Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tumbuhan lumut (Bryophyta) juga dikenal dengan istilah tumbuhan Perintis.


Tumbuhan perintis artinya tumbuhan yang bisa membuka lahan hidup untuk
organisme lain. Tumbuhan lumut (Bryophyta) juga merupakan tumbuhan peralihan
antara Thallophyta (belum dapat dibedakan antara akar, batang dan daun) dan
Cormophyta (sudah dapat dibedakan antara akar, batang dan daun).

Secara umum tumbuhan lumut (Bryophyta) di golongkan dalam 2 kelas yaitu :


Lumut hati (Hepaticopsida) dan Lumut daun atau lumut sejati (Musci atau
Bryopsida). Pembagian kelas ini berdasarkan perbedaan struktur tubuhnya.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat awam terkadang belum bisa


membedakan lumut dan ganggang atau lendir, lumut yang umum diketahui adalah
lumut daun (Bryipsida), yaitu jenis lumut yang hidup pada dinding rumah.
Selaim permasalahan di atas, masyarakat juga masih belum mengetahui
bagaimana pentingnya peranan tumbuhan lumut dalam kehidupan sehari-hari terlebih
lagi khasiat dari beberapa jenis tumbuhan lumut yang bisa menyembuhkan suatu
penyakit.
Berdasarkan permasalahan di atas maka disusunlah makalah ini dengan harapan
kita sebagai mahasiswa Biologi bisa lebih memahami lagi mengenai karakteristik
Divisi Bryophyta.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dalam


makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana karakteristik dari Divisi Bryophyta?
2. Bagaimana habitat dari Bryophyta?
3. Bagaimana daur hidup dan perkembangbiakan dari Bryophyta?
4. Bagaimana hubungan kekerabatan antara Bryophyta dengan Thallopyta dan
dengan Pteridophyta?
5. Bagaimana manfaat atau peranan dari Bryophyta?
1
1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui karakteristik dari Divisi Bryophyta.
2. Mengetahui habitat dari Bryophyta.
3. Mengetahui daur hidup dan perkembangbiakan dari Bryophyta.
4. Mengetahui hubungan kekerabatan antara Bryophyta dengan Thallopyta
dan dengan Pteridophyta.
5. Mengetahui manfaat atau peranan dari Bryophyta.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Karakteristik Divisi Bryophyta

Tumbuhan lumut primitif merupakan evolusi dari organisme aquatik primitive


yang telah menyesuaikan diri dalam lingkungan teresterial. Kelompok tumbuhan ini
penyebarannya menggunakan spora dan telah mendiami bumi semenjak kurang lebih
350 juta tahun yang lalu. Pada masa sekarang ini Bryophyta dapat ditemukan di
semua habitat kecuali di laut (Gradstein, 2003).

Oleh karena tumbuhan ini merupakan tumbuhan peralihan, maka tumbuhan ini
telah menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai tumbuhan darat. Penyesuaian ini
ditunjukan oleh adanya alat-alat tumbuh berupa akar palsu (rhizoid), alat untuk
perlindungan terhadap kekeringan berupa sel-sel epidermis, alat-alat reproduksi yang
mempunyai sel-sel berlapis-lapis yang melindungi alat kelamin dari kekeringan,
spora-sporanya berdinding tebal karena oleh penyebaran yang dilakukan angin dan
sebagainya. Namun demikian, adanya air sangat penting bagi kehidupan lumut,
karena tanpa air maka sel-sel kelamin jantan tidak akan dapat mencapai sel-sel
kelamin betina, sehingga tumbuhan biasanya tidak tumbuh dengan baik dalam
keadaan kekeringan.

Semua tumbuhan yang tingkat perkembangannya lebih tinggi daripada


Thallophyta pada umumnya mempunyai warna yang benar-benar hijau, karena
mempunyai sel-sel dengan plastida yang mengandung klorofil-a dan b. Kebanyakan
hidup di darat dan sel-selnya telah mempunyai dinding yang terdiri atas selulosa.

Berikut ini merupakan karakteristik atau ciri-ciri umum dari Divisi Bryophyta.
1. Berwarna hijau, karena sel-selnya memiliki kloroplas (plastida).
2. Struktur tubuhnya masih sederhana, belum memiliki jaringan pengangkut.
3. Proses pengangkutan air dan zat mineral di dalam tubuh berlangsung secara
difusi dan dibantu oleh aliran sitoplasma.
4. Hidup di rawa-rawa atau tempat yang lembab.
5. Ukuran tinggi tubuh ± 20 cm.
6. Dinding sel tersusun atas sellulosa.

