udara,
suhu, keasaman dan pH pada lingkungan tempat penyimpanan. Korosi akan dipercepat seandainya telah
terbentuk korosi setempat pada waktu sebelum penyimpanan lestari. Korosi setempat yang mungkin terjadi
adalah korosi batas butir pada canister yang terbuat dari baja tahan karat austenitik yang mengalami
perlakuan panas yang kurang sempuma pada saat digunakan sebagai wadah. Seperti telah diketahui bahwa
canister mengalami perlakuan panas pada saat.penuangan telehan gelas-limbah (suhu 1150°C) ke
dalamnya sehingga canister akan melewati suhu sensitisasi (500-950°C) yang memungkinkan terbentuknya
endapan O23C6 pada batas butir (tersensitisa.si) seperti yang diturjukkan pada Gambar 3'4I. Endapan Cr23C6
akan sensitif terbentuk pada suhu 700°C karena pada suhu ini difusi krom ke batas butir cukup besari5!. Jika
endapan Cr?3Cc yang teibentuk sudah kontinyu dan menutup seluruh batas butir aKan menyebabkan
terbentuknya daerah deplesi krom. Adanya daerah deplesi krom akan mengakibatkan ketahanan canister
terhadap korosi menurun. Laju korosi akan cenderung meningkat apabila pada kondisi tersebut canister
kontak dengan air tanah. Umur canister menjadi tidak sesuai lagi dengan disain yang direncanakan dan
potensi pelepasan zat radioaktif ke lingkungan menjadi lebih besar. Namun apabila sndapan O23C6 yang
terbentuk masih terlokalisir antara satu dengan lainnya dan belum terbentuk daerah deplesi krom, maka
korosi batas butir cenderung belum tampaki6!.
Baia tahan karat austenitik akan dipelajari kemungkinannya sebagai bahan canister limbah
radioaktif karena baja ini lebih tahan korosi dibandingkan dengan jenis baja lain sekalipun dalam medium-
medium yang korosif. Ketahanan korosi bahan ini disebabkan adanya lapisan krom oksida yang selalu
terbentuk di permukaan secara kontinyuM. Adany.a perlakuan panas yang kurang sempurna dapat merusak
lapisan pelindung sehingga menyebabkan ketahanan korosinya menurun. Penurunan ketahanan korosi ini
terjadi akibat adanya difusi krom ke batas butir dan membentuk endapan CtoCs. Pengendapan O23C6
sangat tergantung pada suhu dan waktu dengan kinetika pengendapannya seperti ditunjukkan pada
Gambar W.
Pengamatan korosi batas butir pada baja tahan karat austenitik menggunakan mikroskop optik dan Scanning
Electron Microscope (SEM) telah dilakukani?i. Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan lebih lanjut
terhadap endapan CfeCs yang terbentuk dengan menggunakan Mikroskop Eiektron Transmisi (TEM). Dari
hasil pengamatan dengan TEM diharapkan dapat diketahui secara rinci endapan CtoCeyang (umbuh yaitu
dimensi, struktur kristal dan parameter kisinya.
Dalam penelitian ini pengaruh penuangan gelas-limbah ke dalam canister disimuiasi dengan
pemanasan contoh pada suhu 700°C. Suhu ini dipakai karena suhu 700°C merupakan suhu sensitif
terbentuknya endapan CtoCe'5!. Pengamatan dengan TEM dilakukan menggunakan teknik difraksi elektron.
TATA KERJA
Bahan
Baja tahan karat austenitik tipe AiSI 304 yang digunakan dalam penelitian berupa pipa seamless
(tanpa lasan) dengan komposisi kimia sebagai berikut I»! : C : 0,06%; Mn: 1,81%; Si: 0,27%; P: 0,02%; S:
0,008%; Cr 18,44%; Ni: 9,87% dan Fe: balance.
Untuk preparasi contoh pengamatan dengan TEM digunakan larutan 5% asam perklorat dalam
metanol.
