Anda di halaman 1dari 8

Amik Khosidah, S.Kep.Ns.M.Kes / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.

1 (2018) 75-81 | 75

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN


KOLOSTRUM PADA BAYI B ARU LAHIR DI PUSKESMAS BATURADEN
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016
Amik Khosidah
Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto

Abstrak

ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. Salah satu komposisi ASI adalah kolostrum.
Pemberian kolostrum secara awal pada bayi dan pemberian ASI secara terus menerus merupakan
perlindungan yang terbaik pada bayi. Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pemberian kolostrum pada bayi baru lahir. Jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional.
Teknik samplingnya total sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah chi square. Berdasarkan
analisis yang dilakukan didapatkan Ada pengaruh pengetahuan ibu tentang kolostrum terhadap pemberian
kolostrum pada bayi baru lahir di Puskesmas Baturaden Kabupaten Banyumas tahun 2016 (p = 0,020).
Ada pengaruh paritas ibu bayi baru lahir terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di Puskesmas
Baturaden Kabupaten Banyumas tahun 2016 (p = 0,007). Ada pengaruh peran tenaga kesehatan dalam
pemberian kolostrum pada bayi baru lahir terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di
Puskesmas Baturaden Kabupaten Banyumas tahun 2016 (p = 0,013). Ibu bayi hendaknya berusaha untuk
mendapatkan informasi tentang kolostrum sehingga akan memberikan kolostrum pada bayi baru lahir
untuk kehamilan berikutnya.

Kata kunci : Kolostrum, Bayi Baru Lahir, Pengetahuan, Paritas, Peran Petugas Kesehatan

Abstract

Breast milk is the best food for babies. One of the composition of breast milk is colostrum. Early
colostrum delivery in infants and continuous breastfeeding is the best protection of the baby. This study to
determine the factors that colostrum effect in the newborn. Type of analytic research with cross sectional
approach. The sampling technique is total sampling. The analytical technique used is chi square. Based
on the analysis, it was found that there was influence of mother knowledge about colostrum to colostrum
in newborn infant at Baturaden Puskesmas Banyumas Regency 2016 (p = 0,020). There is a parity effect
of newborn mothers on the administration of colostrum in newborns at Baturaden Puskesmas Banyumas
Regency in 2016 (p = 0,007). There is influence of health worker role in giving colostrum in newborn to
colostrum in newborn infant at Baturaden Puskesmas Banyumas Regency 2016 (p = 0,013). Infant
mothers should seek to obtain information about colostrum so that it will provide colostrum in newborns
for subsequent pregnancies.