3
7. Gametangium terdiri atas anteredium dan arkegoniom.
8. Daun lumut tersusun atas selapis sel berukuran kecil mengandung kloroplas
seperti jala, kecuali pada ibu tulang daunnya.
9. Hanya mengalami pertumbuhan primer dengan sebuah sel pemula berbentuk
tetrader.
10. Belum memiliki akar sejati, sehingga menyerap air dan mineral dalam tanah
menggunakan rhizoid.
11. Rhizoid terdiri atas beberapa lapis deretan sel parenkim.
12. Sporofit terdiri atas kapsul dan seta.
13. Sporofit yang ada pada ujung gametofit berwarna hijau dan memiliki
klorofil, sehingga bisa melakukan fotosintesis.

2.2. Habitat Bryophyta

Beberapa jenis lumut bersifat kosmopolit, dapat ditemukan di mana-mana.


Mulai dari daerah kutub sampai pada daerah tropik, di gunung maupun di dataran
rendah, kecuali di laut.

Lumut hidup pada batu-batuan, cadas-cadas, tembok, gambut dan ada yang
tumbuh pada pohon sebagai epifit. Hampir semua lumut bersifat terrestrial namun
kebanyakan lebih menyukai hidup pada temat-tempat basah.

2.3. Daur Hidup dan Perkembangbiakan Bryophyta

1. Alat Kelamin
Pada Bryophyta (lumut) alat-alat kelaminnya berupa anteridium
(mikrogametangium) dan arkegonium (makrogametangium), demikian pula
sporogoniumnya, selalu terdiri atas banyak sel. Arkegonium adalah
gametangium betina yang bentuknya seperti botol. Bagian yang lebar disebut
perut, dan bagian yang sempit disebut leher. Baik bagian perut maupun bagian
leher mempunyai dinding yang terdiri dari selapis sel. Dalam bagian perut
terdapat satu sel pusat yang besar, yang sebelum arkegonium masak (siap untuk
dibuahi) membelah menjadi sel telur dan suatu sel yang terdapat pada pangkal
leher dan dinamakan sel saluran perut. Di dalam leher di atas sel saluran perut
4
terdapat sel-sel saluran leher. Sedangkan mikrogametangium (anteredium)
adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat atau seperti gada. Dindingnya
terdiri atas selapis sel-sel mandul. Di dalamnya terdapat sejumlah besar sel-sel
induk spermatozoid yang kecil. Spermatozoid berbentuk spiral pendek, sebagian
besar terdiri dari inti dan dekat dengan bagian depannya terdapat dua bulu
cambuk.

Gambar 1. Struktur Arkegonium Gambar 2. Perkembangan dan Struktur


(Sumber: Tjitrosoepomo, 1986) Anteridium (Sumber: Tjitrosoepomo, 1986)

Baik lumut yang masih hidup di air atau dekat dengan air, maupun yang
betul-betul telah merupakan tumbuhan darat, untuk terselenggaranya
pembuahan memerlukan air, karena tanpa air spermatozoa tidak dapat bergerak.
Jika arkegonium telah masak dan sel telur telah siap untuk dibuahi, maka
arkegonium membuka pada ujungnya, sel-sel saluran leher dan sel saluran perut
menjadi lender dan menghasilkan zat-zat tertentu yang merupakan daya penarik
kemotaksis bagi spermatozozid.sel telur yang telah dibuahi lalu tumbuh menjadi
embrio. Pada Bryophita embrio itu tumbuh menjadi suatu badan kecil yang akan
menghasilkan spora, yaitu sporogonium. Sporogonium tidak merupakan suatu
tumbuhan yang terpisah, melainkan tetap pada induknya dan seakan-akan
menjadi parasit bagi tumbuhan induknya.

2. Daur Hidup dan Cara Berkembangbiak


Lumut mempunyai pergantian generasi yang teratur antara generasi
pembentuk gamet (gametofit ) dengan generasi pembentuk spora (sporofit ).
Gametofit sering disebut generasi seksual, yang berasal dari perkecambahan
spora. Spora yang kecil dan haploid, berkecambah menjadi suatu protalium yang
pada lumut dinamakan protonema. Protonema pada lumut ada yang menjadi
5
besar, ada pula yang menjadi kecil. Pada protonema ini terdapat kuncup-kuncup
yang tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan lumutnya.
Tubuh tumbuhan lumut berupa talus seperti lembaran-lembaran daun
(Hepaticae), atau telah mempunyai habitus seperti pohon kecil dengan batang
dan daun-daunnya (pada Musci), tetapi padanya belum terdapat akar yang
sesungguhnya, melainkan hanya rizoid-rizoid yang berbentuk benang-benang
atau kadang-kadang memang telah menyerupai akar. Pada tumbuhan lumut
inilah dibentuk gametangium.

