Anda di halaman 1dari 13

BAITUL MAAL WAT TAMWIL

(BMT)

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Lembaga Ekonomi dan Keuangan Syariah Semester VI
Pengampu: Liana Mangifera,S.E.,M.M.

Oleh:
Ricky Bukhori (B100150362)
Siti Lukita Utami (B100150386)
Shanti Kristyani (B100150393)
Helmia Khalifa (B100170398)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang diberikan-Nya
sehingga tugas Makalah yang berjudul Baitul Maal wat Tamwil ini dapat saya
selesaikan. Makalah ini saya buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas.

Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam kepada semua
pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi
terwujudnya makalah ini. Akhirnya saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk
mewujudkan kesempurnaan makalah ini penulis sangat hargai.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam dalam menentukan suatu larangan terhadap aktivitas duniawiyah
tentunya memberi hikmah yang akan memberikan kemaslahatan, ketenangan dan
keselamatan hidup didunia maupun di akhirat. Namun demikian, Islam tidak
melarang begitu saja kecuali di sisi lain ada alternatif konsepsional maupun
operasional yang diberikannya. Misalnya saja larangan terhadap riba, alternatif
yang diberikan Islam dalam rangka rrienghapus riba dalam
praktek mu’amalah yang dilakukan manusia melalui dua jalan. Jalan yang
pertama, berbentuk shadaqah ataupun qardhul hasan (pinjaman tanpa adanya
kesepakatan kelebihan berupa apapun pada saat pelunasan) yang rnerupakan
solusi bagi siapa saja yang melakukan aktivitas riba untuk keperluan biaya hidup
(konsumtif) ataupun usaha dalam skala mikro. Sedangkan jalan yang kedua
adalah melalui sistem perbankan Islam yang didalamnya menyangkut
perighimpunan dana melalui tabunganmudharubah, deposito musyawarah dan
giro wadiah yang kemudian disalurkan melalui pinjaman dengan prinsip tiga
hasil (seperti mudharabah, musyarakah), prinsip jual beli(bai’ bithaman ajil,
mudarabah dan sebagainya) serta prinsip sewa/fee (Ijarah, bai’at takjiri dan lain-
lain). Dari kedua jalan di atas, secara sistematik diatur dan dikelola melalui
kelembagaan yang dalam istilah Islam disebut Baitul Maal wat Tamwil.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan sebagai beirkut:
1. Pengertian Baitul Maal wat Tamwil
2. Bagaimana prinsip dan peran serta fungsi kegiatan Baitul Maal wat
Tamwil.
3. Bagaimana operasional Baitul Maal wat Tamwil
4. Apa saja produk produk pembiayaan Baitul Maal wat Tamwil
5. Bagaimana prosedur pembiayaan dan struktur organisasi Baitul Maal
wat Tamwil
C. Ruang Lingkup Materi
Pada pembahasan yang pertama, membahas mengenai pengertian Baitul
Maal wat Tamwil secara bahasa dan istilah. Kemudian, pada bahasan yang kedua
mengenai prinsip dan peran serta fungsi kegiatan Baitul Maal wat Tamwil. Pada
bahasan yang ketiga mengenai proses operasional Baitul Maal wat Tamwil.
Pembahasan yang keempat, mengenai produk produk yang ditawarkan pada
Baitul Maal wat Tamwil. Kemudian, yang terakhir mengenai prosedur
pembiayaan dan struktur organisasi Baitul Maal wat Tamwil.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Baitul Maal wat Tamwil


Baitul Maal wat Tamwil adalah lembaga keuangan mikro yang
dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syari’ah), menumbuh kembangkan bisnis
usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela
kepentingan kaum fakir miskin. Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi
yakni sebagai Baitul Maal sebagai menerima titipan dana zakat, infak dan
shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan
amanahnya. Sebagai baitul Tamwil yakni melakukan kegiatan pengembangan
usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi
pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan
menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. (Masyithoh 2014)

