Islam adalah agama yang mengutamakan sebuah ilmu. Dalam islam diwajibkan untuk semua individu muslim untuk menuntut ilmu. Selain belajar ilmu-ilmu yang bermaktub Al-Qur’an dan sunnah seorang muslim juga dianjurkan untuk memplajari ilmu yang bersifat kejadian alam maupun yang lainnya, dan akan menghasilkan ilmu ilmu lain seperti ilmu astronomi, ilmu bumi, ilmu sosial. Selain itu dalam Al-Qur’an Allah berfirman bahwa derajat orang yang berilmu sangat tinggi melebihi ‘abid (Ahli Ibadah). Keutamaan disini dimaksudkan bahwa orang yang beribadah dengan ilmu dan orang yang beribadah tanpa tahu ilmunya akan berbeda nilainya dari segi pahala yang diperoleh. Allah beriman dalam surat Al-Maidah ayat 11: yang artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman siantaramu dan orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Setelah itu pada ayat ke 4-5 pada surat Al-Alaq: disamping lidah untuk membaca, Tuhan pun mentakdirkan bahwa dengan pena ilmu dapat dicatat, dapat pula diartikan dengan sarana dan usaha Dari ayat diatas kita dapat menjelaskan dua cara yang ditempuh Allah SWT dalam mengajarkan manusia, pertama melalui pena (tulisan) yang harus dibaca oleh setiap manusia dan yang kedua melalui pengajaran secara langsung tanpa alat. Cara ini dikenal dengan Ilmu ladunni. Allah melengkapi menusia dengan pendengaran, penglihatan, akal dan hati. Jadi ilmu dapat diperoleh melalui pendengaran dan penglihatan, kemudian diproses dalam pikiran, sedangkan hati untuk menimbang apakah ilmu itu dapat mendekatkan diri pada Allah atau bahkan menjauhkan. Segala sesuatu yang mendekatkan diri kepada Allah dan petunjuk-petunjuk pada arah tersebut adalah terpuji. Ilmu hanya berguna jika dijadikan alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, jika tidak maka ilmu akan menjadi penghalang besar. Jadi tujuan sebenarnya adalah bahwa ilmu itu untuk mendekatkan diri kepada Allah, contohnya melalui ilmu tentang bumi, bagaimana langit diciptakan membuat kita semakin menambah keimanan kita kepada Allah. Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia di alam ini adalah sebagai kholifah. Untuk melaksanakan fungsi ini Allah SWT membekali manusia dengan seperangkat potensi dalam diri, maksudnya berkemampuan menciptakan sesuatu yang berguna bagi dirinya, masyarakat dan lingkungannya. Fungsi asasi hidup manusia adalah kholifah(wakil) Allah diatas alam ini untuk menerjemahkan, menjabarkan sifat-sifat Allah yang maha tahu itu dalam batas kemanusiaan. B. Hukum menuntut ilmu Apabila kita memperhatikan isi Al-Qur’an dan sunnah, maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas dan jauh dari kabut kejahilan maupun kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya : “ Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan”. (HR. Ibn Abdulbari) Dari hadist ini kita memperoleh perngertian bahwa islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemaslahatan dan jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dengan ‘aqaid dan ibadah, baik yang berhubungan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup. Ilmu yang diamalkan sesuai dengan perintah-perintah syara’. Hukum perintah menuntut ilmu itu adakalanya wajib ‘ain dan adakalanya wajib kifayah. Sedangkan ilmu yang wajib kifayah hukum mempelajarinya ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya. Ilmu yang wajib ‘ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan aqidah yang wajib dipercaya oleh seluruh muslimin dan yang perlu diketahui untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya seperti sholat, puasa, zakat, dan haji. C. Dalil tentang menuntut ilmu Dalam Al-Qur’an banyak sekali dalil tentang keutamaan menuntut ilmu ini menunjukan bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi umat manusia sejak lahir sampai mati. “ Allah akan mengangkat orang-orang yang mempunyai ilmu diantara kamu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadallah:11) Dari ayat diatas jelaslah bahwasannya orang yang memiliki ilmu derajatnya lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang tidak berilmu. Kita sebagai kaum muslimin juga tahu bahwasannya manusia diangkat sebagai kholifah dimuka bumi ini dikarenakan pengetahuannya bukan karena bentuk ataupun asal kejadiannya. Sementara itu dalam surat lain Allah berfirman “ Katakanlah : “ Samakah orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu” (QS. Az-Zumar : 9) jelas menyuruh manusia untuk berfikir apakah kira-kira manusia yang berilmu dengan manusia yang tidak berilmu itu sama. Dengan demikian jelaslah bahwa islam sangat memuliakan orang-orang yang berilmu bahkan menganggap orang yang berilmu itu sebagai penerus Rosul, apa yang disampaikannya akan menjadi penerangan jalan yang lurus, amalan orang yang berilmu sama dengan amalan jihad. Hukum menuntut ilmu menjadi wajib, ketika mempelajarinya termasuk persiapan yang Allah perintahkan dalam firmannya: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apasaja yang kamu sanggupi dan dari kuda- kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang lain selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya, apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibatasi dengan cukup padamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)” (QS. Al-Anfaal : 60) D. Keutamaan menuntut ilmu Ilmu merupakan sandi terpenting dari hikmah. Sebab itu, Allah memerintahkan manusia agar mencari ilmu atau berilmu sebelum berkata atau beramal. Firman Allah: “ Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Illah selain Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu serta bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.” (QS. Muhammad :19) Ilmu sebelum berkata dan beramal. Sufyan bin Uyainah berkata: manusia paling bodoh adalah yang membiarkan kebodohannya, manusia paling pandai adalah yang mengandalkan ilmunya, sedangkan manusia paling utama adalah yang takut kepada Allah. Ibnu Taimiyah membagi ilmu yang bermanfaat menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Ilmu tentang Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan lain-lain, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Ikhlas. 2. Ilmu tentang persoalan-persoalan masalalu yang dikabarkan Allah; persoalan-persoalan masa kini, dan persoalan- persoalan masa mendatang, seperti yang dikabarkan dalam Al-Qur’an yaitu ayat tentang kisah-kisah, janji-janji, ancaman, surga, neraka, dan sebagainya. 3. Ilmu tentang perintah Allah yang berhubungan dengan hati dan anggota badan, seperti iman kepada Allah melalui pengenalan hati serta amaliah anggota badan. Pemahaman ini bersumber pada pengetahuan dasar-dasar iman dan kaidah-kaidah islam. Ilmu merupakan tanda kebaikan Allah kepada seseorang “Barang siapa yang Allah menghendaki kebaikan padanya, maka Allah akan membuat dia paham dalam agama.” (HR Bukhori dan Muslim). Menuntut ilmu merupakan jalan menuju surga, “Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim) Malaikat akan membentangkan sayap terhadap penuntut ilmu, “Sesungguhnya para malaikat benar-benar membentangkan sayapnya karena ridho atas apa yang dicarinya.” (HR Ahmad dan Ibnu Majjah) E. Menuntut ilmu sebagai ibadah. Dilihat dari segi ibadah, sungguh menuntut ilmu itu sangat tinggi nilai dan pahalanya, Nabi muhammad SAW bersabda yang artinya: “ Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi (maupun petang), kemudian mempelajari satu ayat dari kitab Allah (Al-Qur’an), maka pahalanya lebih baik daripada ibadah satu tahun.” Mengapa menuntut ilmu itu sangat tinggi nilainya dilihat dari segi ibadah? Karena amal ibadah yang tidak dilandasi dengan ilmu yang berhubungan dengan itu akan sia-sialah amalahnnya. Syaikh Ibnu Ruslan dalam hal ini menjelaskan dalam hadist yang artinya : “ Siapa saja yang beramal (melaksanaka amal ibadah) tanpa ilmu, maka segala amalnya akan ditolak, yakni tidak diterima.” F. Adab-adab dalam Menuntut Ilmu Setelah seorang mengetahui dan memahami akan keutamaan menuntut ilmu, maka hendaknya ia memiliki perhatian yang besar terhadap permasalahan adab-adab dalam menuntut ilmu, diantaranya adalah; 1.Ikhlas. Seorang penuntut ilmu sebaiknya punya perhatian besar terhadap keihlasan niat dan tujuan dalam menuntut ilmu, yaitu hanya untuk Allah SWT. Karena menuntut ilmu adalah ibadah, yang namanya ibadah tiadk akan diterima kecuali jika ditunjukkan hanya untuk Allah SWT. 2. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Sesungguhnya seorang hamba butuh kepada kesungguhan dan semangat untuk memperoleh ilmu. Dia harus memaksakan dirinya untuk jauh dari sifat lemah dan malas. Karena malas akan menyebabkan terhalanginya seseorang untuk mendapatkan kebaikan yang banyak. 3. Minta pertolongan kepada Allah SWT. Ini adalah perkara penting yang harus diperhatikan oleh seseorang dalam menuntut ilmu, bahkan perkara ini adalah dasar yang harus ada dalam diri. 4. Mengamalkan ilmu Seseorang dalam menuntut ilmu harus punya perhatian serius terhadap perkara mengamalkan ilmu. Karena tujuan dari menuntut ilmu adalah untuk diamalkan. Oleh sebab itu, seseorang harus benar-benar berusaha mengamalkan ilmunya. Adapun jika yang dilakukan hanya mengumpulkan ilmu namun berpaling dari beramal, maka ilmunya akan mencelakakannya. 5. Berhias dengan akhlaq mulia Seorang berilmu sebaiknya menghiasi diriknya dengan akhlaq mulia seperti lemah lembut, tenang, santun dan sabar. 6. Mendakwahkan ilmu Jika seseorang penuntut ilmu mendapatkan taufiq untuk misa mengambil manfaat dari ilmumya, hendaknya ia juga bersemangat untuk menyampaikan ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain.