Contoh Pedoman HPK Heny
Contoh Pedoman HPK Heny
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan tekhnologi dan tingkat pendidikan masyarakat dewasa ini yang
semakin maju maka Rumah Sakit pun dituntun berkembang selaras dengan perkembangan
zaman dan kemajuan teknolgi kedokteran serta pelayanan yang prima. Kepuasan pasien dan
keluarga menjadi prioritas pelayanan di setiap lini.
Demikian juga Rumah Sakit WARAS WIRIS memberikan pelayanan dengan
mengedepankan pelayanan kepada kepuasan pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga harus
mengetahui hak-hak apa saja yang dimiliki serta kepuasan terhadap proses pengobatan
maupun pelayanan di Rumah Sakit, kemudahan mencari informasi tentang penyakit atau
fasilitas yang dimiliki Rumah Sakit serta kewajiban Dokter dan Rumah Sakit harus
dilaksanakan dengan benar sehingga kejadian yang tidak diharapkan atau kesalahan
pengobatan tidak terjadi, privasi pasien serta pelayanan dapat terwujud dengan prima.
Adanya tuntutan jalur hukum semakin memacu Dokter dan Rumah Sakit untuk
melakukan proses perawatan pasien sesuai prosedur yang benar dan menghargai hak-hak
pasien dan keluarga. Dengan demikian pasien dan keluarga merasa puas dan tidak dirugikan,
Rumah Sakit semakin berkembang dan dapat melakukan pelayanan yang prima.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup hak pasien dan keluarga dapat dilihat dari berbagai dimensi antara lain
sasaran identifikasi hak pasien, menginformasikan hak pasien dengan cara yang baik,
mendukung dan memberikan hak pasien, edukasi staf tentang hak pasien, general dan
informed consent.
Identifikasi Hak Pasien :
1. Hak privasi yaitu mengidentifikasi harapan, kebutuhan dan keinginan pasien untuk privasi,
hormat pada setiap wawancara klinis, pemeriksaaan, prosedur atau pengobatan dan
transportasi.
2. Hak menentukan diri sendiri.
3. Hak mendapatkan perawatan yang optimal.
4. Hak untuk dilibatkan dalam pengobatan.
5. Hak mendapatkan pelayanan kerohanian, rumah sakit mengidentifikasi, menghormati,
mempraktikkan, memberikan pelayanan yang menghormati nilai dan kepercayaan pasien,
merespon permintaan yang bersifat rutin atau kompleks serta permintaan untuk keperluan
dukungan agama dan spiritual pasien.
6. Hak keamanan barang milik pasien, rumah sakit menentukan tingkat tanggung jawabnya
terhadap barang milik pasien, pasien memperoleh informasi tentang tanggung jawab
1
rumah sakit dalam melindungi barang milik pasien, mengambil alih tanggung jawab dalam
keadaan pasien tidak mampu.
7. Hak perlindungan dari kekerasan fisik.
8. Hak bebas dari rasa nyeri.
C. Batasan Operasional
Batasan operasional diperlukan untuk menghindari timbulnya salah pengertian atau salah
penafsiran terhadap istilah-istilah. Oleh karena itu penulis menggunakan penegasan istilah
agar ruang lingkupnya tidak terlalu luas dan terjadi persepsi serta pemahaman yang jelas.
1. Hak adalah kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu badan
hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu.
Hak pasien menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit pasal 32:
a. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku
di Rumah Sakit.
b. Pasien berhak memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
c. Pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi.
d. Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional.
e. Pasien berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien tehindar
dari kerugian fisik dan materi.
f. Pasien berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
g. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
h. Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain yang mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah
Sakit.
i. Pasien berhak mendapat privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya.
j. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko, dan komplikasi yang
mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan.
k. Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
2
l. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
m. Pasian berhak menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
n. Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit.
o. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perilaku Rumah Sakit terhadap
dirinya.
p. Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianutnya.
q. Pasien berhak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
atau pidana.
r. Pasien berhak mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Kewajiban adalah sesuatu yang harus diperbuat atau yang harus dilakukan oleh
seseorang atau suatu badan hukum.
Kewajiban Pasien:
1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala aturan dan tata tertib
Rumah Sakit.
2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam
pengobatannya.
3. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang
penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat.
4. Pasien dan atau penanggung jawabnya berkewajiban untuk melunasi semua biaya atas
jasa pelayanan Rumah Sakit / dokter.
5. Pasien dan atau penanggung jawabnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang telah
disepakati / perjanjian yang telah dibuatnya.
