Bronkitis
Bronkitis
1
1.1.3 Tujuan
1. Membantu klien untuk membuat keputusan-keputusan baru dalam
mengarahkan atau mengubah tingkah laku dalam kehidupannya.
2. Memberikan kepada klien suatu kesadaran serta kebebasan untuk
memilih cara-cara serta keputusan-keputusan mengenai posisi
kehidupannya serta menghindarkan klien dari cara-cara yang bersifat
deterministic.
3. Memberikan bantuan kepada klien berupa kemungkinan-kemungkinan
yang dapatdipilih untuk memantapkan dan mematangkan status
egonya.
2
keselarasan problem solving yang akan diberikan seorang konselor atau
psikolog dalam membantu kliennya. Pendekatan konseling merupakan
teori yang mendasari sesuatu kegiatan dan praktik konseling. Pendekatan
itu dirasakan penting karena jika kita mempunyai pemahaman berbagai
pendekatan atau teori-teori konseling, maka akan memudahkan kita dalam
menentukan arah proses konseling. Salah satu cara yang terkenal adalah
cara yang ada pada tahun 1923. Cara ini terdapat di dalam suatu artikel
yang ditulis sendiri oleh Frued dalam sebuah kamus ilmiah Jerman. Disitu
ia membedakan tiga arti psikonalisa. Pertama “psikonalisa” dipakai untuk
menunjukkan suatu metode penelitian terhadap proses-proses psikis
(seperti misalnya mimpi) yang sebelumnya tidak terjangkau oleh
penelitian ilmiah. Kedua, istilah ini menunjukkan juga suatu teknik untuk
mengobati gangguan-gangguan psikis yang dialami pasien-pasien
Neurotis. Teknik ini bertumpu pada metode penelitian tadi. Ketiga, istilah
yang sama dipakai pula dalam arti yang lebih luas lagi untuk menunjukkan
seluruh pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui teknik metode dan
teknik tersebut di atas. Dalam hari terakhir ini kata “psikoanalisa”mengacu
pada suatu ilmu pengetahuan yang dimata Frued betul-betul ilmu baru.
1.2.2 Tujuan
Tujuan konseling pendekatan psikoanalisis adalah untuk
membentuk kembali struktur kepribadian konseli dengan jalan
mengembalikan hal yang tidak disadari menjadi sadar kembali. Proses
konseling dititik beratkan pada usaha konselor agar konseli dapat
menghayati, memahami dan mengenal pengalaman-pengalaman masa
kecilnya terutama antara umur 2-5 tahun. Pengalaman-pengalaman
tersebut ditata, didiskusikan, dianalisis, dan ditafsirkan dengan tujuan agar
kepribadian konseli dapat direkontruksi kembali.
Jadi penekanan konseling adalah pada aspek afektif sebagai pokok
pangkal munculnya ketidaksadaran manusia. Sudah barang tentu tilikan
kognitif tetap diperhatikan, akan tetapi tidak sepenting aspek afektif.
3
BAB 2
2.1 Pendekatan Analisis Transaksional
2.1.1. Pengertian
Menurut Lutfi (1994) Analisis Transaksional adalah salah satu
pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional.
Transaksional maksudnya ialah hubungan komunikasi antara seseorang
dengan orang lain. Adapun hal yang dianalisis yaitu meliputi bagaimana
bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka.
Analisis transaksional adalah metode yang menyelidiki peristiwa
dalam interaksi orang per-orang, cara mereka memberikan umpan balik
serta pola permainan status ego masing-masing. Metode ini kemudian
dikenal sebagai salah satu teknik psikoterapi yang dapat digunakan dalam
pelatihan individual, tetapi lebih cocok digunakan secara berkelompok
(Corey, 2005).
2.1.2. Karakteristik
1. Keuntungan
a. Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah
menggunakannya.
b. Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan awal mereka.
c. Integrasi antara konsep dan praktek analisis transaksional dengan
konsep tertentu dari terapi gestalt amat berguna karena konselor
bebas menggunakan prosedur dari pendekatan lain.
d. Memberikan sumbangan pada konseling multikultural karena
konseling diawali dengan larangan mengaitkan permasalahan pribadi
dengan permasalahan keluarga dan larangan mementingkan diri
sendiri.