B. Sejarah dan latar belakang lahirnya BMT


Sejarah BMT dimulai pada tahun 1984 dikembangkan mahasiswa ITB di
Masjid Salman yang mencoba menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan
syariah bagi usaha kecil. Kemudian BMT lebih diberdayakan oleh ICMI sebagai
sebuah gerakan yang secara operasional ditindaklanjuti oleh Pusat Inkubasi
Bisnis Usaha Kecil (PINBUK).
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) merupakan pengembangan dari konsep
ekonomi dalam islam terutama dalam keuangan. Istilah BMT adalah
penggabungan dari baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal adalah lembaga
keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba (sosial).
Sumber dana baitul maal diperoleh dari zakat, infak, dan shodaqoh atau sumber-
sumber lain yang bersifat halal. Kemudian, dana tersebut disalurkan kepada
mustahik(orang yang behak menerima) dan digunakan untuk hal-hal yang
bersifat untuk kebaikan. Sedangkan baitul tamwil adalah lembaga keuangan yang
kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat yang bersifat profit
oriented. Penghimpunan dana diperoleh melalui simpanan para anggota,
simpanan pihak ketiga dan penyalurannya dilakukan dalam bentuk pembiayaan
atau investasi yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah.(Ananda and
SETIAWAN 2011) (Masyithoh 2014)
C. Prinsip dan peran serta fungsi kelahiran BMT
Visi BMT mengarah pada upaya untuk mewujudkan BMT menjadi
lembaga yang mampu meningkatkan kualitas ibadah anggota, memakmurkan
kehidupan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Misi BMT adalah membangun dan mengembangkan tatanan perekonomian
dan struktur masyarakat madani yang adil berkemakmuran, serta berkeadilan
berlandaskan syariah dan ridha Allah swt.
Tujuan BMT adalah untuk memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta meningkatkan kekuatan dan
posisi pengusaha kelas bawah dengan pelaku ekonomi yang lain(Ridwan, 2004).
Aspek bisnis BMT adalah kunci sukses mengembangkan BMT, yang
diharapkan mampu memberikan bagi hasil yang kompetitif kepada para
deposannya dan mampu meningkatkan kesejahteraan para pengelolannya sejajar
dengan lembaga lain.
Asas dan landasan BMT adalah Pancasila dan UUD 1945 serta berprinsip
syariah islam, keimanan, keterpaduan, kekeluargaan, kebersamaan, kemandirian
dan profesionalisme (Ridwan, 2004).

PRINSIP BMT

Dari, untuk Kebersamaan Mandiri Semangat Menjiwai


dan kepada atau ukhuwah swadaya dan jihad,istiqomah muamalat
anggota islamiah musyawarah dan profesional islamiah

Prinsip-prinsip BMT:

a. Dari, untuk dan kepada anggota.


b. Kebersamaan atau ukhuwah Islamiyah
c. Mandiri, swadaya, dan musyawarah.
d. Semangat jihad, istiqomah, dan professional.
e. Menjiwai muamalat islamiyah (Ridwan, 2004)
Ciri-ciri BMT :

a. Berorientasi bisnis, mencari laba, meningkatkan pemanfaatan ekonomi


paling banyak untuk anggota dan masyarakat.
b. Bukan lembaga sosial, tetapi bermanfaat untuk mengefektifkan
penggunaan dana-dana sosial untuk kesejahteraan orang banyak serta
menyelenggarakan kegiatan pendidikan untuk memberdayakan
anggotanya dalam menunjang ekonomi.
c. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat
sekitarnya.
d. Milik bersama masyarakat kecil dari lingkungan BMT itu sendiri, bukan
milik perseorangan atau orang dari luar masyarakat. Atas dasar ini,
BMT tidak berbadan hukum perseroan (Ridwan. 2004)

Selanjutnya Arif Budiharjo mengemukakan lima fungsi BMT (Tohir 2004),


yaitu:

1. Mempertinggi sumber daya insani anggota lebih profesional dan


islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam beribadah
menghadapi tantangan global
2. Mengorganisir dana sehingga berputar dimasyarakat lapisan bawah
3. Mengembangkan kesempatan kerja
4. Ikut menata dan memadukan program pembangunan dimasyaraka
lapisan bawah
5. Memperkokoh usaha anggota

D. Operasional BMT

1. Penghimpunan dana
Penghimpun dana olehBMT diperoleh melalui simpanan yaitu dana
yang dipercayakan oleh naabah kepada BMT unuk disalurkan ke sektor
produktif dalam bentuk pembiayaan.
Sumber-sumber dana BMT berasal dari simpanan para anggota,
pinjaman atau sumbangan dari pihak ketiga dan dari SHU yang dicadangkan.
Prinsip utama dalam penghimpunan dana ini adalah kepercayaan, artinya
kemauan masyarakat untuk menaruh dananya pada BMT sangat dipengaruhi
oleh tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BMT itu sendiri.
Prinsip simpanan di BMT menganut asas wadiah dan mudarabah.
1. Prinsip wadiah
Wadiah berarti titipan. Simpanan wadiah merupakan akad penitipan
barang atau uang pada BMT. Wadiah dibagi menjadi dua, yaitu
a) Wadi’ah amanah
Adalah penitipan barang atau uang tetapi BMT tidak memiliki
hak untuk mendayagunakan titipan tersebut. BMT dapat
mensyaratkan adanya jasa kepada penitip sebagai imbalan atas
pengamanan, pemeliharaan dan administrasinya
b) Wadi’ah yad dhamanah
Adalah akad penitipan barang atau uang kepada BMT, namun
BMT memiliki hak untuk mendayagunakan dana tersebut.
Deposan mendapat imbalan berupa bonus yang besarnya
tergantung dengan kebijakan BMT.
c) Prinsip mudarabah
Merupakan akad kerjasama modal dari pemilik dana (shohibul
maal) dengan pengelola dana atau pengusaha atas dasar bagi
hasil. Dalam hal ini, BMT berfungsi sebagai Mudharib dan
penyimpan dana sebagai shohibul maal.
2. Pembagian hasil
Nisbah bagi hasil harus disepakati diawal perjanjian. Pembagian
hasilnya dapat dilakukan saat mudharib telah mengembalikan seluruh
modalnya atau sesuai dengan periode tertentu yang disepakati.
3. Resiko
Apabila terjadi kerugian, maka semua kerugian akan ditanggung oleh
shohibul maal, dan mudharib tidak akan mendapatkan keuntungan usaha.
Untuk meminimalisir resiko, shahibul maal dapat mensyaratkan batasan-
batasan tertentu kepada mudharib.Produk produk pembiayaan BMT
4. Produk-produk pembiayaan oleh BMT adalah:
1. Pembiayaan mudarabah
Adalah akad kerjasama usaha antara shahibul maal dan mudharib
dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka. Apabila terjadi
kerugian, maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemili dana, tetapi
apabila kerugian disebabkan oleh pengelola dana, maka kerugian
ditanggung oleh pengelola dana.
2. Pembiayaan musyarakah
Adalah akad kerjasama diantara pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan. BMT
menyediakan sebagian modak keseluruhan dan pihak BMT dapat
dilibatkan dalam proses manajemen, jika terjadi kerugian, dibebankan
secara proposional sesuai modal yang disetorkan.
3. Pembiayaan bai’bi tsaman ‘ajil
Adalah hubungan akad jual beli dengan pembayaran tangguh atau
angsuran bank mendapat hasil mark-up.
4. Pembiayaan murabahah
Adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan yang disepakati antara penjual dan pembeli. Pembayaran
murabahah dilakukan oleh anggota setelah jatuh tempo pengembalian
dengan harga dasar barang yang dibeli ditambah keuntungan yang telah
disepakati.
5. Ijarah
Adalah akad sewa-menyewa antara pemilik ma’jur dan musta’ji
untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya.
6. Ijarah muntahiyah bittamlik
Adalah akad sewa menyewa antara pemilik objek sewa yang
disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa pada saat
tertentu dengan akad sewa.
7. Pembiayaan qardhul hasan
Adalah pinjaman yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak
lainnya yang harus dikembalikan pada waktu yang diperjanjikan, tanpa
disertai imbalan apapun.
Manajemen BMT harus memperhatikan tiga aspek penting dalam
pembiayaan yaitu:
a) Aman
Adalah keyakinan bahwa dana yang telah dilemparkan dapat ditarik
kembali sesuai dengan waktu yang telah disepakati.
b) Lancar
Adalah keyakinan bahwa dana BMT dapat berputar dengan lancar dan
cepat.
c) Menguntungkan
Adalah perhitungan atau proyeksi yang tepat, untuk memastikan bahwa
dana yang dilempar akan menghasilkan pendapatan.

5. Struktur organisasi BMT


6. Prosedur pembiayaan
Proses dasar pembiayaan meliputi aplikasi, analisis permohonan
pembiayaan, penyusunan struktur pembiayaan dan penyiapan dokumen
pembiayaan, realisasi pembiayaan, pembinaan dan pengawasan serta
penyelesaian pembiayaan.

Aplikasi Pembiayaan

Analisis Pembiayaan
Evaluasi masing-masing permohonan
Evaluasi kesesuaian dengan kebijakan

Struktur Pembiayaan

Realisasi Pembiayaan

Pembinaan & pengawasan ( monitoring)


Kesesuaian dengan perarturan dan kebijaksanaan

Penyelesaian Pembiayaan
Review Pembiayaan
Pemecahan masalah Pembiayaan
BAB III

PENUTUP

Simpulan
BMT berperan sebagai organisasi ekonomi yang mampu berperan
mengentaskan kemiskinan karena :
1. BMT dikelola secara professional sebagai organisasi ekonomi
2. Pengeola dan pengurusnya dilatih dan dikembangkan secara sistematis
3. Perkembangannya dipantau dan diarahkan secara jelas dan terencana
4. BMT ikut serta dalam jaringan nasional dan internasional sehingga terlibat
dalam arus utama pembangunan
5. BMT memberikan pembiayaan dan membina uaha kecil dan kecil ke bawah
bahkan pengusaha pemula agar mampu mengatasi masalah ekonomi yang
mereka hadapi
6. BMT membina anggotanaya secara sistematis dan terencana agar mampu
memanfaatkan pengahsilan menuju peningkatan kesejahteraan
7. BMT berada dan dimiliki oleh masyarakat sehingga bisa berkesinambungan
dan mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Fitra, and Achma Hendra SETIAWAN. 2011. “Analisis Perkembangan


Usaha Mikro Dan Kecil Setelah Memperoleh Pembiayaan Mudharabah Dari
BMT At Taqwa Halmahera Di Kota Semarang.” PhD Thesis, Universitas
Diponegoro.

Masyithoh, Novita Dewi. 2014. “Analisis Normatif Undang-Undang No. 1 Tahun


2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Atas Status Badan Hukum
Dan Pengawasan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT).” Economica: Jurnal
Ekonomi Islam 5 (2): 17–36.

Sholahuddin, Muhammad. 2014. Lembaga Keuangan dan Ekonomi Islam.


Yogjakarta: Ombak. (143-153)

Tohir, Toto. 2004. “Eksistensi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Sebagai Lembaga
Keuangan Syariah Di Indonesia.” Jurnal Hukum Pro Justitia 22 (4): 71–84.

Anda mungkin juga menyukai