Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN
A. Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial
Pada dasarnya,manusia adalah makhluk individu manusia yang merupakan bagian dan
unit terkecil dari kehidupan sosial atau manusia sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu
kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Adapun uraian
lebih lanjut mengenai manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial adalah sebagai
berikut:
1. Manusia sebagai Makhluk Individu
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah swt. yang pada hakikatnya mereka
sebagai makhluk individu. Adapun yang dimaksud individu menurut(Effendi, 2010: 37) adalah
berasal dari kata in dan divided. Dalam bahasa Inggris in mengandung pengertian tidak,
sedangkan divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi atau satu kesatuan. Dalam
hal ini, artinya bahwa manusia sebagai makhluk individu merupakan kesatuan aspek jasmani dan
rohani atau fisik dan psikologis, apabila kedua aspek tersebut sudah tidak menyatu lagi maka
seseorang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai individu.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan atau ciri khas masing-masing,
tidak ada manusia yang persis sama meskipun terlahir kembar. Secara fisik mungkin manusia
akan memiliki banyak persamaan namun secara psikologis akan banyak menunjukan perbedaan.
Ciri khas dan perbedaan tersebut sering disebut dengan kepribadian. Kepribadian seseorang akan
sangan dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungannya.
Menurut Nursid Sumaatmadja (Effendi, 2010:39) kepribadian adalah keseluruhan
perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal (fisik
dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada
tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya jika mendapat rangsangan dari
lingkungan.Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam
pembentukkan karakteristik yang khas dari seseorang.Secara normal, setiap manusia memiliki
potensi dasar mental yang berkembang dan dapat dikembangkan yang meliputi (1) minat (sense
of interest), (2) dorongan ingin tahu (sense of curiousity), (3) dorongan ingin membuktikan
kenyataan (sense of reality) (4) dorongan ingin menyelidiki (sense of inquiry), (5) dorongan
ingin menemukan sendiri (sense of discovery). Potensi ini berkembang jika adanya rangsangan,
wadah dan suasana kondusif. Jika fenomena sosial di lingkungannya telah tumbuh potensi-
potensi mental yang normalnya akan terus berkembang.
Berawal dari potensi-potensi tersebut, manusia sebagai makhluk individu ingin
memenuhi kebutuhan dan kehendaknya masing masing, ingin merealisasikan dan
mengaktualisasikan dirinya. Dalam arti ia memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi-
potensi yang dimilikinya. Setiap
individu akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan jati dirinya yang berbeda
dengan yang lainnya, tidak ada manusia yang betul-betul ingin menjadi orang lain, dia tetap
ingin menjadi dirinya sendiri sehingga dia selalu sadar akan keindividualitasnya.
Menurut Zanti Arbi dan Syahrun (Sadulloh, 2009:81) menyatakan bahwa setiap orang
bertanggung jawab atas dirinya, atas pikiran, perasaan, pilihan, dan perilakunya. Orang yang
betul-betul manusia adalah orang yang bertanggung jawab penuh. Tidak ada orang lain yang
mengambil alih tanggung jawab dalam hidupnya. Kata hatinya adalah kata hatinya sendiri.
Adapun dalam hal ini sebagai pendidik baik orang tua maupun guru kita harus
memahami bahwa anak memiliki potensi untuk berkembang yang ingin menjadi pribadinya
sendiri. Anak dalam perkembangannya akan memperoleh pengeruh dari luar, baik yang disengaja
ataupun yang tidak disengaja, tetapi anak akan mengambil jarak terhadap pengaruh-pengaruh
tersebut. Dia akan memilihnya sendiri. Pengaruh tersebut akan dia olah secara pribadi, sehingga
apa yang dia terima akan merupakan bagian dari dirinya sendiri sehingga anak menjadi pribadi
individu yang berbeda dan tidak sama dengan yang lainnya. Selain itu, pendidik harus sadar
bahwa anak bukan satu satunya manusia yang berhak untuk mendidik anak tersebut. pendidikan
tidak boleh memaksa anak untuk mengikuti atau menuruti segala kehendaknya, karena dalam
diri anak ada suatu prinsip pembentukan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya
sendiri.
2. Manusia sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia selain sebagai makhluk individu, mereka juga merupakan
makhluk sosial. Adapun yang dimaksud Istilah sosial menurut adalah ”Sosial” berasal dari akar
kata bahasa Latin Socius, yang artinya berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti umum
yaitu kemasyarakatan dan dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau
masyarakat. Adapun dalam hal ini yang dimaksud manusia sebagai makhluk sosial adalah
makhluk yang hidup bermasyarakat, dan pada dasarnya setiap hidup individu tidak dapat lepas
dari manusia lain. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu
hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan
selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan
selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.Seperti kita ketahui bahwa sejak bayi lahir sampa
iusia tertentu manusia adalah mahkluk yang tidak berdaya, tanpa bantuan orang orang disekitar
iatidak dapat berbuat apa-apa dan untuk segala kebutuhan hidup bayi sangat tergantung pada
luar dirinya sepert iorang tuanya khususnya ibunya. Bagisi bayi keluarga merupakan segitiga
abadi yang menjadi kelompok sosial pertama dikenalnya. Pada perjalanan hidup yang
selanjutnya keluarga akan tetap menjadi kelompok pertama tempat meletakan dasakepribadian
dan proses pendewasaan yang didalamnya selalu terjadi “sosialisi” untuk menjadi manusia yang
mengetahui pengetahuan dasar, nilai-nilai, normasosial dan etika-etika pergaulan.
Manusia dapat di katakan makluk sosial karena pada dirinya terdapat dorongan untuk
berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain, dimana terdapat kebutuhan untuk mencari
berteman dengan orang lain yang sering di dasari atas kesamaan ciri atau kepentingan masing-
masing. Manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak.
Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara,
dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Makhluk sosial adalah makluk yang
terdapat dalam beragam aktivitas dan lingkungan sosial.
Ø Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa anusia dikatakan sebagaimakhluksosial,
karenabeberapaalasan:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
B. Interaksi Sosial dan Sosialisasidalam Kehidupan Manusia sebagai Makhluk individu
dan Makhluk Sosial
Manusia sebagai mahkluk sosial dalam kehidupan sehari-harinya pasti membutuhkan
orang lain. Proses interaksi dan sosialisasi selalu terjadi kapan dan dimanapun manusia itu
berada. Dalam hal ini bentuk interaksi sosial sangat bermacam-macam.Pola sosialisasi pun ada
bermacam-macam.Untuk lebih jelasnya uraian mengenai interaksi sosial dan sosialisasi adalah
sebagai berikut.
1. Interaksi Sosial
Manusia dikenal sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.Dikatakan makhluk sosial
karena manusia sebagai individu saling membutuhkan dan saling berinteraksi dengan manusia
atau individu lainnya. Oleh sebab itu manusia sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan
orang lain pada hidupnya untuk saling memberi, menolong, dan melengkapi satu sama lain.
Adapun pengertian interaksi sosial menurut Effendi (2010:46) adalah kata interaksi berasaldari
kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antar
individu, kelompok social, dan masyarakat. Dalam hal ini berarti bahwa manusia dalam
kehidupan sehari-harinya tidak lepas dari hubungan dengan manusia lainnya.Interaksi juga
berarti bahwa setiap manusia saling berkomunikasi dan mempengaruhi bisa dalam pikiran
maupun tindakan.
MenurutGillindanGillin (Effendi, 2010:46) menyatakan bahwa interaksi sosia adalah hubungan-
hubungan antara orang-orang secara individu, antar kelompok, orang, dan orang perorangan
dengan kelompok.Dalam hal ini interaksisosial bisa dilakukan oleh orang perorangan, bisa oleh
kelompok, juga bisa perorangan dengan kelompok.
Interaksisosial dimulai dari hal yang terkecil yaitu saling menegur, menyapa, berjabatangan,
saling berbicara dan lain-lain. Bahkan dalam pertengkaran atau perkelahianpun termasu
kinteraksisosial.
Faktor yang pertamaadalah imitasi, imitasi merupakan proses peniruan. Kita sebagai makhluk
sosial selalu membutuhkan orang lain termasuk dalam hal meniru perilaku orang lain yang
positif bagi kita. Peniruan sudah dilakukan pada rentan anak usia dini. Anak usia dini merupakan
peniru yang ulung, maka dari itu sikap dan perilaku setiap orang dewasa perlu dijaga dan
diperhatikan agar peniruan yang dilakukan anak usia dini bersifat positif. Pada proses peniruan
ini mudah berubah-ubah karena perkembangan teknologi didunia ini berlangsung secara global
dan sangat cepat.
Yang kedua yaitu Sugesti, sugesti adalah suatu proses dimana seorang individu menerima
pendapat atau pandangan dari orang lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu. Sugesti merupakan
pengaruh psikis yang datang dari dirinya sendiri maupun orang lain. Orang akan mudah
menerima sugesti dari orang lain ketika seseorang sedang ada pada kondisi yang dilematis.
Dalam hubungan interaksi sosial, arti Imitasi dan sugesti hampir sama perbedaannya adalah dalm
imitasi seseorang mengikuti atau meniru orang lain, sedangkan pada sugesti seseorang
memberikan pandangan atau pendapat menurut dirinya dan diterima oleh orang lain.
Yang ketiga yaitu Identifikasi, dalam psikologis identifikasi berarti dorongan untuk menjadi
identik atau dorongan untuk menjadi sama dengan orang lain, baik secara lahir maupun batin.
Faktor yang keempatyaitu simpati, simpati yaitu perasaaan yang timbul pada orang lain atas
dasar penilaian menurut perasaan didalam dirinya.
2. Bentuk Interaksi Sosial
Ada beberapa bentuk interaksi sosial yaitu:kerjasama (cooperation), persaingan (competition),
dan pertentangan (conflict). Menurut Gillin dan Gillin bentuk kerjasama dibagi dalam dua proses
yang didalamnya terdapat bentuk bentuk khusus. Yang pertama yaitu proses Asosiatif terdiri dari
2 bentuk khusus yaitu akomodasi dan asimilasi. Yang kedua yaitu proses Disosiatif, disosiatif
terdiri dari tiga bentuk khusus yaitu persaingan (competition), kontravnersi (contravention), dan
pertentangan (conflict).
a. Bentuk Interaksi Asosiatif
1) Kerjasama (cooperation)
Kerjasama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang sering terjadi dimasyarakat
pada umumnya. Kerjasama menggambarkan sebagian besar bentuk interaksi sosial. Dan setiap
bentuk interaksi sosial dapat ditemukan pada setiap kelompok manusia. Kerjasama timbul karena
orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya atau kelompok yang lainnya.
ü Ada tiga bentuk kerjasama yang biasa dilaksanakan yaitu:
a) Bargaining, yaitu pelaksanaan kerjasama atau perjanjian antara dua organisasi atau lebih
mengenai pertukaran barang dan jasa.
b) Cooperation, yaitu penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan atau dalam pelaksanaan
politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari kegoncangan dalam
stabilitas organisasi tersebut.
c) Coalition, yaitu kombinasi antar dua organisasi atau lebih yang mempunyai pandangan dan
tujuan yang sama.
2) Akomodasi (accomodation)
Dalam interaksi sosial, istilah akomodasi berarti suatu kenyataan adanya keseimbangan
dalam interaksi orang perorangan dan kelompok manusia sehubungan dengan nilai dan norma
yang berlaku dimasyarakat.
o Ada beberapa bentuk akomodasi, diantaranya:
a) Coertion adalah bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya suatu
paksaan. Contohnya
b) Compromise adalah salah satu bentukakomodasi dimana pihak yang terlibat perselisihan
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan tersebut.
Contohnya
c) Arbitration adalah suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berselisih
tidak sanggup untuk mencapainya sendiri. Contohnya
d) Mediation cara untuk mencapai penyelesaina dalam perselisihan dengan cara menghadirkan
orang ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Contohnya dalam sidang perceraian.
e) Concilitation adalah usaha untuk mengabulkan atau mempertemukan keinginan pihak yang
berselisih agar tercapainya suatu persetujuan bersama. Contohnya
f) Tolerantion adalah bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal. Contohnya toleransi
dalam beribadah.
g) Stelemate adalah suatu akomodasi dimana pihak pihak yang berkepentingan mempunyai
yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. Contohnya
h) Adjudication adalah perselisihan perkara atau sengketa dipengadilan.
b. Bentuk Interaksi Disosiatif
1) Persaingan (competition)
Persaingan merupakan bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh individu atau
kelompok untuk memperoleh keuntungan tertentu baik bagi dirinya maupun kelompoknya
dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan
kekersan.
2) Kontravensi (contravention)
Kontraversi adalah rperasaaan yang menggejolak yang ada pada diri seseorang yag ditandai oleh
adanya ketidakpastian dalam diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan dan
kebencian terhadap orang lain. Tapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menimbulkan
pertentangan atau pertikaian.
3) Pertentangan (conflict)
Pertentangan merupakan suatu bentuk interaksi individu atau kelompok sosial yang berusaha
utuk mencapai tujuannya dengan cara menentang pihak yang lain atau pihak yang menghalangi
dengan ancaman atau tindak kekerasan.
Bentuk-bentuk pertentangan dibagi beberapa macam, antara lain:
a) Pertentangan pribadi, yaitu pertentangan yang dilakuakan oleh antar individu.
b) Pertentangan rasional, yaitu pertentangan yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan ras.
c) Pertentangan kelas sosial, yaitu perbedaan yang ditimbulkan karena adanya perbedaan
kepentingan antar kelas sosial.
d) Pertentangan politik, yaitu pertentangan yang biasanya terjadi diantara partai-partai polotik
untuk mencapai keinginannya.
3. Sosialisasi
Sosialisasi sangat erat kaitannya terhadap manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial kita harus senantiasa hidup bersosial dengan orang lain agar dapat saling
membantu, melengkapi, dan mencapai tujuan hidup kita. Menurut Berger (Effendi, 2010:49)
mendefinisika sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be a participant member
of society” yaitu suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang
berpartisipasi dalam masyarakat. Dalam hal ini jelas dikatakan bahwa proses sosialisasi dimulai
dari sejak anak usia dini hingga usia seseorang berakhir. Proses sosialisasi terus dilakukan
selama kita masih hidup dan masih membutuhkan orang lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah proses dimana seseorang dapat berinteraksi dan
berpartisipasi dengan masyarakat yang ada disekitarnya.

