Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Tipe II
Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Tipe II
RATNAH RABBA
4117015
CI LAHAN CI INSTITUSI
(.......................................) (........................................)
I. KONSEP DASAR
A. Anatomi Fisiologi
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki
fungsi utama yakni untuk menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin.Kalenjar pankreas terletak pada bagian
belakang lambung dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas
jari). Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada
peta, karena itu acapkali disebut pulau-pulau Langerhans.
Setiap pulau berisikan sel beta yang berfungsi mengeluarkan
hormon insulin. Dimana hormon insulin memegang peran penting dalam
mengatur kadar glukosa darah.Tiap pankreas mengandung lebih kurang
100.000 pulau Langerhans dan tiap pulau berisi 100 sel beta. Disamping sel
beta ada juga sel alfa yang memproduksi glukagon yang bekerja sebaliknya
dari insulin yaitu mengingkatkan kadar glukosa darah. Juga ada sel delta
yang mengeluarkan somatostatin.
B. Definisi
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolime
karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penuruanan sensitivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan
neuropati.
C. Klasifikasi
1. Type I
Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau sebuah
Diabetes Melitis tergantung insulin (DMTI), 5% hingga 10% penderita
diabetik umumnya type I. Sel-sel beta dari pankreas yg normalnya ialah
menghasilkan insulin namun dihancurkan oleh proses autoimun.
Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Awitannya mendadak umumnya terjadi sebelum umur 30 th.
2. Type II
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau
disebut Diabetes Mellitus yang tidak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh % hingga 95% penderita diabetik yaitu type II.
Keadaan ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas pada insulin
(resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.
Pengobatan pertama ialah dengan diit & olah raga, apabila kenaikan
kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan sebuah preparat
hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, bila preparat oral tidak
dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi amat sering pada mereka yg
berumur lebih dari 30 th & pada mereka yg obesitas.
3. DM type lain
Dikarenakan adanya kelainan genetik, obat, infeksi, penyakit
pankreas (trauma pankreatik), antibodi, penyakit dengan karakteristik
gangguan endokrin. & sindroma penyakit lain.
4. Diabetes Kehamilan (Gestasional)Gestasional Diaetes Melitus (GDM)
Diabetes yg terjadi pada perempuan hamil yg sebelumnya tidak
mengidap diabetes.
D. Etiologi
1. Diabetes tipe I
a) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri,tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe 1.Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antingen HLA.
b) Faktor-faktor imunilogi
Adanya respon otoimun yang merupakan responds abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan Insulin endogen.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe 11 masih belum
diketahui.Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko:
a) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65
tahun)
b) Obesitas
c) Riwayat keluarga
E. Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan
satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut :
1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat
peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200
mg/hari/100 ml.
2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak,
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid
pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis.
3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh. Akan tetapi selain itu
terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes Mellitus yang
tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita
Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan
filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa
dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah
filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan
glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.\
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke
metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua
energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam
Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter
sampai setinggi 10 Meq/Liter.
F. Pathway
Arteri prifer
Masuk tubulus ginjal Glukosa tidak sampai sel Komplikasi vaskuler
Insufiseinsi arteri
Melebihi ambang ginjal Starvasi sel Mikro angiopati perifer
PERENCANAAN
DIAGNOSA
NO.
KEPERAWATAN TUJUAN DAN KH INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri Kronik b/d Setelah dilakukan tindakan A. Menejemen nyeri
cedera fisik keperawatan selama 3x24 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Dapat mengetahui derajat
jam diharapkan tingkat komprehensif meliputi lokasi, nyeri yang di alami pasien.
Nyeri berkurang dengan karakteristik, onset/durasi,
dengan indicator 1 (berat), 2 frekuensi, kualitas, intensitas
(cukup berat), 3 (sedang), 4 atau beratnya nyeri dan factor 2. Untuk mengetahui
(ringan), 5 (tidak ada) pencetus. penyebab nyeri
dengan criteria hasil:
1. Nyeri dilaporkan 2. Gunakan strategi komunikasi
berkurang dari indicator therapeutic untuk mengetahui 3. Untuk mengurangi rasa
3 ditingkatkan menjadi 5 pengalaman nyeri. nyeri.
2. Panjang episode nyeri 3. Pastikan perawatan analgesic
berkurang dari indicator bagi pasien dilakukan dengan
3 menjadi 5 pemantauan yang tepat. 4. Untuk mengatasi atau
Ekspresi nyeri wajah 4. Berikan informasi mengenai mengurangi kecemasan
tidak ada dengan nyeri, seperti penyebab nyeri, yang terjadi pada pasein.
indicator 3 ditingkatkan berapa lama nyeri akan
menjadi 5 dirasakan, dan antisipasi dari 5. Mengurangi nyeri
ketidaknyamanan akibat
prosedur. 1. Untuk mengurangi rasa
5. Ajarkan teknik relaksasi nyeri
B. Pemberian analgesik 2. Untuk mengurangi
1. Berikan analgesik sesuai waktu kecemasan pasien terkait
paruhnya. pengurangan nyeri
2. Ajarkan tentang penggunaan
analgesik, strategi untuk
menurunkan efek samping,
dan harapan terkait dengan
keterlibatan dalam keputusan
pengurangan nyeri.