Metode Pengukuran
Percobaan terlebih dulu diiakukan dengan memanaskan contoh pada suhu 1100°C selama 2 jam
yang dilanjutkan pendinginan cepat dalam air dengan maksud untuk melarutkan endapan karbida yang
mungkin sudah terdapat pada bahan asal (austenisasi), sehingga diharapkan pada contoh bahan asal bebas
dari endapan karbida. Perlakuan panas diianjutkan dengan memanaskan kembali contoh bahan pada suhu
700°C selama 2 jam dan pendinginan cepat dengan air. Preparasi contoh untuk pengamatan dengan TEM
dilakukan dengan cara menipiskan contoh bahan yang telah mengalami per'akuan panas dengan amplas
sampai ketebalan sekitar 50 (.rnn. Hasil penipisan diusahakan mempunyai permukaan yang halus (amplas
31
/.S'.S'A' 0852 - 2979 Hasil Peneliiian
l'usat Tcknologi l'engolafian Limbah Radioaktif
TaHun 1997/1998
bernomor 1200). Contoh kemudian ditipiskan lebih lanjut dalam alat Jet Thinning menggunakan larutan 5%
asam perklorat dalam metanol pada suhu 18°C dan suplai arus sekitar 40 mA. Penipisan dihentikan jika
telah tampak adanya sedikit lubang pada contoh. Contoh dicuci, dikeringkan dan siap diamati dengan
TEMPi.
Pengamatan struktur mikro dengan TEM dilakukan dengan teknik SAD (Selected Area Diffraction).
Dengan teknik ini CteCs dapat diisolir dari matriksnya, sehingga diperoleh pola difraksi titik dari O23C6
tersebul. Dari pola difraksi ini dapat diketahui struktur kristal dan parameter kisinya. Pada saat pengamatan
contoh digunakan tegangan pemercepat sebesar 100 kVi10i.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa endapan O23C6 yang terbentuk
masih terlokaiisir antara satu dengan yang lainnya sehingga tidak teramati daerah deplesi krom. Hal ini
menunjukkan bahwa korosi batas butir cenderung beluni tampak. Endapan C^Ce yang terbentuk
mempunyai diameter rata-rala 0,2 (.im, berstruktur kristal FCC dengan parameter kisi sebesar 10.585A. Jika
dikaitkan dengan persyaratan bahan calon canister yang harus mempunyai ketahanan korosi yang cukup
baik, maka pemakaian baja AISI 304 sebagai ualon bahan canister limbah aktivitas tinggi cukup memadai
karena akibat adanya penuangan lelehan gelas-limbah kedalamnya tidak menyebabkan terjadinya korosi
batas butiryang mengakibatkan penurunan ketahanan korosinya..
DAFTAR ACUAN
1. MARTONO, H., Training Report for High Level Radioactive Waste Management, 1988.PNC, Jepang.
2. PNC, Research and Development on Geological Disposal of High Level Radioactive Waste, 1992, 3-
1-3-7.
32
Hasi! PeneHtian ISSN 08S2 - 2979
I'usat Teknol.tgi l'engolaiian lAtnbah Radioakiif
Tahun I997/199H
33
ISSN 0852-2979 Hasil Penelitian
I'usat Teknologi I'engolaiian Limbah Radioaktif
Tahun 1997/1998
Tutup
Kaki
Gambar 1. CanisterGelas-Limbahi1!
34
Hasil l'enelitian ISSN 0852-2979
l'usat Teknologi FengolaJtan Limbah Radioakdf
Tahun 1997/199})
,„™*~
"j—-Sffll»«» 1
1 u
' _ . , . , ,i"'
V?
1 mi ^
0015
35
ISSN 0852-2979 Hasil Penclition
l'usat Teknologi l'engolahan Llmbah Radioaktif
Tahun 1997/1998
Gambar5A. Struktur mikro contoh bahan AISI 304, pemanasan pada suhu 110C°C selama 2 jam,
pendinginan cepat dengan air, pemanasan kembali pada suhu 700°C selama 2 jam,
pendinginan cepat dengan air, hasil pengamatan dengan mikroskop optik. Dalam
gambar tarnpak batas butir yang kontinyu.
Gambar 5. Struktur rnikro contoh bahan AISI 304, pemanasan pada suhu 1100°C selama 2 jam,
pendinginan cepat dengan air, pemanasan kembali pada suhu 700°C selama 2 jam,
pendinginan cepat dengan air, hasil pengamatan dengan SEM. Terjadi kecenderungan
mengumpultiya krom pada batas butir.
36
Hasil l'enelitian ISSN 0852-2979
I'usat Teknologi l'engolahan Limbah Radioaktif
Taliun I997/199S
Gambar6. Stiuktur mikro contoh bahan AISI 304, pemanasan pada suhu 1100°C selama 2 jam,
pendinginan cepat dengan air, pemanasan kembali pada suhu 700°C selama 2 jam,
pendinginan cepat dengan air, hasil pengamatan dengan TEM. (A).Endapan CfeCe dan pola
difraksinya (B) Matriks dan pola difraksinya. Gambar merupakan hasil scan foto positip.
37