Gambar 3. Daur Kehidupan dan Skema Pergiliran Keturunan Lumut (Sumber:


Tjitrosoepomo, 1986)

Setelah sel telur dibuahi oleh spermatozoid yang bentuknya seperti spiral
atau alat pembuka gabus tutup botol dengan dua bulu cambuk itu, maka zigot
tidak memerlukan waktu istirahat dulu, tetapi terus berkembang menjadi embrio
yang diploid. Bagian bawah embrio dinamakan kakinya. Kaki masuk ke
jaringan lumut yang lebih dalam dan berfungsi sebagai alat penghisap
(haustorium). Embrio itu lalu tumbuh merupakan suatu badan yang bulat atau
jorong dengan tangkai pendek atau panjang dan seperti telah disebut di atas
dinamakan sporogonium. Di dalam bagian yang bulat itu dibentuk spora, oleh
sebab itu bagian tersebut juga disebut kapsul spora. Kapsul spora sering juga
dianggap sinonim dengan sporogonium. Karena leher arkegonium amat sempit,
maka sporogonium tidak dapat menembusnya dan bekas dinding arkegonium
ikut terangkat dan merupakan tudung kapsul spora. Mengingat bentuknya
seperti tudung akar pada ujung akar dan mungkin juga mempunyai fungsi yang
6
sama sebagai pelindung, maka bekas dinding arkegonium itu juga dinamakan
kaliptra. Jaringan dalam kapsul spora dinamakan arkespora. Arkespora
membentuk sel induk spora, dan dari satu sel induk spora dengan pembelahan
reduksi terjadilah empat spora yang berkelompok merupakan tetrade. Seringkali
pada pembentukan spora itu ditentukan pula jenis kelaminnya. Dari spora itu,
bergantung dari macam sporanya, akan tumbuh lumut yang berumah satu atau
berumah dua. Spora itu membulat sebelum terpisah-pisah dan terlepas dari
kapsul spora.

Gambar 5. Ujung Atas Kapsul Spora


dengan Sisa Dinding Arkegonium Sebagai
Kaliptranya (Sumber: Tjitrosoepomo, 1986)

Dinding spora terdiri dari dua lapisan, yang luar kuat disebut eksosporium,
dan yang dalam lunak disebut endosporium. Jika spora berkecambah
eksosporium pecah.
Selain pembiakan dengan spora, pada lumut terdapat pula pembiakan
vegetatif dengan kuncup eram, yang terjadi dengan bermacam-macam cara pada
protonema, talus, atau bagian-bagian lain pada tubuh lumut. Kuncup eram dapat
melepaskan diri dari induknya dan tumbuh menjadi individu baru. Selain dari itu
semua bagian tubuh lumut jika dipotong menunjukkan daya regenerasi yang
sangat besar. Dalam daur hidupnya lumut menunjukkan adanya pergiliran
keturunan yang jelas. Dari spora tumbuh protonema dan seterusnya tumbuh
tumbuhan lumut yang menghasilkan anteridium dan arkegonium. Protonema

7
dan lumutnya sendiri adalah gametofit dan merupakan fase perkembangan yang
haploid. Dari sel telur yang telah dibuahi tumbuh sporofit, yang pada lumut
berupa sporogonium dan merupakan fase perkembangan yang diploid. Sporofit
tidak hidup tersendiri, melainkan selama hidupnya tetap tinggal pada dan
mendapatkan makanannya dari gametofitnya. Oleh sporogonium dengan
didahului oleh pembelahan reduksi akhirnya dibentuk spora.

Gambar 5. Sepotong Talus dengan Piala Eram dan


Anteridiofor (Marchantiapolymorpha). (Sumber:
Tjitrosoepomo, 1986)

Kadang-kadang didalam pergantian generasi lumut, juga terdapat


penyimpangan yaitu :
a. Gametofit tidak terjadi dari spora, disebut peristiwa apospori.
b. Sporofit dapat terjadi tanpa perkawinan antara sel telur dan spermatozoid
disebut peristiwa apogami.