Keywords: Colostrum, Newborn Baby, Knowledge, Parity, Role of Health Officer


76 | Amik Khosidah, S.Kep.Ns.M.Kes / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 75-81
seorang bayi, seperti yang diperoleh dari
PENDAHULUAN
kolostrum, yaitu ASI yang dihasilkan setelah
Ibu setelah melahirkan pada hari pertama
kelahiran. Air Susu Ibu adalah makanan yang
dan kedua tidak jarang yang mengatakan
paling penting terutama pada bulan-bulan
ASInya belum keluar. Sebenarnya meski ASI
pertama kehidupan. Komposisi zat-zat gizi di
yang keluar pada hari tersebut sedikit menurut
dalam ASI secara optimal mampu menjamin
ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang ada
pertumbuhan bayi. Komposisi gizi ASI yang
dalam payudara mendekati kapasitas lambung
paling baik adalah pada tiga hari pertama
bayi yang berusia 1 – 2 hari (Roesli, 2010).
setelah lahir yang dinamakan kolostrum
Kolostrum diproduksi pada beberapa hari
(Widjaja, 2012).
pertama setelah bayi dilahirkan. Kolostrum
Kolostrum adalah cairan pertama yang
mengandung banyak protein dan antibody,
disekresi oleh kelenjar payudara. Kandungan
walaupun sangat kental dan jumlahnya sangat
tertinggi dalam kolostrum adalah antibody
sedikit. Pada masa awal menyusui, kolostrum
yang siap melindungi bayi ketika kondisi bayi
yang keluar mungkin hanya sesendok teh.
masih sangat lemah. Kandungan protein dalam
Meskipun sedikit, kolostrum mampu melapisi
kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan
usus bayi dan melindunginya dari bakteri serta
kandungan protein dalam susu matur.
sanggup mencukupi kebutuhan nutrisi bayi
Pemberian kolostrum secara awal pada bayi
pada hari pertama kelahirannya. Selanjutnya,
dan pemberian ASI secara terus menerus
secara berangsur – angsur produksi kolostrum
merupakan perlindungan yang terbaik pada
berkurang saat air susu keluar pada hari ketiga
bayi karena bayi dapat terhindar dari penyakit
sampai kelima (Prasetyono, 2012).
dan memiliki zat anti kekebalan 10-17 kali
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36
daripada susu matang/matur (Soetjiningsih,
Tahun 2009 tentang Kesehatan, Peraturan
2010).
Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 33
Terdapat beberapa pengertian dan persepsi
Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu
yang salah mengenai kolostrum, yang
(ASI) Eksklusif, Peraturan Bersama Menteri
diperkirakan ASI yang kotor, sehingga tidak
Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri
patut diberikan pada bayi. Ternyata kolostrum
Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri
sebagai pembuka jalan agar bayi dapat
Kesehatan, Nomor: 48/MEN.PP/XII/2008,
menerima ASI penuh. Kolostrum banyak
Nomor: PER.27/MEN/XII/2008 dan Nomor:
mengandung antibodi dan anti-infeksi serta
177/MENKES/PB/XII/2008 tentang
dapat menumbuh kembangkan flora dalam
Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama
usus bayi, untuk siap menerima ASI (Manuaba,
Waktu Kerja di Tempat Kerja serta
2010).
mempertimbangkan hasil Riset Kesehatan
Data Riskesdas (2013) tentang perlakuan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013 disebutkan
ibu bayi terhadap kolostrum, yang
bahwa prosentase pemberian ASI saja (ASI
dikategorikan menjadi tiga, yaitu : 1)
eksklusif) pada bayi sampai usia 6 bulan
diberikan semua kepada bayi, 2) dibuang
sebesar 30,2% sedangkan target nasional
sebagian kemudian diberikan kepada bayi,
sebesar 75%.
dan 3) dibuang semua diketahu, bahwa hasil
Pemerintah Indonesia khususnya
Riskesdas tahun 2010 yaitu 74,7 diberikan
Departemen Kesehatan telah mengadopsi
semua, 16,9 dibuang dan 8,4 dibuang semua.
pemberian ASI eksklusif 6 bulan sesuai
Hasil Riskesdas tahun 2013 yaitu, 85,3
rekomendasi dari World Health Organization
diberikan semua, 8,9 dibuang dan 5,9 dibuang
(WHO) dan United Nations Children's Fund
semua.
(UNICEF), sebagai salah satu program
Penelitian untuk mengetahui faktor – faktor
perbaikan gizi bayi atau balita. Sasaran
yang mempengaruhi pemberian kolostrum
program yang ingin dicapai dalam Indonesia
pada bayi baru lahir sangat diperlukan,
Sehat 2015 adalah sekurang-kurangnya 80%
sehingga dapat dilakukan upaya ke depan
ibu menyusui memberikan ASI eksklusif
untuk menjamin seluruh bayi baru lahir
(Riris, 2015).
diberikan kolostrum. Adapun faktor-faktor
Tidak ada satupun susu formula yang dapat
yang penting untuk diteliti yaitu pengetahuan
menggantikan perlindungan kekebalan tubuh
Amik Khosidah, S.Kep.Ns.M.Kes / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 75-81 | 77

ibu tentang kolostrum, paritas ibu bayi baru 3) Peran Tenaga Kesehatan
lahir dan peran tenaga kesehatan dalam Tenaga kesehatan kurang mendorong ibu
pemberian kolostrum pada bayi baru lahir. bersalin untuk melakukan IMD dalam membantu
persalinan. Beberapa tenaga kesehatan ikut terlibat
LANDASAN TEORI dalam promosi susu formula (Purwanti, 2011).
Kolostrum METODE PENELITIAN
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan Metode penelitian yang digunakan adalah
protein, laktosa dan garam organik yang disekresi metode penelitian analitik yaitu penelitian yang
oleh kedua kelenjar payudara ibu, sebagai mencoba menggali bagaimana dan mengapa
makanan utama bayi (Soetjiningsih, 2010: 20). fenomena kesehatan itu terjadi. Dengan
ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi menggunakan pendekatan cross sectional yaitu
terutama pada bulan- bulan pertama. Pemberian suatu penelitian yang mempelajari dinamika
ASI eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek,
minimal enam bulan. dengan cara pendekatan, observasi dan
Kolostrum adalah cairan pertama yang pengambilan data sekaligus pada suatu saat (point
disekresi oleh kelenjar payudara (Soetjiningsih, time approach) (Notoatmodjo, 2014). Populasi
2010). Kolostrum adalah cairan susu kental penelitian seluruh ibu yang bersalin di Puskesmas
berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan Baturaden Bulan Maret Tahun 2016 sebanyak 30
pada saluran payudara ibu yang kaya akan zat-zat orang. Sampel penelitian ini yaitu ibu yang
pelindung dan berprotein tinggi (Proverawati, bersalin di Puskesmas Baturaden Bulan Maret
2010: 13). Cairan pertama yang diperoleh bayi Tahun 2016 diambil menggunakan teknik total
pada ibunya adalah kolostrum, yang mengandung sampling, yaitu seluruh anggota populasi
campuran kaya akan protein, mineral, dan antibodi sebanyak 30 orang diambil menjadi sampel
daripada ASI yang telah matang. ASI mulai ada penelitian. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas
kira-kira pada hari ke-3 atau hari ke-4. kolostrum Baturaden Kabupaten Banyumas. Penelitian ini
berubah menjadi ASI yang matang kira-kira 15 dilakukan pada bulan Juni 2016. Instrumen dalam
hari sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah penelitian ini adalah kuesioner. Analisis data
bayi lahir dan bayi sering menyusui, maka proses menggunakan analisa univariat dan analisa
adanya ASI akan meningkat. (Dewi, dkk, 2011: bivariat dengan uji Chi Square dikarenakan data
20). penelitian menggunakan skala ordinal dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi nominal (Sugiyono, 2006).
Pemberian Kolostrum HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Pengetahuan Analisis Univariat
Kendala pemberian kolostrum adalah
kekurangtahuan atau karena kepercayaan yang 1) Gambaran pengetahuan ibu tentang
salah, banyak ibu yang baru melahirkan tidak kolostrum
memberikan kolostrum kepada bayinya. Di Tabel 4.1 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang
berbagai daerah, air susu pertama (kolostrum) kolostrum di Puskesmas Baturaden Kabupaten
sengaja diperah dengan tangan dan dibuang Banyumas tahun 2016
(Proverawati 2010). Kandungan kolostrum inilah
Pengetahuan Ibu f %
yang tidak diketahui ibu sehingga banyak ibu
dimasa setelah persalinan tidak memberikan Baik 8 26,7
kolostrum kepada bayi baru lahir karena Cukup 13 43,3
pengetahuan tentang kandungan kolostrum itu Kurang 9 30,0
tidak ada (Purwanti, 2011). Jumlah 30 100,0

2) Paritas Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pengetahuan


Masalah-masalah yang sering terjadi pada ibu tentang kolostrum di Puskesmas Baturaden
menyusui, terutama pada ibu primipara. Oleh Kabupaten Banyumas tahun 2016 sebagian besar
karena itu ibu perlu diberikan penjelasan pada kategori cukup dengan jumlah 13 orang
mengenai perawatan payudara, cara menyusui (43,3%) dan terendah adalah pada kategori baik
yang benar dan hal-hal yang erat hubungan sebanyak 8 orang (26,7%).
dengan menyusui (Bahiyatun 2009). Hasil penelitian ini mendukung penelitian
sebelumnya oleh Sitepu (2013) yang
menyimpulkan bahwa pengetahuan ibu post
78 | Amik Khosidah, S.Kep.Ns.M.Kes / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 75-81
partum dalam pemberian ASI kolostrum cukup Masalah-masalah yang sering terjadi pada
sebanyak 17 orang (56,7 %), menyusui, terutama pada ibu primipara. Oleh
Terdapat beberapa pengertian dan persepsi karena itu ibu perlu diberikan penjelasan
yang salah mengenai kolostrum, yang mengenai perawatan payudara, cara menyusui
diperkirakan ASI yang kotor, sehingga tidak patut yang benar dan hal-hal yang erat hubungan
diberikan pada bayi. Ternyata kolostrum sebagai dengan menyusui (Bahiyatun 2009).
pembuka jalan agar bayi dapat menerima ASI Ibu bayi yang sebagian besar multipara dan
penuh. Kolostrum banyak mengandung antibodi tidak ada yang termasuk dalam kategori
dan anti-infeksi serta dapat menumbuh grandemultipara menunjukkan sudah adanya
kembangkan flora dalam usus bayi, untuk siap kesadaran ibu maupun keluarganya untuk
menerima ASI (Manuaba, 2010). membatasi jumlah anak. Hal ini tidak terlepas
Pengetahuan ibu yang sebagian besar cukup dari adanya petugas kesehatan, khususnya bidan
baik dapat dipengaruhi oleh informasi yang di puskesmas yang senantiasa memberikan
didapat oleh ibu tentang ASI. Informasi tersebut penjelasan diantaranya tentang keluarga berencana.
dapat diperoleh ibu bayi melalui berbagai media
3) Gambaran peran tenaga kesehatan dalam
informasi yang saat ini dapat dinikmato oleh
masyarakat seperti televisi, internet maupun pemberian kolostrum pada bayi baru lahir
penyuluhan dari tenaga kesehatan. di Puskesmas Baturaden Kabupaten
Banyumas
2) Gambaran paritas ibu bayi baru lahir
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi peran tenaga kesehatan
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi paritas ibu bayi baru dalam pemberian kolostrum pada bayi baru lahir
lahir di Puskesmas Baturaden Kabupaten Banyumas
tahun 2016 Peran Tenaga f %
Kesehatan
Paritas Ibu f % Baik 5 16,7
Primipara 13 43,3 Cukup 22 73,3
Multipara 17 56,7 Kurang 3 10,0
Grandemultipara 0 0,0 Jumlah 30 100,0
Jumlah 30 100,0
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa peran tenaga
Tabel 4.2 menunjukkan paritas ibu bayi baru kesehatan dalam pemberian kolostrum pada bayi
lahir di Puskesmas Baturaden Kabupaten baru lahir di Puskesmas Baturaden Kabupaten
Banyumas tahun 2016 sebagian besar multipara Banyumas tahun 2016 sebagian besar pada
dengan jumlah 17 orang (56,7%) dan lainnya kategori cukup dengan jumlah 22 orang (73,3%)
primipara yaitu 13 orang (43,3%). dan terendah pada kategori kurang yaitu 3 orang
Hasil penelitian ini mendukung penelitian (10,0%).
oleh Khoniasari (2015) menyimpulkan sebagian Hasil penelitian ini mendukung penelitian
besar ibu bayi baru lahir multipara yaitu 41 orang oleh Khoniasari (2015) menyimpulkan sebagian
(58,6%) dan lainnya primipara yaitu 29 (41,4%). besar peran tenaga kesehatan pada kategori baik
Paritas 1 – 3 merupakan paritas yang baik yaitu 43 orang (61,4%) dan lainnya tidak baik
untuk kesehatan ibu maupun janin yang yaitu 27 (38,6%). Perbedaan ini dapat disebabkan
dikandungnya. Ibu yang mempunyai anak lebih karena lokasi penelitian yang berbeda, dimana
dari 4 orang dapat menimbulkan resiko untuk penelitian oleh Khoniasari dilakukan di rumas
terjadinya gangguan pertumbuhan janin dalam sakit taitu RSUD Salatiga. Kondisi tersebut dapat
kandungan dan menyebabkan bayi lahir dengan menyebabkan perbedaan peran yang dijalankan
berat badan lahir rendah. Ibu yang mempunyai oleh petugas kesehatan dalam mendampingi atau
banyak anak dengan jarak kehamilan yang pendek menolong persalinan.
(kurang 24 bulan) akan beresiko untuk menderita Tenaga kesehatan memiliki peran penting
anemia dan terjadinya abortus. Ibu yang memiliki dalam keberhasilan pemberian kolostrum pada
banyak anak akan lebih disibukkan oleh kegiatan bayi baru lahir. Tenaga kesehatan kurang
untuk mengurusi anak-anaknya dibandingkan mendorong ibu bersalin untuk melakukan IMD
untuk mengurusi dirinya sendiri, yang berdampak dalam membantu persalinan. Beberapa tenaga
pada kurangnya perhatian ibu terhadap kecukupan kesehatan ikut terlibat dalam promosi susu
gizi bagi dirinya juga kandungannya, sehingga formula (Purwanti, 2011).
kesehatan ibu menurun dan janin mengalami Peran tenaga kesehatan dalam pemberian
gangguan pertumbuhan didalam kandungan kolostrum pada bayi baru lahir yang sebagian
(Prawirohardjo, 2011). besar cukup baik dapat disebabkan karena
Amik Khosidah, S.Kep.Ns.M.Kes / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 75-81 | 79

pentingnya peran petugas kesehatan dalam ikut Analisis Bivariat


mensukseskan program kesehatan, khususnya
tentang pemberian kolostrum yang sangat baik 1) Analisis pengaruh pengetahuan ibu tentang
bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi kolostrum terhadap pemberian kolostrum
pada bayi baru lahir di Puskesmas Baturaden
4) Gambaran pemberian kolostrum pada bayi Kabupaten Banyumas
baru lahir
Tabel 4.5. Analisis pengaruh pengetahuan ibu tentang
Tabel 4.4. Distribusi frekuensi pemberian kolostrum kolostrum terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru
pada bayi baru lahir di Puskesmas Baturaden Kabupaten lahir di Puskesmas Baturaden Kabupaten Banyumas
Banyumas tahun 2016 tahun 2016
Pemberian f % Pengetahuan Pemberian
Kolostrum Kolostrum
Tidak 16 53,3 Ibu Ya Tidak Jumlah
Ya 14 46,7 n % n % n %
Jumlah 30 100,0 Baik 7 87,5 1 12,5 8 100,0
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian Cukup 5 38,5 8 61,5 13 100,0
besar ibu bayi baru lahir di Puskesmas Baturaden Kurang 2 22,2 7 77,8 9 100,0
Kabupaten Banyumas tahun 2016 tidak Jumlah 14 46,7 16 53,3 30 100,0
memberikan kolostrum dengan jumlah 16 orang p = 0,020
(53,3%) dan yang memberikan kolostrum yaitu 14
orang (46,7%).
Hasil analisis pengaruh pengetahuan ibu
Hasil penelitian ini mendukung penelitian
tentang kolostrum terhadap pemberian kolostrum
oleh Dina (2010) yang menyimpulkan bahwa
pada bayi baru lahir di Puskesmas Baturaden
sebagian besar tidak memberikan kolostrum yaitu
Kabupaten Banyumas menggunakan uji Chi
21 (64 %) responden dan lainnya memberikan
Square diketahui nilai signifikansi (p value)
kolostrum yaitu 12 (36 %) responden.
sebesar 0,020. Nilai p yang lebih kecil dari  =
Kolostrum yang sebagian besar tidak
0,05 artinya Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga
diberikan pada bayi baru lahir dapat disebabkan
dapat disimpulkan ada pengaruh pengetahuan ibu
karena masih adanya pengetahuan ibu bayi yang
tentang kolostrum terhadap pemberian kolostrum
kurang baik tentang kolostrum termasuk peran
pada bayi baru lahir di Puskesmas Baturaden
tenaga kesehatan yang belum baik. Pemberian
Kabupaten Banyumas tahun 2016.
kolostrum secara awal pada bayi dan pemberian
Hasil penelitian ini mendukung penelitian
ASI secara terus menerus merupakan
sebelumnya oleh Wintarti (2011) yang
perlindungan yang terbaik pada bayi karena bayi
menyimpulkan ada hubungan antara tingkat
dapat terhindar dari penyakit dan memiliki zat anti
pengetahuan tentang kolostrum dengan perilaku
kekebalan 10-17 kali daripada susu matang/matur
pemberian kolostrum. Penelitian lain oleh
(Soetjiningsih, 2010).
Hernikeyanti (2014) juga menyimpulkan ada
Kolostrum adalah cairan pertama yang
hubungan antara pengetahuan dengan pemberian
disekresi oleh kelenjar payudara (Soetjiningsih,
2010; 91). Kandungan tertinggi dalam kolostrum kolostrum pada bayi baru lahir (p value = 0,001).
Kendala pemberian kolostrum adalah
adalah antibody yang siap melindungi bayi ketika
kekurangtahuan atau karena kepercayaan yang
kondisi bayi masih sangat lemah. Kandungan
salah, banyak ibu yang baru melahirkan tidak
protein dalam kolostrum lebih tinggi
memberikan kolostrum kepada bayinya. Di
dibandingkan dengan kandungan protein dalam
berbagai daerah, air susu pertama (kolostrum)
susu matur. Pemberian kolostrum secara awal
sengaja diperah dengan tangan dan dibuang
pada bayi dan pemberian ASI secara terus
menerus merupakan perlindungan yang terbaik (Proverawati 2010). Kandungan kolostrum inilah
yang tidak diketahui ibu sehingga banyak ibu
pada bayi karena bayi dapat terhindar dari
dimasa setelah persalinan tidak memberikan
penyakit dan memiliki zat anti kekebalan 10-17
kolostrum kepada bayi baru lahir karena
kali daripada susu matang/matur (Soetjiningsih,
pengetahuan tentang kandungan kolostrum itu
2010).
tidak ada (Purwanti, 2011).
Ibu bayi baru lahir yang sebagian besar tidak
Pengetahuan ibu tentang kolostrum yang
memberikan kolostrum dapat disebabkan karena
berhubungan dengan pemberian kolostrum pada
tidak dapat dilaksanakannya inisisasi menyusu
bayi baru lahir, sehingga petugas kesehatan perlu
dini sehingga bayi tidak segera mendapatkan
memberikan penjelasan tentang kolostrum sejak
kolostrum. Faktor lainnya adalah karena ASI yang
awal yaitu selama hamil. Program inisiasi
tidak lancar atau belum keluar serta ibu bayi.
80 | Amik Khosidah, S.Kep.Ns.M.Kes / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 75-81
menyusu dini juga perlu diintensifkan termasuk dalam memberikan kolostrum
pelaksanaannya agar bayi baru lahir mendapatkan padabayi baru lahir. Kurangnya pengalaman
kolostrum yang sangat baik bagi pertumbuhan dan menyusui ibu. Bagi ibu muda yang baru
perkembangan bayi. pertama kali melahirkan, seringkali masih
Pengetahuan ibu tentang kolostrum yang baik bingung tentang cara menyusui, waktu
tetapi tidak memberikan kolostrum dapat
pemberian dan bagaimana produksi ASI yang
disebabkan karena ASI yang tidak lancar atau
belum keluar. Adapun untuk yang lancar, sedangkan sebenarnya menyusui
pengetahuannya kurang tetapi memberikan adalah proses yang sangat menyenangkan
kolostrum dapat disebabkan karena inisiasi (Sutomo dan Anggraini 2010).
menyusu dini yang berhasil dilakukan pada saat Hubungan yang signifikan antara paritas
persalinan.. dengan pemberian kolostrum dapat disebabkan
1. Analisis pengaruh paritas ibu bayi baru karena faktor pengalaman ibu bayi. Ibu bayi
lahir terhadap pemberian kolostrum pada yang sudah pernah melahirkan sebelumnya
bayi baru lahir di Puskesmas Baturaden lebih mengetahui tentang pemberian ASI
Kabupaten Banyumas segera pada bayi baru lahir. Adanya ibu
Analisis pengaruh paritas ibu bayi baru lahir primipara yang memberikan kolostrum dapat
terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru disebabkan karena ASI ibu yang lancar
lahir di Puskesmas Baturaden Kabupaten sehingga dapat segera memberikan kolostrum
Banyumas, selengkapnya disajikan pada tabel pada bayinya, sedangkan yang tidak
berikut ini. memberikan dapat disebabkan karena ASI
Tabel 4.6. Analisis pengaruh paritas ibu bayi baru lahir belum keluar atau tidak lancar.
terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di 2. Analisis pengaruh peran tenaga kesehatan
Puskesmas Baturaden Kabupaten Banyumas tahun 2016
dalam pemberian kolostrum pada bayi baru
Paritas Pemberian lahir terhadap pemberian kolostrum pada
Kolostrum bayi baru lahir di Puskesmas Baturaden
Ibu Ya Tidak Jumlah Kabupaten Banyumas
n % n % n % Analisis pengaruh peran tenaga kesehatan
Primipara 3 23,1 10 76,9 13 100,0 dalam pemberian kolostrum pada bayi baru lahir
Multipara 11 64,7 6 35,3 18 100,0 terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru
Grande 0 0,0 0 0,0 0 100,0 lahir di Puskesmas Baturaden Kabupaten
Jumlah 14 46,7 16 53,3 30 100,0 Banyumas, selengkapnya disajikan pada tabel
p = 0,024 berikut ini.
Hasil analisis pengaruh paritas ibu bayi Tabel 4.7. Analisis pengaruh peran tenaga kesehatan
baru lahir terhadap pemberian kolostrum pada dalam pemberian kolostrum pada bayi baru lahir
bayi baru lahir di Puskesmas Baturaden terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di
Kabupaten Banyumas menggunakan uji Chi Puskesmas Baturaden Kabupaten Banyumas tahun 2016
Square diketahui nilai signifikansi (p value) Peran Pemberian Kolostrum
sebesar 0,024. Nilai p yang lebih kecil dari  = Tenaga
0,05 artinya Ho ditolak dan Ha diterima, Kesehatan Ya Tidak Jumlah
sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh n % n % n %
paritas ibu bayi baru lahir terhadap pemberian Baik 5 100,0 0 0,0 5 100,0
kolostrum pada bayi baru lahir di Puskesmas Cukup 9 40,9 13 59,1 22 100,0
Baturaden Kabupaten Banyumas tahun 2016. Kurang 0 0,0 3 100,0 3 100,0
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Jumlah 14 46,7 16 53,3 30 100,0
sebelumnya oleh Dina (2010) yang p = 0,013
menyimpulkan ada hubungan antara paritas
dengan pemberian kolostrum pada ibu post Hasil analisis pengaruh peran tenaga
partum (p value =0,00). Penelitian oleh Putu kesehatan dalam pemberian kolostrum pada
(2015) juga menyimpulkan ada hubungan bayi baru lahir terhadap pemberian kolostrum
antara paritas tentang kolostrum dengan pada bayi baru lahir di Puskesmas Baturaden
pemberian kolostrum (p value =0,002). Kabupaten Banyumas menggunakan uji Chi
Ibu yang sudah memiliki anak 2 sampai 4 Square diketahui nilai Chi Square sebesar
memiliki pengalaman dalam merawat bayinya, 8,632 dengan nilai signifikansi (p) sebesar
Amik Khosidah, S.Kep.Ns.M.Kes / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 75-81 | 81

0,013. Nilai p yang lebih kecil dari  = 0,05 lebih aktif dalam pelaksanaan inisiasi menyusu
artinya Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dini untuk memastikan bayi baru lahir segera
dapat disimpulkan ada pengaruh peran tenaga mendapatkan kolostrum yang sangat penting
kesehatan dalam pemberian kolostrum pada bagi pertumbuhan dan perkembangannya..
bayi baru lahir terhadap pemberian kolostrum
KESIMPULAN
pada bayi baru lahir di Puskesmas Baturaden
Pengetahuan ibu tentang kolostrum
Kabupaten Banyumas tahun 2016.
sebagian besar pada kategori cukup dengan
Hasil penelitian ini mendukung penelitian
jumlah 13 orang (43,3%) dan terendah adalah
sebelumnya oleh Putu (2015) yang
pada kategori baik sebanyak 8 orang (26,7%).
menyimpulkan ada hubungan antara dukungan
Paritas ibu bayi baru lahir sebagian besar
tenaga kesehatan tentang kolostrum dengan
multipara dengan jumlah 18 orang (60,0%)
pemberian kolostrum (p value =0,001).
dan lainnya primipara yaitu 12 orang (40,0%).
Penelitian lain oleh Khoniasari (2015)
Peran tenaga kesehatan dalam pemberian
menyimpulkan ada hubungan antara peran
kolostrum pada bayi baru lahir sebagian besar
tenaga kesehatan dengan pelaksanaan inisiasi
pada kategori cukup dengan jumlah 22 orang
menyusu dini.
(73,3%) dan terendah pada kategori kurang
Tenaga kesehatan yang dapat menjalankan
yaitu 3 orang (10,0%). Ibu bayi baru lahir
perannya dengan baik dapat meningkatkan
sebagian besar tidak memberikan kolostrum
keberhasilan pemberian kolostrum pada bayi
dengan jumlah 16 orang (53,3%) dan yang
baru lahir, khususnya bidan yang menolong
memberikan kolostrum yaitu 14 orang
persalinan. Petugas kesehatan setelah selesai
(46,7%). Ada pengaruh pengetahuan ibu
menolong persalinan dapat memberikan
tentang kolostrum terhadap pemberian
penjelasan tentang pentingnya ibu bayi untuk
kolostrum pada bayi baru lahir (p = 0,020).
segera memberikan kolostrum.
Ada pengaruh paritas ibu bayi baru lahir
Pemberian ASI secara ekslusif ada
terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru
hubungannya dengan peran petugas kesehatan,
lahir (p = 0,007). Ada pengaruh peran tenaga
sikap dan perhatian oleh para ahli kesehatan
kesehatan dalam pemberian kolostrum pada
yang berkaitan dengan menyusui sangat
bayi baru lahir terhadap pemberian kolostrum
diperlukan terutama dalam membantu
pada bayi baru lahir (p = 0,013). Ibu bayi
terlaksananya inisiasi menyusui dini dan
hendaknya berusaha untuk mendapatkan
menghadapi promosi pabrik pembuat susu
informasi tentang kolostrum sehingga akan
formula dan pemberian makanan pendamping
memberikan kolostrum pada bayi baru lahir
ASI seperti pisang, madu, bubur nasi. Posisi untuk kehamilan berikutnya.
strategis dari peranan instansi kesehatan dan
para petugas kesehatan di Indonesia terutama DAFTAR PUSTAKA
di puskesmas sangat bermanfaat bagi Arikunto, S. (2012). Prosedur Penelitian:
pelaksanaan kegiatan operasional Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
pemasyarakatan ASI (Rahmawati, 2013). Rineka Cipta.
Salah satu upaya untuk meningkatkan Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan
keberhasilan pemberian kolostrum adalah Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC
melalui pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) oleh bayi baru lahir pada ibunya. IMD Dewi, Sunarsih. (2011). Asuhan Kehamilan
adalah bayi mulai menyusu sendiri segera untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
setelah lahir, dimana bayi dibiarkan mencari Medika.
puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan Dina Mahaijiran. (2010). Hubungan Antara
ke puting susu) (Khoniasari (2015). Paritas Dengan Pemberian Kolostrum
Tenaga kesehatan khususnya bidan Pada Ibu Post Partum.
memiliki peran penting dalam menolong http://journal.unisla.ac.id/pdf/
persalinan. Pemberian kolostrum dapat
dilakukan melalui pelaksanaan inisiasi Hernikeyanti. (2014). Hubungan Tingkat
menyusu dini. Oleh karena itu, tenaga Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu
kesehatan dalam menolong persalinan harus Terhadap Pemberian Kolostrum Pada
Bayi Baru Lahir Di RSIA Siti Fatimah
82 | Amik Khosidah, S.Kep.Ns.M.Kes / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 75-81
Makassar Kabupaten Bone.
http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/13/ http://repository.unhas.ac.id/bitstream/ha
e- ndle/123456789/8413/JURNAL%20Rahm
library%20stikes%20nani%20hasanuddin- awati.pdf
-hernikeyan-621-1-52141511-1.pdf
Riskesdas (2013). Laporan Riset Kesehatan
Khoniasari, Aik. (2015). Pengaruh Paritas, Dasar 2013. Badan Penelitian Dan
Pengetahuan Ibu, Dukungan Keluarga, Pengembangan Kementerian Kesehatan
dan Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Republik Indonesia.
Inisiasi Menyusu Dini Di RSUD Salatiga. Roesli, U. (2010). Mengenal ASI eksklusif.
https://digilib.uns.ac.id
Jakarta: Trubus Agriwidya.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (2010). Penuntun
Sarwono, P. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta:
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Bina Pustaka
Ginekologi. Jakarta : EGC.
Sitepu Meilda Fitri. (2013). Perilaku Ibu Post
Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi Partum Dalam Pemberian Asi Kolostrum
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Di Rumah Sakit Martha Friska Brayan
Cipta.
Tahun
Prasetyono, Dwi Sunar. (2012). Buku Pintar 2012http://repository.usu.ac.id/bitstream/1
ASI Eksklusif (Pengalaman, Praktik, dan 23456789/39356/7/Cover.pdf
Kemanfaatan-Kemanfaatannya).
Soetjiningsih. (2010). ASI : Petunjuk untuk
Jogjakarta: Diva Press.
Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. (2011). Buku Acuan
Sugiyono. (2014). Statistika untuk penelitian.
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Bandung: Alfabeta.
dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka
Sutomo, B & Anggraini, D. Y., (2010).
Proverawati. A. (2010). ASI dan Menyusui.
Makanan Sehat Pendamping ASI.
Yogyakarta : Nuha Medika
Demedia. Jakarta.
Purwanti, Sri H. (2011). Konsep Penerapan
Wawan, A. (2010). Teori dan Pengukuran
ASI Eksklusif: Buku saku untuk bidan, Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Jakarta: EGC
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
Putu Novi Gita. (2015). Pratiwi Faktor-Faktor
Widjaja, K. (2012). Kesehatan Anak :
Yang Berhubungan Dengan Pemberian
Mengatasi Diare dan Keracunan Pada
Kolostrum Pada Ibu Nifas Tahun 2015. Balita . Jakarta : Kawan Pustaka.
https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1320015003
-1-Halaman%20Awal.pdf Wintarti P. (2011). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Tentang Kolostrum Dengan
Rahmawati A. (2013). Hubungan Antara
Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Ibu
Karakteristik Ibu, Peran Petugas Menyusui Di RS Bhayangkara Polda DIY.
Kesehatan Dan Dukungan Keluarga http://opac.unisayogya.ac.id
Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani

Anda mungkin juga menyukai