Anda di halaman 1dari 3

Stop Anti Politik!

, Mari Belajar Dari Kesederhanaan 3 Tokoh Ini :

Memasuki tahun politik 2019, masyarakat harus cerdas memilih calon legislative, ataupun
pasangan presiden dan wakil presiden nanti. Pasalnya ketika memilih kemudian tidak
sesuai dengan yang kita harapkan dikhawatirkan akan menyesal dikemudian hari. Untuk
itu mumpung masih ada waktu mari kita amati rekam jejak calon wakil rakyat dan
pemimpin kita nanti.

Penentuan nomor urut parpol sudah dilakukan oleh KPU, itu artinya genderang perang
tahun politik sudah dimulai. Masyarakat tidak boleh abay dan antipati dengan politik.
Sesungguhnya apa yang kita lakukan sekarang akan kita tua untuk lima tahun setelah
pemilu 2019.

Mengutip peryataan Baertolt Brecht, seorang penyair asal Jerman. “Orang buta politik tak
sadar bahwa biaya hidup, harga makanan, harga rumah, harga obat, semuanya bergantung
keputusan politik. Dia membanggakan sikap anti politiknya, membusungkan dada dan
berkoar, ‘Aku Benci Politik!’ sungguh bodoh dia, yang tak mengetahui bahwa karena dia tidak
mau tahu politik akibatnya adalah pelacuran, anak terlantar, perampokan, dan yang
terburuk, korupsi dan perusahaan Multinasional menguras kekayaan negeri”.

Baca Juga; cara menggunakan videoder apk nonton dan download video

Memang banyak alasan orang membenci politik karena maraknya korupsi yang dilakukan
oleh politisi, selain itu juga banyak orang menganggap politik adalah mainan kotor.
Meskipun banyak seruan, Jika orang baik diam, maka orang jahat yang akan melenggang
menguasai negeri. Nyatanya tidak cukup untuk mengkampanyekan gerakan peduli politik.
Dampak dari sikap anti politik tentunya akan semakin tingginya angka golput.

Bagi kalaian yang merasa anti politik, ternyata tidak semua politisi itu jahat dan penuh
dosa. Nyatanya masih banyak politisi diera sekarang yang masih baik dan tulus
memperjuangkan nasib bangsa. Sepanjang sejarah perpolitikan Indonesia setidaknya ada 3
politisi yang baik dan berperilaku sederhana. Berikut 3 politisi yang layak dijadikan contoh
untuk kemudian menentukan sikap politik.

Mohammad Hatta (1902-1980)

Mantan Wapres RI dan mantan Perdana Menteri Republik Indonesia Serikat (RIS) yang
akrab disapa Bung Hatta ini, bersama keluarganya rajin menabung dan tidak mengambil
dana taktis negara. Beliau juga menolak jabatan komisaris di perusahaan nasional dan
asing, karena kecintaan terhadap Indonesia. Dikenal juga sebagai bapak Koperasi
Indonesia.

Mohammad Natsir (1908-1993)


Pendiri partai Masyumi sekaligus Mantan Perdana Menteri RIS ini, dikenal sederhana
karena menolak pemberian mobil Chevrolet Impala, beliau juga tidak memiliki rumah
pribadi, hanya menempati rumah dinas, dan selalu berkrndara sepeda ketika ke Istana
Negara.

Prawoto Mangkoesasmito (1910-1970)

Mantan ketua partai Masyumi sekaligus Mantan wakil Perdana Menteri RIS ini, dikenal
sederhana karena terbiasa melakukan dakwah dan diskusi politik dengan blusukan ke
daerah-daerah kecil, beliau juga dikenal karena kesederhanaan berpakaian, bahkan saat
dipanggil Presiden Sukarno ke Istana Negara.
Untuk Para Ibu, Hindari Penggunaan Ponsel Di Depan Anak!

Hasil survai baru-baru ini, sangat mengejutkan bagi kalangan pemerhati bahaya teknologi.
Kemajuan teknologi memang tidak dapat dibendung dengan cara apa pun, yang harus kita
lakukan adalah menghindari hal yang berdampak negative dari perkembangan kemajuan
teknologi tersebut.

Dari hasil survai tersebut 94 persen orang tua menyatakan teknologi bermanfaat bagi anak-
anak mereka, selain itu juga 44 persen menyatakan orang tua merasa gejet sangat
membantu membngun persahabtan bagi anak. Secara umum orang tua hanya menganalisa
dampak baik dari gejet.

Faktanya, gejet juga berdampak buruk bagi perkembangan anak. Anal yang lahir dari
seorang ibu yang suka menelpon lebih dari empat kali dalam sehari berpeluang 28 perseb
menjadi anak yang hiperaktif, selain itu juga anak yang ibunya sering menghabiskan waktu
dengan ponsel akan memiliki resiko akan memiliki ganguan pada perilaku dan emosional.

Untuk itu mulai sekarang mari hindari penggunaan ponsel di depan anak-anak. Jika hanya
bertujuan mengajari anak membaca, menyannyi, dan kegiatan positif lain, tidak masalah.
Yang berbahaya adalah ketika orang tua asik main ponsel dan mengabaikan anaknya.

Anda mungkin juga menyukai