(BMT)
Oleh:
Ricky Bukhori (B100150362)
Siti Lukita Utami (B100150386)
Shanti Kristyani (B100150393)
Helmia Khalifa (B100170398)
Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam kepada semua
pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi
terwujudnya makalah ini. Akhirnya saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk
mewujudkan kesempurnaan makalah ini penulis sangat hargai.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam dalam menentukan suatu larangan terhadap aktivitas duniawiyah
tentunya memberi hikmah yang akan memberikan kemaslahatan, ketenangan dan
keselamatan hidup didunia maupun di akhirat. Namun demikian, Islam tidak
melarang begitu saja kecuali di sisi lain ada alternatif konsepsional maupun
operasional yang diberikannya. Misalnya saja larangan terhadap riba, alternatif
yang diberikan Islam dalam rangka rrienghapus riba dalam
praktek mu’amalah yang dilakukan manusia melalui dua jalan. Jalan yang
pertama, berbentuk shadaqah ataupun qardhul hasan (pinjaman tanpa adanya
kesepakatan kelebihan berupa apapun pada saat pelunasan) yang rnerupakan
solusi bagi siapa saja yang melakukan aktivitas riba untuk keperluan biaya hidup
(konsumtif) ataupun usaha dalam skala mikro. Sedangkan jalan yang kedua
adalah melalui sistem perbankan Islam yang didalamnya menyangkut
perighimpunan dana melalui tabunganmudharubah, deposito musyawarah dan
giro wadiah yang kemudian disalurkan melalui pinjaman dengan prinsip tiga
hasil (seperti mudharabah, musyarakah), prinsip jual beli(bai’ bithaman ajil,
mudarabah dan sebagainya) serta prinsip sewa/fee (Ijarah, bai’at takjiri dan lain-
lain). Dari kedua jalan di atas, secara sistematik diatur dan dikelola melalui
kelembagaan yang dalam istilah Islam disebut Baitul Maal wat Tamwil.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan sebagai beirkut:
1. Pengertian Baitul Maal wat Tamwil
2. Bagaimana prinsip dan peran serta fungsi kegiatan Baitul Maal wat
Tamwil.
3. Bagaimana operasional Baitul Maal wat Tamwil
4. Apa saja produk produk pembiayaan Baitul Maal wat Tamwil
5. Bagaimana prosedur pembiayaan dan struktur organisasi Baitul Maal
wat Tamwil
C. Ruang Lingkup Materi
Pada pembahasan yang pertama, membahas mengenai pengertian Baitul
Maal wat Tamwil secara bahasa dan istilah. Kemudian, pada bahasan yang kedua
mengenai prinsip dan peran serta fungsi kegiatan Baitul Maal wat Tamwil. Pada
bahasan yang ketiga mengenai proses operasional Baitul Maal wat Tamwil.
Pembahasan yang keempat, mengenai produk produk yang ditawarkan pada
Baitul Maal wat Tamwil. Kemudian, yang terakhir mengenai prosedur
pembiayaan dan struktur organisasi Baitul Maal wat Tamwil.
BAB II
PEMBAHASAN
PRINSIP BMT
Prinsip-prinsip BMT:
D. Operasional BMT
1. Penghimpunan dana
Penghimpun dana olehBMT diperoleh melalui simpanan yaitu dana
yang dipercayakan oleh naabah kepada BMT unuk disalurkan ke sektor
produktif dalam bentuk pembiayaan.
Sumber-sumber dana BMT berasal dari simpanan para anggota,
pinjaman atau sumbangan dari pihak ketiga dan dari SHU yang dicadangkan.
Prinsip utama dalam penghimpunan dana ini adalah kepercayaan, artinya
kemauan masyarakat untuk menaruh dananya pada BMT sangat dipengaruhi
oleh tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BMT itu sendiri.
Prinsip simpanan di BMT menganut asas wadiah dan mudarabah.
1. Prinsip wadiah
Wadiah berarti titipan. Simpanan wadiah merupakan akad penitipan
barang atau uang pada BMT. Wadiah dibagi menjadi dua, yaitu
a) Wadi’ah amanah
Adalah penitipan barang atau uang tetapi BMT tidak memiliki
hak untuk mendayagunakan titipan tersebut. BMT dapat
mensyaratkan adanya jasa kepada penitip sebagai imbalan atas
pengamanan, pemeliharaan dan administrasinya
b) Wadi’ah yad dhamanah
Adalah akad penitipan barang atau uang kepada BMT, namun
BMT memiliki hak untuk mendayagunakan dana tersebut.