2.4. Hubungan Kekerabatan antara Bryophyta dengan Thallopyta dan dengan


Pteridophyta

Umumnya Bryophyta hidup di darat, yakni di tempat–tempat yang lembab.


Namun, ada pula beberapa jenis diantaranya yang hidup di air. Sehingga Bryophyta
disebut dengan Amphibious Plant. Tumbuhan Bryophyta memiliki hubungan
kekerabatan dekat dengan Tallophyta. Namun selain itu Bryophyta juga memiliki
hubungan kekerabatan dengan tumbuhan Pterydophyta.

Dalam skala evolusi Bryophyta berada diantara ganggang hijau dan tumbuhan
berpembuluh (tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji). Persamaan antara ketiga
tumbuhan tersebut adalah ketiganya mempunyai pigmen fotosintesis berupa klorofil
A dan B, dan pati sebagai cadangan makanan utama (Hasan dan Ariyanti, 2004).
8
Hubungan kekerabatan dengan Thallophyta dapat terlihat pada kesamaannya
dalam bentuk tubuhnya yang sederhana, bersifat taloid (bertalus), kekurangan
jaringan vaskuler, dan tidak mempunyai akar. Sedangkan hubungan kekerabatan
dengan Pteridophyta dapat ditunjukkan melalui gametangium yang letaknya
tersembunyi, alat perkembangbiakan utamanya dengan menggunakan spora, dan
bentuk arkegonium yang dimiliki oleh keduanya memiliki karakteristik seperti botol
(Archegoniata).

Bryophyta dapat dibedakan dari tumbuhan berpembuluh terutama karena


Bryophyta (kecuali Polytrichales) tidak mempunyai sistem pengangkut air dan
makanan. Selain itu Bryophyta tidak mempunyai akar sejati, dan melekat pada
substrat dengan menggunakan rhizoid. Siklus hidup Bryophyta dan tumbuhan
berpembuluh juga berbeda (Hasan dan Ariyanti, 2004).

Meskipun lumut memiliki hubungan yang dekat dengan Thallophyta dan


Pteridophyta, tetap keduanya memiliki perbedaan. Dalam hal ini Bryophyta dianggap
lebih maju dari Thallophyta, dikarenakan beberapa hal berikut.
1. Bryophyta umumnya hidup di darat, di mana tingkat adaptasi yang lebih
tinggi sangat diperlukan. Sedangkan Thallophyta masih hidup di air.
2. Tubuh Bryophyta terdiri dari beberapa lapis sel-sel parenkimatis,
sedangakan tubuh Thallophyta terdiri dari sel tunggal yang akan
berkembang menjadi filament-filament.
3. Percabangan talus pada Bryophyta dikotomus, sedangkan pada Thallophyta
masih tidak menentu.
4. Sel-sel kloroplas pada Bryophyta berkembang sangat bagus dan jumlahnya
sangat banyak dalam tubuh, sedangkan pada Thallophyta jumlah kloroplas
dalam masing-masing selnya hanya satu atau dua saja.
5. Bryophyta sudah memiliki rizoid, sedangkan Thallophyta belum.
6. Gametangium/sporogonium pada Bryophyta bersifat multiselluler yang
dilindungi oleh dinding sel–sel steril, sedangkan pada Thallophyta bersifat
uniselluler dan tidak dilindungi.
7. Pada Bryophyta zygot dapat berkembang menjadi embrio, sedangkan
Thallophyta tidak.
8. Talus Bryophyta heteromorfik, sedangkan Thallophyta talus homomorfik.
9
9. Pada Bryophyta sporofit berkembang baik dan tergantung pada gametofit,
sedangkan pada Thallophyta sporofit hidup bebas dan tidak tergantung pada
gametofit.

Sedangkan hal-hal yang membedakan antara tumbuhan Bryophyta dan


Pteridophyta mencakup karakteristik fisik, kelengkapan organ pembuluh, generasi
yang lebih dominan, dan bentuknya. Berikut perbedaannya antara keduanya.
1. Pteridophyta mempunyai akar, batang, dan daun sejati, tetapi Bryophyta
tidak memilikinya.
2. Pteridophyta juga sudah dilengkapi dengan berkas pembuluh angkut, namun
tumbuhan Bryophyta tidak mempunyai.
3. Berkas pembuluh Bryophyta bersifat non-tracheophyta, sedangkan pada
Pteridophyta bersifat tracheophyta.
4. Bryophyta memiliki tubuh berbentuk tallus, sementara wujud tubuh
Pteridophyta yaitu kormus.
5. Fase yang dominan pada Bryophyta ialah gametofit, sebaliknya Pteridophyta
memiliki fase dominan pada waktu sporofit.
6. Fase gametofit pada Bryophyta berupa tumbuhan lumut dan fase sporofitnya
berupa protonema. Sedangkan fase gametofit Pteridophyta berupa protalium
dan fase sporofitnya berupa tanaman paku.
7. Pteridophyta sudah memiliki akar sejati, sedangkan Bryophyta belum.
8. Spora yang dihasilkan Bryophyta bersifat homosphore, sedangkan pada
Pteridophyta spora bersifat heterosphore.