Setiap orang harus mempelajari peranan-peranan yang ada dalam masyarakat. Seseorang
belajar memahami apa peranan dirinya yang harus dijalankan dalam masyarakat dan apa peranan
orang lain yang harus dijalankan dalam masyarakat. Dengan mengetahui peranan yang ada
didalam masyarakat maka timbullah proses interaksi sosial dengan orang lain. Menurut teori
George Herbert Mead menjelaskan bahwa tahapan-tahapan pengembangan diri manusia dalam
berinteraksi dibagi dalam beberapa tahap yaitu: play stage, game stage, dan tahap generalized
other.
Tahap pertama yaitu play stage terjadi pada anak usia dini. Pada tahap ini anak mulai
menirukan apa yang dilakukan oleh orang disekelilingnya terutama orang tuanya. Ia mulai
menirukan apa yang biasa dilihatnya sehari-hari. Contohnya dalam bermain anak terkadang
bermain peran yang dijalankan sebagai ibu atau ayah dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada
tahap ini anak belum mengerti memahami peranan-peranan yang ditirunya. Tahap kedua yaitu
game stage, pada tahap ini anak sudah mengetahui peranan yang harus dijalankannya dan juga
anak telah mengetahui peranan yang haru dijalankan oleh orang lain. Contohnya dalam
pertandingan sepak bola. Ketika anak menjadi kiper ia mengetahui tugasnya adalah menjaga agar
gawangnya tidak termasuki bola oleh lawannya. Dan ia juga mengetahui peran teman-temannya
dan peran tim lawan. Ia juga mengetahui peran wasit, hakim garis, pelatih dan lain sebagainya.
Tahap ketiga yaitu generalized other, pada tahap ini seseorang sudah mampu mengambil peranan
peranan yang dijalankan orang lain dalam masyarakat. Ia telah mampu berinteraksi dengan orang
lain dan memahami dengan siapa ia berhadapan dan berinteraksi. Contohnya ketika ia menjadi
seorang anak ia mampu memahami peran yang dijalankan orang tuanya. Ketika ia jadi siswa ia
mampu memahami peran yang dijalankan oleh gurunya. Ketika ia jadi karyawan ia mampu
memahami peran yang dilakukan atsannya dan laun sebagainya. Dari ketiga tahap tersebut
terlihat jelas bahwa diri seseorang terbentik karena adanya interaksi sosial.
Setiap makhluk hidup pasti sangat membutuhkan proses sosialisasi, baik itu dimulai dari
anak usia dini sampai dewasa bahkan sosialisasi berjalan seumur hidup.apa yang terjadi jika
sejak usia dini anak tidak mengalami sosialisasi ? pasti anak tidak akan menjadi manusia
seutuhnya, karenan kemampuan seseorang untuk berperan sebagai anggota masyarakat sangat
tergantung pada proses sosialisasi. Ketika seseorang tidak mengalami sosialisasi maka yang
terjadi adalah orang itu tidak dapat berinteraksi dengan orang lain. Contohnya banyak
ditemuakan anak anak yang terlantar dihutan dan dibesarkan oleh hewan atau yang disekap oleh
orang tuanya sejak kecil. Mereka tidak bisa bersosialisasi dengan baik. Mereka cenderung
bagaimana berprilaku seperti hewan, mereka tidak dapat berbicara, tidak dapat berpakaian
bahkan tidak dapat tertawa atau menangis. Ketika anak-anak itu diselamatkan dan diberi terapi
seperti manusia umumnya, mereka mungkin bisa menerima sedikit demi sedikit perubahan pada
diri mereka untuk menjadi manusia seutuhnya namun kemampuan mereka tidak akan mampu
menyamai kemampuan anak lain yang sebaya dengannya, karena kemampuan kemampuan
tertentu hanya dapat diajarkan pada periode tertentu dikehidupan anak. Bila proses sosialisasinya
terlambat, maka proses tersebut tidak akan berhasil atau hanya berhasil untuk sebagian kecil saja.
Mereka juga tidak akan menjadi manusia seutuhnya karena mereka tidak pernah tersosialisasi
secara wajar dan mereka cenderung meninggal dengan usia muda.
Sosialisasi dilakukan oleh semua individu yang bersosial. Ada beberapa pihak yang
membantu melaksanakan sosialisasi yaitu keluarga, kelompok bermain media massa dan sistem
pendidikan. Peran agen utama yaitu orangtua merupakan peran penting bagi anak untuk
bersosialisasi. Orang tua merupaka awal dimana kita melakukan interaksi dengan dunia pertama
kita. Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan yang paling utama dalam hal pertumbuhan
dan perkembangan anak begitupun dengan perkembangan sosialisasi mereka. Maka orang tua
hendaknya mengoptimalkan proses sosialisasi pertama untuk anak. Kelompok bermain juga
tidak kalah pentingnya dengan orang tua. Melalui kelompok bermain anak mulai bisa belajar
bersosialisasi secara umum. Bagaimana ia berinteraksi dengan teman sebayanya, bagaimana ia
menyelesaikan suatu permasalahan dalam berinteraksi dengan temannya dan juga bagaimana ia
bisa memilih teman yang sejalan dengannya. Agen yang ketiga yaitu media massa. Media masa
sangat erat kaitannya dengan teknologi yang makin maju dan berkembang. Media masa pun
sangat penting untuk sosialisasi dengan hal-hal yang terjadi disekitar kita
4. Bentuk dan Pola Sosialisasi
a. Bentuk-bentuk sosialisasi
sosialisasi merupakan salah satu bentuk manusia dalam mempertahankan interaksi dengan
lingkungannya. Proses ini berlangsung sepanjang hidup manusia.
Bentuk sosialisasi dibedakan menjadi dua yaitu sosialisasi primer dan sekunder.
Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dilakukan oleh seluruh individu sejak ia kecil.
Sosialisasi primer tidak ada proses identifikasi dan pada masa inilah dumia pertama anak
terbentuk. Sosialisasi primer berakhir ketika konsep tentang orang lain pada umumnya telah
terbentuk dan tertanam dalam kesadaran individu. Pada titik ini ia merupakan anggaota efektif
masyarakat.
Yang kedua yaitu sosialisasi sekunder, sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang
memperkenalkan individu yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari dunia objek
masyarakat. Apabila sosialisasi ini tidak berjalan maka akan menimbulkan dampak yaitu
pengetahuan yang dimiliki akan sangat sederhana.
b. pola sosialisasi
pada dasarnya ada dua pola sosialisasi, yaitu pola represi (kekerasan/hukuman) dan pola
partisipasi. Sosialisasi menggunakan pola represi menekankan pada penggunaan hukuman atau
kekerasan apabila terdapat dan melakukan kesalahan. Adapun ciri-ciri lain dalam penggunaan
prose represi yaitu penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan, penekanan terhadap orang
tua, penekanan terhadap komunikasi satu arah non verbal dan berisi perintah, sosialisasi terhadap
orang tua dan keinginan orangtua dan lain-lain.
Sosialisasi secara partisipasi merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan ketika ia
berlaku baik , hukuman dan imbalan berupa simbol, anak diberi kebebasan, komunikasi bersifat
lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, kebutuhan dianggap sangat penting dal=n lain sebagainya.