Deposan mendapat imbalan berupa bonus yang besarnya
tergantung dengan kebijakan BMT.
c) Prinsip mudarabah
Merupakan akad kerjasama modal dari pemilik dana (shohibul
maal) dengan pengelola dana atau pengusaha atas dasar bagi
hasil. Dalam hal ini, BMT berfungsi sebagai Mudharib dan
penyimpan dana sebagai shohibul maal.
2. Pembagian hasil
Nisbah bagi hasil harus disepakati diawal perjanjian. Pembagian
hasilnya dapat dilakukan saat mudharib telah mengembalikan seluruh
modalnya atau sesuai dengan periode tertentu yang disepakati.
3. Resiko
Apabila terjadi kerugian, maka semua kerugian akan ditanggung oleh
shohibul maal, dan mudharib tidak akan mendapatkan keuntungan usaha.
Untuk meminimalisir resiko, shahibul maal dapat mensyaratkan batasan-
batasan tertentu kepada mudharib.Produk produk pembiayaan BMT
4. Produk-produk pembiayaan oleh BMT adalah:
1. Pembiayaan mudarabah
Adalah akad kerjasama usaha antara shahibul maal dan mudharib
dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka. Apabila terjadi
kerugian, maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemili dana, tetapi
apabila kerugian disebabkan oleh pengelola dana, maka kerugian
ditanggung oleh pengelola dana.
2. Pembiayaan musyarakah
Adalah akad kerjasama diantara pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan. BMT
menyediakan sebagian modak keseluruhan dan pihak BMT dapat
dilibatkan dalam proses manajemen, jika terjadi kerugian, dibebankan
secara proposional sesuai modal yang disetorkan.
3. Pembiayaan bai’bi tsaman ‘ajil
Adalah hubungan akad jual beli dengan pembayaran tangguh atau
angsuran bank mendapat hasil mark-up.
4. Pembiayaan murabahah
Adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan yang disepakati antara penjual dan pembeli. Pembayaran
murabahah dilakukan oleh anggota setelah jatuh tempo pengembalian
dengan harga dasar barang yang dibeli ditambah keuntungan yang telah
disepakati.
5. Ijarah
Adalah akad sewa-menyewa antara pemilik ma’jur dan musta’ji
untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya.
6. Ijarah muntahiyah bittamlik
Adalah akad sewa menyewa antara pemilik objek sewa yang
disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa pada saat
tertentu dengan akad sewa.
7. Pembiayaan qardhul hasan
Adalah pinjaman yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak
lainnya yang harus dikembalikan pada waktu yang diperjanjikan, tanpa
disertai imbalan apapun.
Manajemen BMT harus memperhatikan tiga aspek penting dalam
pembiayaan yaitu:
a) Aman
Adalah keyakinan bahwa dana yang telah dilemparkan dapat ditarik
kembali sesuai dengan waktu yang telah disepakati.
b) Lancar
Adalah keyakinan bahwa dana BMT dapat berputar dengan lancar dan
cepat.
c) Menguntungkan
Adalah perhitungan atau proyeksi yang tepat, untuk memastikan bahwa
dana yang dilempar akan menghasilkan pendapatan.
Aplikasi Pembiayaan
Analisis Pembiayaan
Evaluasi masing-masing permohonan
Evaluasi kesesuaian dengan kebijakan
Struktur Pembiayaan
Realisasi Pembiayaan
Penyelesaian Pembiayaan
Review Pembiayaan
Pemecahan masalah Pembiayaan
BAB III
PENUTUP
Simpulan
BMT berperan sebagai organisasi ekonomi yang mampu berperan
mengentaskan kemiskinan karena :
1. BMT dikelola secara professional sebagai organisasi ekonomi
2. Pengeola dan pengurusnya dilatih dan dikembangkan secara sistematis
3. Perkembangannya dipantau dan diarahkan secara jelas dan terencana
4. BMT ikut serta dalam jaringan nasional dan internasional sehingga terlibat
dalam arus utama pembangunan
5. BMT memberikan pembiayaan dan membina uaha kecil dan kecil ke bawah
bahkan pengusaha pemula agar mampu mengatasi masalah ekonomi yang
mereka hadapi
6. BMT membina anggotanaya secara sistematis dan terencana agar mampu
memanfaatkan pengahsilan menuju peningkatan kesejahteraan
7. BMT berada dan dimiliki oleh masyarakat sehingga bisa berkesinambungan
dan mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Tohir, Toto. 2004. “Eksistensi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Sebagai Lembaga
Keuangan Syariah Di Indonesia.” Jurnal Hukum Pro Justitia 22 (4): 71–84.