2.5. Manfaat Atau Peranan dari Bryophyta

Bryophyta memiliki banyak manfaat, baik manfaatnya dalam dunia medis,


ekologis, maupun manfaat-manfaat lainnya. Berikut ini merupakan berbagai manfaat
atau peranan dari berbagai jenis Bryophyta (lumut).

Manfaat dalam Dunia Medis


1. Sebagai Bahan Pembuatan Obat Kulit
Hal ini pertama kali di lakukan negara China, dimana pada zaman dahulu
lumut di jadikan masyarakat china untuk membuat ramuan tradisional untuk
mengatasi penyakit kulit.
10
2. Bahan Pembuatan Obat Mata
Lumut memiliki sifat yang baik yaitu bisa dijadikan sebagai antibakteri.
Sifat inilah yang digunakan oleh dunia medis untuk mengobati beberapa
penyakit mata.
3. Untuk Obat Hepatitis
Tidak hanya bagi mata, penyakit yang menyerang hati seperti hepatitis juga
bisa diobati dengan obat yang tebuat dari lumut jenis marchantia
polymorpha.
4. Sebagai Obat Antiseptik
Lumut juga di gunakan sebagai zat antiseptik yang membantu membunuh
kuman-kuman. Zat antiseptik sering jumpai dalam pembuatan sabun-sabun
kesehatan dan juga obat kumur pembersih mulut. Untuk membuat zat
antiseptik di butuhkan lumut berjenis frullania tamaricis.
5. Obat Penyakit Jantung
Bagi yang memiliki penyakit jantung tentu akrab dengan obat-obat untuk
mengatasi jantung. Tahukan bahwa salah satunya terbuat dari lumut. Lebih
tepatnya adalah lumut cratoneuron yang bisa di buat menjadi obat
menormalkan detak jantung.
6. Obat Pneumonia
Lumut memang berperan penting dalam dunia medis. Tidak hanya mata,
kulit, hati, hingga jantung. Lumut juga bermanfaat dalam pembuatan obat
untuk penyakit pneumonia.

7. Zat Anti Kanker


Sifat antibakteri pada lumut di percaya juga menjadi anti sel-sel kanker.
Pertumbuhan sel kanker di dalam tubuh bisa dicegah dengan obat yang
terbuat dari lumut.
8. Sebagai Obat Anti Jamur
Jamur memang sering menyerang kulit terluar kita. Biasanya juga jamur
menyerang kulit bagian-bagian lipatan kulit seperti leher, kaki, hingga
daerah paha. Saat ini telah banyak obat jamur yang juga terbuat dari lumut.

11
9. Dijadikan Obat Bius
Obat bius sangat dibutuhkan dalam dunia medis, terutama untuk
kepentingan operasi. Obat bius yang digunakan oleh medis terbuat juga dari
lumut dengan jenis rhodobryum giganteum.
10. Obat Hipertensi
Jenis lumut hati selain digunakan untuk obat bius juga digunakan sebagai
pembuatan obat darah tinggi. Sifat penenang pada lumut bisa di jadikan
obat untuk mengontrol tekanan darah.
11. Mengatasi Bisa Ular
Lumut juga dapat menghilangkan racun yang disebabkan oleh bisa ular yang
menggigit kita. Lumut yang digunakan adalah lumut jenis marchantia
polymorpha.