2. Kelemahan
a. Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam analisis
transaksional cukup membingungkan.
b. Penekanan Analisis Transaksional pada struktur merupakan aspek
yang meresahkan.
4
c. Konsep serta prosedurnya dipandang dari perspektif behavioral,
tidak dapat di uji keilmiahannya
d. Konseli bisa mengenali semua benda tetapi mungkin tidak
merasakan dan menghayati aspek diri mereka sendiri.
2.1.3. Konsep
Memahami konsep pokok AT tentang kepribadian manusia
tersimpul dalam istilah yang digunakan dalam teori ini. Yaitu Ego State,
Transaksional, Games, Stroke, Egogram, dan Skript.
1. Ego State (Keadaan Ego)
Ketika Berne menghadapi klien, ia menemukan bahwa
kliennya kadang-kadang berfikir, berperasaan dan berperilaku seperti
anak-anak, tapi di lain kesempatan terlihat seperti orang tua atau orang
dewasa. Berdasarkan pengalamanya dengan klien itu, Berne
berkesimpulan bahwa manusia memiliki berbagai bentuk kondisi ego,
atau disebutnya dengan ego state. Status ego manusia itu ada tiga
macam yaitu :
a. Orang tua (Parent = Exteropsyche)
b. Dewasa (Adult = Neopsyche)
c. Anak-anak (Child = Archaeopsyche)
Kondisi ego orang tua (O) atau aslinya disebut oleh Berne
dengan Exteropsyche adalah prototype yang ditampilkan seseorang
seperti layaknya bokap atau nyokap Yakni penampilan yang terikat
kepada sistem nilai, moral dan serangkaian kepercayaan. Bentuk
nyatanya berupa pengontrolan, membimbing, membantu
mengarahkan, menasehati, menuntun atau dapat pula mengecam,
mengkritik, mengumando, melarang, mencegah atau memerintah dsb.
ego Dewasa (D) adalah reaksi yang bersifat realistis dan logis. Status
ego ini sering disebut komplek Karena bertindak dan mengambil
keputusan berdasarkan hasil pemerosesan informasi dari data dan
fakta lapangan. Karena itu, Berne menyebut status ego ini dengan
Neopsyche. Kata-kata yang sering dipergunakan adalah benar, salah,
praktis, dsb.
5
Keadaan ego Anak-anak (A) atau archaeopsyche, merupakan
keadaaan dan reaksi emosi yang kadang-kadang adaptif, intuitif,
kreatif, dan emosional, tetapi kadang-kadang juga bertindak lepas,
ingin terbebas dari pengaruh orang lain. Kata-kata yang sering
digunakan dapat berupa “Wah !”, Tidak mau. Tidak bisa, dsb.
2. Transaksi
Transaksi merupakan inti dari konsep AT. Istilah transaksi
sebenarnya adalah istilah yang sering dipergunakan dalam lapangan
komunikasi. Sesuai dengan teori ini, transaksi diatikan sebagai hubungan
stimulus respons atau dua ego state. Transaksi akan terjadi bila seseorang
(A) memberikan rangsangan (stimulus) kepada orang lain (B), B memberi
respons dan pada gilirannya respons B itu menjadi stimulus bagi A dan
begitu seterusnya.
3. Permainan (Games)
Komunikasi antara dua manusia sebenarnya bagaikan sebuat
permainan (games), ada yang kalah (korban) dan ada pula yang menang
(penindas). Orang yang kalah atau menang dapat silih berganti. Kalau
yang kalah berhasil mencari penyelamatan, dia akan bergerak menjadi
penindas dan mengeser lawannya jadi korban, dan begitulah seterusnya.