C. Masyarakat dan Komunitas


Dalam kehidupan sebagai makluk individu dan sosial, manusia selalu berhubungan dan
tidak dapat lepas dengan masyarakat dan komunitas. Sering kali penggunaan kedua istilah
tersebut tertukar dalam penggunaannya, padahal pada hakikatnya kedua istilah tersebut tidaklah
sama. Terdapat perbedaan mendasar antara kedua konsep tersebut, dan untuk mengetahui lebih
lanjut, berikut akan penulis sajikan beberapa devinisi masyarakat dan komunitas menurut para
ahli sebagai berikut.
1. Masyarakat
Krech, Crutchfield, dan Ballachey (Effendi, 2010: 59) mengemukakan devinisi
masyarakat sebagai ”a society is that it is an organized collectivity of interacting people whose
actives become centered around a set of common goals, and who tend to share common beliefs,
attitudes, and of action.” Dari devinisi tersebut dapat ditarik kesimpulan unsur-unsur yanga ada
dalam masyarakat adalah kolektivitas interaksi manusia yang terorganisasi, kegiatannya yang
terarah pada sejumlah tujuan yang sama, memilikin kecenderungan untuk memiliki keyakinan,
sikap, dan bentuk tindakan yang sama. Dalam hal ini, interkasi dan tindakan itu tentu saja
interaksi serta tindakan sosial.
Menurut konsep di atas, karakteristik dari masyarakat itu adalah adanya sekelompok
manusia yang menunjukan perhatian bersama secara mendasar, pemeliharaan kekekalan
bersama, perwakilan menusia menurut sejenisnya yang berhubungan satu sama lain secara
berkesinambungan. Dengan demikian, relasi manusia sebagai suatu bentuk masyarakat itu tidak
terjadi dalam waktu yang singkat, melainkan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif
cukup lama.
Dari beberapa devinisi di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan kelompok atau
kolektivitas manusia yang melakukan hubungan, bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan
tujuan bersama, serta melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam wkatu yang relatif
lama yang menempati kawasan tertentu.
2. Masyarakat Setempat/ Komunitas
Masyarakat setempat atau komunitas merupakan bagian kelompok dari masyarakat dalam
lingkup yang lebih kecil, serta ikatan kebersamaannya yang kuat dan lebih terikat oleh tempat.
Adapun menurut Prof. Dr. Soerjono Soekanto (Effendi, 2010: 62) istilah community
dapat diterjemahkan sebgai masyarakat setempat, istilah ini menunjuk pada warga-warga sebuah
desa, sebuah kota, suku atau suatu bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok hidup
bersam sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi
kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi dapat disebut masyarakat
setempat. Intinya mereka menjalin hubungan sosial.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah
kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan social yang tertentu. Jadi dasar-dasr
dari masyarakat setempat adalah lokalitas atau wilayah, perasaan sepenanggungan dan hubungan
sosial tertentu yang merupakan perasaan saling ketergantungan .
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa devinisi masyarakat dengan masyarakat setempat/
komunitas. Devinisi masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedangkan devinisi
masyarakat setempat lebih terbatas dan juga dibatasi oleh area kawasan serta sejumlah warganya.
Ditinjau dari aktivitas hubungannya dan persatuan lebih erat masyarakat setempat dibandingkan
dengan masyarakat.
Lebih lanjut dalam kehidupan masyarakat, Ferdinand Tonnies (Effendi, 2010: 65)
mengemukakan pemnbagian masyarakat dengan sebutan masyarakat gemainchaft dan geselshaft.
Masyarakat gemainchaft atau disebut juga paguyuban adalah kelompok masyarakat dimana
anggotanya sangat terikat secara emosional dengan yang lainnya dan biasanya cenderung sebagai
refleksi masyarakat pedesaan. Sedangkan masyarakat geselshaft atau patembeyan ikatan-ikatan
diantara anggota anggotanya kurang kuat dan bersifat rasional, biasanya cenderung sebagai
refleksi masyarakat perkotaan.

D. Dilema Antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Sosial


Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu terdiri dari dua
kepentingan, yaitu ke pentingan individu yang termasuk kepentingan keluarga, kelompok atau
golongan dan kepentingan masyarakat yang termasukke pentingan rakyat . Dalam diri manusia,
kedua kepentingan itu satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu kepentingan
tersebut hilang dari diri manusia, akan terdapat satu manusia yang tidak bisa membedakan suatu
kepentingan, jika kepentingan individu yang hilang dia menjadi lupa pada keluarganya, jika
kepentingan masyarakat yang dihilangkan dari diri manusia banyak timbul masalah
kemasyarakatan contohnya korupsi. Inilah yang menyebabkan kebingungan atau dilema manusia
jika mereka tidak bisa membagi kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.Persoalan
pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang
berkembang menjadi paham/aliran bahkan ideologi yang dipegang oleh suatu kelompok
masyarakat. Adapun Ariska mengemukakan dua pandangan yaitu pandangan individualisme dan
pandangan sosialisme. Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut kami sajikan uraian berikut.
1. Pandangan Individualisme
Individualisme berpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk
individu yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan
lengkap terlepas dari manusia yang lain. Pandangan individualisme berpendapat bahwa
kepentingan individulah yang harus diutamakan. Yang menjadi sentral individualisme adalah
kebebasan seorang individu untuk merealisasikan dirinya. Paham individualisme menghasilkan
ideologi liberalisme. Paham ini bisa disebut juga ideologi individualisme liberal.
Paham individualisme liberal muncul di Eropa Barat (bersama paham sosialisme) pada
abad ke 18-19. Yang dipelopori oleh Jeremy Betham, John Stuart Mill, Thomas Hobben, John
Locke, Rousseau, dan Montesquieu. Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi liberalisme
adalah sebagai berikut.
a. Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini, pemilikan sepenuhnya berada pada
pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi sosial, Mementingkan diri sendiri atau kepentingan
individu yang bersangkutan.
b. Pemberian kebebasan penuh pada individu. Persaingan bebas untuk mencapai
kepentingannya masing-masing.Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa
menimbulkan persaingan dan dinamika kebebasan antar individu. Menurut paham liberalisme,
kebebasan antar individu tersebut bisa diatur melalui penerapan hukum. Jadi, negara yang
menjamin keadilan dan kepastian hukum mutlak diperlukan dalam rangka mengelola kebebasan
agar tetap menciptakan tertibnya penyelenggaraan hidup bersama.
2. Pandangan Sosialisme
Paham sosialisme ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-1858), Lousi Blanc, dan
Proudhon. Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan.
Kedudukan individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan sosialis, hak-hak
individu sebagai hak dasar hilang. Hak-hak individu timbul karena keanggotaannya dalam suatu
komunitas atau kelompok.
Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil,
selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari penguasaan individu atas hak milik dan alat-alat
produksi. Sosialisme muncul dengan maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan
terutama yang tersisih oleh system liberalisme, mendapat keadilan, kebebasan, dan
kesejahteraan. Untuk meraih hal tersebut, sosialisme berpandangan bahwa hak-hak individu
harus diletakkan dalam kerangka kepentingan masyarakat yang lebih luas. Dalam sosialisme
yang radikal/ekstem (marxisme/komunisme) cara untuk meraih hal itu adalah dengan
menghilangkan hak pemilikan dan penguasaan alat-alat produksi oleh perorangan. Paham
marxisme/komunisme dipelopori oleh Karl Marx (1818-1883).
Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam memandang
hakikat manusia. Dalam Declaration of Independent Amerika Serikat 1776, orientasinya lebih
ditekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas merdeka, manusia adalah
pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan dalam Manifesto Komunisme
Karl Marx dan Engels, orientasinya sangat menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk
sosial semata. Menurut paham ini manusia sebagai makhluk pribadi yang tidak dihargai. Pribadi
dikorbankan untuk kepentingan negara.
Dari kedua paham tersebut terdapat kelemahannya masing-masing. Individualisme liberal
dapat menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi, imperialisme, dan
kolonialisme, liberalisme mungkin membawa manfaat bagi kehidupan politik, tetapi tidak dalam
lapangan ekonomi dan sosial. Sosialisme dalam bentuk yang ekstrem, tidak menghargai manusia
sebagai pribadi sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan. Dalam negara komunis mungkin
terjadi kemakmuran, tetapi kepuasan rohani manusia belum tentu terjamin.
Negara indonesia yang berfilsafahkan pancasila, hakikat manusia dipandang memiliki
sifat pribadi sekaligus sosial secara seimbang. Menurut filsafat pancasila, manusia adalah
makhluk individu sekaligus makhluk sosial, yang secara hakikat bahwa kedudukan manusia
sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Bangsa indonesia memiliki prinsip
penempatan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan. Demi kepentingan
bersama tidak dengan mengorbankan hak-hak dasar setiap warga negara
A. Masyarakat Desa (Rural Society)

Secara awam masyarakat desa sering diartikan sebagai masyarakat tradisional dari masyarakat
primitif (sederhana). Namun pandangan tersebut sebetulnya kurang tepat, karena masyarakat
desa adalah masyarakat yang tinggal di suatu kawasan, wilayah, teritorial tertentu yang disebut
desa. Sedangkan masyarakat tradisional adalah masyarakat. yang menguasaan ipteknya rendah
sehingga hidupnya masih sederhana dan belum kompleks. Memang tidak dapat dipungkiri
masyarakat desa dinegara sedang berkembang seperti Indonesia, ukurannya terdapat pada
masyarakat desa yaitu bersifat tradisional dan hidupnya masih sederhana, karena desa-desa di
Indonesia pada umumnya jauh dari pengaruh budaya asing/luar yang dapat mempengaruhi
perubahan-perubahan pola hidupnya.

Adapun ciri-ciri masyarakat desa antara lain :

1. Anggota komunitas kecil

2. Hubungan antar individu bersifat kekeluargaan

3. Sistem kepemimpinan informal

4. Ketergantungan terhadap alam tinggi

5. Religius magis artinya sangat baik menjaga lingkungan dan menjaga jarak dengan
penciptanya, cara yang ditempuh antara lain melaksanakan ritus pada masa-masa yang
dianggap penting misalnya saat kelahiran, khitanan, kematian dan syukuran pada masa
panen, bersih desa.

6. Rasa solidaritas dan gotong royong tinggi

7. Kontrol sosial antara warga kuat

8. hubungan antara pemimpin dengan warganya bersifat informal

9. Pembagian kerja tidak tegas, karena belum terjadi spesialisasi pekerjaan

10. Patuh terhadap nilai-nilai dan norma yang berlaku di desanya (tradisi)

11. Tingkat mobilitas sosialnya rendah

12. Penghidupan utama adalah petani.

B. Masyarakat Perkotaan

Warga belajar--sekalian, Membahas masyarakat perkotaan sebetulnya tidak dapat dipisahkan


dengan masyarakat desa karena antara desa dengan kota ada hubungan konsentrasi penduduk
dengan gejala-gejala sosial yang dinamakan urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa
kekota. Masyarakat perkotaan merupakan masyarakat urban dari berbagai asal/desa yang bersifat
heterogen dan majemuk karen terdiri dari berbagai jenis pekerjaan/keahlian dan datang dari
berbagai ras, etnis, dan agama.

Mereka datang ke kota dengan berbagai kepentingan dan melihat kota sebagai tempat yang
memiliki stimulus (rangsangan) untuk mewujudkan keinginan. Maka tidaklah aneh apabila
kehidupan di kota diwarnai oleh sikap yang individualistis karena mereka memiliki kepentingan
yang beragam. Lahan pemukiman di kota relatif sempit dibandingkan di desa karena jumlah
penduduknya yang relatif besar maka mata pencaharian yang cocok adalah disektor formal
seperti pegawai negeri, pegawai swasta dan di sektor non-formal seperti pedagang, bidang jasa
dan sebagainya. Sektor pertanian kurang tepat dikerjakan di kota karena luas lahan menjadi
masalah apabila ada yang bertani maka dilakukan secara hidroponik. Kondisi kota membentuk
pola perilaku yang berbeda dengan di desa, yaitu serba praktis dan realistis.

Ciri-ciri masyarakat kota (urban) antara lain :

1. Kehidupan keagaam berkurang, karena cara berpikir yang rasional dan cenderung sekuler

2. Sikap mandiri yang kuat dan tidak terlalu tergantung pada orang lain sehingg cenderung
individualistis

3. Pembagian kerja sangat jelas dan tegas berdasarkan tingkat kemampuan/ keahlian

4. Hubungan antar individu bersifat formal dan interaksi antar warga berdasarkan
kepentingan.

5. Sangat menghargai waktu sehingga perlu adanya perencanaan yang matang.

6. Masyarakat cerderung terbuka terhadap perubahan didaerah tertentu (slum)

7. Tingkat pertumbuhan penduduknya sangat tinggi

8. Kontrol sosial antar warga relatif rendah

9. Kehidupan bersifat non agraris dan menuju kepada spesialisasi keterampilan

10. Mobilitas sosialnya sangat tinggi karena penduduknya bersifat dinamis,


memamanfaatkan waktu dan kesempatan, kreatif, dan inovatif

KEBERAGAMAN DALAM MASYARAKAT

Dalam masyarakat, yang terdiri dari manusia-manusia, terdapat suatu kehidupan kolektif, yaitu
hidup bersama individu-idnividu sejenisnya dalam satu gabungan. Dalam pergaulannya, antara
makhluk dalam kehidupannya, terdapat azas-azas, seperti azas egoisme atau azas “mendahulukan
kepentingan diri sendiri di atas kepentingan yang lain” sehingga menyebabkan individu itu dapat
bertahan hisup dalam alam yang kejam. Selain itu ada juga azas altruisme atau azas “hidup
berbakti untuk kepentingan yang lain” yang juga dapat membuat individu itu sedemikian kuatnya
utnuk bertahan dalam proses sleksi alam ayng kejam. Otak manusia telah mengembangkan suatu
kemampuan yang disebut “akal”, yang mampu untuk membayangkan dirinya serta peristiwa-
peristiwa yang mungkin terjadi terhadap dirinya sehingga dengan demikian manusia dapat
mengadakan pilihan serta seleksi terhadap berbagai alternatif dalam tingkah lakunya untuk
mencapai efektivitas yang optimal dalam mempertahankan hidup.

Apabila ditemukan suatu tingkah laku yang efektif dalam menanggulangi masalah, tingkah laku
itu akan diulangi lagi setiap masalah serupa timbul, kemudian setiap individi akan
mengomunikasikan pola tingkah laku tersebut kepada individu-individu lain dalam kehidupan
kolektif sehingga pola itu menjadi mantap dan menjadi suatu adat istiadat yang dilaksanakan
oleh sebagian besar warga kolektif itu, yang mana pola ini didapat dari proses belajar. Oleh
karena pola-pola tindakan tersebut adalah hasil dari pelajaran, pola-pola tersebut dapat berubah
dengan lebih cepat daripada perubahan bentuk organismenya. Sebagai contoh adalah tigapuluh
tahun hingga empatpuluh tahun yang lalu orang-orang Indonesia banyak yang tinggal dalam
rumah-rumah besar bagi kelompok kerabatnya yangluas, dan dari musim ke musim menanam
padi di sawah sebagai petani. Sekarang keturuanan langusng dari petani-petani itu telah banyak
yang tinggal dalam rumah-rumah gedung atau kompleks perumahan, dan banyak menghabiskan
waktunya di kantor.

Perubahan-perubahan pola tindakan tersebut tidak sama cepatnya pada satu kolektif manusia dan
kolektif manusia di tempat lain di muka bumi ini, ada yang lebih lambat dan ada yang lebih
cepat. Proses perubahan yang berbeda-beda itu menyebabkan timbulnya suatu aneka warna yang
besar sekali antara beribu-ribu kesatuan hidup manusia yang berada di muka bumi ini.

Sebenarnya, aneka warna dalam pola tingkah laku manusia bukanlah disebabkan oleh aneka
warna ciri ras, melainkan karena kolektif-kolektif di mana manusia itu bergaul dan berinteraksi.
Dalam masyarakat akan tampak kesatuan-kesatuan manusia yang lebih khusus, yang berbeda
satu dengan yang lain disebabkan karena adat-istiadat dan bahasa yang berbeda, kadang-kadang
juga karena perbedaan agama, atau karena kombinasi keduanya. Pada dasarnya, yang
menyebabkan keberagaman dalam masyarakat (terutama masyarakat kota) adalah adanya
perbedaan suku bangsa dari masing-masing orang.

Suku bangsa adalah bagian dari suatu bangsa. Suku bangsa mempunyai ciri-ciri mendasar
tertentu. Ciri-ciri itu biasanya berkaitan dengan asal-usul dan kebudayaan. Ada beberapa ciri
yang dapat digunakan untuk mengenal suatu suku bangsa: ciri fisik, bahasa, adat istiadat, dan
kesenian yang sama. Contoh ciri fisik, antara lain warna kulit, rambut, wajah, dan bentuk badan.
Ciri-ciri inilah yang membedakan satu suku bangsa dengan suku bangsa lainnya. Suku bangsa
merupakan kumpulan kerabat (keluarga) luas. Mereka percaya bahwa mereka berasal dari
keturunan yang sama. Mereka juga merasa sebagai satu golongan. Dalam kehidupan sehari-hari
mereka mempunyai bahasa dan adat istiadat sendiri yang berasal dari nenek moyang mereka.
Keragaman suku bangsa di Indonesia antara lain disebabkan oleh:

1. perbedaan ras asal,

2. perbedaan lingkungan geografis,

3. perbedaan latar belakang sejarah,

4. perkembangan daerah,

5. perbedaan agama atau kepercayaan, dan

6. kemampuan adaptasi atau menyesuaikan diri

Setiap manusia mempunyai suatu akal atau pikiran yang cenderung menuntut dirinya
untuk bertahan hidup (survive) di tempat yang baru. Dalam bergaul atau berinteraksi dengan
individu lain dalam masyarakat, seorang individu akan berusaha untuk beradaptasi dengan
lingkungannya meskipun masih membawa atribut suku bangsa yang dimilikinya, dan hal inilah
yang menyebabkan keberagaman dalam masyarakat itu. Seperti yang telah dijelaskan di atas
bahwa dalam masyarakat terdapat kesatuan-kesatuan manusia yang sifatnya lebih khusus karena
memiliki persamaan identitas, yaitu persamaan suku bangsa seperti bahasa daerah atau adat-
istiadat yang dimiliki oleh nenek moyang mereka. Tapi apabila dalam konteks masyarakat yang
lebih luas, setiap individu akan berinteraksi dengan individu yang lain meskipun berbeda asal-
usulnya hanya untuk dapat hidup bersama-sama saling berdampingan demi terwujudnya tujuan
hidup yang dicita-citakan, karena pada dasarnya untuk bertahan hidup individu yang satu akan
bergantung kepada individu yang lain. Kemudian pemikiran untuk bertahan hidup itu akan
diinterpretasikan kedalam suatu pola tingkah laku yang efektif untuk menangani masalah
bersama dalam masyarakat sehingga timbul suatu pola tingkah laku yang baru dalam masyarakat
tersebut yang kemudian menjadi adat-istiadat baru yang dijalankan oleh anggota masyarakat itu.

Mengenai permasalah kesatuan hidup manusia yang lebih khusus tadi, hal itu merujuk kepada
kolektif-kolektif manusia yang ada dalam masyarakat itu. Sebagai contoh dalam kehidupan
masyarakat Sumatera Barat terdapat keberagaman karena adanya perbedaan mendasar dari
kehidupan kolektif manusia masyarakat Pariaman, kehidupan kolektif masyarakat Padang,
kehidupan kolektif masyarakat Bukit Tinggi, dan sebagainya. Dalam masyarakat Pariaman juga
terdapat keberagaman karena dipengaruhi oleh disiplin yang dianut oleh suatu keluarga yang satu
berbeda dengan keluarga lain, atau misalnya juga karena agama. Seperti contoh lain adalah di
Jawa terdapat dua suku bangsa Jawa, meskipun sama adat-istiadat dan bahasanya, tetapi berbeda
dalam konteks agamanya, yaitu yang satu beragama Islam Santri, dan lainnya menganut Islam
Kejawen. Dan apabila kita melihat ke dalam konteks masyarakat yang lebih luas lagi, misalnya
Indonesia, masyarakat Pariaman bukan dikenal sebagai masyarakat Pariaman lagi, melainkan
sebagai kolektif masyarakat Sumatera Barat. Keberagaman terjadi karena adanya perbedaan suku
bangsa. Di Jakarta, yang mana masyarakatnya lebih modern, keberagaman dalam masyarakat
terjadi karena adanya kesatuan-kesatuan manusia yang lebih khusus tersebut (karena adanya
perbedaan suku bangsa yang dimiliki oleh kesatuan manusia yang satu dengan suku bangsa
kesatuan manusia lain), namun tidak akan dikenal secara spesifik (apakah dia orang Bukit Tinggi
atau orang Pariaman), tetapi dia dikenal karena identitas suku bangsa yang melekat pada dirinya
saja. Orang yang kampungnya di Bukit Tinggi akan dianggap sebagai orang Padang (sebutan
umum untuk orang Sumatera Barat oleh orang-orang Jakarta). Dan apabila orang Bukit Tinggi
tersebut pergi ke luar negeri, anggaplah Amerika Serikat, dia tidak dikenal sebagai orang Padang
(Sumatera Barat) lagi, tetapi sebagai orang Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pola pikir manusia
yang berusaha untuk bertahan hidup dalam suatu masyarakat dan cara mereka untuk bergaul atau
berinteraksi dengan individu lain dalam masyarakat tersebut, mereka akan berusaha
menyesuaikan diri agar diterima dalam masyarakat di mana mereka hidup. Dengan demikian,
dalam suatu masyarakat terdapat berbagai keragaman suku bangsa.
Aneka warna kesatuan hidup manusia dalam masyarakat juga dapat disebabkan oleh adanya
lapisan-lapisan sosial yang berbeda-beda secara horizontal. Warga dari suatu masyarakat atau
bahkan negara dapat kita golong-golongkan misalnya ke dalam golongan petani, buruh,
pedagang, pegawai pemerintahan, bangsawan, dan lain-lain, yang masing-masing mempunyai
pola tingkah laku, adat-istiadat, dan gaya hidup yang berbeda-beda.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Manusia sebagai mahluk individu artinya manusia merupakan satu kesatuan antara jasmani
dan rohani. Seseorang dikatakan sebagai individu apabila kedua unsur tersebut menyatu dalam
dirinya.
2. Selain sebagai makhluk individu juga, manusia adalah makhluk sosial. Salah satunya
dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang
lain yang satu sama lain saling membutuhkan. Untuk menjadi pribadi yang bermakhluk sosial
setiap individu dihadapkan dengan sosialisasi, yaitu suatu proses dimana seseorang belajar
menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
3. Adapun yang dimaksud masyarakat setempat atau komunitas berbeda dengan masyarakat.
Masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedang masyarakat setempat lebih terbatas dan
juga dibatasi oleh kawasan tertentu. Namun ditinjau dari aktivitas hubungannya dan
persatuannya lebih erat pada masyarakat setempat dibandingkan dengan masyrakat.
4. Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu dihadapkan oleh dua
kepentingan yaitu kepentingan individu dan sosial. Persoalan pengutamaan kepentingan individu
atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang berkembang yaitu pandangan
individualisme dan pandangan sosialisme. Sebetulnya kedua kepentingan tersebut tidak dapat
dipisahkan dan bukanlah pilihan.
.
B. Saran
Sejalandengankesimpulandiatas, penulismerumuskan saran sebagaiberikut.
1. Setiap individu hendaknya sadar bahwa mereka adalah sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial, sehingga mereka mampu menghargai satu sama lain dalam arti tidak mengambil
hak orang lain ketika bertindak sebagai makhluk sosial dan sebaliknya.
2. Dalam upaya pendidikan hendaknya para pendidik harus menghormati keindividualitasan,
karakteristik, keunikan dan kepribadian anak. pendidikan tidak boleh memaksa anak untuk
mengikuti dan menuruti segala kehendaknya, karena dalam diri anak ada suatu prinsip
pembentukan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya sendiri.
3. Pembentukan proses sosialisasi pada anak dalam interaksi sosial hendaknya harus didukung
oleh semua pihak. Keluarga, lingkungan masyarakat juga tenaga pendidik harus membantu
menstimulasinya.
4. Kesempatan berinteraksi akan sangat dibutuhkan oleh anak dalam bersosialisasi dengan
orang lain. Hendaknya kita sebagai calon guru dan calon ibu harus sadar bahwa pemberitahuan,
pemberian contoh dan pembiasaan sangat penting dan dibutuhkan dalam bersosialisasi dengan
orang lain dimasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Ariska, I. (2013). Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial. [Online]. Tersedia:
(http://iraars-meandmyself.blogspot.com /2012/03/manusia-sebagai-mahluk-individu-dan.html).
[6 Februari 2013]
Effendi, R. dan Setiadi, E.M. (2010). Pendidikan Lingkungan, Sosial, Budaya dan Teknologi.
Bandung: UPI Press.
Kappara. (). Pengertian Sosial dan Politik. [Online]. Tersedia: (http://id.shvoong.com/law-and-
politics/politics/2234715-pengertian-sosial-dan-politik/#ixzz2KfDPhVhf). [11 Februari 2013].
Sadulloh, U. (2003). Pengantar Filsafal Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
https://visiuniversal.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-dan-perbedaan-masyarakat.html

Manshur ZikriPosted

onNovember 27, 2009

CategoriesTugas AkademikTagsanthropology,masyarakat, ragam

https://manshurzikri.wordpress.com/2009/11/27/keberagaman-dalam-masyarakat/

Anda mungkin juga menyukai