Sistem Ekonomi Islam
Sistem Ekonomi Islam
sistem ekonomi islam merupakan ilmu ekonomi yang dilaksanakan dalam praktek (penerapan
ilmu ekonomi) sehari-harinya bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat, maupun
pemerintah/penguasa dalam rangka mengorganisasi faktor produksi, distribusi, dan
pemanfaatan barang dan jasa yang dihasilkan tunduk dalam peraturan/perundang-undangan
islam (sunnatullah).
Sistem ekonomi islam adalah sistem ekonomi yang mandiri dan terlepas dari sistem ekonomi
yang lainnya. Adapun yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi
lainnya adalah sebagaimana diungkapakan oleh Suroso imam zadjuli dalam Achmad ramzy
tadjoedin (1992: 39)
> 200.000.000 5 %
10 %
15 %
25 %
35 %
Tarif pajak bagi wajib pajak badan dalam negeri
Pengahasilan kena pajak (PKP) Tarif pajak
< 50.000.000
50.000.000 > 100.000.000
> 100.000.000 10 %
15 %
30 %
- Pemungutan pajak digunakan sebagai :
1. Alat untuk melaksanakan kebijakan Negara dalam bidang ekonomi dan sosial
2. Sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu yang letaknya di luar bidang keuangan
Dalam sistem perekonomian Islam ada istilah barter yang transakasinya dilakukan dengan
cara “mempertukarkan barang dengan barang”. Sistem barter terjadi karena pada waktu itu
belum dikenal sama sekali alat tukar yang disebut uang. Menurut pandangan Islam, pemilikan
uang tidaklah dilarang. Yang dilarang adalah menumpuk uang untuk mendapatkan
keuntungan dari orang lain ( QS At-Taubah:34 ). Akan tetapi Islam tidak membolehkan
siapapun menundukkan dan menindas atau mengeksploitasi orang lain dengan
mengumpulkan atau menimbum uang lalu meminjamkannya kepada orang lain dengan
memungut bunga (riba). Hal itu dapat memblokir serta menusuk perekonomian dan produksi,
merampas hak-hak ekonomi yang bersifat menghalangi terciptanya proses kesejahteraan
sosial (Mahmud Abu Saud,1991:41) sebab dengan penumpukan uang akan mengurangi
kecepatan arus peredarannya bahkan dapat menghalangi pendistribusian di masyarakat, yang
berarti telah menutup kesempatan bagi orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan demikian , stabilitas arus pendistribusian uang akan terjaga dan meningkat sehingga
harga dipasaran akan menjadi normal pada akhirnya bermuara pada keseimbangan
permintaan dan penawaran.
Sistem ekonomi ini didasarkan oleh agama dan berdasar pada nilai-nilai tauhid
Prinsip-prinsip ekonomi Islam:
1. kebebasan individu:mengoptimalkan individu
2. hak atas harta
3. ketidak samaan ekonomi dalam batas wajar
4. jaminan sosial
5. distribusi kelayakan
6. larangan menumpuk kekayaan
Sistem ini dikenali sebagai system perusahaan bebas. Di bawah system ini seseorang individu
berhak menggunakan dan mengawal barang-barang ekonomi yang diperolehnya. Mencegah
orang lain dari menggunakan barang-barang itu dan memutuskan bagaimana barang-barang
itu diuruskan setelah dia mati. Dalam hal ini individu bebas berbuat apa saja dengan harta
kekayaannya asal saja kegiatannya tidak mengganggu hak orang lain. Oleh kerena hak-hak
memiliki harta dibenarkan oleh masyarakat, keseluruhannya hak-hak ini boleh dibatasi
melalui tindakan masyarakat. Persaingan dianggap sebagai daya penggerak untuk
menghasilkan operasi yang cukup. Pada umumnya persaingan dalam system konvensional ini
merupakan daya yang kuat dan dibenarkan berjalan lebih bebas berbanding dengan system-
sistem ekonomi yang lain.
Lisses Faire, Laisses Aller, kesejahteraan umum akan tercapai dengan sendirinya jika setiap
orang, setiap individu dibiarkan bebas tanpa adanya campur tangan pemerintah; karena
didorong oleh kepentingannya pribadi, maka produksi akan disempurnakan dan terus
meningkat dengan sendirinya (Adam Smith, 1775. terjemahan).
Kemudian dalam praktik ekonomi Islam, menunjukkan adanya hal baru dibandingkan sistem-
sistem klasik, berupa penekanannya yang tidak melulu pada pendekatan hasil (output),
melainkan juga menekankan bagaimana prosesnya. Pendekatan proses ini menjadi penting
dalam menentukan keberhasilan dalam sistem ekonomi Islam, karena jika penekanan pada
hasil atau output saja, maka di dalamnya akan melahirkan pola yang cenderung eksploitatif
karena tujuan menentukan cara, atau yang lazim dikenal, tujuan menghalalkan segala cara.
Sistem ekonomi Islam muncul selari dengan perkembangan umat Islam itu sendiri. Hal ini
ditandai dengan didirikannya institusi-institusi keuangan Islam yang mengamalkan sistem
bebas riba/bunga. Realitinya, kebanyakan masyarakat masih ada yang belum mengenal
sistem tersebut secara benar. Sebagian masyarakat bahkan ahli profesional dan ekonomi
masih menganggap bahwa sistem ekonomi Islam akan menghadapi kesukaran dalam
persaingan dengan sistem keuangan konvensional. Ia (sistem ekonomi konvensional)
cenderung lebih cepat berkembang dan bergerak lebih depan dalam era globalisasi. Karena
kebanyakan sistem keuangan dunia masih bergantung kepada sistem yang berbasiskan
kepada bunga.
Terdapat suatu anggapan bahwa salah satu masalah yang dihadapi oleh sistem ekonomi Islam
ialah sistem tersebut tidak mampu mengalokasikan sumber secara optimum. Hal ini
disebabkan bahwa bunga adalah harga. Pendapat lain mengatakan jika tidak ada bunga
sebagaimana dalam sistem ekonomi Islam dana pinjaman akan diberikan kepada peminjam
secara sukarela sehingga permintaan terhadap pinjaman mengalami lonjakan sehingga tidak
ada suatu mekanisme yang dapat mengembangkan permintaan dan penawaran. Artinya,
bahwa bunga merupakan satu-satunya kekuatan, jika tidak, sumber keuangan akan digunakan
secara tidak efisien bagi masyarakat.
Berbeda dari sistem ekonomi konvensional, di dalam sistem ekonomi Islam dana akan
tersedia jika ada biaya dan biaya tersebut terdapat di dalam konsep keuntungan. Tingkat
keuntungan menjadi kriteria untuk mengalihkan sumber sekaligus untuk membuat
keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Semakin besar keuntungan yang diharapkan
dari suatu perniagaan semakin besar pula tawaran dana dalam perniagaan tersebut. Apabila
keuntungan aktual suatu perniagaan senantiasa lebih rendah dari yang diharapkan maka
perniagaan tersebut akan mengalami kesulitan meningkatkan dana di masa depan.
Perbedaan yang utama antara system ekonomi islam dan system ekonomi konvensional
adalah:
Pertama adalah: secara epistemologis ekonomi Islam dipercaya sebagai bagian integral dari
ajaran Islam itu sendiri, sehingga pemikiran ekonomi Islam langsung bersumber dari Tuhan.
Kedua, ekonomi Islam dilihat sebagai sistem yang bertujuan bukan hanya mengatur
kehidupan manusia di dunia, tapi juga menyeimbangkan kepentingan manusia di dunia dan
akhirat. Ini membawa implikasi dari aspek normatif: apa yang baik dan buruk, apa yang harus
dilakukan atau dihindari bukan semata-mata dilihat dari aspek efisiensi sebagaimana dikenal
dalam ekonomi konvensional, melainkan bagaimana agar tindakan