Manfaat Ekologis
Tumbuhan ini memegang peranan penting dalam ekosisitem. Sifat perintisnya
menjadi pembuka ruang untuk ditumbuhi tanaman-tanaman lainnya. Bagi
manusia sifat yang dimiliki oleh tumbuhan ini sangat bermanfaat dalam menjaga
keseimbangan lingkungan.
Kegunaan tumbuhan lumut bagi lingkungan kita adalah:
1. Menahan Erosi Tanah
Pengikisan tanah juga bisa di cegah dengan kehadiran lumut. Sifat penyerap
air dengan baik yang dimiliki lumut membantu tanah terjaga kepadatannya
dan tidak mudah mengalami erosi.
2. Mengurangi Bahaya Banjir
Lumut juga berperan dalam mencegah bencana banjir, karena air hujan yang
turun diserap dengan baik oleh tumbuhan lumut.
3. Meningkatkan Sumber Air
Manfaat tumbuhan lumut juga dirasakan saat musim kemarau datang.
Musim yang berpotensi mendatang kekeringan ini memberikan ancaman
minimnya ketersediaan air bagi manusia. Lumut membantu mengatasinya,
karena lumut mempercepat proses penyerapan air saat kemarau sehingga
mampu menjaga ketersediaan air tanah atau air sumur.

12
4. Mensuplai Oksigen
Lumut juga bagian dari tumbuhan yang memiliki zat hijau. Layaknya
tumbuhan lain, lumut juga melakukan fotosintesis. Hasil dari fotosintesis ini
salah satunya adalah menghasilakan manfaat oksigen bagi manusia.

Manfaat Lumut Lainnya


Tidak hanya sebagai fungsi medis dan ekologis saja. Tumbuhan ini memiliki
struktur lembut dan sifat yang mirip dengan spons. Struktur yang nampak halus
dengan warna homogen ini bisa menjadi hiasan pelengkap keindahan rumah.
Manfaat tumbuhan lumut lain adalah sebagai berikut :
1. Sebagai Tanaman Hias
Bagi yang ingin mempercantik eksterior rumah bisa menggunakan manfaat
tanaman hias dari lumut, untuk memperindah ornamen ruangan atau
halaman rumah.
2. Bahan Pembuatan Pembalut
Lumut jenis spagnhum yang mirip dengan struktur spons memiliki daya
serap yang cukup baik. Lumut ini dijadikan sebagai bahan pembuatan
pembalut dan bisa juga untuk menggantikan kapas.
3. Membantu Pertumbuhan Rambut
Lumut Fissidens japonicum digunakan sebagai obat penumbuh rambut.
Biasanya obat ini digunakan untuk obat luar dan dioleskan di kepala yang
ingin mempercepat pertumbuhan rambut.
4. Lumut Yang Mati Jadi Pupuk
Lumut memang sangat bermanfaat, bahkan walaupun saat lumut tersebut
sudah mati namun tetap memberikan manfaat dengan fungsi organik yang
melekat walaupun sudah mati. Manfaat lumut mati bisa dijadikan pupuk
untuk tanaman lain.

13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa


hal sebagai berikut :
1. Karakteristik utama dari Bryophyta adalah
2. Bryophyta hidup di darat, di tempat yang lembab.
3. Bryophyta mempunyai pergantian generasi yang teratur antara gametofit
dengan sporofit.
4. Tumbuhan Bryophyta memiliki hubungan kekerabatan dekat dengan
Tallophyta dan Pterydophyta yang dapat dilihat melalui berbagai
persamaan dan perbedaan cirinya.
5. Bryophyta memiliki banyak manfaat, baik manfaatnya dalam dunia medis,
ekologis, maupun manfaat-manfaat lainnya.

3.2. Saran

Berdasarkan hasil penulisan makalah ini penulis menyarankan kepada


masyarkat agar lebih mengenal berbagai jenis lumut yang ada, khsusnya di Indonesia
sehingga dapat dimanfaatkan untuk kehidupan kita karena tumbuhan ini sangat kaya
akan manfaat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Haro, Serlin. 2015. Mengenal Manfaat Tumbuhan Lumut. Tersedia pada: https://id.
scribd.com/document/367564297/Mengenal-Manfaat-Tumbuhan- Lumut Diakses
pada tanggal 16 Desember 2017.

Nu’uman, Abid. 2014. Buku Ajar Taksonomi Tumbuhan. Tersedia pada: https://
www.scribd.com/doc/261807717/Buku-ajar-Taksonomi-Tumbuhan-pdf Diakses
pada tanggal 16 Desember 2017.

Pudjoarinto, Agus. 1986. Asistensi Praktikum Sistematik Tumbuhan. UGM Press.


Yogyakarta.

Seto, 2015. Hubungan Antara Lumut Alga dan Paku. Tersedia pada: https://id.scribd.
com/document/367564549/Hubungan-antara-Lumut-Alga-dan-Paku Diakses
pada tanggal 16 Desember 2017.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1986. Taksonomi Tumbuhan (Taksonomi Khusus).


Bhratara. Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai