Pedoman Manajemen Resiko - 14
Pedoman Manajemen Resiko - 14
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PENGERTIAN
BAB IV TUJUAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan
Puskesmas . Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)
Puskesmas yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja
atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan Puskesmas
yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” Puskesmas yang terkait
dengan kelangsungan hidup Puskesmas. Kelima aspek keselamatan
tePuskesmas ebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap Puskesmas ,
yang harus dikelola secara professional, komprehensif dan terintegrasi.
B. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di UPT.
Puskesmas Majenang I.
C. Sasaran
1. Tersedianya pedoman manajemen risiko dan
2. tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada
pimpinan unit layanan fungsional dan manajerial serta pegawai UPT.
Puskesmas Majenang I.
D. Ruang Lingkup
1. Risiko terhadap pasien terkait pelayanan,
2
2. risiko terhadap staf medis,
3. risiko terhadap staf/ pegawai,
4. risiko terhadap sarana prasarana fasilitas/asset Puskesmas,
5. risiko terhadap keuangan, dan
6. risiko-risiko lain
3
BAB II
PENGERTIAN
4
BAB III
ELEMEN KUNCI DISAIN PROGRAM
MANAJEMEN RISIKO
A. Tujuan
1. Mengurangi mortality dan morbidity, dengan memperbaiki pelayanan
kepada pasien,melalui identifikasi dan analisa, untuk mengurangi
risikoyang dapat mencegah pasien dari cedera atau kecacatan terkait
keselamatan pasien.
2. Meningkatkan pelayanan pasien dengan mencegah penyimpangan
hasil, melalui pendekatan sistematis, terkoordinasi dan
berkesinambungan untuk meningkatkan keselamatan pasien.
3. Melindungi orang dan asset serta keuangan Puskesmas akibat
kehilangan karena terjadinya insiden, akibat manajemen yang tidak
efektif, dengan meningkatkan perbaikan berkesinambungan pada
proses pelayanan pasien melalui lingkungan yang diciptakan dengan
aman.
B. Kewenangan
1. Dinas Kesehatan Kabupaten cilacap selaku pemilik puskesmas
memiliki tanggung-jawab utama menjamin penyediaan lingkungan
yang aman untuk memberikan pelayanan kesehatan. Dinas Kesehatan
Kabupaten cilacap mendelegasikan kewenangan kepada Kepala UPT.
Puskesmas Majenang I untuk membentuk organisasi manajemen
risiko yang komprehensif dan berperan secara luas.
2. Kepala UPT. Puskesmas Majenang I menugaskan kepada Tim
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien untuk membentuk satuan
tugas manajemen resiko masuk dalam struktur Tim PMKP.
3. Satuan tugas manajemen resiko bertanggung jawab
mengkoordinasikan kegiatan manajemen risiko dengan Kepala
Puskesmas , semua anggota staf medis, semua pegawai dan dengan
pihak luar Puskesmas .
C. Koordinasi
Karena fungsi manajemen risiko sangat luas dan kegiatan Puskesmas
yang sangat beragam, maka untuk keberhasilan program manajemen risiko,
Puskesmas harus menetapkan mekanisme koordinasi baik secara formal
5
maupun informal antara manajemen risiko professional dengan semua iunit
layanan struktural dan fungsional Puskesmas serta fungsi lain di dalam dan
di luar Puskesmas .
D. Tanggung Jawab
Satuan tugas manajemen resiko adalah bagian dari struktur manajemen
puncak dibawah Kepala. Tugasnya adalah mencegah kerugian (loss
prevention) misalnya dengan inspeksi keamanan, pendidikan karyawan,
analisa statistik tentang sumber potensial klaim dan mengendalikan kerugian
6
(loss control), dengan cara mengidentifikasi, investigasi, mengevaluasi,
memonitor, mengukur, menangani klaim dan mengatasi risiko yang terkait
dengan sumber daya manusia, sistem prosedur, pengawasan internal
maupun gabungannya.
1. Tugas satuan tugas manajemen resiko sebagai berikut.
a. Mengembangkan mekanisme identifikasi risiko seperti laporan
insiden, rujukan staf,tinjauan rekam medik, tinjauan keluhan
pasien.
b. Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan
iunit layanan terkaitseperti: manajemen mutu, kepelayanan, staf
medis dan kontrol infeksi.
c. Mengembangkan statistik dan laporan kualitatif, trend dan pola
manajemen risiko
d. Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi
risiko seperti informed consent, kerahasiaan dan penanganan
kejadian sentinel.
7
BAB IV
TUJUAN
8
BAB V
RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO
9
2. Apakah tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur
baku?
3. Apakah pasien dikelola dengan benar?
4. Apakah staf yang kita miliki telah cukup dilatih?
E. Risiko Lain-lain
1. Manajemen bahan berbahaya lainnya: kimia, radioaktif, bahan biologis
menular, manajemen limbah.
2. Risiko terkait hukum dan peraturan.
10
BAB VI
PROSES MANAJEMEN RISIKO
11
konsekuensi potensial yang dapat timbul dari pengaruh internal dan
eksternal.
3. Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup, dan parameter kegiatan, atau
bagian dari organisasi Puskesmas dimana proses manajemen risiko
sedang diterapkan, harus ditetapkan. Proses harus dipertimbangkan
dengan seksama sesuai kebutuhan untuk menyeimbangkan biaya,
manfaat dan peluang. Perlu ditentukan pula kebutuhan sumberdaya
dan catatan yang harus didokumentasikan dan dipelihara.
4. Ketika menentukan ruang lingkup program manajemen resiko secara
mendalam, harus dipertimbangkan apakah proses manajemen risiko
mencakup pelayanan yang banyak masalah, atau terbatas pada area
praktik klinis spesifiik, unit pelayanan, fungsi, atau area proyek.
12
c. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau
insidendi Puskesmas atau pihak-pihak yang berkepentingan
dengan pelayanan Puskesmas;
d. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko
klinis atau bahaya daninsiden yang terjadi;
e. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi.
4. Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko
karena risiko tidak akan efektif ditangani bila tidak dilakukan
identifikasi. Satuan tugas manajemen resikodapat menggunakan
berbagai informasi untuk mengidentifikasi potensi risiko. Identifikasi
risiko dapat dilakukan secara reaktif dan proaktif. Beberapa sumber
informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai seperti:
a. daftar keluhan pasien,
b. hasilsurvei kepuasan,
c. diskusi dengan pimpinan unit layanan serta staf dan mitra kerja,
serta
d. laporan insiden.
13
tersebut muncul menjadi sebuah insiden (risiko yang potensial
menjadi insiden),dan kemungkinan terjadinya insiden.
6. Penilaian dan rangking risiko dilakukan menggunakan kategori
kemungkinan dan konsekuensi.
14
membandingkan tingkat risiko yang ditemukan selama analisis dengan
kriteria risiko yang ditentukan sebelumnya, dan mengembangkan
daftarprioritas risiko untuk menentukan tindak lanjut.
2. Saat menyusun evaluasi kriteria layanan kesehatan, harus dilakukan
identifikasi untukmenentukan tingkat risiko secara internal maupun
eksternal yang siap diterima puskesmas.
3. Kriteria risiko digunakan untuk menilai dan menentukan peringkat
risiko, yang menunjukkan bahwa bila risiko diterima puskesmas, maka
harus berhasil dilaksanakan.
4. Dalam mengevaluasi kriteria risiko mungkin dipengaruhi oleh persepsi
internal, eksternal dan persyaratan hukum.
5. Penentuan kriteria sejak awal merupakan hal yang sangat penting.
15
Risiko diterima dan ditangani sendiri oleh puskesmas, artinya puskesmas
mentolerir terjadinya kerugian untuk mencegah terganggunya kegiatan
operasional puskesmas dengan menyediakan sejumlah dana untuk
menanggulanginya.
16
BAB VII
PEMANTAUAN DAN TINJAUAN
17
BAB VIII
SISTEM PELAPORAN INSIDEN
Laporan Insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang tidak
konsisten dengan kegiatan/ prosedur rutin yang berlangsung di puskesmas
terutama untuk pelayanan kepada pasien. Saat ini laporan insiden diwajibkan
bagi setiap RS dan puskesmas seperti tercantum dalam UU RS no 44 tahun
2009 pasal 43 dan Standar Akreditasi RS - KARS.
1. Puskesmas (Internal)
a. Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden di
Puskesmas.
b. Diketahui penyebab insiden sampai pada akar masalah.
c. Pembelajaran dan perbaikan asuhan kepada pasien untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali.
2. KKP-RS (Eksternal)
a. Diperolehnya data peta nasional angka insiden
b. Pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien bagi puskesmas lain.
c. Ditetapkannya langkah-langkah praktis.
18
keselamatan pasien, dan telah dilakukan analisa penyebab, rekomendasi,
dan solusinya.
19
11. sumber daya/manajemen, dan
12. laboratorium.
20
BAB IX
INVESTIGASI INSIDEN
A. Investigasi Sederhana
Dilakukan oleh atasan langsung bila pita/bands grading risiko berwarna
biru atau hijau. Langkah-langkah melakukan investigasi sederhana antara
lain sebagai berikut.
1. Pengumpulan data: observasi, dokumentasi dan interview
(wawancara).
2. Tentukan penyebab insiden dengan menggunakan 5 why:
a. Penyebab langsung (immediate/ direct cause): penyebab yang
berhubungan langsung dengan insiden/ dampak terhadap pasien.
b. Akar masalah (root cause): penyebab yang melatarbelakangi
penyebab langsung (underlying cause).
3. Rekomendasi: tentukan penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan.
4. Tindakan yang akan dilakukan: tentukan penanggung jawab dan
tanggal pelaksanaan.
21
3. Mengapa terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah agar
tidak terjadi kembali (tindakan/outcome)?
4. Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa tindakan kita dapat
meningkatkan keselamatan pasien (melalui pengukuran)?
22
BAB X
EVALUASI PROGRAM MANAJEMEN RISIKO
23