3. Pasien, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, adalah orang yang sakit. Pasien dalam
praktik sehari-hari sering dikelompokkan menjadi:
a. Pasien dalam atau rawat inap, yaitu pasien yang memperoleh pelayanan tinggal atau
dirawat khusus pada suatu unit pelayanan kesehatan tertentu dengan cara menginap
dan dirawat di rumah sakit.
b. Pasien jalan atau luar atau rawat jalan, yaitu pasien yang hanya memperoleh
pelayanan kesehatan, biasanya pasien yang sudah sembuh tapi masih dalam perobatan
juga.
4. Keluarga Pasien
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
3
keadaan saling ketergantungan. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu
kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya.
Ayah:
- Ayah kandung
- Termasuk “Ayah“ adalah ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan
pengadilan atau berdasarkan hukum adat.
Ibu:
- Ibu kandung
- Termasuk “Ibu” adalah ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan pengadilan
atau berdasarkan hukum adat.
Suami:
- Seorang laki-laki dalam ikatan perkawinan dengan seorang perempuan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Istri:
- Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang laki-laki
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari satu istri persetujuan atau
penolakan dapat dilakukan oleh salah satu dari mereka.
Wali:
- orang yang menurut hukum menggantikan orang lain yang belum dewasa untuk
mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum, atau orang yang menurut hukum
menggantikan kedudukan orang tua.
Induk semang:
- orang yang berkewajiban untuk mengawasi serta ikut bertanggung jawab terhadap
pribadi orang lain, seperti pemimpin asrama dari anak perantauan atau kepala rumah
tangga dari seorang pembantu rumah tangga yang belum dewasa.
5. Rumah Sakit adalah gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan
yang meliputi berbagai masalah kesehatan dan memberikan layanan, pengobatan,dan
perawatan bagi penderita berbagai penyakit yang dilengkapi dengan perlengkapan medis
yang lengkap dengan dokter dan perawatnya (kamus besar bahasa Indonesia)
Hak Rumah Sakit
a. Rumah Sakit berhak menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia
sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit.
b. Rumah Sakit berhak menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi,
insentif, dan penghargaan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
c. Rumah Sakit berhak melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka
mengembangkan pelayanan.
d. Rumah Sakit berhak menerima bantuan dari pihak lain sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
e. Rumah Sakit berhak menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian.
4
f. Rumah Sakit berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan.
g. Rumah Sakit berhak mempromosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
h. Rumah Sakit berhak untuk mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit publik dan
Rumah Sakit yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit pendidikan.
6
d. Dokter wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan dapat menjalankan ibadah sesuai keyakinannya.
e. Dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang penderita,
bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
f. Dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
g. Dokter wajib memberikan informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medik
yang bersangkutan serta risiko yang dapat ditimbulkannya.
h. Dokter wajib membuat rekam medis yang baik secara lengkap dan berkesinambungan
berkaitan dengan keadaan pasien.
i. Dokter wajib terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran/kedokteran gigi.
j. Dokter wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.
k. Dokter wajib bekerja sama dengan profesi dan pihak lain yang terkait secara timbal
balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
l. Dokter wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak Rumah Sakit.
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor Y.M 0.2 .04.3.5.2504 tanggal
10 juni 1997 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter, dan Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008
tentang Rekam Medis.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/III/2008
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
8
B. Distribusi Ketenagaan
Tim HPK berjumlah 6 orang dan sesuai dengan struktur organisasi tim HPK terbagi
menjadi ketua, sekretaris, Penanggung jawab pelayanan kerohanian, pendampingan pasien
kritis dan pelayanan tahap terminal, Penanggung jawab persetujuan tindakan kedokteran
(informed consent) dan penolakan tindakan kedokteran, Penanggung jawab perlindungan
kebutuhan privasi, pemberian informasi pelayanan dan penyelesaian keluhan, Penanggung
jawab perlindungan harta dan kekerasan fisik.
C. Pengaturan Dinas
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
9
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan Sarana
Setiap pasien yang mendapat pelayanan di Rumah Sakit WARAS WIRIS akan
dilayani oleh petugas mulai dari bagian penerimaan baik rawat jalan maupun rawat
inap.Informasi tentang hak dan kewajiban pasien, fasilitas layanan di Rumah Sakit
WARAS WIRIS sudah di dapat di bagian penerimaan, informasi lain mengenai
proses pemeriksaan,pelayanan medis maupun non medis akan didapat di unit-unit
terkait. Di masing-masing unit juga disediakan loker khusus untuk penyimpanan
barang berharga milik pasien, adanya CCTV di setiap unit terutama di lokasi yang
terpencil atau terisolasi, detektor asap di masing-masing unit, alarm kebakaran, dan
tersedianya apar di setiap unit.
2. Peralatan
Peralatan yang tersedia adalah formulir serah terima barang pasien, lembar
persetujuan tindakan, lembar penolakan tindakan, informasi hak dan kewajiban
pasien, buku tarif Rumah Sakit WARAS WIRIS , formulir permintaan pelayanan
kerohanian, CCTV di setiap unit dan lokasi yang terpencil atau terisolasi, apar di
masing-masing unit, bel pasien di setiap bed dan kamar mandi pasien.
10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
11
Pelaksanaan : Setiap pasien yang mendapat pelayanan kesehatan di rumah sakit
mempunyai satu data rekam medis yang disimpan di instalasi rekam
medis
Peminjaman dan pembukaan data rekam medis harus disetujui oleh
pasien secara tertulis
Peminjaman data rekam medis untuk keperluan penelitian harus
seizin direktur rumah sakit secara tertulis
Informasi berkenaan dengan pasien hanya boleh diberikan kepada
pasien dan keluarga inti atau wali yang ditunjuk
Tidak memasang data informasi pasien yang dirawat di rumah sakit
secara terbuka
13
sama dengan rumah sakit serta hak pasien dan keluarga
Instalasi rawat inap
Informasi yang bersifat umum, rencana pelayanan dan tindakan
keperawatan, biaya perawatan, persiapan operasi, dan prosedur
pemulangan pasien
Dokter Instalasi Gawat Darurat, Dokter poli umum dan spesialis,
Dokter gigi, Dokter penanggung jawab pasien dan Dokter anestesi
Informasi tentang diagnosa penyakit, rencana pengobatan dan
tindakan, risiko, komplikasi, prognosis dan alternatif pengobatan
14
mengatur dan menyiapkan kebutuhannya
BAB V
LOGISTIK
A. Penyediaan
1. Lembar pemberian informasi kepada pasien dan keluarga rangkap dua, satu untuk
diserahkan ke pasien, satu lembar untuk dokumen rekam medis
2. Lembar rencana pelayanan
3. Lembar serah terima barang
4. Lembar permintaan pelayanan kerohanian
5. Lembar persetujuan tindakan
6. Lembar penolakan tindakan
7. Loker penyimpanan barang pasien yang dititipkan di masing-masing unit
8. Pesawat telepon di masing-masing unit 24 jam
9. Kamera CCTV di masing-masing unit dan tempat yang terisolasi
10. Pesawat HT diberikan pada satuan pengamanan
11. Papan petunjuk dokter yang mempunyai surat izin praktik di rumah sakit
12. Apar pemadam kebakaran di masing-masing unit dan di setiap lobi rumah sakit
B. Pengelolaan
1. Pengelolaan lembar pemberian informasi kepada pasien dan keluarga, lembar rencana
pelayanan, lembar serah terima barang, lembar pelayanan kerohanian, lembar
persetujuan tindakan, dan lembar penolakan tindakan disediakan dan dikelola oleh
instalasi rekam medis rumah sakit.
15
2. Loker penyimpanan barang pasien dikelola oleh masing-masing unit.
3. Kamera CCTV dan pesawat HT dikelola oleh satuan pengamanan.
4. Apar pemadam kebakaran dikelola oleh unit teknisi.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian, dan
lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar tercipta budaya keselamatan
pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
16
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Mengembangkan sistem dan proses
pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial
bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada
KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara komunikasi
yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong karyawan
untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian
itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien. Menggunakan
informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada
sistem pelayanan.
17
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit
dan kejadian tidak diharapkan.
Sasaran Keselamatan Pasien Tim Hak Pasien dan Keluarga di Rumah Sakit
WARAS WIRIS
1. Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Inap
Ketidaktepatan identifikasi pasien adalah kesalahan penentuan identitas pasien
sejak awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua pelayanan
yang diterima oleh pasien.
2. Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Jalan
Ketidaktepatan identifikasi pasien adalah penentuan identitas pasien rawat jalan
dengan tepat sejak awal pasien datang sampai dengan pasien pulang terhadap
semua pelayanan yang diterima oleh pasien.
3. Komunikasi yang Kurang Efektif
Komunikasi yang kurang efektif adalah komunikasi lisan yang tidak
menggunakan prosedur: Write back, Read back dan Repeat Back (reconfirm).
4. Angka Ketidakpatuhan Cuci Tangan
Ketidakpatuhan mencuci tangan meliputi ketidakpatuhan waktu atau 5 momen
cuci tangan dan ketidakpatuhan 6 langkah cuci tangan
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah Sakit
adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut di atas, berarti wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan
18
kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan melindungi karyawan dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap
warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam
hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang
memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini tim HPK dan perlindungan terhadap Rumah
Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit.
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk
menjamin:
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan
pada tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas
atau terlalu dingin
- Tidak tersedia alat-alat pengaman
- Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-lain.
19
Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan umum
mengenai penyakit tersebut.
Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara harus
menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin) dengan baik
dan menjaga kebersihan tangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang akan digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan. Dengan adanya tim HPK, diharapkan dapat meningkatkan dan
20
melindungi hak pasien dan keluarganya serta pasien memahami haknya selama mendapat
pelayanan kesehatan di rumah sakit secara menyeluruh, staf rumah sakit lebih menghargai
hak-hak pasien dalam proses pelayanan kesehatan. Indikator Mutu pada Tim HPK RS
WARAS WIRIS mengacu pada Pedoman Indikator Mutu RS WARAS WIRIS yaitu:
1. Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Inap
Ruang Lingkup : Ketidaktepatan identifikasi pasien yang dirawat RS
Dimensi Mutu : Keselamatan pasien
Tujuan : Tercapainya Keselamatan Pasien rawat inap
Definisi Operasional : Ketidaktepatan identifikasi pasien adalah kesalahan penentuan
identitas pasien sejak awal pasien masuk sampai dengan pasien
keluar terhadap semua pelayanan yang diterima oleh pasien.
Kriteria Inklusi : - Ketidaktepatan penulisan identitas (nama, tanggal lahir,
alamat, nomor RM)
- Ketidaktepatan pemilihan gelang identitas
- Ketidaktepatan prosedur konfirmasi identitas pasien (antara
lain konfirmasi dengan pertanyaan terbuka)
Kriteria Eksklusi : -
Numerator : Jumlah ketidaktepatan identifikasi pasien
Denominator : Jumlah pasien yang menggunakan gelang identitas
Standar : 0%
21
Ruang Lingkup : Komunikasi lisan atau melalui telepon yang kurang efektif
antar pemberi pelayanan tentang pelaporan kembali hasil
pemeriksaan dan kondisi pasien.
Dimensi Mutu : Keselamatan pasien
Tujuan : Tercapainya Keselamatan Pasien melalui komunikasi lisan
yang efektif
Definisi Operasional : Komunikasi yang kurang efektif adalah komunikasi lisan yang
tidak menggunakan prosedur: Write back, Read back dan
Repeat Back (reconfirm)
Kriteria Inklusi : - Kesalahan Prosedur komunikasi lisan atau via telepon:
Write back, Read back dan Repeat Back (reconfirm)
- Pelaporan secara lisan yang tidak menggunakan prosedur
SBAR
- Prosedur spelling atau ejaan tidak digunakan untuk obat
yang bersifat LASA atau NORUM
Kriteria Eksklusi : Komunikasi non lisan atau tertulis
Numerator : Jumlah ketidaktepatan komunikasi lisan atau via telepon
Denominator : -
Standar : 0%
(SBAR: Situation, Background, Assessment, Recommendation)
4. Angka Ketidakpatuhan Cuci Tangan
Ruang Lingkup : Ketidakpatuhan cuci tangan oleh petugas kesehatan
Dimensi Mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan : Tercapainya Keselamatan Pasien melalui kegiatan mencuci
tangan.
Definisi Operasional : Ketidakpatuhan mencuci tangan meliputi ketidakpatuhan waktu
atau 5 momen cuci tangan dan ketidakpatuhan 6 langkah cuci
tangan
Kriteria Inklusi : - Tidak melakukan cuci tangan pada 5 momen cuci tangan
- Tidak melakukan cuci tangan sesuai 6 langkah cuci tangan
Kriteria Eksklusi : -
Numerator : Angka kejadian ketidakpatuhan cuci tangan oleh petugas
kesehatan
Denominator : -
Standar : 0%
22
BAB IX
PENUTUP
Dengan dikeluarkannya Pedoman Pelayanan Hak Pasien dan Keluarga ini maka setiap
petugas Rumah Sakit agar senantiasa memperhatikan hak dan kewajiban pasien, dokter, dan
Rumah Sakit sebagai pedoman dalam lingkup kerjanya masing-masing dan dijalankan
sebaik-baiknya.
23