BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. TB Paru
1.1. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya.(Depkes RI, 2006).
Tuberkulosis adalah penyakit menular disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut masuk tubuh
melalui udara pernafasan yang masuk ke dalam paru, kemudian
kuman menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem
peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui saluran nafas atau
penyebaran langsung ke tubuh lainnya. Daya penularan
seseorang penderita tuberkulosis ditentukan oleh beberapa faktor
yaitu ; banyaknya kuman yang terdapat dalam paru penderita,
penyebaran kuman di udara serta kuman yang terdapat dalam
dahak berupa droplet, yang berada di udara sekitar penderita
tersebut. Sebagian besar orang yang terinfeksi M tuberculosis (80-
90%), belum tentu menjadi sakit tuberkulosis. Untuk sementara
waktu kuman yang berada dalam tubuh akan dormant (tidur) dan
keberadaannya dapat diketahui dengan tes tuberkulin. Penderita
tuberkulosis biasanya paling cepat terjadi 3-6 bulan setelah infeksi.
Reaksi imunologi tubuh akan terbentuk sekitar 4-6 minggu setelah
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula
pada penyakit paru selain tb, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker
paru dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi,
maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap
sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan
dahak secara mikroskopis langsung.
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok
ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih
BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
a. Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut :
1) OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis
Tetap (OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2) Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT= Directly Observed Treatment) oleh seorang
Pengawas Menelan Obat (PMO).
3) Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
b. Tahap awal (intensif)
1) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
2) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
3) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
c. Tahap Lanjutan
1) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama.
2) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
12
3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat
menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.
e. Paduan OAT dan peruntukannya.
13
Catatan :
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk
streptomisin adalah 500 mg tanpa memperhatikan berat badan.
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan
aquabidest sebanyak 3,7 ml sehingga menjadi 4ml. (1 ml = 250 mg).
≥ 71 kg 5 tablet 4 KDT
Sumber : Pedoman Nasional penanggulangan Tuberculosis,
Depkes RI, 2006.
Keterangan :
Tindakan pada pasien yang putus berobat antara 1-2 bulan :
Lama pengobatan sebelumnya kurang dari 5 bulan lanjutkan pengobatan dulu
sampai seluruh dosis selesai dan 1 bulan sebelum akhir pengobatan harus
diperiksa dahak.
b. Hasil Pengobatan
1) Sembuh
Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow-up) hasilnya negatif pada AP dan
pada satu pemeriksaan follow-up sebelumnya.
2) Pengobatan Lengkap
Adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara
lengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal.
3) Meninggal
20
Streptomisin dihentikan
Tuli Streptomisin
ganti Etambutol
Gangguan Streptomisin dihentikan
Streptomisin
keseimbangan ganti etambutol
Ikterus tanpa Hentikan semua OAT
Hampir semua OAT
penyebab lain sampai ikterus menghilang
Bingung dan Hentikan semua OAT,
muntah-muntah segera lakukan tes fungsi
Hampir semua OAT
(permulaan ikterus hati
karena obat)
Gangguan Hentikan Etambutol
Ethambutol
penglihatan
Purpura dan
Rifampisin Hentikan Rifampisin
renjatan (syok)
Sumber : Pedoman Nasional penanggulangan Tuberculosis,
Depkes RI, 2006.
2. Kepatuhan
2.1. Pengertian
Kepatuhan (bahasa Inggris : compliance) berarti mengikuti
suatu spesifikasi, standar, atau hukum yang telah diatur dengan
jelas yang biasanya diterbitkan oleh lembaga atau organisasi yang
berwenang dalam suatu bidang tertentu ( Wikimedia, 2008 ).
Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran
klinis dari dokter yang mengobatinya (Kaplan dkk, 1997).
Sackett (1976) dikutip dari Utami (2008) mendefenisikan ketaatan atau
kepatuhan pasien yaitu perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan
oleh profesional kesehatan.
23
sendiri. kekurangan ego yang lemah ditandai dengan kekurangan dalam hal
pengendalian diri sendiri dan kurangnya penguasaan terhadap lingkungan.
pemusatan terhadap diri sendiri dalam lingkungan sosial mengukur tentang
bagaimana kenyamanan seseorang berada dalam situasi sosial.jadi jelas
pentingnya hubungan antara profesional kesehatan dan pasien, keluarga dan
teman. kenyataan tentang kesehatan dan kepribadian seseorang berperan
dalam menentukan respons pasien terhadap anjuran pengobatan.
3. Pengetahuan
3.1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo. S, 1993 dikutip dari Siaksoft network ).
Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang
menghubungkan dan menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan
(Wilson, Drs. M. Si FKIP UNRI dikutip dari Siaksoft network).
Menurut teori Lawrence Green (1980), mengemukakan
bahwa perilaku individu mempunyai pengaruh positif terhadap
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, yang dipengaruhi oleh
3 faktor pendukung yaitu faktor prediposisi (predisposing factors),
faktor pendukung (Enabling factors) dan faktor pendorong
(reinforcing factors).
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk memahami
materi yang lebih dipelajari pada kondisi dan situasi real.
d. Analiasa (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu dengan yang
lainnya. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari
29
B. Kerangka Teori
Perilaku
Ket :
31
: Area penelitian
Gambar 2. Kerangka Konsep