Orang menjadi pemenang akan merasa puas. Penindas
diinndikasikan bilamana ia berhasil menggunakan egostate O. Namun bila
lawannya berhasil mencari penyelamatan dan kemudian menggunakan
egostate O terhadapnya ia akan merasa terhina. Sehingga oleh Compos
disebut Orang yang menang disebut pendulang kopon emas, dan yang
kalah disebut pengumpul kopon cokelat.
6
Stroke negatif adalah yang mengakibatkan seseorang merasa kecewa atau
penyesalan. "Saya tidak jadi berimu hadiah, karena kamu telat" Stroke
bersyarat adalah dorongan atau perhatian yang diberikan bila dia berhasil
melakukan suatu prasyaratnya terlebih dahulu. “Kamu akan saya sayangi
bila kamu patuh”. Sedangkan stroke tanpa syarat seperti “ Ibu
menyayangimu nak“
5. Skript (Script)
Istilah skript bagi Berne dipergunakan untuk menunjukan pola
kehidupan yang dapat berwujud cara bertingkah laku yang diyakini,
sebagai cara, nasib, atau modus bagi dirinya. Tidak jarang pula skript
boleh menjadi batas atau standar sukses yang ditanamkan orang tuanya.
Skript ini bisa mempengaruhi interksi seseorang dengan orang lain.
Kendatipun hal ini tidak disadarinya. Skript ini bisa mempengaruhi sehat
tidaknya (OK tidak OK) seseorang dalam memandang diri dan
lingkungannya. Skript ini menurut AT dapat dirubah dengan memahami
kembali atau mendefinisikannya kembali melalui interaksi seseorang
dengan terapist.
6. Egogram ( Takaran Energi Ego )
Istilah Egogram dikembangkan oleh Dusay yang dipakai untuk
menunjukan fungsi dan besarnya kekuatan energi yang terdapat pada
masing-masing ego state, terutama yang berhubungan dengan aspek
emosional. Kendatipun Berne membagi ego state atas O, D dan A, Dusay
membagi Egogram manusia atas 5 macam yang dikembangkan dari Ego
state tersebut.
Kelima macam Egogram ini mempunyai energi yang berbeda
untuk setiap orang. Perbedaan energi egogram inilah yang menyebabkan
perbedaan kepribadian seseorang.
7. Teknik Konseling
Dalam AT konseling diarahkan kepada bagaimana klien
bertransaksi dengan lingkungannya. Karena itu, dalam melakukan
konseling ini, terapist memfokuskan perhatian terhadap apa yang
dikatakan klien kepada orang lain dan apa yang dikatakan orang lain
7
kepada klien. Untuk itu, teknik yang sering digunakan dalam AT
diantaranya adalah analisis struktur, analisis transaksional, analisis skript,
dan analisis mainan,
a. Analisis Struktur
Analisis struktur maksudnya adalah analisis terhadap status
ego yang menjadi dasar struktur kepribadian klien. Analis hendaknya
bisa mengenal 1) apakah klien menggunakan ego state tertentu, 2)
apakah ego state klien, normal, terkontaminasi atau eksklusif, dan 3)
bagaimanakah energi egogram klien tersebut.
b. Analisis transaksional
Transaksi antara konselor – klien pada hakekatnya adalah
tranasksi antar status ego keduanya. Konselor menganalisa status ego
yang terlihat dari respons atau stimulus klien. Dengan orang lain Baik
dari kata-kata yang diungkapkan klien, maupun dengan bahasa non
verbal. Data atau informasi yang diperoleh dari transaksi dijadikan
konselor untuk bahan analisis atau problem yang dihadapi klien.
c. Analisis Mainan
Analisis mainan adalah analisis hubungan transaksi yang
terselubung antara Klien dengan konselor atau dengan
Lingkungannya. Mungkin Klien dalam transaksinya sering
mengumpulkan “kupon emas atau kupon Coklat” (perasaan menang
atau perasaan kalah). Bila klien dalam games sering berperan sebagai
pemenang, maka ada kemungkinan ia menjadi amat takut sewaktu-
waktu akan menerima kopon cokelat yang banyak.
d. Analisis Skript
Analisis Skript ini merupakan usaha terapist yang terakhir, dan
diperlukan mengenal proses terbentuknya skript yang dimiliki klien.
Analisis skript ini hendaknya sampai menyelidiki transaksi seseorang
sejak masa kecil dan standar sukses yang telah ditanamkan orang
tuanya.
8
8. Ada 4 dasar posisi hidup:
a. I’m OK – You’re OK (Saya OK, Kamu OK)
Posisi ini merefleksikan bahwa individu mempunyai
kepercayaan terhadap diri sendiri dan percaya pada orang lain.
Individu tidak takut berhubungan dengan orang lain.
b. I’m OK – You’re not OK (Saya OK, Kamu tidak OK)
Posisi ini merefleksikan bahwa individu membutuhkan orang
lain akan tetapi tidak ada yang dianggap cocok, individu merasa
superior, merasa mempunyai hak untuk mempergunakan
(memanipulasi) orang lain untuk mencapai tujuan pribadinya.
c. I’m not OK – You’re OK (Saya tidak OK, Kamu OK)
Posisi ini merefleksikan bahwa individu merasa tidak terpenuhi
kebutuhannya dan merasa bersalah. Posisi ini merupakan posisi yang
paling umum yang biasa disebut depresif dan inferior.
d. I’m not OK – You’re not OK (Saya tidak OK, Kamu tidak OK)
Posisi ini merefleksikan bahwa dirinya merasa tidak baik dan
orang lain pun juga tidak baik, karena tidak ada sumber belaian yang
positif, individu akan menyerah dan merasa tidak berdaya.
9
d. Adanya model penggunaan wawancara sebagai alat terapi
e. Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan dapat
memahami sifat manusia untuk meredakan penderitaan manusia.
f. Pendekatan ini dapat mengatasi kecemasan melalui analisis atas
mimpi-minpi, resistensi-resistensi dan transferensi-trasnferensi.
2. Kelemahan
a. Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan
martabat kemanusiaan.
b. Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak dan
menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan oleh masa lalu.
c. Cenderung meminimalkan rasionalitas.
d. Perilaku yang ditentukan oleh energi psikis, adalah suatu yang
meragukan.
e. Kurang efisien dari segi waktu dan biaya
10
menyimpan ingatan tentang keinginan yang tidak tercapai oleh
individu.
2. Struktur Kepribadian
Freud beranggapan bahwa kepribadian manusia tersusun secara
struktural. Dalam dunia kesadaran (awareness) individu terdapat pula
subsistem struktur kepribadian yang berinteraksi secara dinamis, antara
lain:
a. Id, merupakan subsistem kepribadian yang asli, yang dimiliki
individu sejak lahir. Id bersifat primitif dan bekerja pada prinsip
kesenangan. Id berperan sebagai sumber libido atau tenaga hidup
dan energi serta merupakan sumber dari dorongan dan keinginan
dasar untuk hidup dan mati.
b. Ego, berbeda dengan id yang bekerja hanya untuk memuaskan
kebutuhan naluriah, ego bertindak sebaliknya. Ego berperan
menghadapi realitas hidup dan berasal dari kebudayaan dan norma-
norma yang berlaku di masyarakat. Prinsip kerjanya selalu
bertentangan dengan id.
c. Superego, terbentuk dari nilai-nilai yang terdapat dalam keluarga
dan masyarakat yang dipelajari di sepanjang tahun-tahun pertama
hidup manusia. Superego bekerja berdasarkan prinsip moral yang
orientasinya bukan kesenangan tetapi pada kesempurnaan
kepribadian.
3. Perkembangan Kepribadian
Secara genetis perkembangan kepribadian berkembang melalui
beberapa tahap, yaitu tahap oral, anal, falik, laten dan genital. Freud
mengemukakan bahwa tahapan perkembangan ini sangat penting
terutama bagi pembentukan kepribadian di kemudian hari.
a. Fase oral, terjadi sejak lahir hingga akhir tahun pertama. Pada fase
ini anak berkembang berdasarkan pengalaman kenikmatan erotik
pada daerah mulut. Anak yang tidak mendapat kasih sayang dari
ibu dan kepuasan dalam makan serta minum akan menghambat
perkembangan kepribadiannya.
11
b. Fase anal, terjadi mulai usia dua sampai akhir tahun ketiga.
Perkembangan anak pada fase ini berpusat pada kenikmatan pada
daerah anus. Selama fase ini, peran latihan buang air (toilet
training) sangat penting untuk belajar disiplin dan moral.
c. Fase falik, berkembang mulai usia empat hingga lima tahun. Pusat
kenikmatan berpusat pada alat kelamin. Istilah yang kerap muncul
pada fase ini adalah Oedipus complex (ketertarikan seksual pada
sosok ibu) pada anak laki-laki dan electra complex (ketertarikan
seksual pada sosok ayah) pada anak perempuan.
d. Fase laten, juga disebut tahap pregenital. Periode ini terjadi antara
lima atau enam tahun hingga pubertas. Pada fase ini anak hanya
sedikit berminat pada seksualitas karena disebabkan kesibukan
belajar, aktifitas dengan teman sebaya dan keterampilan fisik.
e. Fase genital, terjadi pada masa pubertas (diatas 12 tahun). Perilaku
umum yang tampak pada fase ini adalah kecenderungan tertarik
pada lawan jenis, bersosialisasi dan berkelompok serta menjalin
hubungan kerja. Semua tingkah laku yang dilakukan kerap kali
pada proses menciptakan hubungan dengan orang lain.
4. Dinamika Kepribadian
Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme dan
positivisme abad ke –19 dan menganggap organisme manusia sebagai
suatu energi yang kompleks. Energi yang di peroleh dari makanan
(energi fisik). Berdasarkan hukum penyimpangan (conservation of
energi) energi tidak dapat hilang, tetapi dapat berpindah-pindah dari
satu tempat ke tempat yang lain. Energi fisik dapat berubah menjadi
energi psikis. Jembatan antar energi tubuh dengan kepribadian ialah id
beserta insting – instingnya.
a. Insting, menjadi sumber energi psikis dalam mengarahkan
tindakannya memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Freud
mengelompokkan insting atas dua jenis yakni insting hidup dan
insting mati. Bentuk energi dimana insting-insting hidup beroperasi
12
disebut libido. Yang paling utama insting libido ialah insting
seksual. Insting-insting hidup yang lainnya adalah lapar dan haus.
b. Kecemasan, yaitu perasaan kekhawatiran karena keinginan dan
tuntunan internal tidak terpenuhi dengan sebaiknya. Freud
mengemukakan ada tiga bentuk kecemasan, antara lain :
1) Kecemasan realitas (reality anxity), takut akan bahaya yang
datang dari luar. Kecemasan ini bersumber dari ego.
2) Kecemasan neurosis (neurotic anxity), khawatir tidak mampu
mengatasi atau menekan keinginan-keinginan primitifnya.
Kecemasan ini bersumber dari id.
3) Kecemasan moral (moral anxity), kecemasan akibat dari rasa
bersalah dan ketakutan dihukum oleh nilai-nilai dalam hati
nuraninya. Kecemasan ini bersumber dari super ego.
c. Mekanisme pertahanan ego
Cara individu menghindari kecemasan biasanya dilakukan
dengan mekanisme pertahanan ego (ego defense mechanism). Di
antara contoh bentuk mekanisme pertahanan ego antara lain :
1) Represi, melupakan isi kesadaran yang traumatis. Contoh :
seorang korban tsunami di Aceh berusaha melupakan peristiwa
tersebut.
2) Proyeksi, mengalamatkan pikiran, perasaan, motif yang tidak
diterimanya kepada orang lain. Contoh : seseorang mengatakan
bahwa kegagalannya dalam ujian karena teman sebangkunya
yang berisik.
3) Introyeksi, menanamkan nilai-nilai dan standar yang dimiliki
orang lain ke dalam dirinya sendiri. Contoh : seorang anak
senang berkelahi karena selalu melihat kedua orang tuanya
berkelahi.
4) Regresi, tindakan melangkah mundur secara tidak sadar ke
fase perkembangan yang terdahulu dimana tuntutan tugas
perkembangannya tidak terlalu besar. Contoh : anak berusia 10
tahun yang kembali minta digendong ketika adiknya lahir.
13
5. Teknik Konseling Psikoanalisis
Teknik spesifik yang digunakan Freud dalam psikoterapi adalah
asosiasi bebas, interpretasi mimpi, analisis transference, dan analisis
resistensi.
a. Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas maksudnya teknik yang memberikan kebebasan
kepada klien untuk mengemukakan segenap perasaan dan
pikirannya yang terlintas pada benak klien, baik yang
menyenangkan maupun tidak. Asosiasi ini untuk memudahkan
konselor terhadap dinamika psikologis yang terjadi padanya,
sehingga dapat membimbing klien menyadari pengalaman-
pengalaman ketidaksadarannya, dan membuat hubungan-hubungan
kecemasannya saat ini dengan pengalaman masa lampau.
b. Interpretasi Mimpi
Interpretasi mimpi merupakan teknik dimana klien mengemukakan
segenap mimpinya kepada terapis, karena fungsi mimpi adalah
ekspresi segenap kebutuhan, dorongan, keinginan yang tidak
disadari akan direpresi dan termanifes dalam mimpi. Interpretasi
mimpi maksudnya klien diajak konselor untuk menafsirkan mimpi-
mimpi yang tersirat dalam mimpi yang berhubungan dengan
dorongan ketidaksadarannya.
c. Analisis Tranferensi
Transferensi merupakan bentuk pengalihan segenap pengalaman
masa lalunya dalam hubungannya orang-orang berpengaruh
kepada terapis di saat konseling. Dalam transferensi ini akan
muncul perasaan benci, ketakutan, kecemasan dan sebagainya yang
selama ini ditekan di ungkapkan kembali, dengan sasaran konselor
sebagai objeknya. Dalam konteks ini konselor melakukan analisis
pengalaman klien dimasa kecilnya, terutama hal-hal yang
menghambat perkembangan kepribadiannya. Dengan analisis
transferensi diharapkan klien dapat mengatasi problem yang
dihadapi hingga saat ini.
14
d. Analisis Resistensi
Resistensi merupakan sikap dan tindakan klien untuk menolak
berlangsungnya terapi atau mengungkpkan hal-hal yang
menimbulkan kecemasan. Perilaku ini dilakukan sebagai bentuk
pertahanan diri. Dalam konseling, konselor membantu klien
mengenali alasan-alasan klien melakukan resisitensi sebaiknya
dimulai dari hal-hal yang sangat tampak untuk menghindari
penolakan atas interpretasi konselor.
15
BAB 3
3.1 Kesimpulan
Pendekatan analisa transaksioanal adalah pendekatan yang dilakukan
dengan mengutamakan interaksi dan komunikasi sebagai metode yang
digunakan. Dalam teori sering digunakan ketika melakukan pendekatan pada
lingkup keluarga yaitu metode komunikasi berupa parents, adult serta child.
Kemudahan metode ini lah yang membuat para konselor mampu
berkomunikasi dengan keluarga serta individu dengan baik
Pendekatan psikoanalitik adalah pendekatan yang digunakan dengan
melihat keadaan psikologis melalui tumbuh kembang. Metode ini mengacu
pada teknik komunikasi dimana setiap tahap tumbuh kembang memiliki
karakteristilk psikologis yang berbeda.
3.2 Saran
Teori pendekatan komunikasi terhadap keluarga ada banyak jenisnya.
Setiap teori memiliki kelebihan serta kekurangan. Semua pendekatan dapat
dilakukan dalam melaksanakan konseling dalam keluarga. Sehingga kita
sebagai mahasiswa keperawatan diharuskan mampu dalam berkomunikasi
agar semua tugas dalam konseling keluarga dapat tercapai.
16